BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN. Minat dan bakat merupakan dua faktor internal yang sangat erat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan

BAB I PENDAHULUAN. terlihat proses perubahan ke arah yang lebih baik. Prestasi belajar merupakan hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

DATA PEMINATAN PESERTA DIDIK KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam setiap penelitian dibutuhkan sebuah metode. Metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan Indonesia masih menunjukan kualitas sistem dan mutu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tes-tes yang sudah ada (Anastasi & Urbina, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil berupaya untuk menciptakan lulusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahmad Wahyudi, 2015

DATA PEMINATAN PESERTA DIDIK KELAS X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

Sistem Rekomendasi Psikotes untuk Penjurusan Siswa SMA menggunakan Metode Modified K-Nearest Neighbor

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ismi Nurlatifah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

I. PENDAHULUAN. selalu dilakukan dari waktu ke waktu. Hal ini dimasudkan agar dapat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dalam Lapono (2009: 122)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur konkrit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

INTELLIGENZ STRUKTUR TEST DAN STANDARD PROGRESSIVE MATRICES: (DARI KONSEP INTELIGENSI YANG BERBEDA MENGHASILKAN TINGKAT INTELIGENSI YANG SAMA)

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Ringkasan Laporan Penelitian 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menurut data dari PISA (Programe of International Student

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

LAPORAN HASIL TES INTELEGENSI IST (INTELLIGENCE STRUCTURE TEST)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. muda penerus bangsa untuk membangun negeri ini. menjalankan profesinya. Tidak hanya dalam mengajar kepada siswa didik, tetapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 207

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan sesuatu bangsa ditandai oleh tingkat sumber daya manusianya yang berkualitas. Berbicara tentang kualitas manusia, maka pendidikan merupakan sarana terbaik untuk mengembangkan sumber daya tersebut. Pendidikan menurut Mcleod (Syah, 2009:10) adalah perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Lebih luas lagi, menurut Tardif (Syah, 2009:10) pendidikan adalah seluruh tahapan pengembangan kemampuan -kemampuan dan perilaku-perilaku manusia, juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan, secara formal diselenggarakan di sekolah. Sekolah merupakan tempat mengembangkan dan belajar semua hal yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya dengan tujuan agar menjadi manusia yang berguna kelak di kemudian hari. Sekolah harus dimanfaatkan seluas-luasnya dalam rangka mengembangkan kemampuan individu agar berkembang optimal. Pencarian ilmu dan proses belajar tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang menghambat dalam optimalisasi individu itu sendiri. Di antaranya adalah masalah terkait tidak sesuainya bakat peserta didik terhadap pilihan jurusan yang dipilih. Purnawan (2005:19) mengemukakan, masalah seperti ini dapat menimbulkan kesulitan bagi peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar. Untuk itu, diperlukan peran optimal dari setiap komponen pendidikan di sekolah, khususnya peran dari Bimbingan dan Konseling (BK).

2 Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terpadu dengan keseluruhan program pendidikan di sekolah. Pelayanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan usaha memfasilitasi pengembangan nilai-nilai melalui proses interaksi yang empatik antara guru BK/Konselor dengan peserta didik. Guru BK/Konselor membantu peserta didik untuk mengenal kelebihan dan kelemahan dalam berbagai aspek perkembangan dirinya. Dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan dirinya, diharapkan peserta didik dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki olehnya. Sebagai bagian yang terpadu, kegiatan bimbingan dan konseling tentunya didasari oleh kurikulum yang berlaku. Kurikulum yang ada di Indonesia telah mengalami perjalanan panjang. Sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perjalanan sejarah panjang, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan yang terbaru adalah kurikulum tahun 2013 (Supriadi, 2013). Kurikulum tahun 2013 memiliki konstruk dan isi yang mementingkan terselenggaranya proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan peserta didik. Proses belajar yang dilakukan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dengan penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk (Kemendikbud, 2013:33). Bimbingan dan konseling memiliki peran penting dalam terselenggaranya proses dan hasil pendidikan yang optimal di Indonesia. Terdapat elemen penting dan khas dari kurikulum ini, yakni peminatan peserta didik. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, pada kurikulum ini, peminatan peserta didik, khususnya pada jenjang SMA, dilaksanakan pada saat peserta didik baru memasuki jenjang SMA, artinya pada saat peserta didik baru memasuki kelas X. Pada elemen peminatan ini, bimbingan dan konseling sangatlah berperan penting. Peminatan pada konteks kurikulum 2013 tidak dapat diartikan secara sempit sebagai proses penempatan peserta didik yang hanya didasarkan pada minat peserta didik saja. Peminatan pada konteks kurikulum 2013, mencakup juga

