PEMURNIAN GLISEROL DARI HASIL SAMPING PEMBUATAN BIODIESEL

dokumen-dokumen yang mirip
Pemurnian Gliserol Dari Hasil Samping Pembuatan Biodiesel Menggunakan Bahan Baku Minyak Goreng Bekas

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

KONVERSI MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT TERAKTIVASI HCl

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

A. Sifat Fisik Kimia Produk

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

MANFAAT DARI BEBERAPA JENIS BLEACHING EARTH TERHADAP WARNA CPO (CRUDE PALM OIL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI PENCAMPURAN CARBON ACTIVE

III. METODE PENELITIAN

OPTIMASI SEPARASI PADA PEMISAHAN GLISEROL HASIL PROSES HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis)

BAB III METODE PENELITIAN

Pemurnian Gliserin dari Produk Samping Pembuatan Biodiesel

PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN ETANOL ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

PROSES PEMBUATAN SABUN CAIR DARI CAMPURAN MINYAK GORENG BEKAS DAN MINYAK KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. tropis seperti di pesisir pantai dan dataran tinggi seperti lereng gunung.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

LAPORAN TETAP TEKNOLOGI BIOMASSA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pengaruh Ukuran Arang Aktif Ampas Tebu sebagai Biomaterial Pretreatment terhadap Karakteristik Biodiesel Minyak Jelantah

III. METODOLOGI PENELITIAN

4 Pembahasan Degumming

OPTIMASI PERBANDINGAN MOL METANOL/MINYAK SAWIT DAN VOLUME PELARUT PADA PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN PETROLEUM BENZIN

PROSES PEMUCATAN MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN ARANG AKTIF

PENGARUH AKTIVASI FISIK ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN DALAM PROSES ADSORPSI MINYAK JELANTAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

PENURUNAN ANGKA ASAM PADA MINYAK JELANTAH. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru 2) Mahasiswa Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN A. Pembuatan pelumas..., Yasir Sulaeman Kuwier, FT UI, 2010.

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

A110 - PERBANDINGAN METODE AKTIVASI TERHADAP KAPASITAS ADSORPSI ZEOLIT ALAM PADA MINYAK JELANTAH

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L) DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KI/H-ZA BERBASIS ZEOLIT ALAM

PEMURNIAN CRUDE GLYCEROL DENGAN CARA PENGASAMAN DAN ADSORPSI MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan golongan surfaktan anionik yang dibuat

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Penggunaan Zeolit Alam sebagai Katalis dalam Pembuatan Biodiesel

Kinetika Reaksi Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN ETANOL ABSTRAK

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

PRODUKSI BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KATALIS HETEROGEN CANGKANG BEKICOT (ACHATINA FULICA) DENGAN METODE PENCUCIAN DRY WASHING

PENGARUH WAKTU REAKSI DAN PENAMBAHAN KATALIS PADA PEMBUATAN GLISEROL MONOOLEAT DARI GLISEROL DAN ASAM OLEAT

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Lingkup Penelitian Penyiapan Gliserol dari Minyak Jarak Pagar (Modifikasi Gerpen 2005 dan Syam et al.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONVERSI MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT TERAKTIVASI NH 4 Cl

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

PEMUCATAN MINYAK KELAPA SAWIT (CPO) DENGAN CARA ADSORBSI MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS DENGAN MENGGUNAKAN FILTER MEMBRAN

Bab II Tinjauan Pustaka

MAKALAH SEMINAR PENINGKATAN KUALITAS MINYAK GORENG BEKAS DARI KFC DENGAN MENGGUNAKAN ADSORBEN KARBON AKTIF

BAB III RENCANA PENELITIAN

Transkripsi:

E K U I L I B R I U M ISSN : 1412-9124 Vol. 11. No. 1.Halaman :13 17 Januari 2012 PEMURNIAN GLISEROL DARI HASIL SAMPING PEMBUATAN BIODIESEL Dian Novitasari, Deasy Ratnasari, Dwi Ardiana Setyawardhani* Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Surakarta 57126 Telp/fax: 0271-632112 *Email: ardiana@uns.ac.id Abstract: Glycerol is biodiesel byproduct and has high economic value, so it needs purification to get high purity.crude glycerol was obtained from triglyceride transesterification with methanol and KOH catalyst. The aims of this research were purify glycerol from biodiesel byproduct and determine the suitable of adsorbent for bleaching of glycerol. Crude glycerol used in this research was from waste of cooking oil and kapokseed oil. In purification of glycerol from waste cooking oil is started by separate methanol and water by distillation. It followed byadding 6% acid solution (HCl, H 2 SO 4, H 3 PO 4 ). Glycerol was mixed with acid solution by 3:10 ratio and the solution was then filtrated to separate the salt. The filtrate was then bleached by adding 2% weight adsorbent (activated carbon, bleaching earth and activated zeolite), then stirred for 30 minutes at 30 o C. The solution was settled for 120 minutes and then filtered by whatman paper. The results showed that the optimum density of glycerol was 1.26 g/ml with addition of H 2 SO 4 6% volume and 0,5% water content. The brightest color of glycerol was light brown resulted from the adsorption process used bleaching earth. Keywords: Glycerol, Activated Carbon, Bleaching earth, Activated Zeolite. PENDAHULUAN Meningkatnya produksi biodiesel sebagai bahan bakar alternatif berakibat pada meningkatnya jumlah hasil samping yang berupa gliserol. Gliserol adalah senyawa alkohol yang memiliki 3 gugus hidroksil.senyawa ini berwujud cair, tidak berwarna dengan titik didih 290 o C.Titik didih yang sangat kuat ini disebabkan adanya ikatan hidrogen yang sangat kuat antar molekul gliserol. Gliserol merupakan bahan baku pembentuk trigliserida, yang dapat membentuk ikatan ester dengan asam lemak. Gliserol adalah bahan yang dibutuhkan pada berbagai industri, misalnya: obat-obatan, bahan makanan, kosmetik, pasta gigi, industri kimia, larutan anti beku, dan tinta printer. Gliserol murni mempunyai harga jual yang cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan suatu usaha pemurnian gliserol dari hasil samping pembuatan biodiesel untuk meningkatkan nilai ekonominya.jika dilihat dari tingginya kebutuhan gliserol dalam negeri, maka pemanfaatan gliserol hasil samping pembuatan biodiesel ini dapat memenuhi kebutuhan gliserol dalam negeri. Pada penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2008) dan Zainuddin (2008), pemurnian gliserol hasil samping pembuatan biodiesel dilakukan dengan cara distilasi, penambahan asam untuk menetralkan katalis basa, dan filtrasi untuk memisahkan gliserol dengan garamnya. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan dan memurnikan gliserol hasil samping pembuatan biodiesel dan menentukan jenis adsorben yang optimal dalam bleaching gliserol. Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang dibuat dari minyak nabati melalui proses transesterifikasi.transesterifikasi adalah suatu reaksi antara trigliserida dengan alkohol membentuk biodiesel dan gliserol (Hidayat, 2010). Gambar 1. Reaksi Transesterifikasi Pada proses transesterifikasi, gliserol yang dihasilkan mengandung impuritas yang cukup tinggi, yaitu sabun (sebagai lemak), garam, metanol dan katalis sehingga perlu dilakukan pemurnian agar dapat dimanfaatkan. 13

