BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODOLOGI PE ELITIA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

Oleh : Pusat Sosial Ekonomi Kebijakan Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

KONTRIBUSI MASYARAKAT DALAM UPAYA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MELALUI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI CATUR WIRADITYO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

II. METODOLOGI. A. Metode survei

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

METODOLOGI PENELlTlAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

III METODOLOGI PENELITIAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian di Lapangan dan Laboratorium

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Indonesia

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan.

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Barat

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Bali

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Maluku

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di DKI Jakarta

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Aceh

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Papua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Gorontalo

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di kuasai pepohonan dan mempunyai kondisi

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Nusa Tenggara Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. iklim global ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam di berbagai belahan

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif.

ESTIMASI CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN TEGAKAN ATAS DI KAWASAN HUTAN KOTA PEKANBARU. Ermina Sari 1) Siska Pratiwi 2) erminasari.unilak.ac.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

POTENSI SERAPAN KARBON PADA BEBERAPA TIPE HUTAN DI INDONESIA. Ary Widiyanto

III. METODE PENELITIAN

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka data analisis mengunakan statistik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 Januari 2016 dan pada

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA KAWASAN ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRAK BAB I.

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

Transkripsi:

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2011, bertempat di Seksi Wilayah Konservasi II Ambulu, Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Adapun lokasi penelitian adalah di dua desa yang berbatasan secara langsung dengan zona rehabilitasi, yaitu Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri. 4.2 Obyek dan Alat Yang Digunakan Obyek penelitian ini adalah masyarakat di dua desa penyangga petani peserta kegiatan RHL itu sendiri. Sedangkan alat yang digunakan adalah: 1. Kamera, untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian. 2. Alat tulis, untuk mencatat data penelitian. 3. Kuisioner, untuk mempermudah pengambilan data mengenai sosialekonomi obyek penelitian (Lampiran 1 dan 2). 4. Panduan wawancara, untuk mempermudah pengambilan mengenai kegiatan rehabilitasi (Lampiran 4). 5. Kompas, alat ukur tinggi pohon (haga), pita ukur, tali tambang, untuk mempermudah pengambilan data mengenai tanaman pokok. 4.3 Kerangka Pemikiran Taman Nasional Meru Betiri merupakan salah satu tempat dilaksanakannya Demonstration Activity Reducing Emissions from Deforestation and Degradation (DA-REDD). Diharapkan TNMB dapat dijadikan contoh untuk kawasan konservasi lain dalam menanggapi isu mengenai REDD dan perubahan iklim. Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri merupakan salah satu kesatuan dari pengelolaan TNMB yang termasuk dalam wilayah pengelolaan Seksi Wilayah Konservasi II Ambulu, TNMB, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Di lokasi ini sejak tahun 1999 telah dilaksanakan kegiatan RHL yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi kawasan, tepatnya di Zona Rehabilitasi

14 Taman Nasional Meru Betiri yang telah rusak akibat pembalakan liar pada tahun 1998. Kegiatan RHL ini dinilai memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat meliputi peningkatan pendapatan masyarakat karena masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan dan merupakan pelaku utama kegiatan rehabilitasi ini. Dalam wacana perubahan iklim, kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan oleh masyarakat merupakan salah satu bentuk tindakan adaptasi, dimana masyarakat secara sukarela telah menyumbangkan tenaga mereka untuk menanam tanaman pokok yang dapat mengurangi emisi dan secara tidak langsung mereka telah menciptakan suatu ekosistem bagi mereka untuk bertahan dari perubahan iklim tersebut. Dengan kata lain masyarakat telah berkontribusi terhadap penanggulangan perubahan iklim melalui kegiatan rehabilitasi. Kegiatan RHL dikatakan sebagai upaya adaptasi apabila dapat memberikan manfaat ekologi bagi ekosistem dan manfaat ekonomi bagi pelaku utama kegiatan rehabilitasi serta dilandasi dengan persepsi terhadap kegiatan rehabilitasi itu sendiri tinggi. Manfaat ekologi ini dapat dilihat dari jumlah tanaman pokok yang berada di kawasan dibandingkan dengan data pada tahun sebelumnya (tahun 2001) dan jumlah simpanan karbon yang terdapat pada tanaman pokok tersebut. Manfaat ekologi ini dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Variabel yang diamati merupakan variabel yang berhubungan dengan tanaman pokok meliputi jenis, jumlah, diameter, dan tinggi. Sedangkan manfaat ekonomi dapat dilihat dari peningkatan pendapatan pendapatan rumah tangga masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari persentase kontribusi pendapatan dari kegiatan rehabilitasi pada tahun sebelumnya (tahun 2001). Manfaat ekonomi ini dapat diperoleh dengan melakukan wawancara melalui kuisioner dimana pertanyaan yang akan ditanyakan merupakan variabel yang berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan rehabilitasi merupakan kunci keberhasilan kegiatan tersebut. Keberhasilan kegiatan ini sangat berkaitan dengan upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan rehabilitasi dapat dilihat dari hasil penyebaran kuisioner tertutup yang dinilai berdasarkan

15 jawaban masyarakat terhadap pertanyaan yang diajukan. Hasil dari kuisioner ini akan diolah dengan metode penskalaan Likert yang menentukan tingkatan persepsi masyarakat terhadap kegiatan rehabilitasi. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan ini dikatakan merupakan upaya adaptasi perubahan iklim apabila memberikan manfaat ekologi bagi ekosistem dan manfaat ekonomi bagi masyarakat serta dilandasi oleh tingkat persepsi yang tinggi terhadap kegiatan. Pengelolaan Taman Nasional Meru Betiri Pemberdayaan Masyarakat Manfaat Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Upaya Adaptasi Perubahan Iklim Gambar 1 Kerangka pemikiran konseptual. 4.4 Batasan Penelitian Batasan penelitian tentang kontribusi masyarakat dalam upaya adaptasi perubahan iklim melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di TNMB adalah sebagai berikut: 1. Wilayah penelitian adalah Seksi Wilayah Konservasi II Ambulu Zona Rehabilitasi TNMB, Desa Sanenrejo dan Wonoasri, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur. 2. Manfaat ekonomi yang dikaji meliputi persentase kontribusi pendapatan masyarakat dari kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. 3. Manfaat ekologi yang dikaji meliputi jumlah tanaman pokok dan jumlah simpanan karbon pada tanaman pokok di lokasi tersebut.

16 4. Persepsi yang dikaji meliputi persepsi masyarakat tentang RHL serta pengaruhnya terhadap adaptasi perubahan iklim. 4.5 Metode Penelitian 4.5.1 Manfaat ekologi 1 Metode pengambilan contoh Lokasi penelitian di Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri dipilih secara sengaja berdasarkan informasi dan data penelitian yang diperoleh dalam penelusuran dokumen mengenai kegiatan RHL di Taman Nasional Meru Betiri. Pemilihan lokasi pengamatan dalam penelitian ini dilakukan secara acak dengan intensitas sampling sebesar 0,1% dengan asumsi sudah cukup mewakili lokasi studi. Hal ini dilakukan karena sebagian besar lahan kritis telah ditanami pohon pokok sehingga tidak diperhitungkan spesifik kondisi fisik tempat tumbuh ataupun parameter lain. Jumlah plot dipastikan sebanyak 40 plot. 2 Jenis data Data yang diperlukan dalam sub-bab penelitian ekologi ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah data mengenai jumlah tanaman pokok dan jumlah simpanan karbon yang terdapat pada tanaman pokok tersebut, meliputi jenis, jumlah, diameter, dan tinggi. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan mencakup adalah keadaan lahan, antara lain jenis tanah, topografi, kelerengan lahan, dan luas lahan berdasarkan pemilikan. 3 Metode pengambilan data Data primer mengenai keberhasilan tumbuh tanaman pokok dan jumlah simpanan karbon yang terdapat pada tanaman pokok tersebut diperoleh dari pengamatan secara langsung melalui kegiatan inventarisasi lapang meliputi kegiatan pencatatan, pengukuran dan penghitungan dengan metode sampling. Besarnya intensitas sampling ditetapkan sebesar 0,1%, dengan asumsi dapat mewakili kondisi yang ada. Dari luasan uji petik yang ditetapkan, kemudian dibagi menjadi plot-plot contoh lingkaran berukuran 0,1 ha (r = 17,8 m). Data yang dikumpulkan berupa jenis, jumlah, diameter, dan tinggi tanaman pokok. Selanjutnya data-data tersebut dicatat kedalam tally sheet untuk dilakukan pengolahan dan analisis.

