KARAKTERISASI GRAF POHON DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3

dokumen-dokumen yang mirip
BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF C n K m, DENGAN n 3 DAN m 1

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF K n K m

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF HUTAN LINIER H t

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF K n K m

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF KEMBANG API F n,2 DAN F n,3 DENGAN n 2

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF AMALGAMASI BINTANG

GRAF AMALGAMASI POHON BERBILANGAN KROMATIK LOKASI EMPAT

DIMENSI PARTISI DARI GRAF ULAT

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. Bilangan kromatik lokasi graf pertama kali dikaji oleh Chartrand dkk.(2002). = ( ) {1,2,3,, } dengan syarat

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK JOIN DARI DUA GRAF

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. ini merupakan pengembangan dari konsep dimensi partisi dan pewarnaan graf.

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF P m P n, K m P n, DAN K m K n

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai saat ini terus

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini

KLASIFIKASI GRAF PETERSEN BERBILANGAN KROMATIK LOKASI EMPAT ATAU LIMA

DIMENSI METRIK DARI (K n P m ) K 1

GRAF RAMSEY (K 1,2, C 4 )-MINIMAL DENGAN DIAMETER 2

BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF TAK TERHUBUNG DARI GRAF BINTANG GANDA DAN SUBDIVISINYA. (Skripsi) Oleh SITI NURAZIZAH

BILANGAN AJAIB MAKSIMUM DAN MINIMUM PADA GRAF SIKLUS GANJIL

GRAF-GRAF BERORDE n DENGANN BILANGAN KROMATIK LOKASI n - 1 SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH YOGI DARVIN AGUNG BP:

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF SIKLUS DENGAN BANYAK TITIK GENAP

PENENTUAN RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA HASIL OPERASI CARTESIAN PRODUCT TERHADAP GRAF LINGKARAN DAN GRAF BIPARTIT LENGKAP DENGAN GRAF LINTASAN

BILANGAN RAMSEY UNTUK GRAF BINTANG S n DAN GRAF RODA W m

RAINBOW CONNECTION PADA GRAF k-connected UNTUK k = 1 ATAU 2

DIMENSI METRIK PENGEMBANGAN GRAF KINCIR POLA K 1 + mk 3

INJEKSI TOTAL AJAIB PADA GABUNGAN GRAF K 1,s DAN GRAF mk 3 UNTUK m GENAP

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini.

BILANGAN STRONG RAINBOW CONNECTION UNTUK GRAF RODA DAN GRAF KUBIK

BATAS ATAS RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA GRAF DENGAN KONEKTIVITAS 3

Bilangan Kromatik Lokasi n Amalgamasi Bintang yang dihubungkan oleh suatu Lintasan

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Graf

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi

PENENTUAN ANGGOTA KELAS RAMSEY MINIMAL UNTUK PASANGAN (2K 2, C 4 )

RAINBOW CONNECTION PADA BEBERAPA GRAF

PELABELAN TOTAL AJAIB PADA GABUNGAN GRAF BINTANG DAN BEBERAPA GRAF SEGITIGA

RAINBOW CONNECTION PADA GRAF DENGAN KONEKTIFITAS 1

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF RODA W n

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB PADA GRAF BINTANG

Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA SUBDIVISI GRAF BINTANG

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF LENGKAP DENGAN METODE MODIFIKASI MATRIK BUJURSANGKAR AJAIB DENGAN n GANJIL, n 3

PENJADWALAN KULIAH DENGAN ALGORITMA WELSH-POWELL (STUDI KASUS: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNAND)

SYARAT PERLU UNTUK GRAF RAMSEY (2K 2, C n )-MINIMAL

DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF KIPAS

BILANGAN STRONG RAINBOW CONNECTION UNTUK GRAF GARIS, GRAF MIDDLE DAN GRAF TOTAL

PENENTUAN RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA GRAF BUKU SEGIEMPAT, GRAF KIPAS, DAN GRAF TRIBUN

BILANGAN KROMATIK LOKASI PADA GRAF KNESER. ( Skripsi ) Oleh. Muhammad Haidir Alam

BILANGAN RAINBOW CONNECTION UNTUK BEBERAPA GRAF THORN

PELABELAN TOTAL (a, d)-titik ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF PETERSEN YANG DIPERUMUM P (n, 3) DENGAN n GANJIL, n 7

Mizan Ahmad, Tri Atmojo Kusmayadi Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. 1.

KELAS RAMSEY MINIMAL UNTUK KOMBINASI DUA GRAF LINTASAN P 3 DAN P 4

Pengembangan Pewarnaan Titik pada Operasi Graf Khusus

GRAF AJAIB TOTAL. Kata Kunci: total magic labeling, vertex magic, edge magic

SYARAT AGAR SUATU GRAF DIKATAKAN BUKAN GRAF AJAIB TOTAL

KAITAN SPEKTRUM KETETANGGAAN DARI GRAF SEKAWAN

BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF POHON DAN KARAKTERISASI GRAF DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3 DISERTASI ASMIATI

BAB II LANDASAN TEORI

BILANGAN KROMATIK GRAF HASIL AMALGAMASI DUA BUAH GRAF TERHUBUNG

II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan V(G) menyatakan

ALGORITMA RUTE FUZZY TERPENDEK UNTUK KONEKSI SALURAN TELEPON

v 3 e 2 e 4 e 6 e 3 v 4

BILANGAN DOMINASI LOKASI PERSEKITARAN TERBUKA PADA GRAF TREE

DEKOMPOSISI PRA A*-ALJABAR

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf

PENGKONSTRUKSIAN BILANGAN TIDAK KONGRUEN

Bilangan Ramsey untuk Graf Bintang Genap Terhadap Roda Genap

Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN NILAI TOTAL KETAKTERATURAN TOTAL DARI DUA COPY GRAF BINTANG. Rismawati Ramdani

DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF RANTAI

ALTERNATIF PEMBUKTIAN PENGEMBANGAN TEOREMA DIRAC UNTUK GRAF BERORDE KURANG ATAU SAMA DENGAN SEPULUH

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014

Bilangan Kromatik Dominasi pada Graf-Graf Hasil Operasi Korona

Konsep Dasar dan Tinjauan Pustaka

On r-dynamic Coloring of Operation Product of Cycle and Path Graphs

MENJAWAB TEKA-TEKI LANGKAH KUDA PADA BEBERAPA UKURAN PAPAN CATUR DENGAN TEORI GRAPH. Oleh Abdussakir

PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER PADA GRAF DAN GRAF

Misalkan dipunyai graf G, H, dan K berikut.

Dimensi Metrik dan Dimensi Partisi dari Famili Graf Tangga

Pewarnaan Total Pada Graf Outerplanar

DIMENSI PARTISI GRAF GIR

3.1 Beberapa Nilai Dimensi Partisi pada Suatu Graf. Dalam dimensi partisi suatu graf, terdapat kelas graf yang nilai dimensi partisinya

STUDI BILANGAN PEWARNAAN λ-backbone PADA GRAF SPLIT DENGAN BACKBONE SEGITIGA

Bilangan Kromatik Graf Hasil Amalgamasi Dua Buah Graf

Bilangan Terhubung-Total Pelangi untuk Beberapa Graf Amalgamasi

EDGE-MAGIC TOTAL LABELING PADA BEBERAPA JENIS GRAPH

Suatu graf G adalah pasangan himpunan (V, E), dimana V adalah himpunan titik

PENENTUAN SATURATION NUMBER DARI GRAF BENZENOID

Bilangan Ramsey untuk Graf Gabungan

Graf dan Operasi graf

PEWARNAAN PADA GRAF BINTANG SIERPINSKI. Siti Khabibah Departemen Matematika, FSM Undip

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BILANGAN RADIO PADA GRAF GEAR. Ambar Puspasari 1, Bambang Irawanto 2. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

. Nilai total ketakteraturan titik graf. Graf Hasil Kali Comb Dan C 5 Dengan Bilangan Ganjil

MENENTUKAN NILAI KETIDAKTERATURAN GRAF KEMBANG API YANG DIPERUMUM. Edy Saputra, Nurdin, dan Hasmawati

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chartrand dan Zhang (2005) yaitu sebagai berikut: himpunan tak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut titik

Transkripsi:

Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 2 Hal. 71 77 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND KARAKTERISASI GRAF POHON DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3 FAIZAH, NARWEN Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Kampus UNAND Limau Manis Padang, Indonesia, email : faizahbusyra@gmail.com Abstrak. Misalkan c adalah pewarnaan dengan k-warna terhadap suatu graf terhubung G. Misalkan Π = {S 1, S 2,, S k } adalah partisi himpunan V (G) terhadap pewarnaan c, dimana S i adalah kelas partisi yang memuat semua titik dengan warna i. Kode warna titik v, dinotasikan c Π (v), adalah vektor dengan panjang k: c Π (v) = (d(v, S 1 ), d(v, S 2 ),, d(v, S k )), dimana d(v, S i ) = min{d(v, x) x S i }, untuk 1 i k. Jika semua titik pada G memiliki kode warna yang berbeda, maka c disebut pewarnaan lokasi pada G. Bilangan kromatik lokasi pada G, dinotasikan χ L (G), adalah bilangan k terkecil sedemikian sehingga G memiliki pewarnaan lokasi dengan k-warna. Pada tulisan ini dibahas kembali makalah [2] tentang karakterisasi graf pohon dengan bilangan kromatik lokasi 3. Kata Kunci: Pewarnaan lokasi, bilangan kromatik lokasi, graf pohon 1. Pendahuluan Konsep bilangan kromatik lokasi merupakan pengembangan dari konsep dimensi partisi dan pewarnaan graf [4]. Misal terdapat graf G = (V, E). Suatu pewarnaan titik (vertex coloring) dengan k-warna adalah suatu pemetaan c : V N sedemikian sehingga c(v) c(w), jika v dan w bertetangga. Bilangan kromatik (chromatic number) pada G adalah bilangan asli terkecil k sedemikian sehingga jika titik-titik di G diwarnai dengan k warna, maka setiap dua titik yang bertetangga tidak akan mempunyai warna yang sama. Bilangan kromatik pada G dinotasikan dengan χ(g). Misalkan χ(g) = n, maka pewarnaan titik di G paling sedikit diwarnai oleh n warna. Misalkan c sebuah pewarnaan titik pada graf terhubung G dengan menggunakan warna-warna 1, 2,, k untuk bilangan bulat positif k. Jika titik u dan v bertetangga di G, maka c(u) c(v). Misal terdapat S i V dengan S i adalah himpunan titik di G yang berwarna i, maka jarak antara titik v dan kelas warna S i didefinisikan sebagai min{d(v, x) x S i }. Jika Π = {S 1, S 2,, S k } adalah partisi terurut dari V (G) berdasarkan suatu pewarnaan titik, maka kode warna dari v terhadap c dan partisi Π, dinotasikan c Π (v), adalah vektor-k: c Π (v) = (d(v, S 1 ), d(v, S 2 ),, d(v, S k )), dimana d(v, S i ) = min{d(v, x) x S i } untuk 1 i k. 71

72 Faizah, Narwen Jika setiap titik yang berbeda mempunyai kode warna yang berbeda terhadap Π, maka c disebut pewarnaan lokasi (locating coloring) pada G. Oleh karena itu, suatu pewarnaan lokasi dari G adalah pewarnaan yang membedakan setiap titik di G berdasarkan jaraknya terhadap kelas warna yang dihasilkan. Bilangan kromatik lokasi (locating chromatic number) pada graf G dinotasikan dengan χ L (G), adalah minimum dari banyaknya warna yang digunakan pada pewarnaan lokasi di graf G. Karena setiap pewarnaan lokasi merupakan suatu pewarnaan, maka χ(g) χ L (G) untuk setiap graf terhubung G. Dalam hal ini, masih belum terlalu banyak peneliti yang mengkaji tentang bilangan kromatik lokasi dari suatu graf. Chartrand dkk. [4] yang pertama kali mengemukakan tentang konsep bilangan kromatik lokasi ini. Pada [1], telah diperoleh bilangan kromatik lokasi dari graf kembang api (firecracker) dan graf ulat, yang merupakan dua jenis graf pohon, dimana graf pohon adalah graf terhubung yang tidak memuat siklus. Pada [4] telah diketahui bahwa graf yang mempunyai χ L (G) = 1 adalah G K 1 dan χ L (G) = 2 adalah G K 2. Selanjutnya, Chartrand dkk [6] telah mengemukakan tentang karakterisasi semua graf berorde n dengan bilangan kromatik lokasi n, n 1, atau n 2. Menarik untuk dikaji apakah terdapat graf dengan bilangan kromatik lokasi 3. Pada makalah ini dikaji kembali karakterisasi graf pohon dengan bilangan kromatik lokasi 3, seperti dibahas dalam [2]. Pada Lema 1.1 - Lema 1.3 diberikan beberapa konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya. Lema 1.1. [2] Misalkan G adalah graf dengan bilangan kromatik lokasi-k. Maka terdapat paling banyak k titik dominan di G dan semua titik dominan tersebut mempunyai warna yang berbeda. Lema 1.2. [2] Misalkan G adalah graf dengan bilangan kromatik lokasi 3. Maka sebarang lintasan clear mempunyai panjang ganjil. Lema 1.3. [2] Misalkan G graf terhubung dengan bilangan kromatik lokasi 3. Misalkan G memuat 3 titik dominan. Maka ketiga titik dominan tersebut terletak dalam sebuah lintasan. 2. Karakterisasi Graf Pohon Dengan Bilangan Kromatik Lokasi 3 Graf pohon adalah suatu graf terhubung yang tidak memuat siklus. Selanjutnya sisi pendant didefinisikan sebagai sisi yang terkait pada titik pendant. Misal terdapat satu sisi e = xy. Maka subdivisi dari sisi xy tersebuat didefinisikan sebagai penambahan titik-titik di antara kedua titik x dan y. t {}}{ Misalkan terdapat dua graf ulat C(2, 2, 2) dan C(2, 1, 0,, 0, 1, 2), untuk setiap t ganjil. Misalkan G 1 adalah subdivisi dari C(2, 2, 2) dengan enam sisi-sisi pendant masing-masing sebanyak k 1, k 2,, k 6 buah titik, dimana k i 1. Misalkan G 2 t {}}{ adalah subdivisi dari C(2, 1, 0,, 0, 1, 2) pada enam sisi pendant masing-masing di k 1, k 2,, k 6, dimana k i 1.

Karakterisasi Graf Pohon dengan Bilangan Kromatik Lokasi 3 73 Misal T adalah kelas yang memuat semua graf pohon yang mempunyai bilangan kromatik lokasi 3. Pada bagian ini, akan dikarakterisasi semua pohon yang merupakan anggota dari T. Lema 2.1. [2] Misalkan T T. Maka kode warna pada setiap titik di T adalah (c 1, c 2, c 3 ) sedemikian sehingga {c 1, c 2, c 3 } = {0, 1, k} dimana k 1. Bukti. Misalkan x V (T ) dan tanpa menghilangkan perumuman, asumsikan c(x) = 1. Karena tetangga dari x harus mempunyai warna yang berbeda dengan x, maka kode warna dari x adalah (0, 1, k) atau (0, k, 1), dimana k 1. Lema 2.2. [2] Misalkan T T. Maka setiap titik x di T memiliki derajat paling banyak 4. Bukti. Dengan kontradiksi, andaikan terdapat a V (T ) sehingga d(a) 5. Misalkan a 1, a 2, a 3, a 4 dan a 5 adalah tetangga dari a. Asumsikan c(a) = 1 dan c(a i ) adalah 2 atau 3 untuk i {1, 2, 3, 4, 5}. Maka, salah satu dari kelas warna {S 2, S 3 } beranggotakan tiga titik. Akibatnya, dua dari tiga titik yang berada pada kelas warna yang sama akan mempunyai kode warna yang sama, suatu kontradiksi. Berdasarkan asumsi sebelumnya, diperoleh kode warna a 1, a 3, a 5 sama dan kode warna a 2, a 4 sama. Jika c(a i ) = 2 untuk i {1, 2, 3, 4, 5}, maka terdapat dua titik yang mempunyai kode warna yang sama, suatu kontradiksi. Didefinisikan r = min {d(a 1, S 3 )} untuk i = 1, 2, 3, 4, 5, dan salah satu titik dengan warna 3 adalah titik x. Berdasar pewarnaan tersebut, diperoleh kode warna dari {a, a 1, a 2, a 3, a 4, a 5, x} terhadap Π = {S 1, S 2, S 3 } adalah sama. Dengan cara yang serupa, jika c(a i ) = 3 untuk i = 1, 2, 3, 4, 5, juga diperoleh dua titik dengan kode warna yang sama. Jadi, d(a) 4. Misalkan T T. Berdasarkan Lema 1.1, graf T mempunyai paling banyak tiga titik dominan. Jelas, jika T adalah lintasan P 3 atau P 4, bintang ganda S 1,2 atau S 2,2, maka T mempunyai pewarnaan lokasi sedemikian sehingga T hanya mempunyai satu atau dua titik dominan. Misalkan x, y dan z adalah titik-titik dominan di T. Asumsikan c(x) = 1, c(y) = 2 dan c(z) = 3. Berdasarkan Lema 1.2, terdapat dua lintasan clear yang menghubungkan x ke z. Misalkan kedua lintasan tersebut adalah x P y := (x = u 0, u 1, u 2,, u r 1, u r = y) dan y P z := (y = v 0, v 1, v 2,, v s 1, v s = z) dengan r, s adalah ganjil. Maka, c(u i ) = 1 untuk i genap dan 2 untuk i ganjil; dan c(v i ) = 2 untuk i genap dan 3 untuk i ganjil. Sebaliknya akan ada empat titik dominan di T. Karena x adalah titik dominan di T, maka d(a) 2. Akibatnya ada tetangga dari x (selain u 1 ), misalkan a dengan c(a) = 3. Demikian juga, terdapat b, tetangga dari z (selain v s 1 ), dengan c(b) = 1. Jadi, terdapat sebuah lintasan P, yaitu P = (a, x, u 1, u 2,, u r 1, u r = y, v 1, v 2,, v s 1, v s = z, b), dengan r, s adalah ganjil. Jika r, s > 1 maka didefinisikan u = u r 2, u = u r+1, v = v s 2 2, v = v s+1 2, dimana x adalah bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama dengan x.

74 Faizah, Narwen Lema 2.3. [2] Jika r = s = 1, maka : (a) 1 d(a) 2, 2 d(x) 3, 2 d(y) 4, 2 d(z) 3 dan 1 d(b) 2. (b) Setiap titik w V (T ) \ P memiliki derajat paling banyak 2 dan terhubung oleh suatu lintasan terpendek tunggal ke salah satu titik di {a, x, y, z, b}. Bukti. Akan dibuktikan terlebih dahulu bagian (a). Dengan kontradiksi, asumsikan d(a) 3. Maka dua tetangga dari a (selain dari x), misalkan c dan d. Jika warna c dan d sama, maka diperoleh bahwa kode warna keduanya sama. Jika kode warnanya berbeda, maka mengakibatkan, d(a) 2 dan d(b) 2. Selanjutnya, karena x adalah titik dominan, maka d(x) 2. Asumsikan d(x) 4. Maka, dua tetangga dari x akan memiliki kode warna yang sama, suatu kontradiksi. Akibatnya 2 d(x) 3. Dengan cara yang sama, kita mempunyai 2 d(z) 3. Karena y adalah titik dominan dan dengan Lema 2.2, diperoleh 2 d(y) 4. Untuk menunjukkan (b), misalkan w V (T ) \ P. Karena T adalah pohon, maka terdapat tepat satu lintasan L, dengan panjang t yang menghubungkan w ke sebuah titik pada P. Andaikan d(w) 3, maka terdapat dua tetangga pada w adalah w 1 dan w 2, yang tidak berada pada L. Karena χ L (T ) = 3 dan x, y dan z adalah titik dominan pada T maka kode warna pada w 1 dan w 2 akan sama jika warna w 1 dan w 2 sama. Kode warna dari titik-titik pada graf tersebut adalah sebagai berikut. c Π (w 1 ) = (0, t + 2, 1), c Π (w 2 ) = (0, t + 2, 1). Jika warna w 1 dan w 2 berbeda, maka dengan cara yang sama dengan pembuktian sebelumnya diperoleh bahwa terdapat suatu titik di P yang berwarna sama dengan titik w, mempunyai kode warna yang sama dengan w. Kode warna dari titik-titik pada graf tersebut adalah sebagai berikut. c Π (x) = (0, 1, 1), c Π (y) = (1, 0, 1), c Π (z) = (1, 1, 0), c Π (a) = (1, 2, 0), c Π (b) = (0, 2, 1), c Π (w) = (1, 0, 1), c Π (w 1 ) = (0, 1, 2), c Π (w 2 ) = (2, 1, 0). Diperoleh bahwa titik y dan w memiliki kode warna yang sama. Kontradiksi. Maka haruslah d(w) < 3. Lema 2.4. [2] Jika r = 1 dan s > 1 maka : (a) 1 d(a) 2, 2 d(x) 3, 2 d(y) 3, 2 d(v ) 3, 2 d(v ) 3, d(z) = 2, dan 1 d(b) 2. Semua titik internal selain v i di P mempunyai derajat 2.

Karakterisasi Graf Pohon dengan Bilangan Kromatik Lokasi 3 75 (b) Setiap titik w V (T )\P mempunyai derajat paling banyak 2 dan terhubung melalui suatu lintasan tunggal ke salah satu titik di {a, x, y, b, v, v }. Bukti. Pembuktian dilakukan dengan cara yang sama seperti Lema 2.3. Lema 2.5. [2] Jika, r > 1 dan s > 1 maka: (a) 1 d(a) 2, d(x) = d(y) = d(z) = 2, 2 d(u ) 3, 2 d(u ) 3, 2 d(v ) 3, 2 d(v ) 3, dan d(b) 2. Semua titik internal selain di P mempunyai derajat 2. (b) Setiap titik w V (T ) \ P terhubung dengan lintasan tunggal untuk salah satu pada {a, b, u, u, v, v }. Bukti. Pembuktian dilakukan dengan cara yang sama seperti Lema 2.3. Pada Teorema 2.6 berikut akan ditunjukkan beberapa syarat untuk pohon yang menjadi anggota T, seperti yang telah dibahas dalam [2]. Teorema 2.6. [2] Jika T T dan T mempunyai maksimum titik yang berderajat lebih atau sama dengan 2, maka T isomorfik dengan G 1 atau G 2. Bukti. Misalkan T T. Berdasarkan Lema 1.1, T memuat paling banyak tiga titik dominan. Jika T adalah lintasan P 3 atau P 4, sebuah bintang ganda S 1,2 atau S 2,2, maka T mempunyai pewarnaan lokasi sedemikian sehingga T mempunyai satu atau dua titik dominan. Jika T bukan salah satu dari keempat graf tersebut, maka T akan mempunyai pewarnaan lokasi dengan tepat tiga titik dominan. Misalkan x, y, z adalah titik dominan tersebut. Maka berdasar Lema 1.2, terdapat dua lintasan clear yaitu: xp y = (x = u 0, u 1, u 2,, u r 1, u r = y), yp z = (y = v 0, v 1, v 2,, v s 1, v s = z), dengan r, s ganjil. Jika r = s = 1 maka berdasarkan Lema 2.3, T mempunyai maksimum titik berderajat lebih atau sama dengan 2, jika terdapat dua lintasan yang terkait dengan y, dan satu lintasan terkait dengan setiap titik a, x, z dan b. Sekarang, definisikan warna c : V (T ) {1, 2, 3} sehingga: (1) c(a) = 3, c(x) = 1, c(y) = 2, c(z) = 3, c(b) = 1; (2) Warna titik pada lintasan L a yang terkait dengan a adalah 1 dan 3 secara (3) Warna titik pada lintasan L x yang terkait dengan x adalah 2 dan 1 secara (4) Warna titik pada lintasan pertama L 1 y yang terkait dengan y adalah 1 dan 2 secara (5) Warna titik pada lintasan kedua L 2 y yang terkait dengan y adalah 3 dan 2 secara (6) Warna titik pada lintasan L z yang terkait dengan z adalah 2 dan 3 secara (7) Warna titik pada lintasan L b yang terkait dengan b adalah 3 dan 1 secara berselang seling.

76 Faizah, Narwen Kode warna pada semua titik di L a adalah (1, genap, 0) atau (0, ganjil, 1) Kode warna pada semua titik di L x adalah (0, 1, ganjil) atau (1, 0, genap). Kode warna pada semua titik di L 1 y adalah (0, 1, genap) atau (1, 0, ganjil). Kode warna pada semua titik di L 2 y adalah ( ganjil, 0, 1) atau ( genap, 1, 0). Kode warna pada semua titik di L z adalah ( genap, 0, 1) atau ( ganjil, 1, 0). Kode warna pada semua titik di L b adalah (0, ganjil, 1) atau (1, genap, 0). Oleh karena itu semua kode warna berbeda. Dengan demikian, c adalah pewarnaan lokasi pada T. Karena 3 adalah bilangan terkecil pada warna maka χ L (T ) = 3. Pada kasus ini, T isomorfik dengan G 1. Jika r = 1 dan s > 1 maka berdasar Lema 2.4, T akan mempunyai maksimum titik dengan derajat lebih atau sama dengan 2, jika terdapat satu lintasan terkait dengan setiap titik a, x, y, v, v dan b. Sekarang, definisikan warna c : V (T ) {1, 2, 3} sehingga: (1) c(a) = 3, c(x) = 1, c(y) = 2, c(z) = 3, c(b) = 1; (2) Warna titik pada lintasan L a yang terkait dengan a adalah 1 dan 3 secara (3) Warna titik pada lintasan L x yang terkait dengan x adalah 2 dan 1 secara (4) Warna titik pada lintasan L y yang terkait dengan y adalah 1 dan 2 secara (5) Warna titik internal v i s adalah 3 dan 2 secara (6) Warna titik pada lintasan L v yang terkait dengan v adalah 2 dan 3 secara (7) Warna titik pada lintasan L v yang terkait dengan v adalah 3 dan 2 secara (8) Warna titik pada lintasan L b yang terkait dengan b adalah 3 dan 1 secara berselang seling. Dapat ditunjukkan bahwa kode warna pada semua titik di T berbeda. Oleh karena itu, c adalah pewarnaan lokasi pada T. Karena 3 adalah minimum dari banyaknya warna yang mungkin, maka χ L (T ) = 3. Dalam kasus ini, T isomorfik dengan G 2. Jika r > 1 dan s > 1 maka dengan Lema 2.5, T memiliki maksimum titik dengan derajat lebih atau sama dengan 2 jika terdapat satu lintasan yang terkait dengan setiap a, x, y, v, v dan b. Dengan mendefinisikan pewarnaan yang sama, namakan c diperoleh χ L (T ) = 3. Pada kasus ini, T isomorfik dengan G 2. 3. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Lyra Yulianti, Bapak Dr. Dodi Devianto, Bapak Syafruddin, M.Si dan Bapak Zulakmal, M.Si yang telah memberikan masukan dan saran sehingga artikel ini dapat diselesaikan dengan baik. Daftar Pustaka [1] Asmiati. 2012. Bilangan Kromatik Lokasi Graf Pohon dan Karakterisasi Graf dengan Bilangan Kromatik Lokasi 3, Disertasi, tidak diterbitkan, Institut Teknologi Bandung.

Karakterisasi Graf Pohon dengan Bilangan Kromatik Lokasi 3 77 [2] Baskoro E. T dan Asmiati. 2013. Characterizing all trees with locatingchromatic number 3. Electronic Journal of Graph Theory and Applications 2: 109 117. [3] Bondy J. A. dan U.S.R Murty. 1976. Graph Theory with Applications. London. [4] Chartrand G, D. Erwin, M.A. Henning, P.J. Slater, P. Zhang. 2002. The Locating-Chromatics Number of a Graph, Bull. Inst. Combin. April. 36 : 89 101. [5] Chartrand G., D. Erwin, M.A. Henning, P.J. Slater, P. Zhang. 2003. Graph of Order n With Locating-Chromatic Number n-1, Discrete Math. 269 (1-3) : 65 79. [6] Chartrand G. and P. Zhang. 2003. The Theory and Application of Resolvability in Graph, Congressus Numerantium 160 : 47 68.