3 potensi yang dimiliki peserta didik serta peluang untuk menempati salah satu jurusan dalam peminatan yang disediakan. Hal ini berdasar pada Pedoman Peminatan Peserta didik yang diterbitkan Kemendikbud (2013:7): Peminatan peserta didik merupakan sesuatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik dalam bidang keahlian yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada. Dalam konteks ini, bimbingan dan konseling membantu peserta didik untuk memahami diri, menerima diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan diri, merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab. Guru BK diharapkan memahami dan dapat memberi pemahaman kepada peserta didiknya mengenai aspek penting individu saat melakukan peminatan pada peserta didik, salah satunya adalah bakat. Barry et al. (1986:9) menjelaskan bahwa bakat adalah aspek individu yang diciptakan dan diberikan tuhan dengan tujuan untuk berkontribusi dalam mengoptimalkan keberadaan manusia (wellbeing dan well-becoming). Guilford (Suryabrata, 2004:162) menambahkan bahwa bakat itu mencakup tiga dimensi psikologis yaitu dimensi perseptual, psiko-motor, dan intelektual. Pada penyelenggaraan bimbingan dan konseling, bakat peserta didik dapat diketahui melalui berbagai alat tes psikologis salah satunya adalah Intelligenz Struktur Test (IST). IST merupakan alat tes inteligensi yang dikembangkan oleh Rudolf Amthaeur di Frankfrurt, Jerman pada tahun 1953 dan telah diadaptasi di Indonesia. Amthauer menyatakan bahwa inteligensi merupakan sesuatu gestalt yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan secara bermakna (Wiratna, dalam Kumolohadi (2012)). Beauducel et al. (2001:978) mengungkapkan bahwa kecerdasan yang diungkap oleh IST berdasar pada konsep-konsep kecerdasan yang dicetuskan oleh Cattel dan Horn berupa inteligensi umum yang dibagi menjadi dua, yakni inteligensi umum mengkristal (gc) dan cair (gf). Dari konsep tersebut, IST kemudian mengungkap dua hal yakni skor IQ dan kecerdasankecerdasan khusus atau dalam hal ini adalah bakat. IST adalah tes baterai berdasar model struktural kecerdasan. Kecerdasankecerdasan khusus yang diungkap oleh IST dapat diungkap dari 9 sub test yakni 1. SE (Satzerganzng) Melengkapi kalimat, 2. WA (Wortausuahl) mencari kata

