BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURĀBAḤAH DALAM BENTUK PERJANJIAN PIUTANG MURĀBAḤAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PRAKTEK MURĀBAḤAH DI UNIT JASA KEUANGAN SYARI AH PADA KOPERASI SERBA USAHA ALHAMBRA SURABAYA.

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

HILMAN FAJRI ( )

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan umat manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB I PENDAHULUAN. dana. Hal ini sesuai dengan fungsi lembaga keuangan itu sendiri. 1

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB I PENDAHULUAN. sekundernya, contohnya keinginan memiliki mobil, motor, HP dan lain-lain, hal pokok yang melekat pada setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN MODAL KERJA MENURUT FATWA. DEWAN SYARIAH NASIONAL No.

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD DI BMT MUDA SURABAYA. keuntungannya sudah diperjanjikan diawal akad. Artinya pihak BMT tidak dapat

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

HUKUM PERJANJIAN SYARIAH DAN PENERAPANNYA DALAM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN EMAS DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN (STUDY KASUS)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. yang memproduksi dapat tetap berproduksi. Pada dasarnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak itu hingga sekarang perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB VI PENUTUP. (Akuntansi Murabahah) dan fikih muamalah. Dalam rangka meningkatkan dan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dengan Tuhannya. Ibadah juga merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. Ini pun dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bersedia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Islam atau di Indonesia disebut perbankan syariah merupakan

BAB IV STUDI ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL KERJA DI UNIT MEGA MITRA SYARI AH (M2M) BANK MEGA SYARI AH KALIWUNGU

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Bank syari ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

MURABAHAH ANUITAS DAN PENERAPANNYA MENURUT STANDAR AKUNTANSI SYARIAH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB IV. A. Analisis Terhadap Akad Pembiyaan Murabahah di Koperasi Jasa. Keuangan Syari ah Baitut Tamwil Muhammadiyah Tersono

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Simpanan Pelajar (SIMPEL) KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran

BAB II LANDASAN TEORI. etimologi berarti perikatan, perjanjian, dan permufakatan (al-ittifaq). Secara termologi fiqh, akad didefinisikan dengan :

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB II LANDASAN TEORI

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah

No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

Pengaruh Jumlah Deposito Mudhorobah Terhadap Penerimaan Jumlah Bagi Hasil Mudhorobah Pada PT.Bank Mega Syariah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV. ANALISIS PRODUK PEBIAYAAN ib MULTIGUNA DALAM MENINGKATKAN PORTOFOLIO PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA BANK MUAMALAT CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISA KONSEPTUAL DAN APLIKATIF GADAI EMAS (AR-RAHN) PT. BPRS BHAKTI SUMEKAR SUMENEP

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURĀBAḤAH DALAM BENTUK PERJANJIAN PIUTANG MURĀBAḤAH A. Analisis Hukum Islam terhadap Pembiayaan Modal Kerja Dengan Skema Murābaḥah Pembiayaan modal kerja yang dilakukan nasabah di Unit Jasa Keuangan Syari ah Koperasi Serba Usaha Alhambra tercermin dalam 5 kasus sebagai berikut: 1. Kasus perjanjian piutang murābaḥah dengan skema murābaḥah antara Afan Tholhah dengan Unit Jasa Keuangan Syariah Alhambra sebagaimana tertuang dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 3516/MRBH/XII/2013 yang ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 22-12- 2013. 2. Kasus perjanjian piutang murābaḥah dengan skema murābaḥah antara Maslikah dengan Unit Jasa Keuangan Syariah Alhambra sebagaimana tertuang dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 3854/MRBH/XII/2014 yang ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 15-06- 2014. 3. Kasus perjanjian piutang murābaḥah dengan skema murābaḥah antara Ninik Erwan Susanti dengan Unit Jasa Keuangan Syariah Alhambra sebagaimana tertuang dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 3718/MRBH/XII/2014 yang ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 13-04- 2014. 53

