PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN USAHA GRUBI UBI UNGU TAWANG MANGU. Oleh :

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PEMBUATAN KARAK NON-BORAKS DI DESA TAWANG SARI, BOYOLALI. Oleh : Asri Laksmi Riani 1), Machmuroch 2)

IbM PENGUSAHA KERIPIK SINGKONG RUMAH TANGGA

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan

The 7 th University Research Colloquium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT. IbM JARINGAN USAHA SE-KOTA BATU GRAS (GUYUB RUKUN AGAWE SENTOSO) DI KOTA BATU

PENERAPAN PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK UBI JALAR

PERKEMBANGAN UBI JALAR DAN PELUANG PENGEMBANGANNYA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN DI JAWA TENGAH

UMKM PRODUK GORENGAN SEBAGAI PRODUK UTAMA IBU RUMAH TANGGA DI PEDALANGAN SEMARANG

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan yaitu, wajan, kompor, pisau, pengaduk, gilingan daging dan siler.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IbM PENGRAJIN KUE BAGIAK DI KABUPATEN BANYUWANGI. Herlina dan Triana Lindriati

BAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN KUALITAS DENDENG SAPI DI UD. RIDWAN S. KEFAMENANU

PEMBERDAYAAN UKM KRIPIK SINGKONG RASA GADUNG DI DESA PULE KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul Program KERIPIK PISANG ANEKA RASA BERBASIS PEMASARAN KOPERASI SISWA SEKOLAH SEBAGAI BENTUK KERJA SAMA MUTUALISME.

I. PENDAHULUAN. maupun ekspor. Hal ini karena propinsi Lampung memiliki potensi lahan

Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan

PENGEMBANGAN PRODUKSI KERIPIK PARE DI JATIROTO, WONOGIRI. Oleh : Edy Legowo 1), Selly Astriana 2)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong

ARTIKEL PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN PENGUATAN USAHA OPAK SILI MELALUI PERANCANGAN ALAT PENGHALUS SINGKONG DAN PERBAIKAN PENGEMASAN

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan

MAKALAH STUDI KASUS MANAJEMEN PRODUKSI KERIPIK PISANG SEBAGAI PRODUK OLAHAN BUAH PISANG

PENGABDIAN MASYARAKAT PADA UMKM BAKSO SAPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, makanan harus baik, dan aman untuk dikonsumsi.

IBM KELOMPOK MASYARAKAT PETANI BAWANG MERAH DI DESA NUSAJAYA HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA. Sofyan Samad 1, Sundari 2

INOVASI FORMULASI ADONAN PEMBUATAN KERUPUK IKAN DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG UBI JALAR

PENGEMBANGAN USAHA MIKRO INDUSTRI KREATIF KERUPUK PULI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. malam). Contohnya kue kaktus.jadi, makanan ringan adalah aneka makanan atau

I. PENDAHULUAN. komoditas pangan yaitu pangan potensial ekspor. Besarnya produksi, luas panen

TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

IbM PENGUSAHA KERUPUK KARAK DI DESA DUKUH UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS MAKANAN SEHAT DAN PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

I. PENDAHULUAN. Sejalan dengan cepatnya perkembangan bidang teknologi, perusahaan-perusahaan

INTRODUKSI TEHNOLOGI PENGOVENAN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI PADA USAHA PEMBUATAN BAKPIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perencanaan mesin adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap

Jurnal Abdimas Mahakam Online ISSN : Juni 2017, Vol.1 No. 2

Boks 1. SURVEI UMKM POTENSIAL DI KABUPATEN KERINCI

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perindustrian saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Diversifikasi pangan merupakan program alternatif yang digunakan dalam

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS OMSET RATUSAN JUTA OPAK KUCAI PEDAS MANIS DWI PRI HASTINA D3 TI-2A

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

Bab 5 Aspek Teknis. Bagaimana bentuk tempe yang anda suka? Apa warna tempe yang anda suka? Jenis bahan tempe apa yang anda sukai?

BAB III METODE PELAKSANAAN. Menengah (UKM teratai) Kelurahan Padebuolo, Kec. Kota Timur Kota

PEMBERDAYAAN KOPERASI INSAN FATHONAH MELALUI PRODUKSI ANEKA OLAHAN KETELA. Oleh : Edy Legowo. Abstrak

NASKAH PUBLIKASI PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

USAHA KRIPIK DI DESA MALAKOSA DAN DESA TUMPAPA INDAH KECAMATAN BALINGGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK USAHA MAKANAN KECIL. Setia Iriyanto. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

LV Ratna Devi S, Pendampingan dan Pelatihan Dasar Teknologi Budidaya dan Manajemen Usaha Peternakan Sapi Perah. JKB. Nomor 6 Th. IV Januari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

JOURNAL OF BUSINESS STUDIES

IbM Kelompok Tani Buah Naga

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran,

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

PENERAPAN VALUE ENGINEERING UNTUK MENGHEMAT BIAYA PRODUKSI DAN MENINGKATKAN DAYA SAING UMKM KRIPIK TEMPE PENDAHULUAN

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menyediakan pekerjaan bagi

I. PENDAHULUAN. panen, produksi buah-buahan berlimpah sehingga harga jualnya rendah. Petani tidak dapat menyimpan buah-buahan lebih lama karena umur

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

INDUSTRI KERIPIK SINGKONG

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN AMPAS TAHU UNTUK OLAHAN PANGAN DARI LIMBAH PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN TUNGGULWULUNG KOTA MALANG

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

Studi Kasus Pengembangan Usaha : Kolaborasi PTS, PRA dan IKM Keripik Tempe Pedan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dikalangan masyarakat sedang marak mengkonsumsi ubi jalar ungu. Ubi

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Transkripsi:

PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN USAHA GRUBI UBI UNGU TAWANG MANGU Oleh : M.A.Martina Andriani 1) dan Edwi Mahadjoeno 2) 1) Staff Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret 2) Staff Pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Email : martinaandriani@yahoo.com Abstrak Grubi merupakan salah satu makanan khas yang ada di Kecamatan, Karanganyar. Grubi cukup banyak diminati sebagaai camilan. Tingginya permintaan pasar ini sering tidak diimbangi dengan ketersediaan barang. Hal ini karena sulitnya bahan baku dan proses pengolahan yang cukup menyulitkan. Dalam proses produksi grubi, UKM Bakti jaya dan UKM grubi lain yang ada di Desa karanglo memiliki permasalahan utama saat pengepalan/pembentukan grubi yang masih dalam kondisi panas. Proses yang cukup sulit ini menyebabkan rendahnya produktivitas produksi grubi. Kegiatan Pengabdian yang dilakukan meliputi koordinasi, penyediaan dan trial TTG serta pelatihan outclass penggunaan cetakan grubi. Teknologi tepat guna yang diberikan yaitu alat pencetak grubi dan alat peniris minyak. Melalui kedua alat ini, diharapkan kualitas grubi dapat menjadi stabil. Kata Kunci : Grubi, UKM, Ubi Ungu, Tawangmangu, Pendampingan PENDAHULUAN Ubi ungu (Ipomoea batatas L. Sin batatas edulis choisy) merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai sumber pangan alternative maupun pengembangan potensi bisnis. Salah satu penghasil ubi jalar di Jawa Tengah adalah Kabupaten Karanganyar. Dari data BPS Provinsi Jawa Tengah, diketahui bahwa produksi ubi jalar di Kabupaten Karanganyar adalah sebesar 8.280 ton. Jumlah ini tidak sebesar kabupaten Wonosobo dan Magelang, akan tetapi dibandingkan dengan Kabupaten lainnya, produksi ubi jalar JKB No. 18. Th.X. Juni 2016 1

dikabupaten Karanganyar memiliki rata-rata produksi tertinggi yaitu sebesar 148.65 kw/ha (BPS, 2009). Tingginya produksi ini disebabkan karena kondisi geografis Kabupaten Karanganyar cocok untuk budidaya ubi jalar. Hampir semua ubi jalar yang ditanam di Kabupaten Karanganyar memiliki warna daging buah ungu yang selanjutnya disebut ubi ungu. Khusus untuk kecamatan Tawang Mangu, rata-rata jumlah produksi ubi ungunya mencapai 1.710, 2 ton per tahun. Ubi ungu hasil produksi Kecamatan Tawangmangu ini tidak semuanya dipasarkan secara langsung, melainkan dengan diolah terlebih dahulu untuk memberikan nilai tambah pada ubi ungu tersebut. Beberapa olahan ubi ungu diantaranya adalah keripik ubi ungu dan grubi. Grubi merupakan salah satu jenis makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Snack ini memiliki citarasa khas yang berasal dari gula merah/gula aren. Grubi dibuat dari bahan dasar ubi jalar/singkong, dan gula merah. Proses pembuatannya dilakukan, dengan memotong ubi jalar menjadi bentuk korek api. Setelah dipotong, ubi digoreng sampai matang dan kering. Ubi yang sudah matang kemudian dicampur kedalam larutan gula merah. Ubi yang telah bercampur gula kemudian dibentuk menjadi bola-bola kecil saat masih dalam keadaan panas. Hal ini dilakukan agar ubi tidak patah/remuk. Salah satu sentra industry grubi ubi ungu berada di Desa Karanglo. Dari data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Penanaman Modal dan Koperasi Kabupaten Karanganyar tahun 2008, diketahui terdapat 19 pengusaha agroindustri (industry skala kecil) dan 5 industri rumah tangga yang bergerak di bidang pengolahan ubi ungu, diantaranya adalah UKM Bakti Jaya milik Bapak 2 JKB No. 18. Th.X. Juni 2016

Gito dan Bapak Wagyo yang dikelola secara perorangan. UKM Bakti Jaya berdiri tahun 1992. UKM ini tidak hanya memproduksi grubi, tetapi juga memproduksi keripik singkong dan keripik pisang. Dalam satu bulan, UKM ini mampu memproduksi grubi sebanyak 45 kuintal. Grubi hasil produksi ini kemudian dipasarkan ke berbagai daerah. Pangsa pasar produk grubi ini meliputi daerah Jawa Tengah (Karanganyar, Solo, Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Jogjakarta, Kebumen dan Purworejo), Jawa Timur (Magetan, Madiun, Trenggalek, Malang dan Surabaya), Jawa Barat (Purwakarta dan Bandung) dan Jakarta. Untuk pemasaran di luar pulau Jawa yaitu Kalimantan (Balik papan) dan Sumatera. Gambar 1.1.Grubi Ubi Ungu produksi UKM Bakri Jaya UKM Bakti Jaya tergolong sebagai UKM yang cukup berkembang.tiap harinya, UKM ini mampu memproduksi 1 ton ubi jalar. Kebutuhan ubi jalar ini tidak hanya dipasok oleh petani dari tawang mangu jawa tengah, tetapi juga dipasok oleh petani ubi jalar dari jawa timur. Tenaga kerja yang berkerja di UKM ini berjumlah 22 orang. UKM Bakti Jaya lebih sudah lebih maju dibandingkan dengan UKM Grubi milik Pak Wagyo. Hal ini dikarenakan modal usaha milik Pak Wagyo lebih kecil dan tingkat produksinya masih relative sederhana. Oleh karena itu, UKM Grubi belum bisa menghasilkan grubi dalam jumlah yang banyak. Ubi ungu untuk produksi grubi JKB No. 18. Th.X. Juni 2016 3

masih diiris secara manual. Pangsa pasarnya pun masih lokal, yaitu meliputi daerah karanganyar dan sekitarnya. Pangsa pasar grubi masih sangat terbuka. Hal ini dikarenakan harganya yang terjangkau, produknya menarik dan rasanya yang enak. Permintaan dari luar kota juga cukup banyak. Akan tetapi, kedua UKM ini tidak dapat memenuhi karena kapasitas produksi yang terbatas. Terbatasnya jumlah produksi ini dikarenakan proses produksi yang agak sulit terutama di bagian pembentukan grubi. Setelah diberi gula merah, grubi harus dikepal dengan tangan sampai ukuran tertentu. Karena ubi masih dalam kondisi panas, maka tenaga kerja kesulitan dalam melakukan hal ini dan tidak banyak tenaga kerja yang mau melakukannya.kedua UKM ini masih belum memiliki alat pengepal/pembentuk grubi.oleh karena itu, acapkali permintaan konsumen terlambat dipenuhi. Sedangkan bagi UKM Grubi milik pak Wagyo, tidak adanya mesin produksi yang otomatis membuat permintaan konsumen kadang tidak bisa dipenuhi. UKM Grubi dan UKM Bakti Jaya masih tergolong ke dalam usaha kecil. Oleh karena itu, permasalahan yang dimiliki masih kompleks. Dari hasil identifikasi dengan kedua mitra, diketahui permasalahan yang dimiliki adalah: 1. Modal Terbatas Modal merupakan elemen penting dalam suatu usaha. Keterbatasan modal yang dimiliki oleh kedua UKM ini menyebabkan ketidakmampuan UKM untuk mendapatkan teknologi yang mendukung proses produksi, baik dalam kaitan peningkatan kualitas maupun kuantitas produk grubi. 2. Pengetahuan yang Kurang Grubi yang diproduksi selama ini memiliki rasa yang disukai oleh masyarakat.akan tetapi, kualitas produksi kadang tidak stabil terutama bagi UKM yang masih memproses grubi secara manual. Tidak stabilnya kualitas produk ini 4 JKB No. 18. Th.X. Juni 2016

disebabkan karena tidak adanya standar pembuatan grubi yang dapat diterapkan di UKM ini. Standar proses yang dimaksud juga terkait dengan kelengkapan teknologi yang dimiliki oleh UKM yang masih sangat sederhana. Kedua mitra Pengabdian memiliki permasalahan utama di bidang pengolahan grubi yaitu pada saat pengepalan /pembentukan grubi yang masih dalam kondisi panas. Proses yang cukup sulit ini menyebabkan rendahnya produktivitas produksi grubi. Hal ini menyebabkan kedua UKM tidak mampu memenuhi semua permintaan konsumennya. Selain itu, UKM Bakti Jaya memiliki produk grubi yang masih berminyak sehingga sering mendapat complain dari pelanggan. Dahulu pernah digunakan mesin peniris minyak yang dibeli dari tokoteknologi tepat guna, akan tetapi produk grubi menjadi banyak yang remuk dan rasa grubi menjadi kurang enak. METODE PELAKSANAAN a. Metode pendekatan Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan UKM grubi ubi ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah : Peningkatan Kualitas dan KuantitasProduk Grubi Ubi Ungu Grubi ubi ungu merupakan produk yang memiliki kandungan gizi khususnya betakaroten yang baik untuk kesehatan. Untuk itu, pengolahannya harus dilakukan secara higienis agar kandungan gizi tetap terjaga. Misalnya dalam penggunaan minyak goreng harus dikontrol dengan mengganti minyak yang sudah tidak layak digunakan (digunakan beberapa kali penggorengan), mengurangi atau menghindari penggunaan pemanis buatan yang berlebihan. Disamping itu, kestabilan ukuran juga perlu diperhatikan. Kuantitas produksi ubi ungu berkaitan dengan kemampuan produksi. Semakin cepat proses produksi, JKB No. 18. Th.X. Juni 2016 5

maka semakin banyak grubi yang dapat dihasilkan. b. Prosedur dan Rencana kerja Prosedur dan rencana kerja yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi mitra yaitu : 1. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produk Grubi Ubi Ungu Peningkatan kualitas dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan. Melalui pendampingan ini diharapkan akanterjadi perbaikan kualitas produk dan pengelolaan usaha. Pendampingan yang dilakukan diantaranya : a. Pendampingan pengelolaan usaha Pendampingan pengelolaan usaaha diutamakan dalam hal manajemen produksi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi. b. Pelatihan Proses Produksi Hal ini terkait dengan pembuatan atau standarisasi proses pembuatan grubi ubi ungu yang memiliki kualitas baik dan stabil. Dari segi kuantitas, peningkatannya dilakukan melalui penggunaan mesin produksi yang memiliki kecepatan yan lebih tinggi dibandingkan dengan proses produksi manual. 2. Perbaikan Kualitas Perbaikan kualitas dilakukan melalui stabilisasi ukuran grubi dan pengurangan kadar minyak dalam grubi. Stabilisasi ukuran grubi dilakukan melalui penggunaan alat cetak grubi dan mesin peniris minyak. 3. Pemberian Teknologi Tepat Guna. Teknologi tepat guna yang diberikan kepada mitra yaitu alat pencetak grubi dan mesin peniriss minyak. Dengan adanya alat ini maka diharapkan ukuran grubi yang dihasilkan dapat lebih seragam dan jumlah produksinya dapat meningkat dengan kadar minyak yang tidak terlalu tinggi sehingga mengurangi ketengikan produk. 6 JKB No. 18. Th.X. Juni 2016

4. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui permasalahan lain yang mungkin muncul pada pelaksanaan Pengabdian dapat segera diatasi sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kedua UKM. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Koordinasi dengan Mitra Koordinasi dengan mitra telah dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu : 1. Koordinasi Tahap 1 Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan kedua mitra. Dari hasil identifikasi, diketahui bahwa kondisi mitra yang saat ini dialami adalah : a. Proses pencucian ubi masih dilakukan secara manual. Padahal setiap kedatangan bahan baku dapat mencapai 1 ton. Gambar 1. Ubi jalar untuk proses produksi tiap kedatangan b. Proses pencetakan grubi masih dilakukan secara manual (dengan tangan). Hal ini sedikit menyulitkan karena kondisi bahan grubi masih sangat panas. Saat ini, ada dua jenis ukuran grubi yang diproduksi, yaitu grubi berukuran kecil (diameter ± 3.5 cm) dan grubi ukuran besar (diameter ±5.5 cm) Gambar 2. Proses pencetakan grubi di kedua UKM JKB No. 18. Th.X. Juni 2016 7

c. Pada UKM pak Gito Nurhadi, sering ada complain mengenai kadar minyak yang terlalu tinggi sehingga pada plastic kemasan terlihat kotor. Sudah coba diatasi dengan menggunakan kertas sambil meniriskan grubi, tetapi tidak terlalu berdampak signifikan. Dulu pernah dicoba menggunakan mesin peniris minyak, akan tetapi banyak grubi yang remuk. d. Proses pembuatan grubi telah menggunakan mesin pengiris ubi sehingga proses produksi dapat lebih cepat. Satu alat pengiris ubi setara dengan kecepatan 7 orang. Gambar 3. Alat Pemotong Ubi jalar untuk Grubi Gambar 4.Proses Penggorengan Grubi di UKM Pak Nurhadi 2. Koordinasi Tahap 2 Gambar 5. Koordinasi dengan Mitra Tahap II Koordinasi tahap 2 dilakukan pada tanggal 28 April 2015 untuk mengetahui kecepatan pencetakan grubi yang selama ini dilakukan.hal ini bertujuan untuk dijadikan dasar pembuatan TTG. Targetnya adalah, pembuatan grubi dengan menggunakan cetakan nanti akan lebih cepat dibandingkan dengan pencetakan manual. Dari hasil koordinasi, diketahui bahwa kisaran kecepatan 8 JKB No. 18. Th.X. Juni 2016

pencetakan grubi ukuran kecil per orang adalah 110-175 pcs/30 menit. Adapun rinciannya dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1.Kecepatan Pencetakan Grubi per 30 menit No Nama Jumlah grubi Karyawan kecil (buah) 1 Wagiyem 175 2 Waliyem 160 3 Siti 110 4 Mak Ian 117 5 Marjinem 125 6 Ngatini 138 B. Trial Alat Pencetak Grubi Hasil identifikasi dan koordinasi dan mitra mengenai alat pencetak grubi kemudian direalisasikan menjadi Teknologi Tepat Guna yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh mitra.alat pencetak grubi yang telah jadi kemudian diuji coba untuk melihat keefektifannya.desain alat cetak grubi dapat dilihat pada gambar 5.9 berikut. 7 Sri 149 8 Sodrik 145 9 Mbak Ruti 117 10 Samiyem 160 11 Sayem 153 Rata-rata 140.8 141 Gambar 6. Proses pencetakan grubi secara manual Gambar 7. Alat cetak Grubi Dengan menggunakan alat cetak grubi, dalam sekali cetak dapat dibuat 9 buah grubi dengan ukuran yang seragam. Dari hasil trial ini, diketahui bahwa dalam waktu 15 menit dihasilkan 140 buah grubi dengan menggunakan tenaga kerja sebanyak 2 orang atau sama dengan proses pencetakan manual. Dari hasil trial juga JKB No. 18. Th.X. Juni 2016 9

diketahui bahwa terdapat kesulitan ketika mengeluarkan grubi dari cetakannya, sehingga perlu diketuk dengan kuat.hal ini menjadi bootle neck proses pencetakan grubi. Oleh karena itu, masih akan dilakukan perbaikan TTG sehingga penggunaannya dapat maksimalbahkan melebih kecepatan pencetakan manual. bahan dan 1 orang lagi untuk mencetak. C. Pelatihan Outclass Alat Pencetak Grubi Pelatihan outclass dilakukan pada tanggal 15 Juni 2015. Pelatihan outclass dimulai dengan penjelasan mengenai kegunaan alat dan manfaatnya. Informasi ini diberikan oleh tim pelaksana kegiatan, Ir.M.A.Martina Andriani, MS. Melalui penjelasan ini, diharapkan ke depan alat berupa teknologi tepat guna yang diberikan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Gambar 8. Trial Alat cetak Grubi Penggunaan cetakan grubi, membutuhkan minimal 2 tenaga kerja.satu orang tenaga untuk mencetak dan satu orang lagi untuk memasukkan bahan grubi ke dalam cetakan.akan tetapi, ketika trial diketahui bahwa untuk menyesuaikan kecepatan mencetak, maka setidaknya diperlukan 2 orang tenaga untuk memasukkan Gambar 9. Penjelasan sebelum Pelatihan Outclass Setelah diberikan penjelasan, kemudian dilakukan praktek pencetakan grubi dengan menggunakan alat cetak grubi. 10 JKB No. 18. Th.X. Juni 2016

D. Pemberian Teknologi Tepat Guna Tahap I Teknologi Tepat Guna yang diberikan pada mitra adalah mesin peniris minyak. Mesin peniris minyak yang diberikan telah dimodifikasi pada bagian poros sehingga mencegah grubi menjadi remuk. Gambar 10. Praktek Outclass Penggunaan Alat Cetak Grubi Dari hasil pelatihan outclass, diketahui bahwa untuk mengimbangi kecepatan pencetakan, setidaknya diperlukan 2-3 orang untuk mengisi adonan grubi ke dalam cetakan yang ada. Dengan jumlah 3 orang, maka dalam waktu 10 menit, grubi yang dihasilkan dapat mencapai 236 bh. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan pencetakan grubi secara manual. Gambar 11. Mesin Peniris Minyak Selain diberikan mesin peniris minyak, juga diberikan alat praktek pembuatan grubi untuk kemudian dibagikan kepada karyawan yang mengikuti kegiatan pelatihan. JKB No. 18. Th.X. Juni 2016 11

F. Pendampingan dan Monev Gambar 12. Alat pendukung praktek pencetakan grubi E. Pemberian TTG Tahap II Teknologi Tepat Guna tahap II yang akan diberikan kepada mitra adalah alat cetak grubi yang berukuran besar dan alat cetak grubi ukuran kecil yang telah diperbaiki. Modifikasi alat cetak grubi dilakukan untuk mempermudah proses pengeluaran grubi. Gambar 13. Alat Cetak Grubi Ukuran Besar Pendampingan dilakukan untuk membantu UKM agar dapat terus berkembang jika selama proses pelaksanaan kegiatan UKM binaan mengalami kendala. Proses pendampingan dilakukan melalui kunjungan dan diskusi dengan pemilik UKM. Gambar 14. Pendampingan dan Monev Kegiatan Pengabdian 1. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kegiatan Pengabdian Grubi Ubi Ungu yang dilakukan adalah koordinasi pelaksanaan kegiatan, penyediaan TTG dan pelatihan outclass, pendampingan dan evaluasi kegiatan. 2. Teknologi Tepat Guna yang telah diberikan adalah mesin 12 JKB No. 18. Th.X. Juni 2016

peniris minyak dan mesin cetak grubi. Penggunaan TTG ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas grubi. 3. Dari hasil evaluasi diketahui bahwa TTG yang diberikan mampu membantu kinerja dan kualitas grubi yang dihasilkan. 4. Penggunaan spinner yang dimodifikasi, kadar minyak grubi menjadi berkurang dan tingkat produk yang remuk juga tidak terlalu banyak. 5. Penggunaan mesin pengepress grubi, memberikan keuntungan bagi pekerja dan pemilik UKM karena kontak tangan dengan panas tidak terlalu lama, ukuran grubi seragam dan produktivitas meningkat DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2009. Karanganyar dalam angka 2009. BPS, Karanganyar. B. Saran Masih diperlukan pendampingan yang lebih intensif agar UKM grubi di dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat dan lebih baik. JKB No. 18. Th.X. Juni 2016 13