PRE-SERVICE INSPECTION BEJANA TEKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

dokumen-dokumen yang mirip
AKTIVITAS SDM UJI TAK RUSAK-PTRKN UNTUK MENYONGSONG PLTN PERTAMA DI INDONESIA

KEBUTUHAN SDM UJI TAK RUSAK UNTUK INSPEKSI PRE- SERVICE PADA PEMBANGUNAN PLTN PERTAMA DI INDONESIA

KUALIFIKASI PERSONIL UJI TAK RUSAK DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI NUKLIR DI INDONESIA

PERSYARATAN KETANGGUHAN PATAH MATERIAL BEJANA REAKTOR DALAM EVALUASI LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN REAKTOR DAYA

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

KAJIAN KEHANDALAN MATERIAL KOMPONEN BAGIAN DALAM BEJANA TEKAN REAKTOR AIR BERTEKANAN

KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN

BAB I PENDAHULUAN. T u g a s A k h i r

POST WELD HEAT TREATMENT SV-DOC-TECH-002

STUDI KOMPARASI SIFAT CREEP TAHAP SEKUNDER PADA LOGAM INDUK DAN LOGAM LAS-LASAN SA516 Gr.70

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

PERANCANGAN BEJANA TEKAN KAPASITAS 5 M3 DENGAN TEKANAN DESAIN 10 BAR BERDASARKAN STANDAR ASME 2007 SECTION VIII DIV 1

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

Fabricating of Pressure Vessel

KAJIAN PENGAWASAN DESAIN SISTEM PERPIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

ANALISIS TEGANGAN TERMAL PADA DINDING BEJANA TEKAN REAKTOR PWR. Elfrida Saragi, Roziq Himawan Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir - BATAN

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PROSES PENGUJIAN TIDAK MERUSAK

Analisis Thermal Fatigue pada Nosel Bejana Tekan Tipe Crack Gas Drier

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan

KUALIKASI PERSONIL UJI TAK RUSAK DALAM PEMBANGUNAN DAN PERAWATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

ANALISIS INTEGRITAS BEJANA TEKAN REAKTOR PWR DAN VVER

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA

PERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

B 040. Badan Tenaga Nuklir Nasional 2012

Pengaruh Waktu Tahan pada Perlakuan Panas Pasca Pengelasan terhadap Kekerasan dan Kuat Tarik Baja Karbon ASTM A106 Grade B

Oleh : Febrianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir

ANALISIS DESAIN ECCS TERHADAP FREKUENSI KERUSAKAN TERAS PADA PWR

PENGARUH VARIASI AMPERE PENGELASAN PLAT BAJA ST 36 TERHADAP BEBAN TEKAN BENGKOK DAN KERUSAKAN PERMUKAAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

KRITERIA PENERIMAAN UNTUK KECELAKAAN INSERSI REAKTIVITAS PADA REAKTOR DAYA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

INSPEKSI SAMBUNGAN LAS PADA H BEAM ROOF STRUCTURE TANGKI AMONIAK MENGGUNAKAN METODE MAGNETIC PARTICLE INSPECTION (MPI)

BERITA NEGARA. No.655, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Manajemen. Penuaan. Nuklir Nonreaktor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Analisis Thermal Fatigue pada Nozzle Bejana Tekan Tipe Crack Gas Drier

STUDI JENIS PROBE EDDY CURRENT UNTUK INSPEKSI PEMBANGKIT UAP PWR ABSTRAK

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Ferdy Ramdani 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah.

PERANCANGAN KONDENSOR KOMPAK PADA UNTAI UJI BETA ABSTRAK

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping.

ANALISIS TEGANGAN PADA SAMBUNGAN NOSEL MASUK DAN KELUAR BEJANA TEKAN REAKTOR DENGAN MEH

PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

Perancangan Bejana (Vessel Design) 1. Faktor-faktor Mempengaruhi Desain Vessel

PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

DISTRIBUSI TEMPERATUR SAAT PEMANASAN DAN PENDINGINAN PER- MUKAAN SEMI-SPHERE HeaTING-03 BERDASARKAN TEMPERATUR AWAL

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

ASME B31.3: Chapter 1

SISTEM PELAPORAN KEJADIAN DI RSG GAS

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi,

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

ANALISA SISA UMUR PEMAKAIAN (REMAINING LIFE ASSESMENT) AIR RECEIVER COMPRESSOR TANK MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIC TEST ABSTRAK

KOMPARASI ASPEK EKONOMI TEKNIK SC (STEEL PLATE REINFORCED CONCRETE) DAN RC (REINFORCED CONCRETE) PADA KONSTRUKSI DINDING PENGUNGKUNG REAKTOR

EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR AIR MENDIDIH (BWR) DALAM PENGAWASAN REAKTOR DAYA

ASPEK-ASPEK PERPIPAAN YANG PENTING DALAM EVALUASI LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN PENDAHULUAN PLTN

MONITORING KETEBALAN PIPA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR G.A. SIWABESSY

ANALISIS KEGAGALAN AKIBAT KOROSI DAN KERETAKAN PADA PIPA ALIRAN GAS ALAM DI NEB#12 PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD

ESTIMASI UMUR FATIK MENGGUNAKAN PEMBEBANAN ROTATING BENDING PADA MATERIAL SS 304

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

PENGARUH MAGNET EXTERNAL TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN BAJA SS 41 DAN BAJA AH 36

Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Di Susun oleh : : Hendry Purwanto NIM :

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

ANALISIS TEGANGAN PADA BELOKAN PIPA HOT LEG SISTEM PRIMER PWR MENGGUNAKAN PRINSIP MEKANIKA TEKNIK ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Hasil Pengelasan SMAW 3G Butt Joint Menggunakan Non Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Berdasarkan Standar ASME

BAB III METODE PENELITIAN. maupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah

08/01/2012. Pengujian Visual Las. Pengujian Dye Penetrant. Pengujian Serbuk Magnet PENGUJIAN TIDAK MERUSAK. Pengujian Ultrasonik. Pengujian Arus Eddy

PEMERIKSAAN/VERIFIKASI INFORMASI DESAIN REAKTOR NUKLIR

MACAM-MACAM CACAT LAS

TINJAUAN SISTEM KESELAMATAN REAKTOR DAYA TIPE PWR

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

UJI TANPA RUSAK PADA SAMBUNGAN LASAN LINER KOLAM IRADIATOR GAMMA

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M 3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR ABSTRAK

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Transkripsi:

PRE-SERVICE INSPECTION BEJANA TEKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR Sri Nitiswati, Mudi Haryanto Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir - BATAN ABSTRAK PRE-SERVICE INSPECTION BEJANA TEKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR. Keselamatan operasi PLTN tidak terlepas dari jaminan mutu saat pabrikasi atau konstruksi struktur, sistem dan komponen (SSK) PLTN. Pabrikasi atau konstruksi SSK PLTN harus mengacu pada standar atau code tertentu dan dilakukan dengan ketat, artinya semua ketentuan atau persyaratannya harus dipatuhi. Oleh karena itu setelah proses pabrikasi atau konstruksi, harus dilakukan pemeriksaan atau inspeksi yang disebut dengan pre-service inspection (PSI). PSI dilakukan dengan tujuan untuk mengkonfirmasi bahwa semua SSK telah dipabrikasi atau dikonstruksi dengan benar dan aman. Makalah ini membahas peran PSI pada bejana tekan PLTN dengan tujuan untuk mengetahui jenis metode yang digunakan dalam melakukan PSI dan pentingnya melakukan PSI pada bejana tekan PLTN. Metode pembahasan adalah dengan mengidentifikasi bagian bejana tekan yang rentan mengalami kegagalan serta metoda inspeksinya. Bagian bejana tekan yang rentan mengalami kegagalan adalah bagian-bagian yang dilas circumferential, longitudinal dan meridional pada bagian badan (shell), kepala (head), katup dan nosel, serta daerah beltline. Metode inspeksinya adalah metode permukaan yang terdiri dari visual, penggunaan cairan penetran dan partikel magnetik, serta metode volumetrik seperti radiografi dan ultrasonik. Dengan metode-metode tersebut semua jenis cacat yang ada pada bejana tekan PLTN setelah proses pabrikasi atau konstruksi dapat terdeteksi. Hal ini penting untuk dipahami khususnya bagi BATAN yang akan membangun reaktor daya eksperimental (RDE), karena PSI mutlak dilakukan. Kata kunci: pembangkit listrik tenaga nuklir, bejana tekan, pre-service inspection, pabrikasi, konstruksi ABSTRACT PRESSURE VESSEL PRE-SERVICE INSPECTION OF NUCLEAR POWER PLANT. Quality assurance during structure, system and components (SSCs) fabrication and construction have a significant role in the safety of nuclear power plant operation. Fabrication or construction of SSCs of the NPP shall strictly follow a certain standard or code, meaning that all procedures and requirements shall be fulfilled. Therefore after fabrication or construction processes, examination or inspection to the main of SSCs shall be conducted and called as pre-service inspection (PSI). The aim of PSI is to confirm that all SSCs have been well and safely fabricated and constructed. This paper discusses the PSI of pressure vessel with the aim to obtain the PSI method and its importance to the pressure vessel. The review method is achieved by identifiying weak areas of pressure vessel and its inspection methods. Susceptible areas of pressure vessel are those, which are circumferential, longitudinal and meridional welded, such shell, head, nozzles and flanges, and beltline region. Inspection methods are surface method consisting of visual, dye penetrant and magnetic particle, and volumetric method such as radiography and ultrasonic. By these methods, all defects in the nuclear power plant pressure vessel after fabrication and construction can be detected. This is important to understand especially for BATAN, who has a plan to construct an experimental power reactor, since the PSI has to be performed. Keywords: nuclear power plant, pressure vessel, pre-service inspection, fabrication, construction 80

PENDAHULUAN Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terdiri dari beberapa struktur, sistem dan komponen (SSK) utama diantaranya bejana tekan reaktor, pembangkit uap, pengatur tekanan (pressurizer), pipa pendingin reaktor, dan pompa pendingin reaktor. Pengelasan adalah metode yang paling umum digunakan untuk menyatukan bagian-bagian menjadi satu kesatuan komponen pada proses pabrikasi atau konstruksi SSK PLTN. Prinsip dasar proses pengelasan terdiri dari pelelehan dan pendinginan. Kemungkinan terjadi cacat komponen seperti porositas, inklusi, laminasi dan retak akibat proses casting, pengerolan dan pengelasan tidak dapat dihindari. Hasil dari siklus panas proses pengelasan menimbulkan tegangan sisa yang merupakan tegangan internal dan mempunyai potensi dapat menimbulkan permasalahan [1]. Proses pendinginan yang tidak merata setelah pengelasan dapat memicu timbulnya cacat komponen berupa retak atau sobekan yang dikenal dengan istilah hot tear dan cold tear. Semua permasalahan yang timbul akibat proses pabrikasi atau konstruksi yang berupa cacat komponen harus teridentifikasi, dan satusatunya cara adalah dengan melakukan inspeksi untuk mengetahui kondisi SSK setelah pabrikasi atau konstruksi yang disebut dengan preservice inspection (PSI) [2,3]. Di negara-negara yang sudah mengoperasikan PLTN, PSI harus dilakukan dan bersifat mandatory khususnyauntuk SSK utama PLTN termasuk bejana tekan dan keharusan melakukan PSI diatur oleh badan regulasi setempat [2-5]. Hal yang sama juga berlaku untuk reaktor penelitian, dimana PSI setelah pabrikasi atau konstruksi untuk SSK utama juga bersifat mandatory. Metode yang paling umum digunakan untuk menyatukan bagian-bagian menjadi satu kesatuan komponen pada proses pabrikasi atau konstruksi SSK reaktor penelitian adalah juga dengan proses pengelasan. Apabila PSI tidak dilakukan dengan benar dan konsisten berdasarkan standar atau code tertentu yang diacu, dapat berakibat terjadi penuaan dini (premature aging) SSK PLTN atau SSK reaktor penelitian yang akan diketahui atau terdeteksi ketika dilakukan inspeksi pada masa layanan yang disebut dengan in-service inspection (ISI). Makalah ini akan membahas peran PSI untuk bejana tekan PLTN karena bejana tekan PLTN adalah komponen utama paling kritis.tujuannya adalah untuk mengetahui jenis metode yang digunakan untuk melakukan PSI dan pentingnya melakukan PSI pada bejana tekan PLTN. Metode pembahasan yang digunakan meliputi identifikasi bagian bejana tekan yang rentan mengalami degradasi / kegagalan dan metode inspeksinya. Pada makalah ini diberikan contoh hasil ISI pada bejana reaktor penelitian G.A. Siwabessy dan TRIGA2000, dimana kondisi yang sama juga terjadi dan terdeteksi pada bejana tekan PLTN apabila PSI tidak dilakukan dengan benar dan konsisten. Contoh kondisi SSK dari hasil ISI yang diberikan ini tidak terjadi seandainya setelah proses pabrikasi atau konstruksi dilakukan PSI dengan mengacu pada standar atau code tertentu yang direkomendasikan dan dipatuhi / dilakukan dengan benar dan konsis- 81