4 yang berbeda 3. AN (Analogien) mencari hubungan kata 4. GE (Gmeinsamkeiten) mencari kata yang mencakup dua pengertian 5. RA (Rechen Aufgaben) Hitungan sederhana 6. ZR (Zahlen Reihen) deret angka 7. FA (Form Ausuahl) Menyusun bentuk 8. WU (Wurfal Aufgaben) Kubus 9. ME (Merk Aufgaben) Mengingat kata. Skor dari instrumen ini nantinya dapat mengukur tingkat kecerdasan serta bakat yang dimiliki peserta didik sesuai dengan kesembilan subaspek pada instrumen ini. (Kumolohadi, 2012) Terkait Konsep mengenai prestasi belejar sendiri, Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan bahwa hasil belajar/ prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap peserta didik dalam periode tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa laporan penilaian akhir (rapor) peserta didik dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam melihat prestasi belajar peserta didik yang bersangkutan. Pemahaman ini sejalan dengan definisi rapor pada umumnya. Rapor dapat didefinisikan sebagai buku yang berisi keterangan mengenai nilai kepandaian dan prestasi belajar peserta didik dari sekolah, yang dipakai sebagai laporan kepada orang tua peserta didik (Pusat Bahasa DEPDIKNAS, 2008). Maka dari itu, untuk menilai prestasi belajar peserta didik, nilai raport dapat digunakan sebagai acuan Terkait pengkategorisasian peserta didik yang unggul dalam prestasi belajarnya, maka dapat digunakan acuan yang dinamakan norm referenced evaluation (NRE) atau penilaian acuan norma (PAN). Suryana dan Suryadi (2012) mengemukakan bahwa evaluasi peserta didik dapat dilakukan dengan menggunakan NRE atau PAN. Menurutnya melalui penggunaan NRE ini, prestasi seorang peserta didik dapat dibandingkan dengan prestasi peserta didik lainnya (baik temannya sekelompok ditempat yang sama maupun ditempat lain), dengan pengkategorisasian peserta didik sebagai berikut. 1. Peserta didik yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya (higher groups atau peserta didik unggul). 2. Peserta didik yang prestasi belajarnya selalu di sekitar rata-rata (mean) darikelompoknya (averages atau peserta didik papak). 3. Peserta didik yang prestasi belajarnya selalu berada di bawah nilai ratarata prestasi kelompoknya (lower-groups atau peserta didik asor).

5 Sejalan dengan norma yang dirancang oleh Izard (1977:28). Dalam membagi kategori peserta didik di kelas, Izard menyusun tiga kategori. Kategori pertama adalah Upper (Unggul), kategori kedua adalah Middle (Papak), dan kategori ketiga adalah Lower (Asor). Untuk penentuan kategori hasil evaluasinya sendiri, peserta didik yang memiliki skor dari 27 hingga 33.3% teratas masuk pada kategori unggul, peserta didik yang memiliki skor dari 27 hingga 33.3 % terbawah masuk pada kategori asor, sisanya merupakan peserta didik yang masuk pada kategori papak. Ketiga kategori ini, dijadikan sesuatu acuan yang esensial dalam penelitian ini, yang nantinya digunakan sebagai dasar pembagian prestasi belajar peserta didik unggul dan asor. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, peserta didik yang dipilih adalah peserta didik kelas XII pada jurusan IPA dan IPS tahun ajaran 2013/2014. Hal ini didasarkan atas dasar telah adanya skor prestasi belajar yang diraih pada jenjang kelas XI. Hasil ujian kenaikkan kelas, dari kelas XI ke kelas XII, dapat memperlihatkan hasil yang sesuai dengan jurusan yang telah dipilih. Untuk menguatkan penelitian ini, temuan-temuan terdahulu telah membuktikan bahwa skor bakat yang diperoleh melalui berbagai tes psikologi pengungkap bakat individu memiliki korelasi positif terhadap prestasi peserta didik. Tingkat bakat yang dimiliki individu berkorelasi positif pada beberapa variabel lainnya, salah satunya adalah variabel prestasi belajar peserta didik. Hasil temuan Pali (2011) pada tahun 2009 di SMAN 10 Malang menemukan bahwa secara simultan antara tes APM (Advanced Progressive Matrices) dan tes Bakat Diferensial memberikan kontribusi terhadap hasil belajar peserta didik Kelas X dan XII. Begitu juga yang ditemukan oleh Hasanah (2011). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa skor minat dan bakat memiliki validitas prediktif yang positif signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik pada program IPA dan IPS baik pada masing-masing bidang studi khas program tersebut maupun terhadap rata-rata prestasi belajar peserta didik. Pada penelitian terdahulu, dapat disimpulkan, variabel yang akan diuji dalam penelitian ini yakni bakat dan prestasi belajar peserta didik, memiliki hubungan

