I. PENDAHULUAN. keberadaanya. Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh faktor endogen (keadaan jasmani, panca

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB II LANDASAN TEORI

Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan.kualitas sumber. daya manusia (SDM) memainkan peran penting dalam pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SANTRIWATI KELAS 2 SMA PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

III. METODE PENELITIAN. cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi,

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, cerdas, produktif dan mandiri. Meningkatkan status gizi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar merupakan hasilnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP AL-AZHAR PALU 2014 ABD. HAKIM, NIKMAH UTAMI, ARUM M

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

I. PENDAHULUAN. bervariasi dalam suatu proses pembelajaran. Perbedaan tersebut dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program

BAB I PENDAHULUAN. Afrian Dhea Fahmi, 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ATLET SQUASH DENGAN POLA MAKAN PASCA KOMPETISI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan anak yang berada pada usia sekolah yaitu. antara 6-12 tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI KOTA SIBOLGA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kecerdasan terutama pada anak-anak (Arisman, 2004). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. SMA Negeri 1 Boyolali beralamat di Jl. Kates nomor 8 Boyolali adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pola makan dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungan. dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang. 20 tahun 2003 terdapat tujuan pendidikan nasional yaitu untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS I SD NEGERI 5 BANDA ACEH. Nova Rizki, Awaluddin,Tursinawati.

ASUPAN ENERGI PROTEIN, STATUS GIZI, DAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR ARJOWINANGUN I PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat

BAB I Pendahuluan. Menengan Atas (SMA) saat beralih ke perguruan tinggi. Pada jenjang SMA untuk

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan erat antara makanan dengan kesehatan manusia telah lama diakui keberadaanya. Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan didunia menyadarai bahwa arti makanan lebih luas dari sekedar untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan saja. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, hal mana merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Dalam hal ini gizi ternyata sangat berpengaruh terhadap kecerdasan dan produktivitas kerja manusia. Agar perencanaan upaya peningkatan status gizi penduduk dapat dilakukan dengan baik, semua aspek yang berpengaruh perlu dipelajari termasuk aspek pola pangan, sosiobudaya, dan pengaruh konsumsi makanan terhadap status gizi (Almatsier, 2003). Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan makanan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan. Anak yang sedang dalam usia duduk dibangku sekolah

2 memerlukan lebih banyak asupan makanan sesuai untuk menunjang prestasi mereka dibangku sekolah (Suhardjo, 2003). Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitas, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik baiknya (Sediaoetama, 1996). Keadaan gizi juga akan mempengaruhi kemampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan akan mempengaruhi prestasi belajar. Penelitian kaitan indeks prestasi dengan status gizi anak : studi kasus anak di Kabupaten Nabire oleh Wilma (2006) menemukan bahwa semakin rendah status gizi siswa semakin rendah pula nilai prestasi mereka. Penelitian Huwae (2005) menyatakan terdapat hubungan yang erat antara status gizi dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar yaitu semakin tinggi status gizi siswa maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar mereka Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan, kekurangan gizi berakibat menurunnya kualitas kecerdasan manusia muda yang pandai yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan bangsa, dan kurangnya gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk bekerja, yang berarti menurunnya

3 produktivitas kerja manusia. Gizi kurang pada anak di usia muda membawa dampak anak mudah menderita kelainan mental, sukar berkonsentrasi, dan prestasi belajar menjadi rendah. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa gizi buruk dapat menyebabkan pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan terganggu disamping itu gizi kurang pada anak juga dapat membuat anak menjadi kurus, pertumbuhan terhambat. Hal ini terjadi karena kurangnya produksi protein dan kurangnya energi yang diperoleh dari makanan (Moehji, 2003). Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2001). Pada masa usia remaja biasanya membutuhkan kalori yang cukup tinggi karena pada umumnya aktivitas diluar rumah padat. Selain dengan setumpuk kegiatan yang ada disekolah, pada umumnya juga para remaja usia sekolah aktif diluar kegiatan sekolah seperti olah raga, mengikuti kursus-kursus, dan mungkin sebagian kecil bekerja. Menurut penelitian Intan (2005) biasanya para remaja usia 15 17 senang dengan pola makan yang tidak sehat misalnya makanan cepat saji, soft drink, mie instant sehingga menimbulkan efek yang kurang bagus terhadap kesehatan mereka. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti pola makan remaja terutama yang sedang duduk dibangku SMA yang rata-rata berusia 16-17. Salah satu cara menilai kualitas seorang siswa adalah dengan melihat prestasi belajarnya di sekolah. Prestasi yang dicapai oleh seorang siswa dapat menunjukkan hasil dari proses belajar dan dapat dipakai sebagai ukuran untuk

4 mengetahui sejauh mana mereka dapat menguasai pelajaran yang sudah diajarkan atau dipelajari. Hasil prestasi belajar ini biasanya bersifat dokumentatif yang dinyatakan dengan nilai rapor. Proses belajar yang dilakukan seseorang merupakan suatu proses yang sangat komplek yang dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari diri sendiri maupun dari luar diri manusia tersebut (Soemantri, 1978). Kehadiran program akselerasi dilatarbelakangi oleh realitas hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang, Depdiknas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 20 SMA unggulan di Indonesia, didadapatkan hasil siswa yang tergolong berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa sebesar 19,7% dan lebih dari 70% berkemampuan baik (Depdiknas:2001). Dengan alasan tersebut, sehingga Mendiknas meluncurkan Program Percepatan Belajar (PPB) atau lebih dikenal dengan sebutan program akselerasi pada SD, SMP, dan SMA. Program akselerasi kini telah berjalan beberapa tahun pada sekolah yang menyelenggarakannya dan telah tersedia beberapa penelitian dalam berbagai jenis untuk diungkapkan. SMA N 2 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah terbaik dengan menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan berastatus sebagai SMA RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) dengan nilai akreditasi 96 (www.ban-sm.or.id). SMA N 2 Bandar Lampung mempunyai kelas akselerasi dan non akselerasi. Sama dengan sekolah lain, kelas non akselerasi ditempuh selama tiga tahun sedangkan non akselerasi ditempuh selama dua tahun. Sekolah ini merupakan pelopor kelas akselerasi di kota

5 Bandar Lampung. Tidak sembarang orang yang bisa masuk kedalam kelas akselerasi, harus melalui seleksi yang ketat. Pada umumnya kelas akselerasi mempunyai jadwal yang padat setiap harinya,, karena materi pelajaran tiga tahun harus diselesaikan selama dua tahun, oleh sebab itu siswa kelas akselerasi membutuhan asupan nutrisi yang baik untuk menunjang aktivitas mereka. Dengan alasan inilah sehingga penulis tertarik untuk melihat hubungan asupan energi, asupan protein, dan status gizi dengan tingkat prestasi akademik siwa akselerasi dan non akselerasi dan mengambil lokasi penelitian di SMA N 2 Bandar Lampung. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa faktor gizi sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan otak. Keseimbangan antara asupan makanan dan kebutuhan zat gizi, khususnya energi dan protein sangat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, kesehatan, aktivitas anak, dan hal-hal lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan asupan energi, asupan protein,dan status gizi terhadap tingkat prestasi akademik siswa akelerasi dan non akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung.

6 B. Rumusan Masalah Pola makan yang baik akan berdampak pada status gizi yang baik juga. Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang, artinya asupan gizi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gizi buruk pada anak usia dini membawa dampak anak sukar berkonsentrasi, prestasi belajar menjadi rendah, pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan terganggu, hal ini disebabkan karena kurangnya produksi protein dan kurangnya energi yang diperoleh dari makanan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilma (2006) di Kabupaten Nabire mengenai kaitan indeks prestasi dengan status gizi anak menemukan bahwa semakin rendah status gizi siswa semakin rendah pula nila prestasi mereka. Salah satu cara menilai kualitas seorang anak adalah dengan melihat prestasi belajarnya di sekolah, dimana prestasi yang dicapai oleh seorang anak dapat menunjukkan hasil dari proses belajar dan dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana mereka dapat menguasai pelajaran yang sudah diajarkan atau dipelajari, dan hasil prestasi belajar yang diperoleh dinyatakan dengan nilai rapor. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah ada Hubungan antara asupan energi, asupan protein, dan status gizi dengan tingkat prestasi akademik siswa akselerasi dan non akselerasi kelas XII IPA SMA N 2 Bandar Lampung.

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan asupan energi, asupan protein, dan status gizi terhadap prestasi akademik siswa akselerasi dan non akselerasi di SMA N 2 Bandar Lampung. 2. Tujuan Khusus 1. Menganalisis hubungan asupan energi dengan tingkat prestasi akademik siswa akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung. 2. Menganalisis hubungan asupan energi dengan tingkat prestasi akademik siswa non akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung. 3. Menganalisis hubungan asupan protein dengan tingkat prestasi akademik siswa akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung. 4. Menganalisis hubungan asupan protein dengan tingkat prestasi akademik siswa non akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung. 5. Menganalisis hubungan status gizi dengan tingkat prestasi akademik siswa akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung. 6. Menganalisis hubungan status gizi dengan tingkat prestasi akademik siswa non akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung. 7. Menganalisis pengaruh asupan energi, asupan protein, status gizi terhadap tingkat prestasi siswa akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung. 8. Menganalisis pengaruh asupan energi, asupan protein, status gizi terhadap tingkat prestasi siswa non akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung.

8 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi penulis Mendapatkan pengalaman langsung dalam merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian dan menyusun hasil penelitian mengenai hubungan asupan energi, asupan protein, dan status gizi terhadap tingkat prestasi akademik siswa akselerasi dan non akselerasi tahun ajaran 2011/2012. 2. Manfaat bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan tambahan informasi penelitian yang berkaitan dengan hubungan asupan energi, asupan protein, dan status gizi dengan tingkat prestasi akademik siswa akselerasi dan non akselerasi. 3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para orang tua akan pentingnya mengatur pola makan dan gizi yang seimbang seorang anak untuk mendukung kecerdasan anak. 4. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi pendidikan yang bersangkutan, staf pendidik dan pengajar untuk memperhatikan keadaan status gizi dan pola makan siswa usia sekolah.

9 E. Kerangka Penelitian 1. Kerangka Teori Faktor Internal: 1. Intelegensi 2. Kemauan 3. Bakat 4. Daya Ingat 5. Faktor Fisik dan Psikis - Status Gizi Pola Makan (Asupan Energi dan Asupan Protein) Pemeriksaan Biokimia Pemeriksaan Klinis, Biofisik dan Riwayat mengenai kesehatan Pemeriksaan Antropometri Prestasi Belajar Faktor Eksternal: 1. Lingkungan Keluarga (Kondisi lingkungan keluarga, dorongan dari orang tua, didikan orang tua) 2. Lingkungan Sekolah (Sikap dan cara guru mengajar, Peralatan belajar yang mendukung, adanya teman belajar disekolah, sumber-sumber belajar) 3. Waktu (adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi) (Soematri, 1978). Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian.

10 Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dipengaruhi oleh dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri.faktor internal meliputi intelegensi yang merupakan tingkat kecerdasan dasar yang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang, kemauan yang merupakan motor penggerak utama yag menentukan keberhasilan seseorang dalam setiap segi kehidupannya, Bakat yang merupakan faktor penunjang keberhasilan seseorang dalam bidang tertentu, daya ingat yaitu sebagai kemampuan untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan kembali suatu kesan, dan faktor keadaan fisik dan psikis yag berpengaruh terhadap pertumbuhan dan stabilitas mental siswa. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga yang merupakan faktor lingkungan utama yang menentukan perkembangan pendidikan seorang anak, faktor lingkungan sekolah yang merupakan penunjang didalam belajar serta tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten, dan faktor waktu untuk menyeimbangkan waktu untuk bermain dan belajar.

11 2. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Status Gizi Siswa Asupan Energi Prestasi Belajar Siswa Asupan Protein Gambar 2. Kerangka Konsep Secara umum banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti faktor fisik dan psikis, khususnya mengenai status gizi dan konsumsi pangan yaitu pola makan terutama dalam asupan energi dan protein saja yang mempengaruhi prestasi belajar, padahal tidak tertutup kemungkinan terdapat beberapa faktor yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar seorang anak, misalnya Intelegensi (IQ), bakat, dan lingkungan keluarga. Faktor ini tidak diteliti karena keterbatasan peneliti dan kesulitan memperoleh data karena sifatnya sangat subyektif tiap individu dan juga memerlukan beberapa tes dan bantuan psikolog untuk menentukan kecerdasan (IQ) seorang anak. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar, meliputi guru,materi,dan alat-alat pelajaran,sarana dan fasilitas sekolah adalah sama untuk masing-masing kelas.

12 F. Hipotesis Hipotesis Penelitian ini: 1. Terdapat pengaruh antara status gizi, asupan energi dan protein terhadap prestasi belajar siswa di SMA N 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012. - Ada hubungan antara status gizi, asupan energi, asupan protein terhadap prestasi belajar siswa akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung. - Ada hubungan antara status gizi, asupan energi, asupan protein terhadap prestasi belajar siswan non akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung.