BAB II KERANGKA TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Kimia Analitik KI-3121

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut sedikit. Asam nitrat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

Bab IV Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan

Sulistyani, M.Si.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan adalah kromium (Cr). Krom adalah kontaminan yang banyak ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

PENGARUH BERBAGAI ASAM TERHADAP DAYA ADSORPSI ION KROMIUM(III) DAN KROMIUM (VI) PADA TANAH DIATOMAE

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari

ION EXCHANGE DASAR TEORI

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

4 Hasil dan Pembahasan

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 30, massa atom 65,37 g/mol, konfigurasi elektron [Ar]3d 10 4s 2 dan terdapat pada

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

Analisa AAS Pada Bayam. Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Elektrokimia. Sel Volta

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

1. Bilangan Oksidasi (b.o)

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian telur dari luka atau kerusakan (Anonim, 2003).

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

4 Hasil dan Pembahasan

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala)

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

Pemisahan dengan Pengendapan

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

KADAR ABU & MINERAL. Teti Estiasih - THP - FTP - UB

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

Transkripsi:

7 BAB II KERANGKA TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tanah Liat Tanah adalah tubuh alam yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya alam terhadap bahan-bahan alam dipermukaan bumi. Tubuh alam ini dapat mengalami deferensiasi dan membentuk horizon-horizon tanah mineral maupun organik yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifatnya dengan bahan induk yang terletak di bawahnya dalam hal morfologi, kimiawi, fisika maupun kehidupan biologi. Hal ini berpengaruh kepada jenis interaksi antara tanah dengan polutan (Syamsiah, 1993: 5). Tanah memiliki ukuran partikel yang bervariasi, dari ukuran 100 mm sampai ukuran lebih kecil dari 0,001 mm. Tanah liat atau lempung merupakan material alam berpori yang memiliki fraksi anorganik. Tanah terdiri atas fragmen-fragmen batuan dan mineral dalam berbagai ukuran dan komposisi. Berdasarkan ukurannya, dikenal tiga fraksi utama yaitu: (1) fraksi kasar (2-0,050 mm) yang disebut pasir, (2) fraksi halus (0,050-0,002 mm) yang disebut debu, dan (3) fraksi sangat halus (<0,002 mm) yang dinamakan lempung (Kim H. Tan, 1982: 93). Tanah liat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah liat yang berasal dari daerah Sangiran, Jawa Tengah. Tanah liat sangiran memiliki komposisi silika amorf yang kadarnya mencapai sekitar 55-70 %. Komponen tanah liat sangiran yang sangat penting dalam proses adsorpsi adalah silika yang terdapat pada daerah antara 1400 dan 800 cm -1 yang disebabkan oleh getaran Al-OH dan Si-O, yang disebut daerah sidik jari. Selain itu pada daerah antara 4000 dan 3000 cm -1 adanya getaran regang dari air terjerap atau gugus OH oktahedral, yang disebut daerah gugus fungsional (Kim H. Tan, 1982: 145). Tanah liat sangiran memiliki struktur yang sama dengan zeolit yaitu kerangka tiga dimensi yang terbentuk oleh tetrahedral AlO 4 dan SiO 4 dengan rongga di

8 dalamnya terisi ion-ion logam alkali, alkali tanah, atau besi (Na, K, Mg, Ca dan Fe) dan molekul air yang cenderung dapat bergerak bebas dalam ruang intermilar struktur rongga. Untuk mempermudah proses pertukaran kation-kation, padatan tanah liat sangiran dibuat homogen yang dilakukan melalui proses preparasi baik secara fisika maupun kimia yaitu dengan pemanasan dan penambahan asam atau garam tertentu. 2. Adsorpsi Adsorpsi adalah proses melekatnya partikel-partikel atau zat-zat pada permukaan. Fasa yang mengadsorpsi disebut adsorben dan fasa yang teradsorpsi disebut adsorbat (Kosmulski, 2001: 190-191). Proses adsorpsi dapat berlangsung jika suatu permukaan padatan dan molekul-molekul gas atau cair, dikontakkan dengan molekul-molekul tersebut, maka di dalamnya terdapat gaya kohesif termasuk gaya hidrostatik dan gaya ikatan hidrogen yang bekerja di antara molekul seluruh material. Gaya-gaya yang tidak seimbang pada batas fasa tersebut menyebabkan perubahanperubahan konsentrasi molekul pada interface/fluida. Pada dasarnya proses adsorpsi dapat terjadi melalui dua cara, yaitu : a. Adsorpsi Fisik Adsorpsi fisik melibatkan gaya antar molekul yang relatif lemah, yaitu gaya van der wals, dimana gaya tarik yang terjadi hanyalah gaya tarik menarik secara fisika tanpa disertai perubahan kimia. Adsorpsi fisik tergantung pada sifat-sifat fisika adsorbat dan tidak banyak tergantung pada sifat-sifat kimia adsorben. Pada proses ini molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisik relatif rendah yaitu sekitar 20 kj/mol. Banyaknya zat yang teradsorpsi dalam proses adsorpsi fisik berupa lapisan monomolekul, dan banyaknya adsorpsi fisik akan makin kecil dengan naiknya suhu (Atkins, 1997: 437). b. Adsorpsi Kimia Adsorpsi kimia terjadi bila terdapat interaksi kimia antar molekul zat yang teradsorpsi dengan molekul adsorben. Kemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben

9 melalui gaya van der wals atau melalui ikatan hidrogen. Kemudian diikuti dengan adsorpsi kimia yang terjadi setelah adsorpsi fisika. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi substrat (Atkins, 1997: 437). Interaksi antara tanah liat yang telah teraktivasi asam sulfat terhadap ion logam Cr(VI) dan Cu(II) dengan cara pertukaran ion dimana ion H + yang terdapat dalam rongga struktur tanah liat terlepas digantikan oleh ion logam tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi, yaitu : 1) Luas permukaan, semakin luas permukaan adsorben maka akan semakin banyak adsorbat yang terserap, sehingga proses adsorpsi semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter partikel maka akan semakin luas permukaan adsorben. 2) Makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin cepat kekuatan adsorpsinya. 3) Waktu kontak, semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. 4) Distribusi ukuran partikel, distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang masuk dalam partikel adorben. Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau letak-letak tertentu di dalam partikel tersebut. 3. Logam Berat Istilah logam biasanya diberikan kepada beberapa unsur kimia dengan ketentuan atau kaidah-kaidah tertentu. Unsur ini dalam kondisi suhu kamar tidak selalu berbentuk padat melainkan ada yang berbentuk cair, misalkan saja air raksa atau hidrargirum (Hg), serium (Ce) dan galium (Ga). Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain.

10 Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup (Heryando Palar, 1994: 21-23). Logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5 gr/cm 3 dengan nomor atom 22 sampai dengan 92. Diantara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya, dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn (http://www.journal.unair.ac.id/filerpdf/kesling-2-2-03.pdf). Sedangkan menurut Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990), sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu : a. Bersifat toksik tinggi yang terdiri dari unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. b. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co c. Bersifat toksik rendah terdiri dari unsur Mn dan Fe. Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat yaitu: a. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan). b. Dapat terakumulasi dalam organism, termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi organisme tersebut. c. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan massa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu tertentu. 4. Kromium (Cr) Kromium merupakan logam kristalin yang memiliki nomor atom 24 dan dilambangkan dengan simbol Cr. Kromium memiliki konfigurasi 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 6 4s 2 dan 3d 4, bersifat sangat keras dan memiliki titik didih dan titik leleh tinggi diatas

11 titik didih dan titik leleh unsur transisi deretan pertama lainnya, memiliki tingkat oksidasi utama adalah +2, +3 dan +6. Kromium yang paling stabil adalah kromium dengan tingkat oksidasi +3, karena untuk kromium dengan tingkat oksidasi +6 mudah mengalami disproposional menjadi kromium(iii). Logam ini memiliki daya tahan yang tinggi terhadap bahan-bahan kimia, sehingga sering digunakan sebagai bahan pelapis pada besi. Di alam, logam Cr tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni, logam ini di alam ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur lain. Logam kromium ini larut dalam asam klorida encer atau pekat. Jika terkena udara, akan terbentuk ion-ion kromium(ii), reaksinya dapat dilihat sebagai berikut : Cr(s) + 2H + (aq) Cr(s) + 2HCl(aq) Cr 2+ (aq) + H 2 (g) Cr 2+ (aq) + 2Cl - (aq) + H 2 (g) Dengan adanya oksigen dari atmosfer, kromium sebagian atau seluruhnya menjadi teroksidasi ke keadaan trivalen, menurut reaksi sebagai berikut: 4Cr 2+ (aq) + O 2 (g) + 4H + (aq) 4Cr 3+ (aq) + 2H 2 O(l) Asam sulfat encer menyerang kromium perlahan-lahan, dengan membentuk hidrogen. Dalam asam sulfat pekat panas, kromium larut dengan mudah, dimana ionion kromium (III) dan belerang dioksida terbentuk, reaksinya : 2Cr(s) + 6H 2 SO 4 (aq) 2Cr 3+ (aq) + 3SO 4 2- (aq) + 3SO 2 (g) + 6H 2 O(l) Asam nitrat baik encer maupun pekat membuat kromium menjadi pasif, begitu pula dengan asam sulfat pekat dingin dan air raja. (Vogel, 1990: 270-271). Sedangkan pada ph rendah (suasana asam), dikromat bersifat pengoksidasi yang kuat. Cr 2 O 7 2- (aq) + 14H 3 O + (aq) + 6e 2Cr 3+ (aq) + 21H 2 O(l)

12 5. Tembaga (Cu) Logam tembaga adalah logam yang berwarna kemerahan, bersifat lunak, dapat ditempa, memiliki titik lebur pada suhu 1038 o C (Vogel, 1990: 270-271). Tembaga mempunyai nama kimia cuprum yang dilambangkan dengan Cu. Tembaga dalam periodik unsur terletak pada periode keempat di golongan 1B dengan nomor atom 29 dan mempunyai massa atom 63,54. Logam tembaga memiliki potensial elektroda standar positif (+0,34 V) untuk pasangan Cu(I) dan Cu(II), maka tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer meskipun dengan adanya oksigen logam ini bisa larut sedikit. Larutan sianida bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit mula-mula terbentuk endapan kuning tembaga(ii) sianida : Cu 2+ (aq) + 2CN - (aq) Cu(CN) 2 (s) Endapan dengan sangat cepat terurai menjadi tembaga(i) sianida yang berwarna putih dan sianogen (gas yang sangat beracun). 2Cu(CN) 2 (s) 2CuCN(s) + (CN) 2 (g) Dalam reagensia yang berlebihan, endapan larut dan terbentuk kompleks stabil tetrasianokuprat(i) yang tidak berwarna. CuCN(s) + 3CN - (aq) [Cu(CN) 4 ] 3- (aq) 6. Aktivasi Tanah Liat Proses aktivasi tanah liat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan suatu zat agar bersifat lebih aktif dari keadaan sebelum diaktivasi. Proses aktivasi ini bertujuan untuk membuka permukaan pori-pori tanah liat agar efisiensi adsorpsi tanah liat menjadi maksimum. Aktivasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu aktivasi secara fisika dan kimia. Aktivasi secara fisika dilakukan dengan cara pemanasan dan

13 aktivasi secara kimia dilakukan dengan cara penambahan asam-asam mineral seperti HCl, H 2 SO 4, dan HNO 3. Sebelum tanah liat digunakan pada proses adsorpsi, maka tanah liat terlebih dahulu dilakukan aktivasi dengan menggunakan asam. Dalam penelitian ini digunakan asam sulfat sebagai aktivator karena memiliki ion H + yang banyak dibandingkan dengan asam-asam yang lain serta memiliki sifat higroskopis yang dapat menyerap kandungan air yang terdapat pada tanah liat. Tujuan aktivasi kontak asam adalah menukar kation yang ada dalam tanah liat menjadi ion H + dan melepas ion Al, Fe, Mg dan pengotor-pengotor lainnya dari kisi-kisi struktur sehingga secara fisik permukaan tanah liat menjadi luas pori-porinya dan situs aktifnya menjadi meningkat. 7. Asam Sulfat Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satusatunya ion positif dan basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidroksida sebagai satu-satunya ion negatif (Vogel, 1990: 27). Asam sulfat (H 2 SO 4 ) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan, serta memiliki titik lebur 10,31 o C dan titik didih pada 336,85 o C. Asam sulfat murni yang tidak diencerkan, tidak dapat ditemukan secara alami karena sifatnya yang higroskopis. Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk disimpan, dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat. Asam sulfat merupakan asam berbasa dua dan berdisosiasi dalam dua tingkat : H 2 SO 4 (aq) H + (aq) + HSO - 4 (aq) - HSO 4 (aq) H + (aq) + SO 2-4 (aq)

14 Derajat disosiasi berbeda-beda antara satu asam dengan asam lainnya. Asam sulfat berdisosiasi hampir sempurna pada pengenceran yang sedang, karena itu asam sulfat merupakan elektrolit kuat. 8. Spektroskopi Serapan Atom Spektroskopi Serapan Atom (SSA) merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas dan memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 200-300 nm (Skoog et. al., 2000: 30). Metode ini banyak digunakan karena memiliki kesensitifitasan yang tinggi (ppm-ppb), waktu analisis yang cepat, dan analisisnya tidak memerlukan pemisahan terlebih dahulu. Metode spektroskopi serapan atom ini berprinsip pada adsorpsi cahaya oleh atom, atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan saja tembaga menyerap pada panjang gelombang 324,8 nm, dan kromium pada panjang gelombang 357,9 nm. Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada dalam sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari: a. Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorpsi. b. Hukum Beer: intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut. Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan: It = Io.e -εbc, atau A = - Log It/Io = εbc

Absorbansi 15 Keterangan : Io = intensitas sumber sinar It = intensitas sinar yang diteruskan ε = absorptivitas molar b = panjang medium c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar A = absorbansi. Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (S.L. Underwood dan R.A. Day Jr, 1986: 59). Kurva hubungan antara konsentrasi dan absorbansi dapat dilihat pada Gambar 1: Konsentrasi Gambar 1: Grafik hubungan antara konsentrasi dan absorbansi Gambar alat spektrofotometer serapan atom dapat ditunjukkan pada Gambar 2: Gambar 2: Spektrofotometer serapan atom

16 Bagan alat spektrofotometer serapan atom dapat ditunjukkan pada Gambar 3: Gambar 3: Bagan alat spektrofotometer serapan atom Spektrofotometer serapan atom memiliki komponen instrumen sebagai berikut: a. Sumber sinar (lampu katoda berongga), berguna memancarkan sinar dengan panjang gelombang yang tepat sama dengan panjang gelombang logam yang dianalisis. b. Nyala api (flame), untuk mengubah unsur logam yang dianalisis menjadi atom-atom netral yang masih berada dalam tingkat encer dasar. Proses ini disebut pengatoman atau atomisasi. c. Monokromator, untuk meneruskan panjang gelombang emisi dari lampu katoda berongga yang diabsorpsi paling kuat oleh atom di dalam nyala api (panjang gelombang maksimum) dan menahan garis-garis emisi lain dari lampu katoda berongga yang tidak digunakan dalam analisis. d. Detektor, untuk mengamati dan mendeteksi datangnya berkas sinar dari sistem monokromator dan mengubah energi sinar yang masuk menjadi energi listrik yang sebanding. e. Amplifier, untuk menggerakkan sistem elektronik digital atau mengerakkan rekorder. f. Rekorder, sebagai alat pencatat.

17 g. Spray chamber (ruang penyemprot), untuk membuat campuran yang homogen dari gas oksigen plus bahan bakar aerosol yang mengandung larutan contoh, sebelum campuran ini menjadi burnernya. h. Nebulizer (ruang pengabut), untuk mengubah larutan yang dihisap melalui pipa kapiler menjadi aerosol (kabut atau menjadi butiran-butiran halus). Adapun kondisi analisis dengan spektrofotometer serapan atom untuk ion logam Cr(VI) adalah: panjang gelombang 357,9 nm.; jenis lampu katoda cekung; slit 0,2 nm; arus lampu 5,0 ma; integritas time 3,0 detik; sedangkan flame: C 2 H 2 /udara; kecepatan 65 L/jam; jenis burner 100 mm; tinggi burner 7 mm; kecepatan nebulizer 5,0 ml/menit. Kondisi analisis dengan spektrofotometer serapan atom untuk ion logam Cu(II) adalah: panjang gelombang 324,8 nm.; jenis lampu katoda cekung; slit 0,2 nm; arus lampu 5,0 ma; integritas time 3,0 detik; sedangkan flame: C 2 H 2 /udara; kecepatan 65 L/jam; jenis burner 100 mm; tinggi burner 7 mm; kecepatan nebulizer 5,0 ml/menit. 9. Spektroskopi Infra Merah Spektroskopi infra merah merupakan salah satu jenis dari spektroskopi yang ada, metode ini umum digunakan untuk identifikasi secara kualitatif gugus fungsional yang terdapat pada suatu senyawa meliputi teknik adsorpsi, emisi, dan translasi. Spektroskopi infra merah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000 10 cm -1. Prinsip dasar spektroskopi ini adalah bila sinar radiasi infra merah dilewatkan melalui cuplikan senyawa, maka sejumlah frekuensi diserap sedangkan frekuensi yang lain akan diteruskan/ditransmisikan tanpa diserap (Sastro Hamidjojo Hardjono, 2007: 45). Pengabsorpsian energi pada berbagai frekuensi dapat dideteksi oleh spektroskopi infra merah, yang memplot jumlah radiasi infra merah yang diteruskan melalui cuplikan sebagai fungsi frekuensi (atau panjang gelombang) radiasi. Plot tersebut

18 adalah spektrum infra merah yang memberikan informasi penting tentang gugus fungsional suatu molekul. Penyerapan gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan terjadinya eksitasi tingkat-tingkat energi dalam molekul, dapat berupa eksitasi elektronik, vibrasi, atau rotasi. Atom-atom di dalam molekul tidak dalam keadaan diam, tetapi biasanya terjadi peristiwa vibrasi. Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya. Vibrasi molekul sangat khas untuk suatu molekul tertentu dan biasanya disebut vibrasi finger print pada daerah 2000-400 cm -1. Vibrasi molekul dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu vibrasi regangan (streching) dan vibrasi bengkokan (bending) (Khopkar, 1984: 246). Dua kelompok daerah frekuensi yang biasanya mencirikan kurva infra merah dari kebanyakan mineral tanah liat yaitu: 1. Daerah antara 4000 dan 3000 cm -1 yang diakibatkan oleh getaran regang dari air terjerap atau gugus OH oktahedral, yang disebut daerah gugus fungsional. 2. Daerah antara 1400 dan 800 cm -1, yang disebabkan oleh getaran Al-O atau Si- O, yang disebut daerah sidik jari (Kim H.Tan, 1982: 145). B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Susila Kristianingrum dan Siti Sulastri (2008) mengenai pengaruh berbagai asam terhadap daya adsorpsi ion kromium(iii) dan kromium(vi) pada tanah diatomae. Asam yang digunakan untuk perbandingan pada perendaman tanah liat adalah asam klorida, asam nitrat, dan asam sulfat. Daya adsorpsi tertinggi diperoleh pada perendaman tanah diatomae dengan asam klorida 18,50% (v/v), dengan asam nitrat 32,50% (v/v), dan asam sulfat 12% (v/v). Tanah diatomae asli dan yang sudah diberi perlakuan mempunyai pola spektra FTIR yang hampir sama. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Tri Wahyuni pada tahun 2010 mengenai pengaruh konsentrasi asam nitrat pada efisiensi adsorpsi tanah diatomae terhadap ion logam berat kromium(iii) dan kromium(vi). Penelitian ini dilakukan untuk

19 mengetahui pengaruh penambahan asam nitrat (HNO 3 ) dengan berbagai konsentrasi dan untuk mengetahui efisiensi adsorpsi tanah diatomae terhadap ion Cr(III) dan ion Cr(VI) pada kondisi optimum setelah diberi perlakuan dengan asam nitrat 32,50; 16,25; dan 8,125% (v/v). Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi konsentrasi asam, ukuran butir tanah, dan jenis ion logam yang diadsorpsi. Sebagai variabel terikatnya adalah efisiensi adsorpsi terhadap ion Cr(III) dan Cr(VI). Penentuan banyaknya ion Cr(III) dan Cr(VI) yang teradsorpsi dalam sampel tanah diatomae, dilakukan dengan alat spektrofotometer serapan atom dan penentuan karakter tanah diatomae murni mau pun yang diberi perlakuan dilakukan dengan FTIR. Hasil penelitian menunjukan harga efisiensi adsorpsi optimum untuk kromium(iii) sebesar 95,31% untuk tanah yang telah diaktivasi dan 97,24% untuk tanah diatomae murni. Pada kromium(vi) harga efisiensi adsorpsi sebesar 35,72% untuk tanah yang telah diaktivasi dan 69,49% untuk tanah diatomae murni. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Herawati (2008), mengenai pengaruh konsentrasi asam sulfat (H 2 SO 4 ) pada efisiensi adsorpsi tanah diatomae terhadap ion logam berat kromium(iii) dan kromium(vi). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan asam sulfat (H 2 SO 4 ) dengan berbagai konsentrasi dan untuk mengetahui efisiensi adsorpsi tanah diatomae terhadap ion Cr(III) dan ion Cr(VI) pada kondisi optimum setelah diberi perlakuan dengan asam sulfat 48, 24, dan 12% (v/v). Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi konsentrasi asam, ukuran butir tanah, dan jenis ion logam yang diadsorpsi. Sebagai variabel terikatnya adalah efisiensi adsorpsi terhadap ion Cr(III) dan Cr(VI). Penentuan banyaknya ion Cr(III) dan Cr(VI) yang teradsorpsi dalam sampel tanah diatomae, dilakukan dengan alat spektrofotometer serapan atom dan penentuan karakter tanah diatomae murni mau pun yang diberi perlakuan dilakukan dengan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan tanah diatomae murni menghasilkan efisiensi adsorpsi kromium(iii) paling tinggi yaitu sebesar 97,02%, sedangkan harga efisiensi adsorpsi optimum tanah diatomae yang sudah diaktivasi adalah 96,29%. Pada kromium(vi) tanah murni menghasilkan efisiensi adsorpsi sebesar 67,36%, sedangkm efisiensi adsorpsi optimum untuk tanah

20 diatomae yang sudah di aktivasi adalah 41,09%. Tanah diatomae murni dan yang sudah diberi perlakuan mempunyai pola spektra FTIR yang hampir sama. Perbedaan antara ketiga penelitian di atas adalah jenis asam dan konsentrasi asam pengaktivasinya. C. Kerangka Berfikir Logam kromium dan logam tembaga merupakan logam berat yang banyak terdapat dalam limbah cair industri metalurgi. Sebelum limbah ini dibuang di lingkungan, maka konsentrasinya harus disesuaikan dengan batas aman yang telah ditentukan oleh pemerintah. Salah satu cara penurunan kadar ion logam Cr(VI) dan Cu(II) adalah dengan adsorpsi. Pada penelitian ini media adsorpsi yang digunakan adalah tanah liat. Tanah liat merupakan tanah yang memiliki komposisi utama berupa silika amorf yang kadarnya mencapai sekitar 55-70%. Kadar dan struktur silika ini bervariasi tergantung pada asalnya. Komponen tanah liat yang berhubungan dengan proses atau sifat adsorben adalah silika. Untuk mempermudah pertukaran kation-kation atau proses adsorpsi maka perlu dilakukan aktivasi secara kimia atau pun secara fisika dengan penambahan asam-asam mineral atau garam-garam dan dengan pemanasan. Penambahan asam ini bertujuan untuk membersihkan permukaan pori-pori tanah liat dan untuk membuang senyawa-senyawa pengotor. Dalam penelitian ini tanah liat yang digunakan adalah tanah liat yang berasal dari daerah Sangiran, Jawa Tengah. Sebelum digunakan untuk mengadsorpsi ion logam Cr(VI) dan Cu(II), tanah liat diaktivasi dengan menggunakan asam sulfat 2,5; 5; dan 10 % (v/v), untuk memperluas permukaan tanah liat agar efisiensi adsorpsinya menjadi lebih maksimum. Selanjutnya juga diteliti pengaruh lama perendaman yaitu 0; 2; 4 dan 6 jam. Metode yang dipakai dalam penelitian untuk mengetahui kadar ion logam Cr(VI) dan Cu(II) mula-mula dan setelah perendaman adalah dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom (SSA) yang merupakan salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan kadar unsur-unsur

21 dalam suatu bahan dengan kepekaan, ketelitian serta selektifitas yang tinggi. Metode yang dipakai untuk mengetahui gugus-gugus fungsi yang berperan dalam proses adsorpsi adalah dengan menggunakan metode spektrofotometri infra merah yang mampu menunjukkan vibrasi ikatan tertentu dengan bilangan gelombang tertentu pula.