54 4. Kasus perjanjian piutang murābaḥah dengan skema murābaḥah antara Widorini dengan Unit Jasa Keuangan Syariah Alhambra sebagaimana tertuang dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 3827/MRBH/XII/2014 yang ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 07-06- 2014. 5. Kasus perjanjian piutang murābaḥah dengan skema murābaḥah antara Rahayuwati dengan Unit Jasa Keuangan Syariah Alhambra sebagaimana tertuang dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 3735/MRBH/XII/2014 yang ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 21-04- 2014. Menurut Adiwarman Karim, murābaḥah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 1 Salah satu rukun murābaḥah adalah obyek transaksi (ma qud alaih), dan syarat dari ma qud alaih pada murābaḥah adalah barang yang menjadi obyek pembiayaan harus diketahui oleh kedua belah pihak yang berakad baik zat bentuk, kadar, dan sifat-sifatnya jelas. 2 Dalam ketentuan Fatwa DSN, untuk pembiayaan murābaḥah yaitu Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. Berdasarkan kasus- kasus yang terjadi di koperasi serba usaha Alhambra diatas berupa pembiayaan modal usaha dalam bentuk pengadaan barang yang terdapat di surat kuasa meskipun didalam surat kuasa tidak 1 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali, 2008), 113 2 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), 281.

55 dicantumkan barang yang akan diperjualbelikan maka dari itu menggunkan skema murābaḥah dalam pandangan hukum Islam tidak diperbolehkan. B. Analisis Hukum Islam terhadap Implementasi Akad Murābaḥah Tanpa Adanya Kejelasan Barang Yang Dijadikan Objek Jual Beli Unit Jasa Keuangan Syari ah Koperasi Serba Usaha Alhambra Surabaya menerapkan pembiayaan modal usaha dengan menggunakan akad murābaḥah, seperti yang telah dipaparkan pada contoh- contoh kasus di muka, tanpa adanya kejelasan barang yang dijadikan objek jual- beli murābaḥahdengan rincian sebagai berikut: 1. Dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 3516/MRBH/XII/2013 antara Widiyanto Bayu Widagdo (Pihak I) dengan Afan Tholhah.,S.Ag (Pihak II) dinyatakan dalam pasal 1 bahwa Pihak II mengakui dengan sebenarnya telah menerima piutang dari pihak I sejumlah Rp. 10.000.000 ( Sepuluh Juta Rupiah) Piutang akan dipergunakan hanya untuk kepentingan sebagaimana dijelaskan dalam surat permohonan piutang, jika digunakannya untuk kepentingan lain, maka harus mendapatkan persetujuan tertulis dari pihak I. Faktanya didalam surat permohonan piutang yang diajukan oleh pihak II kepada pihak I tidak disebutkan barang yang hendak dibeli oleh pihak II. Demikian juga didalam surat kuasa (Akad Wakalah) pihak I kepada pihak II tidak disebutkan barangbarang yang dikuasakan pengadaan oleh pihak I kepada pihak II. Akibat

56 dari ketidakjelasan barang yang dijadikan objek murābaḥah ialah terjadinya penggunaan uang yang diterima oleh pihak II dari pihak I sesuai dengan kehendak subjektif pihak II. Untuk kasus yang pertama ini pihak II menggunakannya untuk bayar hutang kepada dealer sejumlah Rp. 7.200.000 dan keperluan keluarga Rp. 2.300.000 bukan untuk membeli barang seperti objek murābaḥah. 2. Dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 3854/MRBH/XII/2014 antara Widiyanto Bayu Widagdo (Pihak I) dengan Maslikah (Pihak II) dinyatakan dalam pasal 1 bahwa Pihak II mengakui dengan sebenarnya telah menerima piutang dari pihak I sejumlah Rp. 2.000.000 ( Dua Juta Rupiah) Piutang akan dipergunakan hanya untuk kepentingan sebagaimana dijelaskan dalam surat permohonan piutang, jika digunakannya untuk kepentingan lain, maka harus mendapatkan persetujuan tertulis dari pihak I. Faktanya didalam surat permohonan piutang yang diajukan oleh pihak II kepada pihak I tidak disebutkan barang yang hendak dibeli oleh pihak II. Demikian juga didalam surat kuasa (Akad Wakalah) pihak I kepada pihak II tidak disebutkan barangbarang yang dikuasakan pengadaan oleh pihak I kepada pihak II. Akibat dari ketidakjelasan barang yang dijadikan objek murābaḥah ialah terjadinya penggunaan uang yang diterima oleh pihak II dari pihak I sesuai dengan kehendak subjektif pihak II. Untuk kasus yang kedua ini pihak II menggunakannya untuk membeli perabotan tambal ban atas nama sendiri sebesar Rp. 1.500.000 dan membayar hutang kepada

57 tetangga Rp. 390.000 bukan untuk membeli barang seperti objek murābaḥah. 3. Dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 3718/MRBH/XII/2014 antara Widiyanto Bayu Widagdo (Pihak I) dengan Ninik Erwan Susanti (Pihak II) dinyatakan dalam pasal 1 bahwa Pihak II mengakui dengan sebenarnya telah menerima piutang dari pihak I sejumlah Rp. 1.000.000 ( Satu Juta Rupiah) Piutang akan dipergunakan hanya untuk kepentingan sebagaimana dijelaskan dalam surat permohonan piutang, jika digunakannya untuk kepentingan lain, maka harus mendapatkan persetujuan tertulis dari pihak I. Faktanya didalam surat permohonan piutang yang diajukan oleh pihak II kepada pihak I tidak disebutkan barang yang hendak dibeli oleh pihak II. Demikian juga didalam surat kuasa (Akad Wakalah) pihak I kepada pihak II tidak disebutkan barangbarang yang dikuasakan pengadaan oleh pihak I kepada pihak II. Akibat dari ketidakjelasan barang yang dijadikan objek murābaḥah ialah terjadinya penggunaan uang yang diterima oleh pihak II dari pihak I sesuai dengan kehendak subjektif pihak II. Untuk kasus yang ketiga ini pihak II menggunakannya keperluan anak sekolah Rp. 925.000 bukan untuk membeli barang seperti objek murābaḥah. 4. Dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 3827/MRBH/XII/2014 antara Widiyanto Bayu Widagdo (Pihak I) dengan Widorini (Pihak II) dinyatakan dalam pasal 1 bahwa Pihak II mengakui dengan sebenarnya telah menerima piutang dari pihak I sejumlah Rp. 5.500.000 ( Lima Juta

58 Lima Ratus Ribu Rupiah) Piutang akan dipergunakan hanya untuk kepentingan sebagaimana dijelaskan dalam surat permohonan piutang, jika digunakannya untuk kepentingan lain, maka harus mendapatkan persetujuan tertulis dari pihak I. Faktanya didalam surat permohonan piutang yang diajukan oleh pihak II kepada pihak I tidak disebutkan barang yang hendak dibeli oleh pihak II. Demikian juga didalam surat kuasa (Akad Wakalah) pihak I kepada pihak II tidak disebutkan barangbarang yang dikuasakan pengadaan oleh pihak I kepada pihak II. Akibat dari ketidakjelasan barang yang dijadikan objek murābaḥah ialah terjadinya penggunaan uang yang diterima oleh pihak II dari pihak I sesuai dengan kehendak subjektif pihak II. Untuk kasus yang keempat ini pihak II menggunakannya biaya berobat Rp. 4.500.000, transportasi Rp. 335.000, keperluan rumah tangga Rp. 300.000 bukan untuk membeli barang seperti objek murābaḥah. 5. Dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 3735/MRBH/XII/2014 antara Widiyanto Bayu Widagdo (Pihak I) dengan Maslikah (Pihak II) dinyatakan dalam pasal 1 bahwa Pihak II mengakui dengan sebenarnya telah menerima piutang dari pihak I sejumlah Rp. 2.000.000 ( Dua Juta Rupiah) Piutang akan dipergunakan hanya untuk kepentingan sebagaimana dijelaskan dalam surat permohonan piutang, jika digunakannya untuk kepentingan lain, maka harus mendapatkan persetujuan tertulis dari pihak I. Faktanya didalam surat permohonan piutang yang diajukan oleh pihak II kepada pihak I tidak disebutkan

59 barang yang hendak dibeli oleh pihak II. Demikian juga didalam surat kuasa (Akad Wakalah) pihak I kepada pihak II tidak disebutkan barangbarang yang dikuasakan pengadaan oleh pihak I kepada pihak II. Akibat dari ketidakjelasan barang yang dijadikan objek murābaḥah ialah terjadinya penggunaan uang yang diterima oleh pihak II dari pihak I sesuai dengan kehendak subjektif pihak II. Untuk kasus yang kelima ini pihak II menggunakannya untuk membeli perabotan warung atas nama sendiri Rp. 1.000.000, keperluan rumah tangga Rp. 390.000, membeli peralatan untuk syukuran Rp. 500.000 bukan untuk membeli barang seperti objek murābaḥah. Berdasarkan kasus yang telah dipaparkan diatas tidak satupun pengadaanbarang yang diperjualbelikan dilaksanakan sebelum akad murābaḥah melainkan setelahnya. Menurut pandangan Sohari Sabrani, untuk melengkapi keabsahan jual beli, barang atau harga harus memenuhi salah satu syarat yakni diketahui keadaannya dan jenis barang (kuantitas dan kualitas) dan harganya. 3 Dalam harga pokok sendiri baru bisa diketahui dengan terjadinya pengadaan barang, sedangkan di Koperasi alhambra harga pengadaan barang belum jelas ( masih estimasi). Di samping itu margin keuntungan untuk Koperasi Serba Usaha Alhambra ditentukan berdasarkan hanya estimasi tersebut. Padahal margin itu seharusnya ditentukan berdasarkan harga pokok yag senyatanya dan itu harus terjadi pengadaan barang. Berdasarkan 3 Sohari Sabrani, Fiqih Muamalah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011),70.

60 pertimbangan di atas maka akad murābaḥah yang diterapkan di Koperasi Alhambra tidak sesuai dengan oleh hukum Islam. C. Analisis Hukum Islam Terhadap Penggunaan Istilah Piutang (Qarḍ) Untuk Pokok Pembiayaan Dalam Perjanjian Akad Murābaḥah. Pada dasarnya qarḍ merupakan suatu akad pembiayaan atau pinjaman kepada nasabah tertentu dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada Lembaga keuangan Islam pada waktu yang telah disepakati bersama. 4 Dengan kata lain qarḍ adalah meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Koperasi Serba Usaha Alhambra Surabaya meggunakan istilah piutang (qarḍ) untuk pembiayaan modal kerja dalam perjanjian murābaḥah hal ini dapat dilihat pada 5 kasus sebagai berikut: 1. Kasus perjanjian piutang murābaḥah dengan skema murābaḥah antara Afan Tholhah dengan Unit Jasa Keuangan Syariah Alhambra sebagaimana tertuang dalam perjanjian piutang murābaḥahnomer 3516/MRBH/XII/2013 yang ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 22-12- 2013. 2. Kasus perjanjian piutang murābaḥah dengan skema murābaḥah antara Maslikah dengan Unit Jasa Keuangan Syariah Alhambra sebagaimana tertuang dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 4 Huda, Nurul dan Heykal, Mohammad, lembaga keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Cetakan ke 1(Jakarta: Kencana Prenadia Media, 2010), 58.

61 3854/MRBH/XII/2014 yang ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 15-06- 2014. 3. Kasus perjanjian piutang murābaḥah dengan skema murābaḥah antara Ninik Erwan Susanti dengan Unit Jasa Keuangan Syariah Alhambra sebagaimana tertuang dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 3718/MRBH/XII/2014 yang ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 13-04- 2014. 4. Kasus perjanjian piutang murābaḥah dengan skema murābaḥah antara Widorini dengan Unit Jasa Keuangan Syariah Alhambra sebagaimana tertuang dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 3827/MRBH/XII/2014 yang ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 07-06- 2014. 5. Kasus perjanjian piutang murābaḥah dengan skema murābaḥah antara Rahayuwati dengan Unit Jasa Keuangan Syariah Alhambra sebagaimana tertuang dalam perjanjian piutang murābaḥah nomer 3735/MRBH/XII/2014 yang ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 21-04- 2014. Ada dua jenis utang yang berbeda satu sama lainnya, yakni utang yang terjadi karena pinjam- meminjam uang dan utang yang terjadi karena pengadaan barang. Utang yang terjadi karena pinjam- meminjam uang tidak boleh ada tambahan, kecuali dengan alasan yang pasti dan jelas, seperti biaya materai, biaya notaris, dan studi kelayakan. Tambahan

62 lainnya yang sifatnya tidak pasti dan tidak jelas, seperti inflasi dan deflasi, tidak diperbolehkan. 5 Utang yang terjadi karena pembiayaan pengadaan barang harus jelas dalam satu kesatuan yang utuh atau disebut harga jual. Harga jual itu sendiri terdiri atas harga pokok barang plus keuntungan yang disepakati. Sekali harga jual telah disepakati, selamanya tidak boleh berubah naik karena akan masuk kategori riba fadl. Dalam transaksi perbankan syari ah, yang mungkin adalah kewajiban dalam bentuk utang pengadaan barang, bukan utang uang. 6 Penggunaan istilah perjanjian piutang murābaḥah dalam akad murābaḥah yang terjadi di koperasi serba usaha di atas diperbolehkan menurut hukum Islam karena piutang murābaḥah tersebut timbul akibat adanya pengadaan barang melalui akad jual- beli murābaḥah, yakni jualbeli berdasarkan harga pokok dan margin yang disepakati, sedangkan realisasinya pembayarannya dilakukan secara tangguh. 5 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syari ah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001), 60 6 Ibid.,.