BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

PENGGUNAAN BAHASA DALAM TEKS DESKRIPSI KARYA SISWA KELAS VII.6 SMP NEGERI 25 PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek,

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. (2012: ) menjelaskan pengertian identitas leksikal berupa kategori kelas kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

VERBA DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJUAN PUSTAKA

PEMBENTUKAN ADJEKTIVA DENOMINAL DALAM BAHASA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka.

PROSES MORFOLOGIS BAHASA MELAYU PALEMBANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Terhadap Masalah yang Relevan Sebelumnya

PROSES MORFOLOGIS KATA MAJU BESERTA TURUNANNYA INTISARI

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menelanjangi aspek-aspek kebahasaan yang menjadi objek kajiannya. Pada akhirnya, fakta

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

MORFOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Dosen Dr. Prana D Iswara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. gambar. Dengan kata lain, komik adalah sebuah cerita bergambar.

2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

KESALAHAN AFIKS DALAM CERPEN DI TABLOID GAUL

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AFIKS PEMBENTUK VERBA BAHASA BUGIS DIALEK SIDRAP Masyita FKIP Universitas Tadulako ABSTRAK Kata kunci: Afiks, Verba, Bahasa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. banyak masalah yang harus dicarikan jalan keluarnya secara sistematis. Salah satu

Morfem Alomorf. Morfologi adalah studi gramatikal mengenai struktur internal kata. Struktur Internal Kata. Definisi Morfologi MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

PROSES MORFOLOGIS PEMAKAIAN KATA HANCUR DALAM MEDIA ONLINE

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). 2.1.1 Verba Verba adalah subkategori kata yang memiliki ciri dapat bergabung dengan partikel tidak tetapi tidak dapat bergabung dengan partikel di, ke, dari, sangat, lebih atau agak. Selain itu, verba juga dapat dicirikan oleh perluasan kata tersebut dengan rumus V + dengan + kata sifat. Misalnya, berlari dengan cepat. Kata berlari merupakan verba, dari bentuknya verba dapat dibedakan menjadi: a. Verba dasar bebas, yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas. b. Verba turunan, yaitu verba yang telah mengalami proses morfologis seperti afiksasi, reduplikasi dan lain-lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1260) verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan. Menurut Keraf, kata kerja (verba) adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat. Semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku digolongkan dalam kata kerja (Keraf, 1984: 64). Sedangkan menurut Alisjahbana (dalam Muslich, 2008: 110) kata kerja adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku.

Menurut Alwi, dkk. (2003: 87) ciri ciri verba dapat diketahui dengan mengamati (1) perilaku semantisnya (2) perilaku sintaksisnya, dan (3) bentuk morfologisnya. Namun, secara umum verba dapat diidentifikasikan dan dibedakan dari kelas kata yang lain, terutama dari adjektiva, karena ciri ciri berikut : 1. Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga memiliki fungsi yang lain. Contohnya : Adik sedang bermain bola di halaman. S P O KT 2. Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Contohnya : memasak, mencuci, berlari, mengambil. 3. Verba khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti paling. 4. Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti *agak belajar, *sangat pulang meskipun ada bentuk seperti sangat berbahaya, dan agak mengecewakan. Keraf ( 1984, 86) menyatakan bahwa segala kata yang mengandung imbuhanme;, ber;, - kan, di-, -i, dapat dicalonkan menjadi kata kerja. Kata- kata yang bukan verba dapat dijadikan sebagai verba jika kata kata tersebut dibubuhi afiks yang berfungsi sebagai penbentuk kata verba. Menurut Kridalaksana (1996: 37) afiks pembentuk verba adalah sebagai berikut: - Prefiks me- - kombinasi afiks memperkan- - Simulfiks N - kombinasi afiks diper--kan

- Prefiks ber- - kombinasi afiks N-in - Konfiks ber- R - konfiks ber-an - Prefiks per- - konfiks ber-r-an - Prefiks ter- - konfiks ber-kan - Prefiks ke- - konfiks ke-an - Sufiks in- - kombinasi afiks ter-r - Kombinasi me-i - kombinasi afiks per-kan - Kombinasi di-i - kombinasi afiks per-i - Kombinasi me-kan - prefiks se- - Kombinasi afiks memper- - kombinasi afiks ber-r - Kombinasi afiks diper- 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Morfologi Dalam bahasa Indonesia, kata morfologi berasal dari kata morphology. Kata morphology merupakan kata asing yang mengalami pengondisian bahasa menjadi morfologi, bentuk kata ini berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan logi yang berarti ilmu. Jadi, morfologi menurut asal katanya adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk kata dari suatu bahasa. Morfologi adalah ilmu dari bagian bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk beluk struktur kata serta pengaruh perubahan perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata. Morfologi mengidentifikasikan satuan satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal

(Verhaar, 1996). Sebagai contoh, kata beristri secara morfologis terdiri atas dua satuan minimal, yaitu ber- dan istri. Satuan minimal gramatikal itu dinamai morfem. Menurut Kamus Besar Basaha Indonesia (2007 : 755) Morfologi adalah suatu cabang linguistic tentang morfem dan kombinasinya. 2.2.2 Afiksasi Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Afiks aadalah bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan kata atau pokok kata, yang memiliki kemampuan melekat pada bentuk bentuk lain untuk membentuk pokok kata atau kata baru. Afiks (imbuhan) adalah satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir, atau tengah kata (Richards, 1992), ahli lain mengatakan, afiks adalah bentuk terikat yang jika ditambahkan pada betuk lain akan mengubah makna gramatikalnya ( Kridalaksana). 2.2.2.1 Jenis Jenis Afiks Dalam linguistik dikenal berbagai macam afiks dalam proses pembentukan kata. Afiks dalam proses pembentukan kata Robins (1992) mengemukakan, afiks dapat dibagi secara formal menjadi tiga kelas utama sesuai dengan posisi yang didudukinya dalam hubungan dengan morfem dasar, yaitu prefiks, infiks, dan sufiks. Dari segi penempatannya, afiks afiks tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok. Jenis jenis afiks tersebut adalah sebagai ebrikut.

1. Prefiks (awalan), yaitu afiks yang diletakkan di depan bentuk dasar. Contoh : memberi, menjual, berlari. 2. Infiks (sisipan), yaitu afiks yang diletakkan di dalam bentuk dasar. Contoh : gerigi, gemuruh, gelembung. 3. Sufiks (akhiran), yaitu afiks yang diletakkan di belakang bentuk dasar. Contoh : sakiti, lempari, pukuli. 4. Simulfiks, yaitu afiks yang dimanifestasi dengan ciri ciri segmental yang dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan fungsinya ialah membentuk verba atau memverbakan nomina, adjektiva, atau kelas kata lain. Contoh : kopi menjadi ngopi, santai menjadi nyantai, kebut menjadi ngebut. Contoh di atas terdapat dalam bahasa Indonesia nonstandar. 5. Konfiks, yaitu afiks yang terdiri atas dua unsur, yaitu di depan dan di belakang bentuk dasar. Contoh : kedudukan, berdatangan, pertemuan. 6. Imbuhan gabung (kombinasi afiks), yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan bentuk dasar. Contoh : meninggikan, berkeliaran, berkenalan. 7. Suprafiks atau superfiks, yaitu afiks yang dimanifestasi dengan ciri ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental. Afiks tersebut tidak terdapat dalam bahasa indonesia. Contohnya dalam bahasa Toraja Makale, bitti kecil dan bittik kecil sekali

8. Interfiks, adalah jenis afiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa indonesia, interfiks terdapat pada kata kata bentukan baru, misalnya interfiks n- dan o- pada gabungan indonesia dan logi menjadi indonesialogi. 9. Transfiks, yaitu jenis infiks yang menyebabkan bentuk dasar menjadi terbagi. Bentuk tersebut terdapat pada bahasa bahasa Afro-Asiatika, antara lain bahasa Arab. Contoh : kata katab (ia menulis), kitab (buku), dan katib (penulis). Keraf ( 1984: 86) menyatakan bahwa segala kata yang mengandung imbuhan : me-, ber-, -kan, di-, -i, dapat dicalonkan menjadi kata kerja. Kata kata yang bukan verba dapat dijadikan sebagai verba jika kata kata tersebut dibubuhi afiks yang berfungsi sebagai pembentuk verba. 2.3 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai verba bukanlah hal yang baru pertamakali ini dilakukan,sudah ada penelitian terdahulu mengenai masalah itu. Penelitian yang relevan mengenai penelitian ini adalah sebagai berikut. Herwanto (2009) dengan judul skripsinya Kategori Verba Pada Harian Analisa menyimpulkan bahwa kategori verba pada harian analisa ada dua belas dan dari data yang dikumpulkan dapat diketahui bahwa tipe yang paling sering muncul adalah tipe XI sedangkan tipe yang paling sedikit muncul adalah tipe I. Saripah Hanum Siregar (2010) dengan penelitiannya yang berjudul Verba Majemuk Dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburahman El Shirazy meneliti tentang penggunaan verba majemuk mengenai jenis dan proses pembentukannya. Dia menyimpulkan bahwa jenis verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman EL

Shirazy secara garis besar hanya dua jenis, yaitu verba majemuk dasar dan verba majemuk berimbuhan. Ia juga mengungkapkan bahwa terdapat 4 pola majemuk dasar yaitu: (V+N), (A+V), (V+V),dan (V+Mu). Angkat (1996) Dengan judul skripsi Sistem Kata Kerja Bahasa Pakpak memaparkan ciriciri, bentuk, pembagian dan makna kata kerja bahasa Pakpak serta proses morfofonemiknya. Sihite (2007) dengan skripsinya yang berjudul Kata Majemuk Dalam Bahasa Batak Toba menyimpulkan bahwa ciri kata majemuk dalam bahasa batak toba ada tiga, yaitu ciri prakategorial, morfologis dan sintaksis Hasil penelitian sebelumnya, baik mengenai verba, kata majemuk, maupun penelitian pemakaian bahasa pada novel dapat menjadi informasi dan acuan bagi peneliti saat ini dalam meneliti verba dalam novel Sang pemimpi karya Andrea Hirata. Penelitian ini, di samping menggunakan metode kualitatif juga menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk melihat seberapa tinggi persentase frekuensi penggunaan tiap jenis verba yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data