6 validitas prediktif yang signifikan. Kesimpulan lainnya, bahwa variabel-variabel seperti bakat dan minat yang diperoleh dari tes psikologis berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik. Hal ini dapat membantu guru BK dalam menentukan pilihan peminatan peserta didik yang sesuai sejak awal. Sehingga akan mengurangi terjadinya kasus-kasus salah jurusan yang dialami peserta didik SMA. Selain itu, pemahaman tentang profil bakat peserta didik dapat membantu peserta didik masuk kelompok yang unggul dalam prestasi belajar di sekolah. Untuk itu, perlu adanya kajian mengenai bakat yang dimiliki peserta didik unggul di setiap jurusan, baik itu IPA maupun IPS. Atas berbagai dasar yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya, maka akan menarik jika dilakukan penelitian dan analisis terhadap hasil tes IST peserta didik unggul dan asor sekolah menengah atas berdasarkan jurusan yang dipilih pada tahun ajaran 2013/2014. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan kecenderungan bakat yang dimiliki peserta didik SMA pada setiap pilihan jurusan, sesuai dengan kategori unggul dan asor peserta didik. Sehingga nantinya, dapat menjadi informasi penting bagi pihak-pihak yang menggunakan serta memanfaatkan tes bakat melalui instrumen IST. Dengan menggunakan dasar tersebut, maka peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang Profil Bakat Peserta didik Berprestasi Unggul dan Asor berdasarkan peminatan IPA dan IPS. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Dari uraian-uraian pada poin sebelumnya, ditemukan masalah yang menarik diteliti yaitu mengenai bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Barry et al. (1986:9) menjelaskan bahwa bakat adalah aspek individu yang diciptakan dan diberikan tuhan dengan tujuan untuk keberadaan manusia (well-being dan well-becoming). berkontribusi dalam mengoptimalkan Atas dasar penelitianpenelitian terdahulu, bakat pada peserta didik berpengaruh terhadap prestasi belajar optimal di pilihan jurusan peserta didik yang besangkutan. Dalam menganalisis prestasi belajar peserta didik sendiri, beberapa ahli mengkategorikan hasil prestasi belajar kepada tiga kategori, yakni kategori unggul, papak, dan asor.

7 Prestasi serta bakat yang dimiliki peserta didik dapat berbeda-beda pula sesuai dengan jurusan, baik itu jurusan IPA maupun IPS. Belum lagi, dari kategorisasi prestasi peserta didik unggul dan asor, sangat menarik untuk meneliti bakat yang dimiliki peserta didik dengan kategorisasi yang berbeda. Atas dasar ini, maka dirumuskan beberapa masalah, diantaranya: 1. Bagaimanakah perbedaan korelasi bakat dengan prestasi belajar yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai mata pelajaran IPA dan IPS antara peserta didik kelas XII berprestasi belajar unggul dengan peserta didik berprestasi belajar asor di SMA Negeri di Kota Bandung? a. Bagaimanakah korelasi bakat dengan nilai rata-rata mata pelajaran IPA peserta didik berprestasi belajar unggul? b. Bagaimanakah korelasi bakat dengan nilai rata-rata mata pelajaran IPA peserta didik berprestasi belajar asor? c. Bagaimanakah korelasi bakat dengan nilai rata-rata mata pelajaran IPS peserta didik berprestasi belajar unggul? d. Bagaimanakah korelasi bakat dengan nilai rata-rata mata pelajaran IPS peserta didik berprestasi belajar asor? 2. Bagaimanakah perbedaan korelasi bakat dengan prestasi belajar pada setiap mata pelajaran khas di jurusan IPA dan IPS antara peserta didik kelas XII berprestasi belajar unggul dengan peserta didik berprestasi belajar asor di SMA Negeri di Kota Bandung? a. Bagaimanakah korelasi bakat dengan prestasi belajar di mata pelajaran khas jurusan IPA pada peserta didik berprestasi belajar unggul? b. Bagaimanakah korelasi bakat dengan prestasi belajar di mata pelajaran khas jurusan IPA pada peserta didik berprestasi belajar asor? c. Bagaimanakah korelasi bakat dengan prestasi belajar di mata pelajaran khas jurusan IPS pada peserta didik berprestasi belajar unggul? d. Bagaimanakah korelasi bakat dengan prestasi belajar di mata pelajaran khas jurusan IPS pada peserta didik berprestasi belajar asor?

8 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum memiliki tujuan untuk mendeskripsikan profil bakat peserta didik SMA Negeri di Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014 sesuai dengan kategori prestasi belajar unggul dan asor dan jurusan yang dipilih diantaranya IPA dan IPS. Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis: 1. Memberikan gambaran mengenai perbedaan korelasi bakat dengan prestasi belajar yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai mata pelajaran IPA dan IPS antara peserta didik kelas XII berprestasi belajar unggul dengan peserta didik berprestasi belajar asor di SMA Negeri di Kota Bandung. 2. Memberikan gambaran mengenai perbedaan korelasi bakat dengan prestasi belajar pada setiap mata pelajaran khas di jurusan IPA dan IPS antara peserta didik kelas XII berprestasi belajar unggul dengan peserta didik berprestasi belajar asor di SMA Negeri di Kota Bandung. D. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan ilmiah yang berisi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sitematis. Selain itu juga pengumpulan data penelitian berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2013:13). Pendekatan ini digunakan untuk mengolah data gambaran umum tingkat bakat peserta didik. Penelitian ini mengkaji bentuk, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain. Metode pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan, dan menganalisisnya dengan data yang terjadi dan diterima di lapangan apa adanya (Syaodih, 2012:52). Dalam pendekatan kuantitatif, Cresswell (Emzir, 2008:21) mengemukakan bahwa terdapat beberapa disain penelitian yang dapat digunakan, diantaranya

9 adalah disain eksperimental dan disain non-eksperimental. Disain penelitian yang digunakan disini adalah disain non-eksperimental. Dalam praktiknya, penelitian memusatkan perhatian pada penggeneralisasian dari sesuatu sampel ke populasi melalui berbagai teknik pengumpulan data. Penelitian dengan disain non-eksperimental memiliki beberapa metode penelitian, salah satunya adalah metode penelitian korelasional. Menurut Syaodih (2012:56) metode ini ditujukan untuk mengetahui hubungan sesuatu variabel dengan variabel lainnya. Menurut Emzir (2008:47) metode penelitian korelasional bermanfaat dalam mengungkap hubungan antar variabel dan memprediksi skor subjek pada sesuatu variabel melalui skor pada variabel lain. Kedua atau lebih variabel dikatakan berkorelasi positif jika nilai yang tinggi dalam sesuatu variabel berhubungan dengan variabel lain yang memiliki skor tinggi, sedangkan korelasi dikatakan negatif jika nilai yang tinggi dalam sesuatu variabel berhubungan dengan variabel lain yang bernilai rendah. Secara kuantitatif, hubungan kesejalanan ini dapat diidentifikasi dari terjadinya kenaikan skor pada variabel terikat, yang biasanya dinotasikan dengan variabel Y, sejalan dengan terjadinya kenaikan pada variabel bebas, yang biasanya dinotasikan dengan X (Ali, 2010:61). Sesuai dengan penelitian terdahulu mengenai korelasi antara bakat dengan prestasi belajar peserta didik pada bab sebelumnya, maka ditentukan bakat sebagai variabel X dan prestasi belajar sebagai variabel Y. Untuk itu, penelitian ini mengungkap hubungan variabel X yakni bakat dengan variabel Y yakni prestasi belajar peserta didik yang dikategorikan pada norma prestasi belajar unggul dan asor sesuai dengan peminatan yang dipilih. E. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi sekolah

10 Profil yang telah didapatkan selanjutnya dikembangkan menjadi kebijakan mengenai penguatan peran BK di sekolah dalam melakukan arahan peminatan peserta didik sesuai kurikulum 2013. 2. Bagi pembimbing di sekolah Menjadi bahan dalam pengembangan layanan yang sesuai dengan profil yang telah didapat. 3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Mendapat gambaran operasional pengembangan mata kuliah yang berkenaan dengan praktek assessmen psikologi. F. Struktur Organisasi Skripsi Penelitian ini memliliki struktur organisasi sebagai berikut. 1. Bab I Pendahuluan 2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 3. Bab III Metode Penelitian 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 5. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi