BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB II. PROFIL PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk. Akta Notaris Raden Kadirman No. 93 tanggal 18 Desember Akta

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II SEJARAH PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Tbk. Sumatera Utara. Tema ini penting dibahas karena karyawan merupakan aset

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kabupaten Labuhanbatu Utara pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia di muka bumi. Sepanjang hidupnya manusia telah menggabungkan diri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera timur sudah menanam tembakau sebelum kedatangan orang Barat ke

dan teori yang dipegang dalam penafsiran pendidikan tersebut. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali diujicobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus elastica atau

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bila kita lihat fenomena hari ini, hubungan antara kopi dengan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara yang berada di daerah khatulistiwa, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan yang unggul. Perkebunan yang sangat menonjol adalah karet, coklat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menyebabkan bangsa Eropa tertarik untuk

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara mengenai perkebunan dan mengenai tenaga kerja pada masa Orde

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) pabrik kopi Banaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu salah satu komoditi penghasil devisa Negara, tempat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan. dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, perkebunan harus

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Ekonomi Pertanian di Indonesia

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu. diragukan lagi. GBHN pun telah memberikan amanat bahwa prioritas

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama krisis, usaha di sektor pertanian menunjukkan kinerjanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. ekor/tahun dan terdiri dari 240 jenis ikan hias air laut (marine ornamental fish)

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang bersuku Gayo dan daerahnya terletak di Dataran Tinggi tepatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perkebunan mempunyai kedudukan yang penting di dalam pengembangan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

BAB III KEMAMPUAN PEMERINTAH DALAM MENGELOLA KEBIJAKAN UNTUK MENGHADAPI INVESTASI ASING

Transkripsi:

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebelum dinasionalisasi bernama Harrison & Crossfield Ltd. Perusahaan ini berpusat di London, Inggris, dan awalnya bergerak dalam usaha bahan-bahan kimia. Di Indonesia, tepatnya di Sumatera Utara perusahaan ini mengembangkan usaha perkebunan. Dari sini perusahaan ini kemudian mengembangkan diri ke propinsi lain di Indonesia. 2.1 Harrison & Crossfield Sebagai Pendiri P.T London Sumatra Harrison dan Crossfield merupakan dua orang pengusaha yang memulai karirnya sebagai pengusaha di London, ibukota negara Inggris. Kerjasama yang erat dari keduanya membuat usaha-usaha yang mereka bangun mengalami kesuksesan. Di samping kerjasama yang terlihat sangat erat, kemajuan usahanya juga didorong dengan kejelian melihat peluang di berbagai negara. Di Indonesia sendiri mereka membuka usaha perkebunan 10. Harrison dan Crossfield, pertama kali bergabung pada tahun 1884 di London. Perusahaan-perusahaan yang mereka dirikan pada awalnya belun bertaraf internasional. Usaha yang dilakukan pertama kali oleh kedua pengusaha ini adalah dalam bidang perdagangan, yaitu memperdagangkan bahan-bahan Hlm. 27 10 Arship Lonsum Bagian Depatemen Sosial Yang Berjudul Masalampau P.T. London Sumatera.

kimia sebagai hasil produksi dari perusahaan baru mereka. 11 Minimnya jumlah perusahaan yang memproduksi bahan-bahan kimia pada era 1880-an, baik di Inggris sendiri maupun di berbagai negara menjadikan produksi perusahaan yang di pimpin oleh Harrison dan Crossfield bayak diperdagangkan ke banyak Negara. Dengan besarnya hasil yang diperoleh Harrison dan Crossfield, dari penjual hasil produksi bahan kimia selama puluhan tahun, perusahaan ini mendapat untung yang besar, sehingga Harrison dan Crossfield mulai mengembangkan perusahaannya ke dalam bentuk produksi yang lain. Perusahaan-perusahaan baru yang direncanakan oleh perusahaan Harrison dan Crossfield didirikan di luar Inggris, dengan jenis hasil produksi yang berbedabeda. Sebagai tahap awal pendirian, pihak perusahaan melakukan kunjungan ke berbagai negara guna melihat peluang usaha. Perjalanan ini pada dasarnya ditujukan ke negara-negara yang sudah dimasuki ataupun dijajah oleh negaranegara barat 12. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa negara-negara tersebut memiliki potensi alam untuk dikelola. Di awal tahun 1900-an perusahaan-perusahaan yang direncanakan pun mulai dibuka, yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri dan bahan kimia, perkebunan, Pauls (yang terdiri dari bermacam-macam dagang) dan perdagangan umum internasional, yang prosesnya dilakukan secara bersamaan di masing-masing negara yang sudah ditentukan oleh pemilik perusahaan. Bentuk-bentuk usaha yang dibangun di luar negara Inggris disesuaikan dengan orientasi daerahnya, di Hindia Belanda sendiri usaha yang dibangun 11 Ibid.

adalah perusahaan perkebunan. Berdirinya perusahaan-perusahaan yang mengatasnamakan Harrison dan Crossfield, menjadikan taraf perusahaan menjadi perusahaan yang besar dan multi internasional dengan nama baru Harrison & Crossfield Ltd, yang berpusat di London, Inggris. 2.2 Areal Perkebunan Sistem perkebunan pada dasarnya sudah lama dikenal di Indonesia yang didahului oleh perkebunan swasta. Pada tahun 1857, di Indonesia sendiri yang masih berada di tangan pemeintah Belanda, perkebunan swasta di Indonesia sudah memiliki peraturan keagrariaan. Peraturan tersebut mengatur tentang penggunaan lahan perkebunan dan tanaman produksi 13. Indonesia adalah salah satu negara yang memberikan kesempatan besar kepada pengusaha untuk membuka lahan perkebunan. Tahun 1938, dalam hal ini Indonesia belum merdeka, jumlah perusahaan perkebunan swasta sudah mencapai jumlah 243 perkebunan besar, yang sebagian di antaranya terdapat di pulau Sumatera. Perusahaan tersebut pada dasarnya adalah milik pengusaha Inggris, Belanda, Cina dan negara Eropa lainnya. 14 Dalam mendapatkan tanah, cara yang dilakukan oleh para pengusahapengusaha asing di Indonesia ada dua cara. Hal ini didasarkan pada kedudukan negara-negara tersebut di Indonesia, misalnya pengusaha Belanda yang negaranya adalah sebagai penjajah proses perolehan tanah didapatkan dengan 12 Arship Lonsum yang berjudul Iktisar keuangan tahunan P.T PP. London Sumatra, Halaman 1. 13 Syamsul Bahri, Bercocok Tanaman Tanaman Perkebunan Tahunan, Malang: Gajah Mada University Press. 1996, Hlm.2

melanggengkan kekuasaan, sedangkan pengusaha-pengusaha lainnya memperoleh tanah dengan melakukan perjanjian kontrak ataupun melalui kesepakatan kepada pemilik tanah. Kesempatan berusaha yang didapatkan para pengusaha-pengusaha asing di Indonesia pada dasarnya dilakukan kepada penguasa setempat Di Sumatera Timur, pengusaha asing melakukan pendekatan terhadap Sultan. Hal ini dilakukan adalah sebagai bukti bahwa pengusaha adalah sekaligus pemilik tanah yang mempunyai hak khusus melakukan perjanjian dengan orang asing ataupun kepada para pengusaha Asing di Sumatera Timur. Tanah yang sering dijadikan sebagai lahan kontrak oleh para penguasa pada umumnya adalah tanah yang penduduknya sangat jarang ataupun wilayah yang ditempati oleh kelompok suku pendatang, yaitu masyarakat yang datang dari Jawa dan masyarakat Asia lainnya. Tanah yang ditempati oleh masyarakat pendatang ataupun masyarakat Asia lainnya pada dasarnya terpisah dari status tanah yang mereka tempati 15. Sultan mempunyai hak penuh dalam mengelola tanah tersebut, sedangkan masyarakat yang menempati tanah Sultan tunduk pada peraturan yang dikeluarkan oleh Sultan. Ketika perusahaan atau perkebunan dibuka di atas areal yang ditempati masyarakat, maka masyakat yang sudah tinggal lama di wilayah tersebut pada umumnya akan menetap di areal itu dan bekerja sebagai buruh dalam perkebunan ataupun perusahaan yang didirikan di sekitarnya. 14 Ibid., Hlm. 3 15 Luckman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Mambi. 1991, Hlm. 39

Proses kontrak tanah oleh Sultan kepada para pengusaha, dilakukan dengan dasar hukum yang jelas. Tujuan pembentukan peraturan agraria ini adalah memperjelas status tanah yang dijadikan sebagai lahan perkebunan oleh para pengusaha. Permasalahan pertanahan yang akan dikontrak dan dijadikan sebagai lahan perkebunan pada dasarnya diatur dalam peraturan-peraturan agraria yang sudah dibentuk oleh sultan bersama dengan orang Eropa lainnya di Sumatera Timur 16. Harrison dan Crossfield, mendapatkan lahan yang akan dijadikan sebagai areal perkebunan juga diperoleh berdasarkan kesepakatan dengan sultan ( Zelfbestuur ), dengan perjanjian para pengusaha akan memperoleh hak guna usaha dalam jangka waktu yang disepakati dengan kata lain adalah kesepakatan Concessie 17. Tanah yang disepakati sebagai wilayah perkebunan adalah wilayah yang tergabung dengan wilayah Sumatera Timur. Harrison dan Crossfield, pertama kali mendapatkan lahan perkebunan di daerah Deli Serdang dengan lama kontrak selama 60 tahun 18. Lahan yang didapatkan oleh Harrison dan Crossfield adalah lahan yang masih baru, belum pernah dijadikan sebagai lahan perkebunan oleh masyarakat ataupun kesultanan. Lahan yang diperoleh Harrison dan Crossfield segera ditanami dengan tanaman perkebunan, yakni kakao, teh, kopi, dan terutama karet. Hal ini dilakukan sebagai penyamaan dengan perkebunan-perkebunan lainnya di Sumatera Timur, yang menjadikan karet sebagai tanaman utama perkebunan. 16 Ibid. Hlm 40.

Sesudah kemerdekaan, atau sebelum tahun 1964, lahan-lahan yang dimiliki oleh Harrison dan Crossfield beberapa kali mendapat ancaman penarikan kembali dari pihak pemerintah Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan waktu perolehan tanah yang perkebunan masih didasarkan pada perjanjian kontrak kepada para Sultan di Sumatera Timur, atau dalam hal ini bukan pemerintah Indonesia. Salah satu babakan yang paling berat dihadapi oleh Harrison dan Crossfield, adalah masa nasionalisasi milik pengusaha Asing di Indonesia tahun 1960, yang difokuskan kepeda perusahaan-perusahaan milik pengusaha dan pemerintah Belanda. Proses pemilikan yang dinilai tidak sesuai dengan proses yang sebenarnya terhadap aset-aset negara oleh Belanda diharuskan ditarik kembali dan dikelola oleh negara Republik Indonesia. Proses hukum yang jelas terhadap tanah-tanah yang dikontrak oleh Harrison dan Crossfield melepaskan lahan lahan yang mereka miliki dari penarikan nasionalisasi. Di sisi lain ternyata perusahaan Harrison & Crossfield LTD, memberikan keuntungan kepada pemerintah dan kehidupan sosial yang ada di Sumatera Utara (sesudah Merdeka). Perusahaan Harrison & Crossfield LTD. yang berpusat di London tetap berjalan seperti biasanya. Lahan-lahan perkebunan yang dimiliki oleh Harrison & Crossfield LTD, tetap beroperasi meski hanya mengalami perubahan hukum kontrak. Hukum kontrak yang baru terhadap lahan-lahan yang dimiliki oleh Harrison & Crossfield LTD didasarkan pada hukum pemerintah Indonesia, bukan 17 Arsip P.T. PP London Sumatra yang berjudul, Sejarah PT London Sumatra, Hlm 1

hukum kesultanan. Dasar kontrak terhadap lahan perkebunan Harrison & Crossfield LTD adalah Undang-undang Pokok Agraria (UU No. 5 Thun 1960) yang isinya adalah hak perusahaan dalam mengelola lahan-lahan yang sudah dikontrak sebelumnya, yakni sebelum Indonesia merdeka 19. Lahan perkebunan milik Harrison dan Crossfield sampai akhir tahun 1960- an terdapat pada kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara, seperti kabupaten Asahan, Deli Serdang dan Labuhan Batu, meliputi beberapa kompleks perkebunan seperti, Dolok, Gunung Melayu, Begerpang dan perkebunan lainnya. Luas perkebunan sebelum tahun 1960-an telah mencapai ±14.000 hektar. 20 2.3 Tanaman Produksi Perusahaan Harrison & Crossfield Ltd adalah perusahaan yang pusat pemasarannya berada di Inggris. Atas dasar pemasaran, maka tanaman produksi yang ditanam di lahan Harrison & Crossfield Ltd adalah tanaman yang produksinya disesuaikan dengan pangsa pasar Internasional 21. Di sisi lain penentuan tanaman produksi menurut manejemen Perusahaan Harrison & Crossfield Ltd disesuaikan dengan kondisi alam Indonesia. Tanaman yang akan ditanam sebagai tanaman produksi adalah tanaman yang tumbuh di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. 18 Arsip P.T. PP London Sumatra, Areal Perkebunan Lonsum, Hlm. 3 19 Arship P.T. PP London Sumatra, yang berjudul Dasar Hukum Penggunaan Lahan PT. PP London Sumatera. Hlm vi. 20 Arsip P.T London Sumatra, yang berjudul Lokasi Perkebunan PT. London Sumatra. Hlm 1 Hlm 1 21 Arsip P.T. PP London Sumatra yang berjudul Pemasaran Hasil Produksi Perkebunan.

Tahun 1906, sebagai periode pertama penanaman, perusahaan Harrison & Crossfield Ltd menanam tanaman karet, kakao, teh dan kopi sebagai tanaman produksi. Tanaman tersebut disamakan dengan tanaman perkebunan milik Belanda. Tanaman produksi pokok adalah tanaman karet. Karet ditanam dengan jumlah lebih besar daripada tanaman-tanaman lainnya. Hasil tanaman karet yang saat itu sangat dibutuhkan pasar internasional mengakibatkan banyak perusahaan perkebunan menjadikan tanaman tersebut sebagai tanaman produksi pokok, sedangkan tanaman yang lainya adalah sebagai tanaman produksi pendukung. Tanaman produksi pendukung ini, ditanam di lahan yang masih baru digunakan sebagai lahan perkebunan. Perusahaan ban mobil pertama di Inggris bernama Dunlop, mengajak peran pengusaha perkebunan milik pengusaha Inggris yang ada di luar negara tersebut untuk menjadikan tanaman karet sebagai tanaman produksi sebagai upaya mendukung pabrik tersebut. Permintaan perusahaan Dunlop diterima yang dibuktikan dengan penanaman karet pada perusahaan-perusahaan Inggris. Perusahan-perusahaan tersebut tergabung dalam satu organisasi yang dinamakan dengan Rubber Company. Harrison & Crossfield Ltd menempatkan tanaman karet pada daerah perkebunannya yang ada di Begerpang, Rambong Sialang di Deli Serdang dan Pulo Rambong di Langkat. Sebagian besar wilayahnya ditanami dengan tanaman karet. Penempatan tanaman ini didasarkan pada iklim Deli Serdang dan Langkat yang tergolong sebagai iklim tropis, yaitu wilayah hujan tropis disertai dengan dengan suhu panas dan kelembaban tinggi.

Hasil yang dicapai semasa tanaman karet sebagai tanaman produksi cukup tinggi. Hal ini tidak terlepas dari tingkat kesuburan tanah yang masih tinggi. Tanaman karet yang baru tanam tersebut tumbuh subur di atas dataran Deli Serdang dan Langkat. Di samping karet, Harrison & Crossfield Ltd juga menanam tanaman perkebunan untuk minuman dan makanan, seperti kopi, teh, dan terutama coklat atau kakao. Hal ini disebabkan bangsa Eropa sangat menyenangi makanan dan minuman coklat. Beberapa negara di Eropa berusaha mengembangkan tanaman tersebut sebab jumlah masyarakat yang meminatinya sangat besar. Harrison & Crossfield Ltd juga terpengaruh dengan tradisi Eropa tersebut, dan menjadikan kakao sebagai salah satu tanaman produksi perkebunan. Tanaman ini ditempatkan di daerah Rambong Sialang, sebab daerah tersebut sangat sesuai dengan iklim tanaman kakao, yaitu tanaman yang membutuhkan curah hujan yang tinggi dan sinar matahari 22. Tanaman kakao tetap menjadi salah satu tanaman yang dibudidayakan oleh Harrison & Crossfield Ltd, sebab permintaan pasar terhadap produksi kakao tetap tinggi di pasaran Eropa. Tanaman perkebunan karet dan kakao menjadi tanaman produksi paling besar semasa P.T London Sumatra masih dimiliki oleh perusahaan perkebunan Harrison & Crossfield Ltd, sedangkan tanaman lainnya adalah tanaman pelengkap. 2.4 Sistem Manajemen 22 Syamsul Bahri, Loc. Cit., Hlm. 28

Harrison & Crossfield Ltd adalah perusahaan Asing yang beroperasi di Indonesia, yaitu milik pengusaha dari Inggris. Perusahaan Harrison & Crossfield Ltd yang ada di Indonesia merupakan cabang perusahaan yang ada di Inggris, Korea, Singapura, Cina dan negara-negara Eropa lainnya, sedangkan pusat perusahaan tersebut berada di London, Inggris 23. Proses pengelolaan Harrison & Crossfield Ltd langsung dimanajemen dari London, Inggris. Hal ini dilakukan sebab manajemen perusahaan milik Harrison & Crossfield Ltd dikelola secara bersamaan dengan manajemen yang sama. Pemilik modal, Harrison & Crossfield Ltd adalah pengusaha berkebangsaan Inggris, yaitu Harrison dan Crossfield yang berkedudukan di Inggris sebagai kantor pusat. Harrison & Crossfield pada awalnya masih tergolong sebagai perusahaan yang sederhana, dan tentunya masih bisa dikelola secara keseluruhan dari kantor pusat. Sebelum tahun 1964 perkembangan perusahaan Harrison & Crossfield Ltd tergolong lambat. Faktor yang mempengaruhi perkembangan ini adalah manajeman yang kurang baik dan situasi ekonomi dan politik Indonesia maupun internasional yang memberikan kesulitan terhadap perusahaan. Dewan Komisaris dan Presiden Direktur sebagai kedudukan tertinggi, berkedudukan di Inggris. Kedudukan tertinggi, yang posisinya ada di Indonesia adalah Presiden Operasi yang bertugas untuk pengorganisasian di lapangan. Jadi kedudukan tertinggi pada P.T. London Sumatra berkedudukan di Inggris. 23 Arsip P.T. PP. London Sumatra yang berjudul Penjelasan Kinerja PT PP London Sumatera TBK, Hlm i

Manajemen ini segera berubah sesudah tahun 1949, setelah perusahaan mendapat status hukum yang jelas dari pemerintah, tepatnya pemerintah daerah Sumatera Utara. Setelah merdeka, P.T. London Sumatra semakin berorientasi dengan tujuan nasional dan memajukan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Faktor lain yang menyebabkan perubahan tersebut adalah perkembangan perusahaan yaitu lahan perkebunan. Lahan baru milik Harrison & Crossfield Ltd, semakin dikembangkan ke daerah Asahan. Dengan demikian jabatan tinggi pada Harrison & Crossfield Ltd berkedudukan di Indonesia. Setelah Harrison & Crossfield Ltd mendapat hukum yang jelas dari pemerintah Indonesia, menggantikan pergantian perjanjian yang sebelumnya dengan para sultan di Sumatera Timur, maka perusahaan diupayakan banyak memberikan bantuan sosialnya dan juga pembayaran pajak dan kerja sama dengan pemerintah Indonesia. 2.5 Aktivitas Sosial Sesuai dengan misi perusahaan yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat dan penghasil pajak terbesar bagi negara, perusahaan Harrison & Crossfield Ltd berupaya mewujudkan misi tersebut. Wujud dari sikap yang menjunjung misi itu, maka perusahaan Harrison & Crossfield Ltd berupaya melakukan sumbangan sosial dan ketaatan dalam membayar kewajiban bagi negara. Aktivitas sosial yag dilakukan oleh Harrison & Crossfield Ltd sejak berdiri sampai menjelang kemerdekaan, tergolong minim. Perusahaan Harrison & Crossfield Ltd lebih melakukan hubungan dengan penguasa-penguasa lokal, yaitu

sultan, sedangkan hubungan dengan masyarakat adalah tugas dari pemerintah, bukan perusahan. Di Sumatera Timur, sebagai wilayah pokok Harrison & Crossfield Ltd, perusahan menjalin hubungan dengan sultan yang berkuasa di Deli dan Serdang. Kemerdekaan Indonesia dan pengakuan kedaulatan dari Belanda, menjadi babak baru terhadap akivitas sosial perusahaan Harrison & Crossfield Ltd. Hubungan perusahaan dengan masyarakat Indonesia semakin lama semakin dekat. Perusahaan telah diperbolehkan melakukan hubungan langsung dengan masyarakat, tanpa melalui pemerintah. Keadaan ini semakin memberikan kesempatan besar kepada Harrison & Crossfield Ltd untuk memberikan kontribusinya kepada masyarakat. Aktivitas sosial yang dilakukan oleh Harrison & Crossfield Ltd adalah berupa layanan sosial yang sifatnya sederhana, seperti pelayanan dalam bidang kesehatan, berupa pendirian posko-posko kesehatan di daerah perkebunan milik Harrison & Crossfield Ltd, seperti di daerah Rambong Sialang dan Sibulan, dengan nama posko, Pusat Kesehatan Perkebunan. 24 Aktivitas sosial yang lainnya adalah berupa bantuan langsung kepada karyawan dan masyarakat sekitar perkebunan yang bentuk bantuannya adalah pemberian sandang dan pangan. Proses pemberian bantuan ini dilakukan pada hari-hari tertentu, seperti hari besar agama dan hari bersejarah nasional. Aktivitas ini dilakukan sebagai upaya kepedulian perusahaan Harrison & Crossfield Ltd kepada masyakat, khususnya masyarakat sekitar perkebunan. 24 Arsip P.T. London Sumatra yan berjudul, Bekerja Dengan Itikat Baik. Hlm 1