Pada saat ini pemakaian gliserol untuk berbagai keperluan industri sudah sangat luas. Berikut ini persentase pemakaian gliserin untuk berbagai keperluan industri : Alkyd resin : 36% Cosmetic/pharmaceutical : 30% Tobacco product : 16% Food/beverages : 10% Urethane uses : 6% Explosives : 2% Salah satu proses yang dilakukan pada pemurnian gliserol adalah proses penghilangan warna yang tidak diinginkan. Proses ini disebut dengan bleaching (pemucatan) atau penghilangan warna.warna yang terdapat pada gliserol merupakan warna dari minyak yang terlarut dan biasanya hanya dapat dihilangkan dengan perlakuan khusus yaitu dengan proses bleaching. Menurut Andersen (2006), proses bleaching (pemucatan) yang telah dikenal secara luas terdapat beberapa macam, antara lainpemucatan dengan adsorpsi, yaitu dengan cara menggunakan bahan pemucat seperti karbon aktif. Ada pula pemucatan dengan oksidasi. Oksidasi ini bertujuan untuk merombak zat warna yang ada tanpa memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan, banyak digunakan pada industri sabun. Pemucatan yang lain bisa pula menggunakan panas. Pada suhu tinggi zat warna akan mengalami kerusakan sehingga warna yang dihasilkan akan lebih pucat. Biasanya disertai dengan kondisi hampa udara (vakum). Terakhir adalah pemucatan dengan hidrogenasi. Hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap yang ada dan ikatan rangkap yang terdapat pada karoten akan terisi atom H. Karoten yang terhidrogenasi warnanya akan bertambah pucat. Penelitian ini menggunakan proses bleaching (pemucatan) dengan adsorpsi yaitu dengan cara menggunakan bahan pemucat (adsorben). Terdapat beberapa jenis adsorben antara lain bleaching earth, Activated carbon (Karbon Aktif) danactivated Zeolit (Zeolit Aktif). Bleaching earth merupakan bahan pemucat sejenis tanah liat dengan komposisi SiO 2, Al 2 O 3, air terikat serta ion kalsium, magnesium oksida, dan besi oksida. Jumlah adsorben yang dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak tergantung dari macam dan tipe warna dalam minyak dan sampai berapa jauh warna tersebut akan dihilangkan. Karbon aktif merupakan bahan padat yang berpori-pori dan umumnya diperoleh dari hasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur karbon (C). Aktivasi karbon bertujuan untuk memperluas permukaan karbon dengan membuka pori-pori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi terhadap zat warna (Ketaren, 1986). Zeolit merupakan mineral alumina silikat terhidrat yang tersusun atas tetrahedraltetrahedral alumina (AlO 4 5- ) dan silika (SiO 4 4- ) yang membentuk struktur bermuatan negatif dan berongga terbuka/berpori. Zeolit yang terdehidrasi akan mempunyai struktur pori terbuka dengan Internal surface area besar sehingga kemampuan menjerap molekul selain air semakin tinggi. Zeolit juga dapat digunakan sebagai adsorben warna dan untuk pemucatan (Aya, 2010). METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak jelantah, gliserol dari hasil samping pembuatan biodiesel dari minyak biji kapuk randu, metanol, KOH, H 2 SO 4 6%, karbon aktif, bleaching earth, zeolit. Alat utama yang digunakan adalah labu leher tiga, motor pengaduk, pengaduk merkuri, pemanas mantel, pendingin balik, corong pemisah, gelas beaker, termometer dan kertas saring wattman. Penelitian dilakukan dengan memanaskan 400 ml minyak jelantah dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan pendingin spiral, dan pengaduk sampai suhu 60 C. Memanaskan larutan metanol (perbandingan metanol : minyak = 6:1 mgrek) dan KOH (2% berat minyak) sampai suhu 60 0 C.Memasukkan larutan metanol dan KOH ke dalam labu leher tiga yang berisi minyak jelantah pada saat keduanya mencapai suhu 60 0 C. Membiarkan reaksi selama 1 jam dengan kecepatan pengadukan 500 rpm, menjaga temperatur dan pengadukan tetap konstan. Mendiamkan produk selama ± 20 jam sehingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berupa metil ester/biodiesel dan lapisan bawah berupa gliserol. Memisahkan biodiesel dengan gliserol menggunakan corong pemisah. Memanaskan gliserol sampai suhu 105 o C. Menunggu sampai tidak ada metanol dan air yang teruapkan dari gliserol. Membagi gliserol hasil distilasi menjadi 3 bagian. Menambahkan HCL 6%, H 2 SO 4 6% dan H 3 PO 4 6% ke dalam tiap bagian gliserol dengan perbandingan 3:10. Menyaring gliserol menggunakan kertas saring wattman. Mengambil filtrat dan membuang garam yang tersaring. Untuk proses adsorbsi warna digunakan gliserol dari hasil samping pembuatan biodiesel dari minyak biji kapuk. Kemudian melakukan pengecekan ph, jika ph gliserol > 7 maka 14 E K U I L I B R I U M Vol. 11. No. 1. Januari 2012 : 13 17

dilakukan penambahan larutan asam encer untuk menetralkan ph. Pada penelitian ini, ph gliserol sudah netral sehingga tidak diperlukan penambahan asam.larutan dipucatkan dengan menambahkan 2% berat adsorben (bleaching earth, karbon aktif, dan zeolit aktif). Untuk zeolit terlebih dahulu dilakukan aktivasi dengan cara merendamnya dalam larutan asam sulfat 2M dan dipanaskan pada suhu 400 o C. Kemudian campuran gliserol dan adsorbendiaduk selama 30 menit, dan didiamkan selama 120 menit dengan variasi waktu pengambilan sampel setiap 10 menit.waktu awal (T=0) dihitung setelah pengadukan selama 30 menit selesai.larutan disaring menggunakan kertas saring wattman dan dianalisa hasilnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisa fisikokimiacrude glycerol Crude glycerolyang dianalisa pada penelitian ini adalah crude glyceroldari hasil samping pembuatan biodiesel dari minyak jelantah. Crude glycerolyang sudah dipisahkan dari biodiesel dilakukan analisa meliputi densitas, kadar air dan warna gliserol. Hasil analisis sifat fisik gliserol kasar dengan murni tertera pada Table 1. Tabel 1. Perbandingan Sifat Fisik Crude glycerol dengan Gliserol Murni Sifat Fisik Crude glycerol Gliserol Murni Satuan Densitas 1,15 1,26 g/ml Kadar air 10,03 0,5 % Warna Coklat Kuning kehitaman muda - Dari segi warna dapat dilihat bahwa warna crude glycerol jauh lebih gelap dibanding warna gliserol murni. Dimana crude glycerol mempunyai warna coklat kehitaman, sedangkan gliserol murni mempunyai warna kuning muda. Warna gelap ini kemungkinan disebabkan olehproses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E) yang terdapat pada minyak jelantah. Oksidasi terhadap tokoferol dapat menghasilkan warna coklat pada minyak (Imbang, 2009). Pemurnian Gliserol Proses pemurnian gliserol diawali dengan proses distilasi untuk menghilangkan kadar air dan metanol di dalam gliserol.proses distilasi dilakukan pada suhu 105 o C. Proses pemurnian gliserol selanjutnya adalah penambahan asam. Proses ini bertujuan untuk menetralkan katalis basa yang masih terikut dalam gliserol. Pada penelitian ini, biodiesel dihasilkan dari reaksi transesterifikasi saja, sehingga katalis yang digunakan hanya katalis basa. Proses penambahan asam ini menggunakan 3 jenis larutan asam, yaitu HCl, H 2 SO 4 dan H 3 PO 4 6%. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Zainuddin (2008) mengenai optimasi penambahan asam pada pemurnian gliserol, kadar gliserol paling tinggi diperoleh dengan perbandingan berat larutan asam 6% dan gliserol sebanyak 3:10, kadar gliserol yang diperoleh sebesar 92,93%. Densitas yang didapatkan setelah penambahan asam dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Densitas Gliseroldengan Variasi Penambahan Asam Jenis Asam Densitas (gr/ml) HCl 1,25 H 2 SO 4 1,26 H 3 PO 4 1,22 Data dari tabel di atas menunjukkan bahwa densitas yang paling mendekati densitas gliserol murni adalah densitas gliserol dengan penambahan H 2 SO 4. Diketahui bahwa densitas gliserol murni sekitar 1,2620 g/ml (Groggins, 1958). Hal ini disebabkan adanya senyawa lain yang terdapat dalam crude glycerol, seperti sisa metanol dengan densitas sebesar 0,7918 g/ml (Groggins, 1958). Karena densitas metanol lebih rendah dari densitas gliserol murni menyebabkan densitas crude glycerol turun. Bleaching Untuk proses bleaching pada penelitian ini menggunakan gliserol dari hasil samping pembuatan biodiesel dari minyak biji kapuk.adsorben yang digunakan adalah karbon aktif, bleaching earth, dan zeolit. Penambahan adsorben sebanyak 2% berat (Aziz, 2010). Pada penambahan karbon aktif, warna gliserol yang dihasilkan bening kehitaman. Perubahan warna gliserol dari coklat keruh kehitaman menjadi bening kehitaman terlihat pada menit ke 10, selanjutnya warna gliserol semakin menghitam. Hal ini dikarenakan warna dasar pada karbon aktif ikut terlarut selama proses adsorbsi sehingga menyebabkan hasil adsorbsi ikut menghitam. Pada penambahan bleaching earth warna gliserol yang dihasilkan bening dan lebih. Perubahan warna gliserol dari coklat keruh kehitaman menjadi coklat bening terlihat pada menit ke 20, selanjutnya tidak terjadi perubahan warna yang signifikan.hal ini dikarenakan adsorbsi maksimal bleaching earth terjadi pada menit-menit awal dan semakin lama Pemurnian Gliserol dari Hasil Samping Pembuatan Biodiesel 15 (Dian Novitasari, Deasy Ratnasari, Dwi Ardiana Setyawardhani)

bleaching earth menjadi jenuh dan tidak dapat menyerap warna dengan maksimal. Pada penambahan zeolit, warna gliserol yang dihasilkan tidak ada perubahan sama sekali dibandingkan sebelum penambahan zeolit. Pada penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2010) zeolit digunakan sebagai adsorben pada minyak goreng bekas dan menghasilkan perubahan warna dari coklat hitaman menjadi kuning muda.namun, zeolit tidak dapat digunakan sebagai adsorben warna pada gliserol dikarenakan gliserol memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak goreng bekas. Viskositas gliserol sebesar 1560 cp sedangkan viskositas minyak goreng bekas 300 cp (Sutiah, 2008). Sedangkan bleaching earth dapat digunakan sebagai adsorben untuk cairan dengan viskositas rendah maupun tinggi, seperti pada penelitian Abdullah (2010) yang menggunakan bleaching earth sebagai adsorben untuk pemucatan CPO dan menghasilkan CPO dengan warna kuning muda. Pada penelitian ini bleaching earth juga digunakan sebagai adsorben untuk bleaching gliserol dan menghasilkan gliserol dengan warna kuning bening. Pada penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2010), proses bleaching pada gliserol dari minyak goreng bekas dengan menggunakan karbon aktif dapat menghasilkan warna kuning coklat bening dan penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin (2008), proses bleaching gliserol dari minyak kelapa sawit menghasilkan warna coklat bening, sedangkan pada penelitian ini warna yang dihasilkan pada proses bleaching gliserol dari minyak biji kapuk menghasilkan warna bening kehitaman. Perbedaan warna ini disebabkan karena jenis minyak dan kondisi adsorbsi yang berbeda.perbedaan warna kemungkinan juga dikarenakan ukuran dari ketiga adsorben yang berbeda. Ukuran zeolit, karbon aktif dan bleaching earth secara berurutan adalah 0,254 mm (100 mesh), 25-50 µm, dan 100-120 µm. Semakin kecil ukuran pori adsorben maka semakin besar luas penampangnya, sehingga dapat menjerap pigmen polyphenolic kuning dari minyak biji kapuk lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil adsorbsi yang telah dilakukan, bleaching earth menghasilkan warna coklat bening dan zeolit menghasilkan warna coklat keruh kehitaman (tabel 3). Tabel 3. Perbandingan Hasil Adsorbsi dari Berbagai Penelitian No Penelitian Absorben Hasil Kondisi 1 Pemurnian Gliserol dari Hasil Samping Pembuatan Biodiesel Menggunakan Bahan Baku Minyak Goreng Bekas (Aziz, 2010) Karbon aktif Kuning-coklat bening 2 Pemurnian Gliserol dari Hasil Samping Pembuatan Biodiesel dari Bahan Baku Minyak Kelapa Sawit (Zainuddin, 2008) 3 Penetralan Dan Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menjadi Minyak Goreng Layak Konsumsi(Winarni, 2010) 4 Optimasi Pemucatan CPO Menggunakan Bleaching earth (Abdullah, 2010) 5 Pada penelitian ini, digunakan gliserol hasil samping pembuatan biodiesel dari minyak biji kapuk dan minyak jelantah. Karbon aktif 5% berat Suhu adsorbsi 30 o C menit Karbon aktif Coklat bening Karbon aktif 2% berat Suhu adsorbsi 110 o C Waktu pengadukan 1 jam Zeolit Bleaching earth a. Karbon aktif b. Bleaching earth c. Zeolit Kuning muda Kuning muda a. Beningkehitaman b. Coklat-bening c. Coklat-keruh kehitaman Zeolit 6% berat Suhu adsorbsi 70 o C menit. Bleaching earth 1% berat Suhu adsorbsi 100-110 o C Tidak dilakukan pengadukan Karbon aktif, bleaching earth dan zeolit 2% berat Suhu adsorbsi 30 o C menit 16 E K U I L I B R I U M Vol. 11. No. 1. Januari 2012 : 13 17

Pada penelitian ini, dari ketiga jenis adsorben yang digunakan, adsorben yang memberikan hasil paling optimal adalah adsorbsi menggunakan bleaching earth, karena perubahan warna gliserol terlihat paling dan adsorben yang tidak efisien digunakan adalah zeolit karena tidak memberikan perubahan warna sama sekali. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan asam sulfat (H 2 SO 4 ) menghasilkan densitas paling mendekati dengan densitas gliserol murni yaitu 1,26 g/ml dan bleaching earth memberikan pengaruh perubahan warna yang paling signifikan dibandingkan dengan adsorben lain. Dalam waktu 20 menit gliserol sudah mengalami perubahan warna dari coklat keruh kehitaman menjadi coklat bening. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, & Atmanegara, Y.A., 2010. Optimasi Pemucatan CPO Menggunakan Arang Aktif Dan Bleaching earth, Laporan Penelitian Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin Andersen. (2006, June). Bleaching. Retrieved December 2011, from naturalsource.com/bleaching Anonym.(2011, December).Distillation. Retrieved December 2011, from http://www.wikipedia.org/topic/distillation.a spx Aya. (2010, September).Zeolit. Retrieved December2011, from http://www.materialsciences.com/zeolit Aziz, I., & Nurbayti S., 2010.Pemurnian Gliserol dari Hasil Samping Pembuatan Biodiesel Menggunakan Bahan Baku Minyak Goreng Bekas. Laporan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Groggins, P.H., 1958, Unit Processes in Organic Synthesis, 2 nd ed., Academic Press Inc., New York Hidayat,R. (2010, Maret). Pemanfaatan Minyak Biji Kapuk Randu (Ceiba pentandra) Dalam Pembuatan Biodiesel dengan Teknologi Gelombang Mikro. Retrieved September 2011, from http://microtechnologywave.com/pemanfa atan minyak biji kapuk.html Imbang, D.R., (2009, April). Vitamin E. Retrieved January 2012, from http://imbang.staff.umm.ac.id/vitamin E.doc Ketaren, S., 1986.Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI Press, Jakarta Sutiah, & Firdausi,K.S., 2008. Studi Kualitas Minyak Goreng dengan Parameter Viskositas dan Indeks Bias.Laporan Penelitian Universitas Diponegoro, Semarang. Winarni, & Sunarto,W., 2010. Penetralan Dan Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menjadi Minyak Goreng Layak Konsumsi. Laporan PenelitianUniversitas Negeri Semarang, Semarang. Zainuddin,A.,& Gunarto,E., 2008. Pemurnian Gliserol dari Hasil Samping Pembuatan Biodiesel.Laporan PenelitianInstitut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. Pemurnian Gliserol dari Hasil Samping Pembuatan Biodiesel 17 (Dian Novitasari, Deasy Ratnasari, Dwi Ardiana Setyawardhani)