Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Epoxy - Hollow Glass Microspheres IM30K

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR CURING DAN POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TEKAN KOMPOSIT EPOXY - HOLLOW GLASS MICROSPHERES IM30K

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK KOMPOSIT POLYESTER PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur dan Waktu Terhadap Karakteristik Bending Komposit Polyester - Partikel Hollow Glass Microspheres

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

Fajar Nugroho Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Tampak Visual Hasil Rheomix Formula : (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Komposit Epoxy HGM pada Bumper Depan Kendaraan untuk Mereduksi Energi Impact

Studi Eksperimental Kekuatan Bending Material Gigi Tiruan Dari Resin Akrilik Berpenguat Fiber Glass Dengan Variasi Susunan Serat Penguat

PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS

Gambar 4.1 Grafik dari hasil pengujian tarik.

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. (3) Lenght 208 μm (3) Lenght μm. (4) Lenght 196 μm (4) Lenght μm. Gambar 4.1. Foto optik pengukuran serat sisal

Please refer as: Bondan T. Sofyan, 2004, Pembentukan Endapan Nano pada Paduan Al-Cu Berkekuatan Tinggi,Proceeding Eminex 2004, ISBN ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

STUDI SIFAT MEKANIK DAN MORFOLOGI KOMPOSIT SERAT DAUN NANAS-EPOXY DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DENGAN ORIENTASI SERAT ACAK

Pengaruh Sudut Laminasi Dan Perlakuan Permukaaan Stainless Steel Mesh Terhadap Karakteristik Tarik Dan Bending Pada Komposit Hibrida

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SERAT KARBON ANTARA METODE MANUAL LAY- UP DAN VACUUM INFUSION DENGAN PENGGUNAAN FRAKSI BERAT SERAT 60%

TUGAS AKHIR BIDANG TEKNIK PRODUKSI PEMBENTUKAN DAN MATERIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kekuatan Tarik Komposit Poliester Berpenguat Partikel Kayu Jati, Merawan dan Meranti Merah

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Tabel 4. 1 Rata-rata cuaca bulanan Stasiun PUSLITBANG FP UNS. Suhu Udara

BAB V PEMBAHASAN. Laporan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil uji tarik serat tunggal.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Eksperimental Laju Keausan (Specific Wear Rate) Resin Akrilik dengan Penambahan Serat Penguat pada Dental Prosthesis

I. PENDAHULUAN. Komposit adalah kombinasi dari satu atau lebih material yang menghasilkan

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 100 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) %

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

Djati Hery Setyawan D

TUGAS AKHIR TM

PEMBUATAN POLIMER KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN UNTUK APLIKASI INDUSTRI OTOMOTIF DAN ELEKTRONIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN HARDENER DENGAN RESIN POLYESTER TERHADAP KUAT TARIK DAN BENDING POLIMER TERMOSET

KOMPOSIT BERBASIS POLYMER DENGAN MATRIK EPOXY YANG DIPERKUAT SERBUK ALUMINA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 60 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) %

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

Pengaruh Fraksi Volume Dan Panjang Serat Pelepah Lontar (Borassus Flabellifer) Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekuatan Impak Komposit Bermatrik Epoksi

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass.

Pengaruh Fraksi Volume Filler terhadap Kekuatan Bending dan Ketangguhan Impak Komposit Nanosilika Phenolic

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas

I. PENDAHULUAN. Fly ash dan bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkan dari. pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT KAYU GELAM(MELALEUCE LEUCANDENDRA) KEKUATAN TARIK DAN IMPAK KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

KARAKTERISTIK KOMPOSIT SERAT KULIT POHON WARU (HIBISCUS TILIACEUS) BERDASARKAN JENIS RESIN SINTETIS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN PATAHAN KOMPOSIT

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

KAJIAN OPTIMASI PENGARUH ORIENTASI SERAT DAN TEBAL CORE TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN BENDING DAN IMPAK KOMPOSIT SANDWICH GFRP DENGAN CORE PVC

Pramuko Ilmu Purboputro Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB III METODE PENELITIAN

Studi Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Sifat Mekanis Pada Pengecoran Paduan Al-4,3%Zn Alloy

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266

PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIYESTER TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU APUS

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-101

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

Laporan Praktikum. Laboratorium Teknik Material III. Modul B Teori Laminat Klasik. oleh :

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

PENINGKATAN KEKUATAN TARIK DAN IMPAK PADA REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT HYBRID

KOMPOSIT CORE HYBRID BERPENGUAT SERBUK KAYU JATI DAN MAHONI BERMATRIK POLYESTER

BAB V PENUTUP. Pengaruh pemakaian cacahan..., Johanes Chandra, FT UI, 2008

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember 2

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 196 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres Chandra Prastyadi dan Wahyu Wijanarko Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: wahyu_w_m43@yahoo.com Abstrak Dewasa ini penggunaan material komposit sudah sangat berkembang. Komposisi dari komposit juga sudah sangat beragam, namun penelitian tentang komposit Polyester Hollow Glass Microspheres (HGM) dengan variasi temperatur curing dan post-curing untuk karakteristik tekan masih sangat terbatas. Keunggulan yang dimiliki HGM antara lain memberikan bobot yang ringan, konduktivitas termal rendah, dan ketahanan terhadap tegangan kompresi yang tinggi. Komposit Polyester-HGM dapat diaplikasikan antara lain pada bemper atau body kendaraan sehingga dapat mereduksi berat total kendaraan dan meningkatkan efisiensi kendaraan. Penelitian dilakukan dengan mencampurkan polyester resin dan HGM. Spesimen uji tekan dibuat dengan dimensi sesuai ASTM D-695 dengan variasi fraksi volume HGM 10% hingga 17%. Spesimen menerima tiga perlakuan yang berbeda yaitu: (1) Spesimen I di-curing pada temperatur kamar (± 27 C) ditahan selama 24 jam; (2) Spesimen II di-curing pada temperatur kamar (±27 C) ditahan selama 24 jam lalu post-curing pada temperatur 90 C selama 5 jam; dan (3) Spesimen III di-curing pada temperatur 90 C ditahan selama 24 jam. Untuk mempelajari perbedaan sifat mekanik yang terjadi, dilakukan pengujian tekan. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa kekuatan tekan dan ketangguhan maksimum terjadi pada komposit dengan fraksi volume HGM 17%. Semakin tinggi temperatur curing akan meningkatkan nilai kekuatan tekan dan ketangguhan dari komposit polyester-hgm. Hal ini terjadi karena komposit yang di-curing pada temperatur tinggi memiliki ikatan crosslink lebih banyak sehingga ikatan polyester dan HGM lebih kuat dan nilai kekuatan tekan pada komposit akan meningkat. Kata kunci: komposit, hollow glass microspheres, polyester, curing, post-curing, uji tekan. I. PENDAHULUAN B ERKEMBANGNYA teknologi industri dibidang otomotif dan dirgantara mendorong material komposit banyak digunakan pada aplikasi produk. Hal ini dikarenakan material komposit memiliki keunggulan antara lain kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan terhadap korosi yang lebih tinggi dari material logam lainnya. Hal ini menuntut tersedianya material komposit dengan sifat yang diinginkan untuk menggantikan material logam yang banyak digunakan. Salah satu pengembangan polimer komposit adalah dengan penambahan Hollow Glass Microspheres (HGM). Material komposit ini diproduksi dengan cara mencampur resin polyester dengan HGM yang secara teoritis akan meningkatkan modulus elastisitas. Tahun 2012, Irwan Nugraha Saputra[1] melakukan penelitian pengaruh variasi fraksi volume HGM dari 0% hingga 30%. Serta menggunakan matrix polyester dan curing pada temperatur kamar 27 o C selama 1 jam untuk mencari pengaruhnya terhadap kekuatan tarik. Hasil yang didapatkan adalah penambahan fraksi volume HGM 15% memiliki kekuatan tarik tertinggi. Penambahan HGM berpengaruh pada penambahan daerah demormasi plastisnya dan menurunkan nilai density. Pada tahun 2014, Widyansyah Ritonga[2] melakukan penelitian pengaruh variasi temperatur curing pada temperatur kamar dan temperatur 90 o C dengan waktu 24 jam, kemudian curing temperatur kamar selama 24 jam kemudian post-curing 90 o C selama 5 jam. Variasi fraksi volume HGM yang digunakan 15% hingga 20%. Dari hasil penelitiannya nilai kekuatan tekan komposit epoxy dengan temperatur 90 o C pada penambahan 16% HGM memiliki kekuatan tekan yang paling tinggi. Sedangkan komposit dengan curing temperatur kamar pada penambahan 20% HGM memiliki kekuatan tekan yang paling rendah. Komposit yang dicuring pada temperatur tinggi memiliki kekuatan tekan yang paling tinggi. Oleh karena penelitian terdahulu belum spesifik membahas variasi fraksi volume yang detail serta pengaruh curing pada komposit, maka penelitian ini dilakukan. Sehingga nantinya penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pengembangan dalam bidang otomotif, bidang industri, bidang dirgantara dan sumbangan data bagi ilmu pengetahuan. II. METODE PENELITIAN Material komposit akan dibuat dengan mencampurkan Hollow Glass Microspheres jenis IM30K yang memiliki kekuatan injection molding sampai 193,05 MPa dan resin Polyester Jenis Adhesive yang memiliki tingkat abrasive yang baik. Variasi fraksi volume HGM yang digunakan adalah 10%, 11%, 12% 13%, 14%, 15%, 16%, dan 17%. Masing-masing dari variasi volume fraksi diberi perlakuan curing yang berbeda. Variasi pertama dengan curing temperatur kamar 27 o C selama 24 jam, yang kedua curing temperatur kamar 27 o C selama 24 jam lalu post-curing 90 o C selama 5 jam, dan yang ketiga curing temperatur 90 o C selama 24 jam. Pengujian spesimen uji tekan berdasarkan standar dari Standard Test Method for Compressive Properties of Rigid Plastics D-695 yang dikeluarkan oleh ASTM[3].

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 197 Hasil yang di dapatkan merupakan nilai kekuatan tekan dan ketangguhan dari polimer komposit polyester Hollow Glass Microspheres IM30K. Pengujian density dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi fraksi volume penambahan HGM terhadap density komposit. Selain itu, dilakukan pengamatan pola patahan dan pecahan setelah spesimen dilakukan uji tekan. Kemudian mikrostruktur diamati dengan menggunakan pengujian foto SEM, untuk mendukung analisa dan pembahasan. III. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Variasi Fraksi Volume Penambahan HGM Terhadap Density Komposit Hasil pengujian density menunjukkan bahwa tren grafik density terus menurun seiring dengan penambahan HGM, seperti ditampilkan pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik Berat komposit dengan pengaruh penambahan HGM. B. Hasil Kekuatan Tekan dan Ketangguhan Komposit Dengan Variasi Fraksi Volume Penambahan HGM Komposit A merupakan komposit dengan perlakuan curing pada temperatur 27 o C selama 24 jam, komposit B merupakan komposit dengan perlakuan curing pada temperatur 27 o C selama 24 jam, lalu post-curing pada temperatur 90 o C selama 5 jam, dan komposit C merupakan komposit dengan perlakuan curing temperatur 90 o C selama 24 jam. Gambar 3. Grafik Ketangguhan (J/mm 3 ) VS Fraksi Volume (%) untuk ketiga temperatur curing. Dari hasil pengujian tekan pada Gambar 2, variasi fraksi volume 17% menunjukkan bahwa komposit C memiliki kekuatan tekan lebih tinggi dibandingkan komposit B dan komposit C memiliki kekuatan tekan lebih tinggi dibandingkan komposit A. Dari data ketangguhan pada Gambar 3, variasi fraksi volume 16% menunjukkan bahwa komposit C memiliki ketangguhan yang lebih tinggi dibandingkan komposit B dan komposit C memiliki ketangguhan yang lebih tinggi jika dibandingkan ketangguhan komposit A. Terdapat perbedaan dari pengaruh curing tersebut karena pergerakan molekul-molekul untuk membentuk ikatan polimer yang lebih banyak dipengaruhi oleh temperatur curing. Polimer tersebut akan membentuk ikatan crosslink untuk mengikat HGM. Sehingga kekuatan tekan meningkat. C. Pengamatan Pola Patahan Gambar 4. Foto pecahan spesimen uji tekan komposit curing temperatur 27 o C selama 24 jam penambahan HGM 10%, HGM 17% Gambar 2. Grafik Hasil Uji Tekan Komposit UTS (MPa) VS Fraksi Volume (%) untuk ketiga temperatur curing. Gambar 5. Foto pecahan spesimen uji tekan komposit curing temperatur 27 o C selama 24 jam, post-curing 90 o C 5 jam penambahan HGM 17%. (c)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 198 Gambar 6. Foto pecahan spesimen uji tekan komposit curing temperatur 90 o C selama 24 jam HGM 17%, (c) HGM 20%, (d) HGM 30% Hasil uji tekan resin polyester menunjukkan bahwa pola patahan columnar muncul seperti pada gambar 4 yaitu patahan yang menyebabkan spesimen uji terbelah. Pola patahan yang sama juga terjadi pada komposit dengan penambahan fraksi volume HGM 10% hingga 17% curing 27 o C selama 24 jam. Pola patahan hasil pengujian tekan komposit curing 27 o C selama 24 jam postcuring 90 o C 5 jam seperti gambar 5, dan pola patahan hasil pengujian tekan komposit curing 90 o C selama 5 jam seperti gambar 6 terlihat bahwa kedua spesimen memiliki pola patahan shear (geser). Spesimen uji tekan mengalami patahan tanpa membelah spesimen searah aksial. D. Analisa Mikrostruktur pada pola patahan Pada pengamatan mikrostruktur pola patahan komposit pada pengujian tekan, menunjukkan bahwa mekanisme kegagalan komposit yang hampir sama pada tiap spesimen, dimana ditemukan matriks yang retak dan terjadinya debonding antara polyester dan Hollow Glass Microspheres. ditunjukkan pada gambar 7 dan 8. Terdapat beberapa void berupa titik - titik hitam pada perbesaran 240x dan adanya matrix cracking yang terjadi akibat ketidakmampuan dari matriks untuk menahan regangan yang ada sehingga timbul retakan. Void terjadi akibat terperangkapnya udara pada proses pembuatan komposit. Pada perbesaran 2850x terjadi debonding Antara HGM dan matriks sehingga menyebabkan bekas pada matriks berupa lingkaran yang semula menjadi tempat melekatnya HGM. Penampakan debonding lebih jelas terlihat pada gambar 8 dengan perbesaran 5000x. Ketika komposit mendapat beban tekan, banyak HGM yang bergeser dari matrix karena ikatan yang tidak kuat dan menyebabkan munculnya debonding. Hal tersebut yang menyebabkan kekuatan tekan pada komposit menjadi rendah karena transfer beban dari matrik ke penguat menjadi tidak maksimal. Gambar 10. Hasil SEM komposit penambahan HGM 17 % curing temperatur 27 C selama 24 jam - postcuring 90 C selama 5 jam dengan perbesaran 1000x, 6000x. Gambar 7. Hasil SEM komposit dengan penambahan HGM 10% curing temperatur 27 o C selama 24 jam dengan pembesaran 150x, 500x Gambar 8. Hasil SEM komposit dengan penambahan HGM 17% curing temperatur 27 o C selama 24 jam dengan pembesaran 240x, 2850x Gambar 11. Hasil SEM komposit dengan penambahan HGM 17 % curing temperatur 90 o C selama 24 jam 1800x, 3000x Gambar 9. Fenomena debonding pada komposit curing 27 o C selama 24 jam (SEM) perbesaran 5000x. Pada hasil SEM pola patahan komposit dengan penambahan fraksi volume HGM 10% dan 17% yang Pada Gambar 10 terlihat komposit didominasi oleh adanya HGM yang pecah. Namun masih ada beberapa HGM yang tidak pecah. Hal ini terjadi karena adanya proses post-curing yang memperbaiki dan meningkatkan pergerakan molekul molekul untuk menyusun ulang membentuk ikatan crosslink.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 199 Ketika komposit mendapat beban tekan, beberapa HGM bergeser dari matriks karena ikatan yang tidak kuat dan menyebabkan munculnya debonding dibeberapa bagian. Hal tersebut yang menyebabkan kekuatan tekan pada komposit menjadi kurang optimal karena transfer beban dari matrik ke penguat masih belum maksimal. Pada gambar 11dapat dilihat pada komposit perbesaran 3000x hampir tidak tampak void (udara yang terperangkap pada proses pembuatan komposit) yang berupa titik-titik hitam. Selain itu terlihat hampir seluruh HGM mengalami pecah. Tidak ada HGM yang bergeser dari matriks dan mengalami debonding. Oleh sebab itu, ketika komposit mendapat beban tekan, seluruh HGM akan menerima energi. Hal tersebut yang menyebabkan kekuatan tekan pada komposit sangat optimal. E. Analisa dan Pembahasan Hasil Pengujian Tekan Dari grafik hasil pengujian tekan dapat dilihat bahwa peningkatan fraksi volume Hollow Glass Microspheres dalam matriks polyester akan meningkatkan nilai kekuatan tekannya. Karena penambahan fraksi volume Hollow Glass Microspheres pada matrik polyester, maka dapat meningkatkan glass transition temperature (Tg) dari komposit. Peningkatan Tg tersebut tergantung dari banyaknya jumlah Hollow Glass Microspheres yang diberikan kepada komposit. Semakin banyak jumlah fraksi volume Hollow Glass Microspheres yang diberikan maka semakin tinggi suhu transisi (Tg) dari komposit tersebut. Ini berarti bahwa material komposit mampu bekerja pada kondisi suhu yang lebih tinggi dari pada polyester murni. Untuk mengubah material kaca menjadi cairan kental (viscous) fase pencairan Hollow Glass Microspheres memerlukan lebih banyak panas, seperti penelitian yang dilakukan oleh Soo jin park [4]. Dimana semakin banyak fraksi volume Hollow Glass Microspheres yang diberikan maka dapat mempengaruhi reaksi endotermiknya, sehingga Hollow Glass Microspheres menyerap panas lebih banyak. Penyerapan panas yang diserap oleh Hollow Glass Microspheres memiliki efek yang kurang baik pada saat proses curing terjadi. Hollow Glass Microspheres berfungsi sebagai penghalang untuk perpindahan panas antara polyester dan penguat, oleh karena itu presentase terjadinya proses kristalinitas pada matriks polyester tidak hanya tergantung pada fraksi volume Hollow Glass Microspheres saja tetapi juga bergantung kepada nilai temperatur curing yang diberikan. Dengan jumlah fraksi volume Hollow Glass Microspheres yang sama pada komposit, presentase kristalinitas atau jumlah ikatan crosslink yang terjadi pada komposit tergantung pada suhu curing yang diberikan. Semakin tinggi suhu curing, molekul polyester akan bergerak lebih aktif dan akan terbentuk ikatan yang kuat antar molekul molekul tersebut. Semakin tinggi presentase kristalinitas atau ikatan crosslink pada komposit, maka nilai kekuatan dan ketangguhan akan meningkat. Oleh karena itu komposit mampu menerima beban tekan yang lebih tinggi. Memodifikasi komposit agar memiliki ikatan kristalinitas antar molekul yang tinggi dapat meningkatkan sifat mekanik komposit tersebut, terutama terhadap nilai kekuatan tekan. Untuk fraksi volume Hollow Glass Microspheres sebanyak 17% dengan curing 90 C waktu penahanan selama 24 jam terbukti dapat meningkatkan kekuatan tekan hingga 50% karena memiliki presentase kristalinitas atau ikatan crosslink yang lebih tinggi. Penambahan fraksi volume Hollow Glass Microspheres sebanyak 17% pada polyester dapat meningkatkan kekuatan tekan. Hal ini disebabkan karena Hollow Glass Microspheres ditutupi oleh matriks resin polyester, sehingga posisi Hollow Glass Microspheres relatif stabil untuk menahan beban tekan. Gambar 12. Komposisi komposit polyester - hollow glass microspheres. Gambar 13. Grafik hasil uji tekan terhadap nilai kekuatan komposit curing temperatur 90 C selama 24 jam. Gambar 14. Grafik hasil uji tekan terhadap nilai ketangguhan komposit curing temperatur 90 C selama 24 jam. Gambar 12 menunjukkan Hollow Glass Microspheres sebagai suatu konstruksi atau rangka tempat melekatnya matriks polyester. Sedangkan polyester sebagai material yang mengikat dan melindungi Hollow Glass Microspheres. Semakin banyak jumlah Hollow Glass Microspheres yang melekat pada komposit, maka semakin sedikit matriks yang mengikat Hollow Glass Microspheres. Ini dapat mengurangi nilai kekuatan tekan dan ketangguhan dari komposit tersebut. Oleh karena itu, untuk penambahan fraksi volume Hollow Glass Microspheres lebih dari 17%, seperti yang ditunjukkan pada gambar 13 dan 14 bahwa nilai kekuatan dan ketangguhan komposit mengalami penurunan.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 200 IV. KESIMPULAN Dari penelitian dan analisa data yang telah dilakukan pada komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penambahan fraksi volume HGM 16% hingga 17% pada polyester dapat meningkatkan kekuatan tekannya. Kekuatan tekan maksimum komposit sebesar 116.7 MPa didapatkan pada penambahan fraksi volume HGM sebanyak 17%. 2. Penambahan fraksi volume HGM 16% hingga 17% pada polyester dapat meningkatkan ketangguhan. Ketangguhan maksimum sebesar 18,98x10-3 (J/mm 3 ) didapatkan pada penambahan fraksi volume HGM sebanyak 17%. DAFTAR PUSTAKA [1] Irwan Nugraha Saputra. 2012. Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur dan Waktu Terhadap Karakteristik Tarik Komposit Polyester Partikel Hollow Glass Microspheres. Laboratorium Metallurgy Teknik Mesin ITS. Indonesia [2] Widyansyah Ritonga. 2014. Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Epoxy - Hollow Glass Microspheres IM30K. Laboratorium Metallurgy Teknik Mesin ITS. Indonesia [3] ASM International, Characterization and Failure Analysis of Plastics, page 117, December 2003 [4] Park, Metals. Composites. ASM International Handbook Vol. 1. 1987 3. Peningkatan temperatur curing dapat meningkatkan jumlah ikatan crosslink pada matriks polyester. Komposit dengan penambahan fraksi volume HGM 17% yang di-curing pada temperatur 90 C dengan waktu penahanan selama 24 jam merupakan komposit yang memiliki kekuatan dan ketangguhan tekan yang paling tinggi. 4. Peningkatan jumlah ikatan crosslink pada matriks polyester akan meningkatkan kekuatan tekan pada komposit dengan fraksi volume HGM yang sama.