BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasan, keaslian (indegeneous) Indonesia (Madjid, 1997: 3). Sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

PENATAAN DANPENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN SUNAN PANDAN ARAN SLEMAN YOGYAKARTA (Dengan penekanan Desain Arsitektur Islam)

BAB 1 PENDAHULUAN. kota santri yang lain seperti kota Jombang dan juga kota Lamongan. Setiap tahunnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Obyek. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah dan

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTER DI KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

ISLAMIC CENTRE BAB I PENDAHULUAN

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pondok Pesantren Modern di Semarang KATA PENGANTAR

Oleh : Anggono Ariebowo, Bambang Suprijadi, Bambang Adji Murtomo

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Permasalahan Latar Belakang Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PONDOK PESANTREN MODERN DI REMBANG PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ISLAM

BAB III METODE PERANCANGAN. ide yang mendasari dilakukannya perancangan tersebut, hingga konsep rancangan

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN AL-AZHAR

BAB I PENDAHULUAN. Hijriyah atau pada abad ke tujuh Masehi. Ketika itu, berbagai agama dan

Nama Dayah Nurul Kamal Al-A ziziyyah. Lokasi / Alamat Gampong Tutong Kecamatan Matangkuli Kabuapaten Aceh Utara. No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

Pondok Pesantren Modern berwawasan lingkungan di Semarang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ibid 3 Profil Universitas Darussalam Gontor, Jawa Timur Dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

SEKOLAH ISLAM TERPADU DI PEKANBARU

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan mencapai 60% per tahun (Halim, 2012). ini menurut Tajuddin M. Rasdi dalam bukunya Rekabentuk Masjid Sebagai

BAB V PENUTUP. penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemikiran KH. Moh. Mahfoudh Husaini Tentang Pendidikan Islam.

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Kota Semarang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa. Sebagaimana pada masa sebelum penjajahan dapat diketahui

BAB III METODE PENILITIAN

[PONDOK PESANTREN MODERN DI KABUPATEN DEMAK] LP3A BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan koperasi di Negara-negara Eropa Barat dan Jepang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

YPI Darussa adah. Nama Pondok Pesantren YPI Darussa adah

bangunan saung dengan struktur kayu berfokus pada pengolahan layout dan furniture yang sesuai dengan karakteristik saung tersebut.

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Kembali Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong di

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. iii. 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan

Nurul Hidayah. Nama Pondok Pesantren Nurul Hidayah. Lokasi Jl. Rintis Kampong Ujung Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil

BAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang

DEPARTEMEN AGAMA R.I DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM. Bagian Perencanaan dan Data

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

BAB III GAMBARAN UMUM MTS SALAFIYAH WONOYOSO PEKALONGAN. A. Kondisi Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

INTEGRASI SISTEM PENDIDIKAN MADRASAH DAN PESANTREN TRADISIONAL (STUDI KASUS PONDOK PESANTREN AL-ANWAR KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB I PENDAHULUAN. mampu menyerap potensi ekonomi masyarakat, termasuk angkatan kerja sebagai

Kurikulum Dan Sistem Pembelajaran Sustainable Landscape Tinjauan Interaksi Pengertian Interaksi...

masjidlah Rasulullah membina generasi pertama Islam. Maka pertanyaan tentang keterlibatan masjid kampus dalam pusat perkembangan Islam, adalah

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan

DAYAH MIFTAHUL FALAH

BAB VI PENUTUP. tiga sub bab pokok bahasan, yaitu kesimpulan, implikasi dan saran. 1. Kebijakan kiai dalam penyusunan agenda pengembangan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

Jonggol Islamic City yang kini mengusung citra menuju Kota Serambi Madinah.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Nama Pesantren AR-RABWAH. Lokasi Gampong Krueng Lamkareung Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar, Pimpinan Tgk.H.

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

Universitas Sumatera Utara. Gambar 1.2 Area parkir yang kurang memadai, akibatnya lobby menjadi area parkir. Sumber: (peneliti 2013)

PERANAN YAYASAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL MIDAD DESA SUMBEREJO KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BENTUK-BENTUK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM WISATA RELIGI (STUDI KASUS DI MAKAM KYAI AGENG MUHAMMAD BESARI TEGAL SARI JETIS PONORGO)

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Malang sebagaimana umumnya wilayah Jawa Timur lainnya,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Pembentukan Jiwa Kewirausahaan Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. seseorang pernah melakukan hal yang berkaitan dengan rancang-merancang, tentu

BSD INTERMODAL TRANSPORT FACILITY M. BARRY BUDI PRIMA BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesantren atau pondok adalah lembaga yang merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Sebagai bagian lembaga pendidikan nasional, kemunculan pesantren dalam sejarahnya telah berusia puluhan tahun, atau bahkan ratusan tahun, dan disinyalir sebagai lembaga yang memiliki kekhasan, keaslian (indegeneous) Indonesia (Madjid, 1997: 3). Sebagai institusi indegenous, pesantren muncul dan terus berkembang dari pengalaman sosiologis masyarakat di sekitar lingkungannya. Akar kultural ini barangkali sebagai potensi dasar yang telah menjadikan pesantren dapat bertahan, dan sangat diharapkan masyarakat dan pemerintah. Pesantren dengan berbagai harapan dan predikat yang dilekatkan kepadanya, sesungguhnya berujung pada tiga fungsi utama yang senantiasa diembannya, yaitu (1) sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama, (2) sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resource) yang mempunyai semangat kemandirian, kewiraswastaan, semangat berdikari yang tidak menggantungkan diri kepada orang lain, (3) sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat (agent of development) (Halim, 2005: 233). Selain ketiga fungsi tersebut pesantren juga dipahami sebagai bagian yang terlibat dalam proses perubahan sosial (social change) di tengah perubahan yang terjadi. 1

Di Indonesia banyak sekali pesantren atau lembaga pendidikan yang telah memberikan sumbangan yang luar biasa dalam kemajuan bangsa. Salah satu-nya merupakan pondok Pesantren Lirboyo yang terletak di desa Lirboyo, kecamatan Mojoroto, kota Kediri merupakan pondok pesantren salaf murni di kota Kediri yang didirikan oleh almarhum KH. Abdul Karim pada tahun 1910 (Bahtiar dkk, 2010: xix). Pondok Pesantren Lirboyo sekarang mempunyai perkembangan yang pesat dalam bidang pendidikan, Seperti adanya Madrasah Ibtida yah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA) yang tingkatantingkatan ini hanya mempelajari ilmu-ilmu agama saja dalam kurikulumnya. Selain itu, pondok ini memiliki beberapa tempat yang menjadi objek wisata oleh para peziarah yang datang ke Lirboyo dan menjadi salah satu ikon kota Kediri, yakni masjid lawang songo, makam Syeih Mursad Setono Lendean, sumur tua Lirboyo, dan makam Kyai Lirboyo yang semuanya berlokasi di pondok pesantren Lirboyo. Bentuk bangunannya memiliki kekhasan dibandingkan pondok-pondok modern sekarang ini, yakni bentuk bangunan angkring (bangunan dari bambu yang berbentuk panggung) yang masih dapat dijumpai, walaupun sedikit jumlahnya saat ini (Bahtiar dkk, 2010: 219). Gambar 1.1 Bangunan Angkring (Sumber : Analisis dan dokumen lapangan, 2011) 2

Namun dari potensi-potensi tersebut, terutama pembangunan fisik masalah sarana dan prasarana bangunan belum ada suatu konsep penataan arsitektur yang jelas dalam penataan massa bangunan. Hanya selama ini pembangunannya langsung saja dengan menyesuaikan bangunan yang diperlukan, dapat dilihat dari sejarah pembangunan Aula al-muktamar dan Masjid al-hasan yang dibangun bersamaan dengan pelaksanaan Muktamar NU ke-30, tanpa adanya perencanaan master plan jangka panjang sebelumnya. Bangunan pun saling berhimpitan antara satu dengan yang lain, terutama hunian santri yang merupakan mayoritas bangunan tumbuh (tambal-sulam). Dalam perancangan kembali Pondok Pesantren induk Lirboyo ini, sebagai obyek perancangan didasarkan pada suatu fakta bahwa dalam upaya memberikan pendidikan kepada santri, pondok pesantren kurang adanya sarana dan prasarana yang mendukung pendidikan. Masalah ini dapat dilihat dari bangunan asrama yang saling berhimpitan satu dengan yang lain, kurangnya fentilasi, sirkulasi yang sempit, dan pencahayaan alami yang kurang akan membuat suasana semakin rancu, ketika ratusan santri menempatinya (Bahtiar dkk, 2010: 222-223). Gambar 1.2. Suasana Pesantren Lirboyo (kamar santri, dapur umum, dan sirkulasi) (Sumber : Analisis dan dokumentasi lapangan, 2011) 3

