BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok teman sebaya dan hubungan individu atau anggota kelompok yang mencakup

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. individu tentang dirinya sendiri inilah yang disebut konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Ratih Novita Sari 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Faktor utama dalam menempuh hidup yang lebih baik adalah dengan. melaksanakan pembangunan berdasarkan iman dan takwa.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN KERJA SAMA DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (experimental

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BIMBINGAN SOSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI DENGAN TEMAN SEBAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis, terlebih dalam hal cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. berdampingan, manusia membutuhkan adanya interaksi sosial.

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK ABSTRACT

PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN KERJA SAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 3 LAMONGAN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd. ) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH :

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa kelas VIIC yang berjumlah 37 siswa terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah dan menguji penyelesaian masalah secara sistematis. mampu tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan.

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

JURNAL PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PRAMBON KABUPATEN NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

RAHMADIATI Guru SMP Negeri 23 Medan ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan dan menerima pembelajaran di sekolah. Secara umum adaptasi merupakan proses

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana siswa berinteraksi. Lingkungan yang dimaksud adalah sekolah karena hampir

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DI SD MUHAMMADIYAH PAHANDUT PALANGKARAYA.

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK MODELING TERHADAP RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS X SMAN 1 MOJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut (Hurlock, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

TUGAS INDIVIDU PENGEMBANGAN SKALA PSIKOLOGIS DALAM BIDANG PRIBADI-SOSIAL

18 Media Bina Ilmiah ISSN No

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang evaluasi dirinya sendiri. Konsep

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VII 3 SMP NEGERI 3 KOTA BENGKULU

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial di masyarakat, seorang individu tidak

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai dorongan sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikatnya, manusia adalah makhluk individu dan sosial. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki

THE EFFECTIVENESS OF GRUP COUNSELING BASED GAMES TO IMPROVE PEER COMMUNICATION SKILLS OF CLASS VIII-E STUDENTS OF SMP NEGERI 1 TALUN IN ACADEMIC YEAR

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

BAB 1 PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi, akan tetapi juga diharapkan dapat mengubah dan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VI SD PANGAMBANGAN 5 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun

2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dian Widiyanti, 2013

1. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan merupakan anugerah Allah Subhanahuwatallah yang tidak ternilai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan, terutama ketika memasuki usia remaja. Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari kanak-kanak menuju ke masa dewasa, rentang usia masa remaja yaitu 12-21 tahun. Pada rentang usia tersebut seorang individu berada pada tahap perkembangan remaja awal. Pada tahap ini remaja mengalami perubahan yaitu meningginya emosi, perubahan fisik, psikis dan sosial (Hurlock, 2009). Perubahan pada aspek sosial akan mendorong remaja untuk melakukan proses sosial. Menurut Soekanto (2007) Proses sosial adalah merupakan suatu proses yang berarti bahwa ia merupakan suatu gejala perubahan, gejala penyesuaian diri, dan gejala pembentukan. Semua gejala ini disebabkan karena individu dalam kelompok menyesuaiakan diri satu sama lain dan menyesuaiakan diri dengan keadaan. Proses sosialisasi ini terjadi melalui interaksi sosial yang dimiliki oleh setiap individu. Pada hakekatnya individu membutuhkan orang lain dan naluri hidup bersama dengan orang lain sejak lahir, dewasa, tua, dan sampai meninggal, Sehingga permasalahan dapat diatasi secara bersama. Keinginan untuk hidup bersama orang lain menjadikan manusia dijuluki sebagai makhluk sosial yang secara alami ingin mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Manusia hanya dapat menyelesaikan tugas dalam hidupnya dengan bantuan kelompok. Untuk mencapai kesejahteraan hidup bersama dan tidak akan pernah mampu hidup sendiri tanpa adanya komunikasi antar manusia yang disebut dengan interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa 1

interaksi sosial, tidak akan ada kehidupan bersama (Soekanto, 2007). Pada hakikatnya manusia itu sebagai makhluk individu, sosial, dan berkebutuhan. Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia tidak lepas dari interaksi dengan orang lain. Manusia perlu berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain, dengan menggunakan bahasa lisan maupun dengan bahasa isyarat (Santoso, 2010). Oleh karena itu dalam kehidupan manusia saling membutuhkan untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraannya. Menurut Soekanto (20f07) mengatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antara kelompok dengan kelompok, maupun orang perorangan dengan kelompok. Interaksi sosial ini dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, bahkan interaksi sosial juga akan terjadi di lingkungan sekolah dan dilakukan oleh semua siswa, namun kemampuan interaksi sosial setiap siswa tidaklah sama. Siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang baik, akan lebih memiliki banyak teman di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, dapat mudah bergaul, tidak minder dan anak juga tidak malu untuk bertanya pada guru atau orang lain ketika ia tidak mengerti sesuatu. Selain itu apabila seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dilingkungan sekitar, senang akan kegiatan kelompok dan senang melakukan kerja sama, maka orang akan memiliki kemampuan yang baik pula dalam menyesuaikan diri. Jika kemampuan interaksi sosialnya rendah, anak akan cenderung menjadi pemalu, pendiam, tidak memiliki teman dekat atau berteman dengan tertentu saja, lebih sering menyendiri dan takut dengan guru atau orang lain. Ditinjau dari pengertian kedua ahli, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial yaitu dalam kehidupan sosialnya membutuhkan kebersamaan, baik itu antar kelompok, antar orang perorangan, antar orang dengan 2

kelompok, dimana saling membutuhkan untuk musyawarah demi mencapai tujuan yang sama. Dari hasil wawancara dengan guru BK SMP Negeri 4 Temanggung Eny Dwiarti, pada tanggal 8 April 2013 diketahui bahwa interaksi sosial siswa kurang baik. Siswa tidak dapat berkinteraksi sosial dengan baik karena siswa hanya berteman dengan teman tertentu, pada saat berpapasan dengan teman sebanyanya tidak saling menyapa. Ketika ada diskusi kelompok siswa hanya diam dan sulit diajak bekerja sama. Dari hasil penelitian di SMP Negeri 4 Temanggung penulis menyebarkan skala interaksi sosial pada tanggal 19 April 2013 dan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1.1. Distribusi Frekuensi Variabel Interaksi Sosial di SMP Negeri 4 Temanggung Kategori Interval Frekuensi Persentase Sangat Tinggi 133-160 0 0% Tinggi 102-132 5 13,5% Rendah 71-101 32 86,5% Sangat Rendah 40-70 0 0% Total 37 100% Minimum 40 Maksimum 160 Rata-rata 96 Berdasarkan hasil penyebaran skala interaksi sosial siswa dari jumlah 37 siswa, terdapat 32 siswa berada pada kategori rendah, dan 5 orang siswa berada pada kategori tinggi. Dari hasil tersebut terdapat 3 siswa yang dapat menjalin hubungan dengan baik, mendapat penerimaan dari teman, dukungan dari teman, suka mengikuti kegiatan kelompok dan bisa diajak kerjasama dengan baik. 3

Siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosialnya rendah harus diatasi dengan cara memberikan pendekatan dengan permainan, agar siswa dapat terlatih, percaya diri, dapat bekerjasama dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu bagi siswa yang mengalami interaksi sosial yang rendah memerlukan pendekatan-pendekatan khusus untuk membantu siswa dalam rangka meningkatkan interaksi sosial. Peneliti melakukan wawancara dengan Wali kelas VII C SMP Negeri 4 Temanggung, bapak Warijo pada tanggal 19 April 2013 bahwa redahnya interaksi sosial siswa dapat berdampak pada nilai partisipasi siswa. Dimana siswa yang memiliki interaksi sosial rendah kurang dapat berpartisipasi dikelas dan nilai partisipasi yang mereka peroleh lebih rendah dibandingkan dengan teman-teman yang lainnya. Selain itu, nilai tugas kelompok yang diperoleh juga rendah karena siswa kurang dapat bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain. Jika sedang mengerjakan tugas kelompok, mereka diam saja dan tidak ikut berpartisipasi. Dari data yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa sikap-sikap tersebut merupakan ciri kemampuan interaksi sosial yang rendah, yaitu kurangnya kontak sosial dan komunikasi antar siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Partowisastro (1997) yang menyatakan bahwa interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi tiga syarat, yaitu adanya kontak sosial, aktifitas bersama dan frekuensi hubungan. Masalah-masalah yang terkait dengan kemampuan interaksi sosial siswa yang rendah perlu mendapatkan perhatian untuk diberikan bantuan dengan suatu proses bimbingan yang dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa tersebut. Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu tenaga pendidik yang berperan dalam memberikan bantuan kepada 4

siswa untuk menghadapi hambatan-hambatan yang terjadi dalam kegiatan belajar maupun kegiatan sosial di sekolah. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Trisnaningsih (2011) di SMP PGRI 1 Gandirejo Tahun Pelajaran 2011/2012, tentang Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Kemampuan Berinteraksi Sosial Sesama Teman SMP tersebut diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan signifikan setelah pemberian layanan bimbingan kelompok. Hal ini ditunjukkan dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh Zhitung = 2,201 dan Ztabel = 0, 028.Karena Zhitung > Ztabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan dengan taraf signifikansi 5% antara skor interaksi sosial siswa sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok kepada subyek penelitian. Salah satu layanan dalam Bimbingan dan Konseling yang mungkin dapat digunakan untuk membantu siswa dengan masalah berinteraksi adalah dengan memberikan layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik bermain. Karena layanan bimbingan kelompok dengan teknik bermain merupakan suatu pemberian bantuan kepada siswa melalui kegiatan kelompok. Layanan bimbingan kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan dan pemecahan masalah siswa. Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi siswa, secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal para siswa. 5

Dewa Ketut Sukardi (2008) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya. Sedangkan menurut Romlah (2001) mendefinisikan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencagah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa. Ditinjau dari pengertian beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan kelompok adalah suatu bantuan terhadap individu yang diberikan kepada siswa dalam memberikan bantuan dan pencegahan untuk mencapai suatu perkembangan yang optimal. Menurut Tohirin (2007) teknik yang dapat diterapkan dalam layanan bimbingan kelompok adalah teknik umum dan permainan kelompok. Permainan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok sebagai pelengkap yang merupakan wahana pemuat materi atau materi layanan. Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, peneliti menggunakan teknik bermain dengan menggunakan permainan kerja sama yang bisa diaplikasikan ke dalam layanan bimbingan kelompok yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa. Secara tidak langsung siswa yang seperti itu sangat membutuhkan bantuan dari guru BK. Bentuk bimbingan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan teknik bimbingan kelompok dengan cara bermain. 6

Jika tidak segera diatasi maka permasalahan akan semakin meluas, hubungan sosial pun juga tidak dapat berkembang dengan baik, sehingga terjadi kesenjangan sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama sesama teman. Menurut Ahmadi (1999) masalah sosial lebih efektif, efisien dan relevan jika ditangani melalui bentuk bimbingan kelompok. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik permainan kerja sama untuk siswa yang mengalami suatu permasalah terhadap kemampuan berinteraksi sosial. Siswa sebagai remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebaya dari pada keluarga. Teman sebaya sangat pengaruh kuat pada perkembangan kemapuan interaksi sosial. Layanan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial adalah layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan kerja sama. Dengan melalui permainan kerja sama individu dapat menerapkan dan mereaksi sesuai dengan pola interaksi sosial. Individu dapat mendiskusikan dan memecakan masalah yang timbul secara bersama, maka dengan sendirinya akan terjadi suatu interaksi yang diharapkan. Kemudian akan dikaitkan dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Permainan kerja sama ini dilaksanakan dalam suatu keadaan ketika sekelompok orang bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Wenzler (Donik,2010) Dengan alasan bahwa suatu permainan kerja sama ini akan terjadi suatu hubungan yang dinamis antar anggota dalam kelompok sehingga akan terjadi suatu interaksi sosial melalui komunikasi, aktifitas bersama dan hubungan frekuensi. Pemilihan permainan disesuaikan dengan kondisi lokasi penelitian, peserta, serta permainan kerja sama yang terpilih disesuaikan dengan kemampuan interaksi sosial. Terdapat delapan permainan kerja sama dan komunikasi yaitu gambar berantakan, sarang korek api, pemberi, penerima, 7

pengganggu, bermain balok, membangun piramida, malaikat pelindung, menyambung cerita, kompak berdiri. Setiap permainan kerja sama dibutuhkan komunikasi, aktivitas bersama dan frekuensi hubungan, yang terutama dalam permainan adalah kerja sama dan komunikasi antar anggota. Secara tidak lansung ketika saat permainan para anggota akan melakukan interaksi dengan anggota lain dalam kelompok. Berdasarkan uraian di atas maka penulis terdorong untuk mengangkat dalam suatu penelitian mengenai Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Permainan 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa kelas VII C di SMP Negeri 4 Temanggung? 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui signifikasi peningkatkan kemampuan interaksi sosial dengan layanan bimbingan kelompok teknik permainan di SMP Negeri 4 Temanggung. 1.4. Manfaat Penelitian Diharapkan peneleitian ini mampu memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat, baik itu dari dunia pendidikan, agama ataupun pada bimbingan dan konseling : 8

1.4.1. Manfaat Teoritis 1.4.1.1. Diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pendekatan pada bimbingan individu dan kelompok. Terutama pada bimbingan kelompok bagi siswa menengah pertama di SMP N 4 Temanggung. 1.4.1.2. Dapat menambah wawasan tentang bimbingan kelompok dalam meningkatkan interaksi sosial dengan menggunakan metode permainan kerja sama oleh siswa siswi SMP N 4 Temanggung 1.4.2. Manfaat Praktis 1.4.2.1. Memberikan informasi kepada masyarakat pada khususnya para orang tua beserta guru matapelajaran yang diampu. 1.4.2.2. Sebagai bahan pertimbangan pihak terkait yaitu dari pihak sekolah yang bersangkutan agar seantiasa memberikan motivasi dan dorongan kepada siswasiswinya. 1.5. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi dalam lima bab. Adapun susunan yang akan disajikan sebagai berikut : a. BAB I Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah dan pokok bahasan, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan skripsi. 9

b. BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini membahas berupa kisi-kisi, teori-teori dan masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu mengenai layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan interaksi sosial dan hipotesis penelitian. c. BAB III Metode Penelitian Dalam bab ini berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, definisi oprasional, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. d. BAB IV Laporan Penelitian Dalam bab ini mencakup judul pelaksanaan yang berisi tentang persiapan penelitian, gambaran lokasi penelitian, pelaksanaan, analisis data, uji hepotesis, dan pembahasan. e. BAB V Penutup Dalam bab ini mencakup judul penentu, yang berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian 10