ten. Diharapkan dengan melakukan kajian / bahasan ini akan dipahami metode dan pentingnya melakukan PSI khususnya oleh BA- TAN yang akan membangun reaktor daya eksperimental. PRE-SERVICE INSPECTION Pre-service inspection( PSI) adalah inspeksi yang dilaksanakan selama masa dekomisioning atau setelah proses pabrikasi dari suatu pembangkit daya termasuk PLTN [3] dan merupakan bagian dari kegiatan konstruksi suatu PLTN. Tujuan PSI adalah untuk mengkonfirmasi bahwa semua komponen PLTN telah dikonstruksi dengan tepat dan aman, dan memberikan data kondisi awal suatu komponen setelah pabrikasi atau konstruksi [2]. Hasil dari PSI disebut dengan as built manufacturing and construction data, yang selanjutnya digunakan sebagai data dasar (data awal) untuk dibandingkan dengan hasil-hasil inspeksi selanjutkan untuk komponen yang sama pada masa layanan (service) yang disebut dengan inservice inspection (ISI) [3]. Oleh karena itu PSI dilakukan untuk meyakinkan bahwa SSK utama PLTN mempunyai kualitas yang dapat diterima berdasarkan standar atau code tertentu dan hasilnya digunakan sebagai koleksi data dasar sebelum PLTN beroperasi. a. Standar dan code Standar dan code yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan PSI tergantung dari vendor/pemasok teknologi PLTN. Misalnya pemasok teknologi PLTN dari negara Jepang, maka digunakan standar dan code dari negara Jepang. Demikian pula apabila pemasok teknologi PLTN dari Amerika, maka digunakan standar atau code dari Amerika. American Society of Mechanical Engineers (ASME) Boiler and Pressure Vessel Code adalah standar dan code yang berlaku di Amerika. ASME Boiler and Pressure Vessel Code Section III: Rules for Construction of Nuclear Facility Components, adalah standar dan code yang berisi persyaratan-persyaratan untuk perancangan dan konstruksi dan persyaratan-persyaratan untuk melakukan PSI dan ISI pada komponen-komponen PLTN. ASME Section III, Division 1 - Subsection NB dikhususkan untuk komponen kelas 1, dimana bejana tekan termasuk di dalamnya [6]. ASME Boiler and Pressure Vessel Code Section XI: Rules for In-service Inspection of Nuclear Power Plant Components, adalah standar dan code yang berisi aturan-aturan untuk melakukan PSI dan ISI pada komponen-komponen PLTN. ASME Section XI, Subsection IWB: Requirements for Class 1 Components of Light-WaterCooled Plant, berisi persyaratan dan ketentuan untuk melakukan PSI dan ISI, evaluasi, pemeriksaan tambahan, standar dan kriteria penerimaan untuk komponen-komponen kelas 1. Bejana tekan PLTN termasuk komponen kelas 1, sehingga standar dan code untuk PSI digunakan ASME Section XI, Subsection IWB [7]. 82

b. Filosofi PSI bejana tekan ASME Section XI, Subsection IWB dikembangkan dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa bagian/area yang kritis dari bejana tekan yaitu bagian las-lasan di daerah belt line, katup-katup dan nosel-nosel harus terjaga integritasnya sepanjang umur operasi PLTN. Bagian yang dilas merupakan bagian yang paling lemah karena mendapat panas yang tinggi sehingga pada bagian tersebut ada tegangan sisa yang lebih besar dari bagian lainnya, hal ini bisa memicu terjadinya retak atau yang dikenal dengan stress corrosion cracking. Untuk menjaga integritas laslasan, maka setelah bejana tekan selesai dipabrikasi dan dikonstruksi harus segera dilakukan PSI. ASME Section XI, Subsection IWB mempersyaratkan pemeriksaan tambahan yaitu uji tekanan (pressure test) terhadap bejana tekan untuk memastikan bahwa bejana tekan mampu menahan tekanan tinggi sesuai desainnya dan tidak bocor [7]. Pemeriksaan secara visual dan pembersihan untuk memastikan bahwa bagian laslasan dan seluruh bagian shell (badan) bejana tekan sudah benar-benar bersih dari serbuk-serbuk (debris) akibat pekerjaan pabrikasi dan konstruksi harus dilakukan Semua aktivitas harus terdokumentasi sebagai data dasar yang akan digunakan sebagai pembanding dengan kondisi terkini pada saat melakukan ISI bejana tekan. c. Pre-service inspection (PSI) bejana tekan Bejana tekan PLTN adalah satu-satunya komponen yang tidak mempunyai back-up [1]. atau tidak redundan. Kegagalan katastropik bejana tekan dapat mengakibatkan pelelehan teras reaktor dengan cepat sehingga temperatur dan tekanan naik menjadi tinggi, dimana kondisi ini tidak dirancang untuk pengungkung PLTN jenis PWR. Oleh karena itu bejana tekan PLTN jenis PWR berada di peringkat nomor 1 di dalam prioritas SSK utama PWR dan termasuk komponen kelas 1 [8]. Untuk mencegah atau meminimalkan kegagalan bejana tekan PLTN, maka PSI bejana tekan harus dilakukan sehingga dapat diketahui ada tidaknya cacat pada bejana tekan sebelum dioperasikan. Apabila diketahui ada cacat dan berdasarkan standar dan code tertentu ukuran cacatnya diluar toleransi yang dapat diterima / diijinkan maka harus dilakukan perbaikan sehingga kondisi bejana tekan benar-benar bebas dari cacat. METODOLOGI Metodologi pembahasan meliputi identifikasi bagian bejana tekan PLTN yang rentan mengalami degradasi / gagal dan identifikasi metode PSI nya. PSI bejana tekan harus dilakukan 100% terhadap semua sambungan las-lasan maupun material induknya (base metal). Bagian-bagian bejana tekan yang rentan mengalami degradasi adalah seluruh sambungan las-lasan circumferential dan longitudinal yang ada pada daerah beltline dan badan bejana tekan (shell) bagian atas serta bagian bawah, las-lasan circumferential dan meridional kepala bejana tekan bagian atas (upper head) dan bagian bawah (bottom head), las-lasan antara katup-katup / nosel- 83

nosel yang terdapat pada badan bejana tekan dan kepala bejana tekan bagian atas dan bagian bawah, serta las-lasan antara nosel dengan sistem instrumentasi. Metode PSI nya adalah secara visual menggunakan boroscope / videoscope, secara permukaan dengan menggunakan cairan penetran dan partikel magnetik serta metode volumetrik terdiri dari radiografi dan ultrasonik. [1-5, Dari referensi 7], metode yang digunakan untuk PSI bejana tekan maupun metode PSI komponen-komponen utama lainnya untuk PLTN secara umum adalah sama, yaitu metode visual, metode permukaan dan metode volumetrik. Ketiga metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannnya masing-masing yang tergantung pada tujuan dan obyek yang diperiksa. Oleh karena itu dalam melakukan PSI bejana tekan selalu digunakan lebih dari 1 metode sehingga saling mengisi berdasarkan jenis cacat dan lokasi/area yang diinspeksi. Penerapan metode visual menggunakan boroscope / videoscope selalu dilakukan pada urutan yang pertama pada pelaksanaan PSI sebelum metode lainnya diterapkan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi secara umum permukaan badan bejana tekan dan bagian-bagian lainnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Telah dijelaskan di atas bahwa proses pengelasan tidak mungkin dihindari pada proses fabrikasi dan konstruksi bejana tekan PLTN. Akibat pengelasan ada kemungkinan terjadi cacat komponen juga tidak bisa dihindari. Jenis cacat-cacat yang mungkin terjadi akibat proses pengelasan adalah porositas dan retakan. Porositas terjadi karena ketidaksempurnaan proses pengelasan dan dapat disebabkan oleh faktor manusia maupun karena material lasnya. Adanya porositas mengakibatkan komponen menjadi getas sebelum digunakan. Selain itu bagian yang dilas merupakan bagian yang paling lemah karena mendapat panas yang tinggi sehingga pada bagian tersebut ada tegangan sisa yang lebih besar dari bagian lainnya dan bisa memicu terjadinya retak atau yang dikenal dengan stress corrosion cracking (SCC). Retak jenis lain adalah hot tear dan cold tear yang terjadi karena proses pendinginan yang tidak merata yang berlangsung setelah proses pengelasan. Porositas, SCC, cold tear dan hot tear adalah jenis-jenis cacat akibat pengelasan yang harus dihindari. Untuk mengetahui ada/tidaknya cacatcacat seperti disebutkan di atas, maka setelah proses pabrikasi dan konstruksi selesai segera dilakukan PSI dengan metode visual dengan menggunakan boroscope / videoscope. Apabila dari hasil PSI ditemukan / diketahui ada porositas, SCC, cold tear dan hot tear, maka bagian las-lasan yang ada cacatnya tersebut harus diperbaiki (repair) dengan cara dilakukan pengelasan ulang seperti diatur pada ASME Section XI [7]. Untuk memastikan bahwa cacat yang ditemukan / diketahui dengan metode visual adalah porositas, SCC, cold tear dan hot tear, maka perlu dipastikan kembali dengan metode volumetrik radiografi. Oleh karena itu setelah proses pengelasan selesai dan sebelum dilakukan PSI harus diikuti dengan pemberian perlakuan panas (heat 84

treatment) dengan tujuan untuk menurunkan tegangan sisa dan mengurangi kebolehjadian terjadinya SCC seperti diatur pada ASME Section III, Subsection NB [6]. Apabila PSI metode visual tidak dilakukan berdasarkan standar dan code, maka akan terjadi cacat porositas dan hot tear yang dapat diketahui dari hasil ISI seperti ditunjukkan berturut-turut pada Gambar 1 untuk bejana tekan TRIGA 2000 dan Gambar 2 untuk bejana tekan RSG-GAS di bawah ini [9,10]. Sedangkan metode volumetrik dengan ultrasonik digunakan untuk mengukur ketebalan badan bejana tekan secara random dan mengetahui ada / tidaknya cacat retak pada bagian / daerah yang sulit dilakukan PSI dengan radiografi, seperti nosel-nosel dan katup-katup. 85 Gambar 1. Porositas pada bagian pengelasan bejana reaktor TRI- GA2000 [9] ASME Section IX: Welding And Brazing Qualification mengijinkan dilakukan penggerindaan pada bagian yang dilas dengan tujuan agar permukaan badan bejana tekan reaktor yang ada lasnya menjadi rata [11]. Selama proses penggerindaan akan timbul serbukserbuk (debris) hasil dari penggerindaan dan pengotor lainnya yang tersebar di seluruh permukaan bagian yang di las maupun permukaan badan bejana tekan reaktor. Oleh karena itu setelah proses penggerindaan lasan harus segera dilakukan PSI dengan metode visual menggunakan boroscope / videoscope. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa permukaan badan bejana tekan bersih dari debris hasil penggerin- daan dan pengotor lainnya. Apabila hasil dari Gambar 2. Hot tear pada bagian pengelasan bejana reaktor RSG- GAS [10] PSI ditemukan debris, maka serbuk-serbuk pengotor tersebut harus segera dibersihkan sampai benar-benar bersih dengan cairan tertentu dan dipastikan bahwa tidak ada serbukserbuk dan pengotor lainnya tertinggal baik pada permukaan lasan maupun pada permukaan badan bejana tekan. Apabila PSI metode visual untuk melihat ada / tidaknya serbukserbuk hasil penggerindaan dan pembersihan tidak dilakukan dengan benar berdasarkan standard dan code, maka akan terjadi korosi sumuran yang diketahui dari hasil ISI, seperti ditunjukkan berturut-turut pada Gambar 3 untuk bejana tekan TRIGA 2000 dan Gambar 4 bejana tekan RSG-GAS [9,10].

KESIMPULAN Gambar 3. Korosi sumuran pada bagian pengelasan dan badan bejana reaktor TRIGA2000 [9] Dari hasil dan pembahasan diketahui metode yang digunakan untuk PSI bejana tekan PLTN adalah metode visual dan metode permukaan yang terdiri dari cairan penetran dan partikel magnetic, serta metode volumetrik yang meliputi radiografi dan utrasonik. PSI sangat penting dilakukan dengan ketat berdasarkan standar dan code yang direkomendasikan. Ketidakpatuhan dalam melaksanakan PSI dapat mengakibatkan penuaan dini bejana tekan PLTN dan dapat berakibat fatal yaitu gagalnya fungsi keselamatan bejana tekan PLTN karena adanya produk cacat bejana tekan PLTN yang tidak diketahui / terdeteksi dan tidak terdokumentasi sejak awal sebelum PLTN beroperasi. Oleh karena itu cacat pada masa pabrikasi/konstruksi harus dihindari semaksimal mungkin. Untuk itu peran PSI sangat penting dan mandatory dilakukan untuk mencegah penuaan dini atau suatu keadaan dimana bejana tekan gagal menjalankan fungsinya karena terjadi retak yang tidak terdeteksi sejak awal. Gambar 4. Korosi sumuran pada badan bejana reaktor RSG-GAS [10] DAFTAR PUSTAKA 1. S.NITISWATI, dkk. Peran Uji Tak Rusak Pada Masa Konstruksi Dan Operasi PLTN, Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir Bapeten, 2008. 2. R. F. SAMMATARO, Preservice Inspection And Inservice Inspection Requirements For Containment Structures in The United States-A Status Report, Nuclear Engineering and Design (2006). 3. ATOMIC ENERGY REGULATORY BOARD, In-Service Inspection of Nuclear Power Plants, AERB Safety Guide No.AERB/NPP/SG/O-2,(2004). 4. G. MAES et. al, Experience Gained From Inservice Inspection of PWR Main Coolant Pump Welds, Conducted from the Inner Surface, using a Qualified UT and ECT Procedure, NDT-Net, Vol. 4, No.10, 1999. 5. IAEA / NEA, Nuclear Power Plant Operating Experiences-Incident Reporting System, 2003-2006. 86

6. ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Section III, Rules for Construction of Nuclear Facility Components, Subsection NB-Class 1 Components, 2008. 7. ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Section XI, Rules for Inservice Inspection of Nuclear Power Plant Components, 2008. 8. V.N. SHAH, P.E. MACDONALD, Aging And Life Extension of Major Light Water Reactor Components, Elsevier Science, ISBN: 9780444894489, 1993. 9. S. NITISWATI, Laporan Inspeksi Tangki Reaktor TRIGA 2000 PTNBR Dengan Metode Visual, No. Dokumen PTRKN-0011/2006, September (2006). 10. S. NITISWATI, LaporanInspeksi Tangki Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy Dengan Metode Visual, No. Dokumen P2TKN-5020014/2005, September (2005). 11. ASME Boiler And Pressure Vessel Code, Section IX, Welding and Brazing Qualifications, 2008. 87