Masalah lain yang dimiliki pondok pesantren ini, yakni kurangnya pengembangan berbagai usaha ekonomi mandiri pesantren, tanpa mengesampingkan kegiatan utamanya yaitu pendidikan dan pengajaran. Kegiatan ekonomi pesantren, seperti membuka usaha-usaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU), Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), Koperasi Pesantren, perkebunan sayur, peternakan sapi, produk-produk industri kecil mandiri, warung telekomunikasi (wartel), warung internet (warnet), dan sebagainya. Padahal pesantren ini memiliki lahan yang luas, dimana seharusnya dengan lahan yang luas tersebut dapat dimaksimalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menunjang kegiatan pondok pesantren, agar pondok pesantren ini mampu lebih mandiri dalam manajemennya dengan melakukan usaha ekonomi mandiri (Wahjoetomo, 1997: 4). Pendidikan pada perspektif Islam itu sendiri merupakan pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai atau kandungan dalam al-qur an dan al-hadits, sebagaimana visi dan misi pondok pesantren Lirboyo untuk menciptakan manusia yang memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, keluasan ilmu, professional berfikir, mandiri, peduli terhadap lingkungan masyarakat, dan berwawasan luas (Bahtiar dkk, 2010: 368). Sebagaimana dalam al-qur an dibawah ini : Artinya : Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui (Qs. Al-Baqarah (02): 22). 4

Dari ayat diatas bahwasanya Allah swt menciptakan bumi dan langit beserta isinya diperuntukkan bagi manusia, supaya kita bertakwa. Kewajiban seorang hamba selain itu adalah memelihara, menjaga, dan menikmatinya. Oleh karena itu, dari ayat tersebut, visi-misi, potensi-potensi, dan permasalahanpermasalahan yang ada di pesantren Lirboyo ini, perlu diadakan suatu perancangan kembali Pesantren Lirboyo. Agar pesantren mampu mengembangkan potensi-potensi yang sudah ada dengan maksimal, tanpa melalaikan hubungan manusia dengan manusia (Hablu minannas), manusia dengan lingkungan (Hablu minal alam), dan manusia dengan ALLAH swt (Hablu mina allah). Untuk menumbuhkan jiwa kemandirian ekonomi bagi pesantren dan khususnya para santrinya, tanpa melalaikan kegiatan utamanya pendidikan dan pengajaran (baik pendidikan umum maupun keagamaan). Dalam uraian diatas, maka dipilihlah PERANCANGAN KEMBALI PONDOK PESANTREN INDUK LIRBOYO dalam kajian tema, objek ini didasarkan pada prinsip arsitektur Islam dari Nangkula Utaberta yang akan di interpretasikan secara edukatif, ekonomis, religious, dan hunian. Pengambilan prinsip arsitektur Islam dari Nangkula Utaberta ini didasarkan pada kajian tema terhadap objek pondok pesantren induk Lirboyo yang banyak muncul penggunaan prinsip tersebut dalam perancangan. Sedangkan pemilihan tema dan pemakaian prinsip dari Nangkula Utaberta ini karena kesesuaian nilai dari prinsip-prinsip yang ada dengan objek perancangan pondok pesantren. Objek merupakan lembaga pendidikan yang berbasiskan agama Islam, sehingga diperlukan pendekatan arsitektur Islam dalam perancangan kembali pesantren ini, agar 5

mampu sesuai dengan syariat Islam dalam mendidik para santrinya. Kemudian, untuk pemilihan kevalitan prinsip-prinsip Nangkula Utaberta karena beliau merupakan ilmuan tentang arsitektur Islam yang telah banyak diakui dalam dunia arsitektur dan seorang guru besar di suatu universitas dan prinsip-prinsip ini sesuai dengan objek rancangan dan mampu diterapkan dalam rancangan. Perancangan ini bertujuan agar dengan adanya perancangan kembali pondok pesantren ini mampu bertahan dan berkembang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini dan masa datang dengan tetap sebagai pondok salaf. Selain itu juga dapat menjaga potensi lokal pondok pesantren itu sendiri. Sehingga mampu menciptakan suatu pondok pesantren yang berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam al-qur an dan al-hadits. Sekaligus biasa menjawab semua rumusan permasalahan yang telah diusulkan sesuai tujuan dan manfaat rancangan. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam perancangan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana rancangan pondok pesantren induk Lirboyo yang mampu mengakomodasi secara edukatif, ekonomis, religious, dan hunian? 2. Bagaimana rancangan pondok pesantren induk Lirboyo yang didasarkan pada prinsip-prinsip arsitektur Islam dari Nangkula Utaberta yang sesuai syariat Islam berdasarkan al-qur an dan al-hadits? 6

1.3 Tujuan Perancangan Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menghasilkan rancangan pondok pesantren induk Lirboyo yang mampu mengakomodasi secara edukatif, ekonomis, religious, dan hunian? 2. Untuk menghasilkan rancangan pondok pesantren induk Lirboyo yang didasarkan pada prinsip-prinsip arsitektur Islam dari Nangkula Utaberta yang sesuai syariat Islam berdasarkan al-qur an dan al-hadits? 1.4 Manfaat Perancangan Perancangan ini diharapkan mempunyai kegunaan yang bersifat teoritis maupun praktis. Kegunaan perancangan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi perancang, menambah pengetahuan teoritis dan praktisi khususnya berkenaan tentang perancangan pondok pesantren. 2. Secara teoritis, perancangan ini diharapkan memberikan konstribusi ilmiah terhadap perkembangan pendidikan di berbagai lembaga pendidikan, khususnya pesantren dan arsitektur, terutama yang berkaitan dengan arsitektur Islam dalam kegiatan pendidikan dan pengembangan jiwa kewirausahaan di pesantren. 3. Secara praktis, perancangan ini mampu memberikan masukan dan perbaikan pada pondok pesantren dan pada lembaga pendidikan, khususnya Pesantren Lirboyo dalam menjawab kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam hal pendidikan sebagai pondok pesantren salafi. 7

1.5 Batasan Masalah Batasan-batasan pada perancangan ini, bertujuan untuk menghindari adanya salah pengertian dan meluasnya pembahasan. Sehingga ruang lingkup batasan ini berkaitan pada permasalahan arsitektur sebagai wadah memunculkan karakter bangunan, sesuai dengan karakteristik pondok pesantren induk Lirboyo saat ini. Batasan-batasan permasalahannya sebagai berikut: 1. Dalam perancangan pondok pesantren induk Lirboyo ini tapak pondok induk menjadi objek rancangan yang merupakan pondok khusus laki-laki. 2. Bangunan dalam perancangan pondok pesantren induk Lirboyo ini berkaitan dengan sarana dan prasarana dalam bidang pendidikan, bidang hunian, bidang kewirausahaan (ekonomi), dan bidang peribadahan. 3. Dalam perancangan pondok Pesantren induk Lirboyo bangunan yang tidak masuk dalam perancangan, yakni bangunan bersejarah pondok pesantren Lirboyo (gedung Al-Ikhwan, sumur tua Lirboyo, masjid Lawang songo, gerbang masjid Lawang songo, dalem KH. Abdul Karim (pendiri pondok pesantren Lirboyo), makam Syeh Mursad Setono Lendean, dan makam-makam kyai pondok Lirboyo) dan aula. 4. Pondok pesantren Lirboyo merupakan pondok salafiyah yang tetap dipertahankan menjadi pondok salafiyah asli. 8