Kata kunci : konsep, pemahaman konsep, segitiga.

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEPSI BANGUN RUANG PRISMA SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS GIRISONTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata Kunci : analisis, kesalahan, newman, soal cerita, bilangan bulat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS

KONSEPSI SISWA TENTANG TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP NEGERI 10 SALATIGA

SKIM PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT OLEH SISWA SD JURNAL. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana

ANALISIS PENALARAN ANALOGI SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PYTHAGORAS PADA SISWA SMP

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS

SKIM PENYELESAIAN SOAL PYTHAGORAS PADA SEGITIGA BAGI SISWA SMP KELAS IX

BAB III METODE PENELITIAN

Mega Ristiana. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

JURNAL Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana

Wakhidatun Nurul Istiqomah Novisita Ratu Tri Nova Hasti Yunianta

JURNAL. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN-BANGUN SEGIEMPAT MELALUI PENGGUNAAN JARINGAN KONSEP. Sri Tresnaningsih 1) Dosen Universitas Terbuka-UPBJJ Surabaya

KONSEPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUBIRU TENTANG SEGIEMPAT

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEMBARAN MATERI BANGUN DATAR

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

BAB III METODOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu dasar yang memegang peranan penting

ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL. Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika

SKIM PERSAMAAN GARIS LURUS SISWA KELAS VIII SMP KRISTEN 2 SALATIGA


DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN. Abstrak

ANALISIS KECERDASAN SPASIAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII SMP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

ANALISIS CARA MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH LUAR BIASA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar

BAB II KAJIAN TEORI A.

ARTIKEL ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT

Disusun oleh Sutriana Epriyanti ( )

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA KISI-KISI ULANGAN KENAIKAN KELAS (SEMESTER GENAP) TAHUN PELAJARAN 2012/2013

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP NEGERI 2 AMBARAWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

SKIM PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SALATIGA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari

PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN TANGRAM GEOGEBRA UNTUK MENEMUKAN LUAS PERSEGI

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

KESULITAN MELUKIS, MEMAHAMI LINGKARAN DALAM DAN LUAR SEGITIGA PADA MAHASISWA SEMESTER 1 PENDIDIKAN MATEMATIKA UMS Yuliyani 1), Sumardi 2)

ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEOREMA PYTHAGORAS DITINJAU DARI TEORI NEWMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BELAJAR VAN HIELE. Oleh: Andi Ika Prasasti Abrar Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas guru dan aktivitas siswa. Anwar

ALTERNATIF PEMAHAMAN KONSEP UMUM LUAS DAERAH SUATU BANGUN DATAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KECENDERUNGAN SISWA KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 ROWOKELE DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN- ENDED PADA MATERI PECAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA KELAS VII SMP PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN CAMPURAN BERDASARKAN KRITERIA KESALAHAN WATSON

Keywords: Open Ended Learning, multimedia, mathematic

ANALISIS KEMAMPUAN MEMORI DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI TERMODINAMIKA PADA SISWA MAN 2 MADIUN

DESKRIPSI LEVEL BERPIKIR GEOMETRI DATAR SISWA SD KELAS V BERDASARKAN TEORI VAN HIELE. Muhamad Choeri Shodiqin, Tri Nova Hasti Yunianta, Wahyudi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PROFIL KEMAMPUAN BERFIKIR GEOMETRI BERDASARKAN LANGKAH POLYA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SMPN 3 PLOSOKLATEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

Kisi kisi Soal Tes. Bentuk Nomor. Uraian 1

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS II PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN

PENERAPAN MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

KONSEPSI SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT KUTUB MAGNET

2. DASAR TEORI Pengertian Konsep, Konsepsi, dan Perkembangan konsep

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

ANALISIS KESULITAN DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA SMP KELAS VII

BAB II MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sarbaini, Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van

OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015) ISSN:

ANALISIS KESULITAN SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI YANG BERKAITAN DENGAN JARAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB KESULITAN BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTS AMAL SHOLEH KECAMATAN GETASAN

PROFIL PENALARAN SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

Keywords: guided inquiry, science

Alvi Chusna Zahara 1), Ratri Candra Hastari 2), HM. Farid Ma ruf 3)

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. Oleh : DANNY EKO WICAKSONO NPM:

BAB I PENDAHULUAN. ilmu-ilmu eksak. Suherman menjelaskan bahwa pelajaran matematika mempunyai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam belajar. Gaya kognitif diartikan oleh Keefe (1987:7) merupakan bagian dari

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATANKONSTRUKTIVISME TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. desain didaktis yang berdasarkan pada hambatan pada proses pembelajaran yang

Transkripsi:

KONSEPSI SISWA SMP PANGUDI LUHUR AMBARAWA TERHADAP LUAS SEGITIGA Yolanda Leonino, Tri Nova Hasti Yunianta, M.Pd., Novisita Ratu, S.Si., M.Pd. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Email: yoland_leonio@yahoo.co.id Abstrak Konsep merujuk pada pemahaman dasar dalam menguasai suatu mata pelajaran, sehingga penguasaan konsep dasar menjadi tolok ukur terhadap penguasaan suatu materi pelajaran. Pemahaman konsep adalah sebuah aspek penting dari pembelajaran. Pemahaman konsep sebagai kemampuan siswa untuk: (1) menjelaskan konsep, (2) menggunakan konsep pada berbagai situasi yang berbeda, (3) mengembangkan beberapa akibat dari adanya suatu konsep, dapat diartikan bahwa siswa paham terhadap suatu konsep. Terdapat dua jenis pemahaman konsep yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman rasional. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman siswa SMP Pangudi Luhur Ambarawa terhadap konsep luas segitiga. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Subjek dari penelitian ini diambil sebanyak 6 siswa kelas VII SMP Pangudi luhur Ambarawa. Konsepsi siswa terhadap luas segitiga diukur melalui tes tertulis dan dilanjutkan dengan wawancara non terstruktur. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsepsi siswa tentang luas segitiga berbeda-beda antara siswa satu dengan siswa lainnya. Seluruh subjek mampu menentukan letak alas segitiga dan garis tinggi segitiga pada jenis-jenis segitiga yang berbeda, akan tetapi hanya satu subjek yang mampu menggambarkan garis tinggi pada segitiga tumpul dengan tepat. Seluruh subjek mampu menghitung luas segitiga, satu subjek mampu menghitung luas empat segitiga yang diperoleh dari hasil pembagian persegi panjang secara diagonal dengan tepat. Lima subjek mampu menggambar segitiga tumpul dengan tepat, serta menempatkan sudut dan alas segitiga dengan benar. Kata kunci : konsep, pemahaman konsep, segitiga. PENDAHULUAN Soedjadi (2000) berpendapat bahwa matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang berkaitan dengan penalaran. Objek dasar yang dipelajari matematika adalah abstrak, sering juga disebut objek mental. Objek dasar tersebut meliputi fakta, konsep, operasi atau relasi, dan prinsip. Rahman (Lestari, 2014), menyatakan konsep merujuk pada pemahaman dasar dalam menguasai suatu mata pelajaran, sehingga penguasaan konsep dasar menjadi tolok ukur terhadap penguasaan suatu materi pelajaran. Piaget (Walle, 2008) menyatakan, pembelajaran matematika dituntut untuk menguasai konsep, karena setiap konsep dari matematika saling berkaitan. Konsep matematika berisi hubungan-hubungan logis yang dikonstruksi di dalamnya dan yang ada didalam pikiran sebagai bagian dari jaringan ide. 1

Santrock (2009) menyatakan pemahaman konsep adalah sebuah aspek penting dari pembelajaran. Duffin & Simpson (Kesumawati, 2014) menjelaskan, pemahaman konsep sebagai kemampuan siswa untuk: (1) menjelaskan konsep, dapat diartikan siswa mampu untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya, (2) menggunakan konsep pada berbagai situasi yang berbeda, (3) mengembangkan beberapa akibat dari adanya suatu konsep, dapat diartikan bahwa siswa paham terhadap suatu konsep. Terdapat dua jenis pemahaman konsep yang dikemukakan oleh Skemp & Pollatsek (Kesumawati, 2014), yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman rasional. Pemahaman instrumental dapat diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya rumus yang dihafal dalam melakukan perhitungan, sedangkan pemahaman rasional termuat satu struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas. Hewson dan Throley (Purniati, dkk, 2012) mengemukakan bahwa pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh pembelajar sehingga dia mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. Berdasarkan pembagian periode perkembangan intelektual anak oleh Piaget (Dahar, 2011) siswa SMP berada pada periode konkret operasional dan mulai memasuki periode operasional formal. Periode konkret operasional merupakan permulaan berpikir rasional dan siswa memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkan pada masalah konkret. Siswa SMP sudah dapat berpikir logis, proses berpikir yang tidak tergantung hanya pada hal-hal yang langsung dan real dikemukakan oleh Piaget (Olson, 2011). Ginsburg dan Opper (Suparno, 2001) berpendapat, siswa dapat berpikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Siswa dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada. Siswa dapat berpikir efektif karena dapat melihat pemikiran mana yang cocok untuk pesoalan yang dihadapi. Matematika memiliki banyak konsep yang harus dipelajari dari tingkat dasar hingga tingkat atas. Salah satu konsep yang selalu dipelajari adalah bangun datar. Jenis bangun datar bermacam-macam, antara lain persegi, persegi panjang, segitiga, jajargenjang, trapesium, layang-layang, belahketupat, dan lingkaran. Segitiga merupakan bangun datar sederhana yang dipelajari sejak berada di tingkat Sekolah Dasar (SD). Heruman (2013) mengatakan, bahwa pengenalan segitiga dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya penentuan tiga buah titik dengan letak berbeda. Ketiga titik tersebut kemudian dihubungkan dengan garis, sehingga terbentuklah segitiga. Selain itu, pengenalan bentuk segitiga ini dapat dilakukan dengan memerintahkan siswa membagi dua bangun persegi atau persegi panjang secara diagonal. Pengenalan konsep segitiga ini akan berkaitan 2

dengan konsep luas segitiga, maka cara pemotongan persegi panjang secara diagonal akan lebih sesuai. Konsepsi siswa terkait segitiga khususnya pada jenis segitiga dan unsurunsurnya telah dilakukan oleh Sartika (2012) pada siswa kelas V SD, diperoleh siswa dapat dengan mudah menentukan gambar dari jenis-jenis segitiga dan unsur-unsurnya. Siswa dapat memilih jawaban benar dengan mudah melalui gambar dan contoh, namun mereka lemah saat diminta memilih jawaban benar dari pengertian secara verbal (melalui kata-kata). Hal ini menunjukkan bahwa membentuk konsep dalam diri siswa itu tidak mudah, karena konsep yang mereka miliki terbentuk dari benda nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan mereka kurang bisa memilih konsep jenis-jenis segitiga dan unsurunsurnya dalam kata-kata yang tepat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, akan dilakukan penelitian lanjutan terkait konsepsi siswa terhadap luas segitiga pada siswa SMP. LANDASAN TEORI 1. Konsep Dahar (2011) mengartikan konsep sebagai batu pembangun berpikir. Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Flavell (Sagala, 2010) menyatakan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi yaitu atribut, struktur, keabstrakan, keinklusifan, generalitas, ketepatan dan kekuatan. Ausubel (Purwanto, 2012) mengemukakan bahwa konsep-konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu formasi konsep (concept formation) dan asimilasi konsep (concept assimilation). 2. Konsep Luas Walle (2008) berpendapat bahwa luas adalah spasi dua dimensi dalam daerah. Luas bangun datar adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi bangun datar tersebut. Luas bangun datar adalah banyaknya satuan luas yang dapat digunakan untuk menutup secara rapat daerah tersebut (Farida dkk, 2012). 3. Konsepsi Setiap orang akan mempunyai penafsiran tersendiri mengenai suatu konsep (Sartika, 2012). Tafsiran perorangan dari suatu konsep ilmu inilah yang disebut konsepsi (Berg, 1991). Sutriyono (2012) menyatakan bahwa bagi siswa, konsepsi mereka tentang matematika adalah tidak salah karena 3

konsepsi mereka adalah berdasarkan skim tindakan mereka sendiri. Konsepsi yang dimiliki seseorang belum tentu semuanya benar. Hewson dan Throley (Purniati, dkk, 2007) mengatakan bahwa pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh pembelajar sehingga dia mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. 4. Segitiga Sartika (2012) mengatakan bahwa segitiga adalah bangun datar yang dibentuk dengan cara menghubungkan tiga buah titik sudut yang tidak segaris. Jumlah sudut dalam segitiga adalah 180. Heruman (2013) mengatakan bahwa pengenalan segitiga dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya penentuan tiga buah titik dengan letak berbeda. Ketiga titik tersebut kemudian dihubungkan dengan garis, sehingga terbentuklah segitiga. selain itu, pengenalan bentuk segitiga ini dapat dilakukan dengan memerintahkan siswa membagi dua bangun persegi atau persegi panjang secara diagonal. Pengenalan konsep segitiga ini akan berkaitan dengan konsep luas segitiga, maka cara pemotongan persegi panjang secara diagonal akan lebih sesuai. Sependapat dengan pendapat yang disampaikan oleh Heruman (2013), Trianto (2012) menyebutkan, bangun segitiga terbentuk dari perpotongan diagonal bangun persegi maupun persegi panjang. Penurunan luas segitiga berupa penurunan dari luas persegi atau persegi panjang. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian dilakukan di SMP Pangudi Luhur Ambarawa yang berlokasi di jalan Mgr. Sugiyopranoto 191 Ambarawa. Penelitian dimulai dari bulan Maret hingga September 2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Subjek dari penelitian ini diambil sebanyak 6 siswa kelas VII SMP Pangudi luhur Ambarawa dengan kategori kemampuan matematika tinggi, kemampuan matematika sedang, dan kemampuan matematika rendah. Konsepsi siswa terhadap luas segitiga diukur melalui tes tertulis dan dilanjutkan dengan wawancara non terstruktur. Peneliti menjadi instrumen utama dalam penelitian ini, dan instrumen pendukung penelitian berupa soal tes matematika. Soal tes matematika dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. 4

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian. No Indikator Soal Soal 1. 1) Siswa dapat menentukan alas dan tinggi segitiga. 2) Siswa dapat menghitung luas segitiga. 2. Siswa dapat menghitung luas segitiga. a. Terdapat sebuah segitiga ABC. Apakah jenis segitiga ABC? Gambarkan letak tinggi segitiga ABC, kemudian sebutkan letak alas segitiga ABC. Bagaimanakah luas segitiga ABC? b. Jika titik B dipindah ke B 1, maka apakah jenis segitiga AB 1 C? Gambarkan letak tinggi segitiga AB 1 C, kemudian sebutkan letak alas segitiga AB 1 C! Bagaimanakah luas segitiga AB 1 C? c. Jika titik B dipindah ke B 2, maka apakah jenis segitiga AB 2 C? Gambarkan letak tinggi segitiga AB 2 C, kemudian sebutkan letak alas segitiga AB 2 C! Bagaimanakah luas segitiga AB 2 C? d. Jika titik B dipindah ke B 3, maka berjenis apakah segitiga AB 3 C? Gambarkan letak tinggi segitiga AB 3 C, kemudian sebutkan letak alas segitiga AB 3 C! Bagaimanakah luas segitiga AB 3 C? e. Apa yang bisa anda simpulkan terkait luas segitiga tersebut? 3. Siswa dapat menggambarkan segitiga serta dapat menyelesaikan soal cerita. Terdapat sebuah persegi panjang KLMN yang dibagi secara diagonal menjadi empat buah segitiga, yaitu segitiga KLO, LMO, MNO, dan NKO. Apakah keempat segitiga tersebut mempunyai luas yang sama? Gambarlah sebuah segitiga PQR dengan syarat sudut P merupakan sudut tumpul dan dengan PQ sebagai alas dengan sisi terpendek. Bagaimanakah luas segitiga tersebut? Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakai teknik triangulasi atau gabungan dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Langkahlangkah yang digunakan dalam analisis data pada penelitian ini menggunakan model milik Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010). Teknik analisis data melalui empat tahap yaitu pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan kesimpulan-kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/ verification). 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil dari seluruh soal yang dikerjakan oleh subjek mendapatkan hasil yang beragam. Konsepsi subjek mengenai luas segitiga dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Hasil Konsepsi Subjek. Subjek Subjek BN Subjek BA Subjek LR Subjek GP Konsepsi Luas Segitiga Subjek mampu menentukan letak alas dan tinggi segitiga dengan benar. Subjek juga mampu menggambar segitiga tumpul dengan benar, serta dapat menggambar garis tinggi segitiga tumpul dengan benar. Subjek mampu menghitung luas segitiga berdasarkan data yang ada. Konsepsi subjek terkait luas segitiga menunjukkan bahwa ketika empat segitiga mempunyai alas dan tinggi yang sama, maka segitiga akan memiliki luas yang sama. Luas empat segitiga yang diperoleh dari persegi panjang yang dibagi secara diagonal juga mempunyai luas yang sama. Subjek mampu menentukan letak alas segitiga dengan benar, subjek juga mampu dalam menentukan tinggi segitiga, akan tetapi masih keliru dalam menentukan dan menggambarkan garis tinggi pada segitiga tumpul. Subjek mampu menggambarkan segitiga tumpul dengan benar. Subjek mampu menghitung luas segitiga berdasarkan data yang ada. Konsepsi subjek terkait luas segitiga menunjukkan bahwa setiap jenis segitiga mempunyai luas yang berbeda juga. Luas empat segitiga yang diperoleh dari persegi panjang yang dibagi secara diagonal dikatakan bahwa luas segitiga yang berhadapan adalah sama. Subjek mampu menentukan letak alas segitiga dengan benar, namun belum mampu menentukan tinggi segitiga dan belum mampu menggambarkan garis tinggi pada segitiga tumpul dengan benar. Subjek juga belum dapat menggambarkan segitiga tumpul dengan benar. Subjek mampu menghitung luas segitiga dengan menggunakan pemisalan angka pada alas dan tinggi segitiga. Konsepsi subjek terkait luas segitiga menunjukkan bahwa semua segitiga itu berbeda dan luasnya juga berbeda. Luas empat segitiga yang diperoleh dari persegi panjang yang dibagi secara diagonal tidak mempunyai luas yang sama karena bentuknya berbeda. Subjek mampu menentukan letak alas segitiga dengan benar. Subjek mampu menentukan tinggi segitiga dengan benar, akan tetapi masih keliru dalam menentukan dan menggambarkan garis tinggi pada segitiga tumpul. Subjek juga mampu menggambarkan segitiga tumpul dengan benar. Subjek mampu menghitung luas segitiga berdasarkan data yang ada. Konsepsi subjek terkait luas segitiga menunjukkan bahwa jenis segitiga yang berbeda akan menghasilkan luas segitiga yang sama karena memiliki alas yang sama. Luas empat segitiga yang diperoleh dari persegi 6

Subjek RL Subjek KA panjang yang dibagi secara diagonal dikatakan bahwa segitiga yang berhadapan memiliki luas yang sama. Subjek mampu menentukan letak alas segitiga dengan benar. Subjek mampu menentukan tinggi segitiga dengan benar, akan tetapi masih keliru dalam menentukan dan menggambarkan garis tinggi pada segitiga tumpul. Subjek juga mampu menggambarkan segitiga tumpul dengan benar. Subjek mampu menghitung luas segitiga berdasarkan data yang ada. Konsepsi subjek terkait luas segitiga menunjukkan bahwa luas keempat segitiga sama karena adanya garis sejajar sehingga memiliki alas dan tinggi yang sama. Luas empat segitiga yang diperoleh dari persegi panjang yang dibagi secara diagonal dikatakan bahwa segitiga yang berhadapan memiliki luas yang sama. Subjek mampu menentukan letak alas segitiga dengan benar. Subjek mampu menentukan tinggi segitiga dengan benar, akan tetapi masih keliru dalam menentukan dan menggambarkan garis tinggi pada segitiga tumpul. Subjek juga mampu menggambarkan segitiga tumpul dengan benar. Subjek mampu menghitung luas segitiga berdasarkan data yang ada. Konsepsi subjek terkait luas segitiga menunjukkan bahwa sudut segitiga yang berbeda akan menghasilkan luas segitiga yang berbeda. Luas empat segitiga yang diperoleh dari persegi panjang yang dibagi secara diagonal dikatakan bahwa segitiga yang berhadapan memiliki luas yang sama. Gambar 1. Soal Nomor 1. Soal nomor 1 yang mengukur kemampuan siswa dalam menentukan alas dan tinggi segitiga mendapatkan hasil bahwa seluruh subjek mampu menentukan letak alas segitiga dengan benar. Lima subjek yaitu BN, BA, GP, RL, dan KA mampu menggambar garis tinggi segitiga dengan benar, namun subjek LR masih melakukan kekeliruan dalam menggambar garis tinggi segitiga. Selanjutnya siswa diminta untuk menghitung luas segitiga. Seluruh siswa mengetahui rumus luas segitiga dan mampu menghitung luas segitiga dengan benar, dan terdapat satu subjek yaitu LR yang menghitung luas segitiga dengan menggunakan pemisalan angka pada alas dan tinggi segitiga. Seluruh subjek menyimpulkan jawaban terkait luas segitiga dengan hasil yang sangat beragam. 7

Gambar 2. Soal Nomor 2. Soal nomor 2 yang mengukur kemampuan siswa dalam menghitung empat luas segitiga yang dibagi secara diagonal dari sebuah persegi panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima subjek yaitu subjek BN, BA, GP, RL, dan KA mampu menentukan alas dan tinggi segitiga dengan benar, kemudian mampu menghitung luas segitiga dengan benar. Subjek LR mampu menentukan alas dengan benar, namun belum mampu menentukan tinggi segitiga dengan benar. Subjek BN mampu menyimpulkan bahwa keempat segitiga mempunyai luas yang sama, empat subjek lainnya yaitu BA, GP, RL, dan KA mampu menyimpulkan luas keempat segitiga berdasarkan data yang ada namun belum tepat, sedangkan subjek LR tidak mampu menyimpulkan luas keempat segitiga. Soal nomor 3 yang mengukur kemampuan siswa dalam menggambar segitiga tumpul mendapatkan hasil bahwa lima subjek yaitu BN, BA, GP, RL, dan KA mampu menggambarkan segitiga tumpul dengan benar, sedangkan subjek LR belum menggambarkan segitiga tumpul dengan benar. Seluruh subjek dapat meletakkan sudut dan alas segitiga dengan benar, akan tetapi hanya subjek BN yang mampu menggambar garis tinggi segitiga dengan benar. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. seluruh subjek mampu menentukan letak alas segitiga dengan tepat, 2. seluruh subjek mampu menentukan garis tinggi segitiga pada jenis-jenis segitiga yang berbeda, akan tetapi hanya satu subjek (BN) yang mampu menggambarkan garis tinggi pada segitiga tumpul dengan tepat, 3. seluruh subjek mampu menghitung luas segitiga dengan tepat berdasarkan data yang ada, 4. satu subjek (BN) mampu menghitung luas empat segitiga yang diperoleh dari hasil pembagian persegi panjang secara diagonal dengan tepat. Sedangkan lima subjek lainnya (BA, LR, GP, RL, dan KA) belum menghitung luas keempat segitiga dengan tepat, 5. lima subjek (BN, BA, GP, RL, dan KA) mampu menggambar segitiga tumpul dengan tepat, serta menempatkan sudut dan alas segitiga dengan benar. Sedangkan satu subjek lainnya (LR) belum menggambar segitiga tumpul dengan tepat. 8

DAFTAR PUSTAKA Berg, Van den Euwe. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga. Farida dkk, 2012. Memahami Konsep Bangun Datar Menggunakan Media Pembelajaran. http://matematikanewongdeso.blogspot.com/2012/01/mediapembelajaran.html. Diunduh tanggal 24 Maret 2014. Fajri. 2014. Bangun Datar. http://www.academia.edu/4817601/bangun_datar. Diunduh tanggal 3 Agustus 2014. Heruman. 2013. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Kesumawati, Nila. (2014). Pemahaman Konsep Matematik Dalam Pembelajaran Matematika [online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id [30 Agustus 2014] Lestari, Y. M. 2014. Konsepsi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Salatiga Tentang Kesebangunan Dan Kekongruenan. Jurnal Moeharti. 1986. Sistem-Sistem Geometri. Jakarta: Karunia Jakarta. Nuraeni, Endah Tri. 2013. Konsepsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Banyubiru tentang Segiempat. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Olson, Matthew H dkk. 2008. Theories Of Learning. Jakarta: Penerbit Erlangga. Pattinson, Armand,. 2010. Segitiga. http://armandpattinson.blogspot.com/2010/12/segitiga.html. Diunduh tanggal 26 Maret 2014. Purniati, dkk. 2012. Penerapan Model Learning Cycle Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Mahasiswa Pada Kapita Selekta Matematika [online]. Tersedia: http://file.upi.edu [16 Mei 2014] Purwanto, 2012. Belajar Dan Pembelajaran Fisika [online]. Tersedia: http://file.upi.edu [15 Juni 2012] 9

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep Dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sartika, Wahyu dkk. 2012. Konsepsi Siswa Kelas V SD Tentang Jenis-Jenis Segitiga Dan Unsur-Unsurnya. http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/1870. Diunduh tanggal 24 Maret 2014. Santrock, John W.2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga. Santrock, John W. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Sutriyono. 1999. Konstruktivisme dalam Pengajaran Sains dan Matematika. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Walle, John A. Van De. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah: Pengembangan Pengajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga. Wikipedia, 2014. Luas. http://id.wikipedia.org/wiki/luas. Diunduh tanggal 4 Juni 2014. Winkel, W.S. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. 10