17 Plot contoh Gambar 2 Metode pengukuran tanaman pokok dan simpanan karbon. 4. Pengolahan Data a. Keberhasilan tumbuh tanaman pokok Pohon hidup adalah tanaman pokok yang ditemukan hidup (penampakan fisik) berdasarkan hasil inventarisasi lapangan pada plot pengamatan. Berdasarkan Cohran (1977) dalam Saefidun (2001), pendugaan pohon hidup dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rata-rata pohon hidup per-plot Ragam plot y = Σxi n S² = nσxi² Σxi 2 n(n 1) Penaksiran total pohon hidup Y = N np. y Galat pengambilan contoh pada tingkat kepercayaan 95% E = y ± tα/2; n 1 S n Jumlah pohon berdasarkan sampling: Minimum = taksiran total pohon hidup median galat pengambilan contoh Maksimum = taksiran total pohon hidup+median galat pengambilan contoh

18 Keterangan: N = Luas seluruh areal xi = Jumlah pohon hidup plot ke-i y = Rata-rata pohon hidup per-plot n = Jumlah plot sampling np = Luas satu plot sampling b. Pengukuran simpanan karbon pada tanaman pokok Pengukuran jumlah simpanan karbon yang dilakukan hanya menghitung jumlah simpanan karbon yang terdapat di tanaman pokok. Penghitungan jumlah simpanan karbon dihitung dengan asumsi tidak terjadi kebocoran dalam tegakan (tidak ada pohon yang ditebang, mati, atau tumbang). Konsentrasi C dalam bahan organik umumnya ± 46% dari biomassa (Hairiah dan Rahayu 2007). Berdasarkan pengetahuan tersebut, kandungan karbon dalam biomassa tegakan diduga sebesar 46% berat kering biomassa tegakan (BKt). C = BKt x 0,46 BKt merupakan hasil penjumlahan berat kering biomassa setiap individu penyusun tegakan (BKti) BKt = ΣBKti Berat kering biomassa tegakan dalam penelitian ini hanya memperhitungkan tegakan pohon, yaitu pohon-pohon yang berdiameter > 5 cm. Pohon dengan diameter di bawah 5 cm diklasifikasikan sebagai tumbuhan bawah (Hairiah dan Rahayu 2007). Tumbuhan bawah tidak dimasukan dalam penghitungan, karena umumnya berupa tanaman semusim. BKti diduga dengan menggunakan persamaan allometrik sebagai berikut: BK = 0,11 ρd 2,62 Keterangan: BK = berat kering biomassa pohon (kg/batang) ρ = berat jenis (BJ) kayu (Lampiran 6) D = diameter pohon setinggi dada, dbh (cm) Langkah selanjutnya, setelah diketahui total karbon tersimpan kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui jumlah CO2 dalam tegakan, karena harga karbon yang diperdagangkan dalam bentuk CO2. Untuk mengetahui kandungan

19 CO2 nilai karbon dikalikan faktor konversi kedalam bentuk CO2 sebesar 3,67 (Handayani 2003). Nilai tersebut diperoleh dari rumus kimia karbon terhadap CO2 dengan bentuk matematis sebagai berikut: CO2 = C x 3,67 Keterangan: CO2 = kandungan karbon dioksida (ton/ha) C = kandungan karbon (ton/ha) Untuk mengetahui nilai ekonomi penyerapan CO2 di lahan rehabilitasi maka digunakan perhitungan sebagai berikut: Σ Reduksi CO2 x Harga CO2/t (A/R Sukarela*) Ket: Harga karbon A/R Sukarela sebesar US$ 22,75/tCO2e (IFCA 2007) atau setera dengan Rp 4.166,67 374.999,85 / tco2e (Nilai kurs rupiah terhadap dolar pada tanggal 25 Agustus 2011 pukul 14.45 Rp 8.333,33). 4.5.2 Manfaat ekonomi 1. Metode pengambilan contoh Lokasi penelitian di Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri dipilih secara sengaja berdasarkan informasi dan data penelitian yang diperoleh dalam penelusuran dokumen mengenai kegiatan RHL di TNMB. Penentuan responden ditentukan dari tempat dilakukannya pengamatan ekologi (pemilihan plot), sehingga jumlah responden sebanyak 40 orang dan merupakan pemilik lahan rehabilitasi. 2. Jenis data Data yang diperlukan dalam sub-bab penelitian ekonomi hanya mencakup data primer. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai persentase kontribusi pendapatan masyarakat dari lahan rehabilitasi. Variabel yang dikumpulkan meliputi: pendapatan responden (baik pendapatan pokok maupun pendapatan dari lahan rehabiltasi) dan pengeluaran rumah tangga responden dalam 1 tahun. 3. Metode pengambilan data Data kontribusi pendapatan masyarakat dilakukan dengan menyebar kuisioner (Lampiran 1) secara acak kepada anggota kelompok tani. Pertanyaan yang diajukan meliputi pendapatan responden (baik pendapatan pokok maupun

20 pendapatan dari lahan rehabiltasi) dan pengeluaran rumah tangga responden dalam 1 tahun. Hasil kuisioner kemudian diolah dan ditabulasikan untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif. 4. Pengolahan data Rumus yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kegiatan rehabilitasi dapat mempengaruhi pendapatn total petani, maka dihitung kontribusi dengan rumus sebagai berikut: Kontribusi Pendapatan = Pendapatan Rehabilitasi Pendapatan Total Rumah Tangga x 100% Kegiatan RHL dapat dikatakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pendapatan total petani apabila nilainya 20%. Hal ini sesuai dengan batas duga yang dikembangkan oleh Gittinger (1986) menyatakan bahwa pendapatan suatu proyek dapat dikatakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap pendapatan total apabila nilainya 20%. 4.5.3 Persepsi 1. Metode pengambilan contoh Lokasi penelitian di Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri dipilih secara sengaja berdasarkan informasi dan data penelitian yang diperoleh dalam penelusuran dokumen mengenai kegiatan RHL di TNMB. Penentuan responden ditentukan dari tempat dilakukannya pengamatan ekologi (pemilihan plot), sehingga jumlah responden sebanyak 40 orang dan merupakan pemilik lahan rehabilitasi. 2. Jenis data Data yang diperlukan dalam sub-bab penelitian sosial ini mencakup data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah data mengenai persepsi masyarakat tentang RHL serta pengaruhnya terhadap perubahan iklim. Data sekunder yang dikumpulkan mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat di lokasi penelitian. 3. Metode pengambilan data Penentuan persepsi responden tentang rehabilitasi hutan dan lahan serta pengaruhnya terhadap perubahan iklim dilakukan dengan menanyakan sejumlah pertanyaan melalui kuisioner. Variabel dan pertanyaan tersebut ditentukan sesuai

21 bentuk kegiatan pelaksanaan kegiatan RHL yang dilakukan oleh responden (Lampiran 2). Metode yang digunakan yaitu metode rating yang dijumlahkan atau penskalaan Likert (Mueller 1996). Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan persepsi yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Responden akan diminta untuk menyatakan jawaban terhadap isi pernyataan/indikator dalam lima kategori jawaban, yaitu sangat setuju, setuju, tidak mempunyai pendapat, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Dari masing-masing kategori jawaban akan diberi nilai tergantung dari bentuk pernyataannya baik berupa penyataan positif maupun negatif. Pemberian nilai dari 1 sampai 5 tergantung bentuk pernyataannya, apabila responden menyatakan Sangat setuju nilai yang diberikan adalah 1 Setuju diberikan nilai 2 Tidak mempunyai pendapat diberikan nilai 3 Tidak Setuju dan seterusnya. 4. Pengolahan data Hasil dari penyebaran kuisioner kemudian diolah dengan mencari nilai ratarata dari tiap butir pernyataan dengan menjumlahkan nilai dari tiap jawaban dan membaginya dengan jumlah responden. Sehingga diperoleh nilai yang menggambarkan tingkat persepsi responden. Interval nilai rata-rata dari pernyataan/tanggapan untuk tingkat persepsi dapat dilihat di Tabel 6. Tabel 6 Tingkat persepsi berdasarkan skala Likert Interval Nilai Tanggapan Tingkat Persepsi 0 1,75 Tinggi 1,76 3,25 Sedang 3,26 5 Rendah Sumber: modifikasi dari Mueller 1996 4.6 Analisis Data Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk yang sederhana (tabulasi) untuk mendapatkan gambaran tentang variabel-variabel yang diamati sehingga mempermudah analisis. Kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif.