Laporan Praktikum. Laboratorium Teknik Material III. Modul B Teori Laminat Klasik. oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Praktikum. Laboratorium Teknik Material III. Modul B Teori Laminat Klasik. oleh :"

Transkripsi

1 Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material III Modul B Teori Laminat Klasik oleh : Kelompok : 5 Anggota (NIM) : Afina Hasna G. T. ( ) Karel Adipria ( ) Reyza Prasetyo ( ) Iskandar Zulkarnain ( ) Alfiz Muhammad Q. ( ) Tanggal Praktikum : 18 Maret 2015 Tanggal Penyerahan Laporan : 23 Maret 2015 Nama Asisten (NIM) : Evan Kurnia ( ) Laboratorium Teknik Metalurgi dan Teknik Material Program Studi Teknik Material Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung 2015

2 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan material komposit di dunia sudah semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan material teknik yang mampu menunjang kemajuan teknologi. Komposit yang memiliki kekakuan dan kekuatan spesifik yang tinggi mampu memenuhi kebutuhan manusia akan produk yang ramah lingkungan untuk menyelasaikan masalah energi dan sember daya alam yang makin menipis. Penggunaan material komposit sekarang digunakan dalam dunia industri, otomotif, dan lain-lain. Dalam dunia industry contohnya, pipa yang digunakan untuk mengalirkan minyak atau gas mulai beralih ke penggunaan material komposit. Hal tersebut dilakukan karena komposit memiliki resistensi terhadap korosi yang tinggi, sehingga pipa yang digunakan memiliki umur penggunaan yang panjang. Dan didalam dunia otomotif, komposit yang relatif lebih ringan dibandingkan logam mampu menurunkan energi yang digunakan oleh kendaraan untuk bergerak. Sehingga kendaraan menjadi ramah lingkungan dan hemat bahan bakar sehingga lingkungan dan suplai sumber daya alam terjaga. Namun untuk mengaplikasikan material komposit dibutuhkan pemodelan yang mampu menunjukan perilaku material komposit ketika mendapatkan beban atau menunjukan safety factor dari komposit tersebut. Salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai pemodelan untuk menunjukan perilaku komposit adalah GENLAM. I.2. Tujuan Praktikum Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi konstanta teknik suatu lamina.

3 BAB II TEORI DASAR Secara umum, pembebanan pada komposit laminat terdiri dari dua jenis pembebanan, yakni pembebanan mekanik yang terdiri dari dari longitudinal tensile load, longitudinal compressive load, transverse tensile load, transverse compressive load, shear load, dan pembebanan higrotermal yang diakibatkan pengaruh kelembaban udara dan perbedaaan temperatur lingkungan yang dapat mempengaruhi performa komposit. Pembebanan mekanik pada dasarnya akan menghasilkan tegangan normal dan tegangan geser pada komposit tersebut. Pada komposit, tegangan normal yang terjadi dapat disebabkan oleh pembebanan tarik atau tekan maupun oleh beban bending. Tegangan normal yang disebabkan beban tarik atau tekan menghasilkan distribusi tegangan seperti berikut : Gambar 1. Distribusi tegangan normal akibat beban tarik. Sumber : pada gambar diatas, tegangan terdistribusi secara merata dan besar tegangannya homogen.

4 Sedangkan tegangan normal yang disebabkan oleh beban bending menghasilkan distribusi tegangan seperti berikut : Gambar 2. Distribusi tegangan akibat beban bending. Sumber : Mechanics of Materials 8th edition, 2011 pada gambar diatas, perubahan secara linear regangan normal mengakibatkan variasi linear tegangan normal, dimana tegangan bernilai nol di sumbu netral dan bernilai maksimum di titik terjauh dari sumbu netral. Pada gambar diatas, tegangan yang bekerja diatas sumbu netral bersifat tekan dan bersifat tarik dibawah sumbu netral bila arah bending berlawanan arah jarum jam. Tegangan geser yang terjadi pada laminat komposit terdistribusi seperti gambar berikut : Gambar 3. Distribusi tegangan geser pada material Sumber : Tegangan geser yang dialami oleh laminat komposit umumnya dapat menyebabkan matrix shear failure ataupun debonding antara matriks dan serat.

5 Pembebanan higrotermal juga berpengaruh terhadap komposit seperti mempengaruhi sifat-sifat elastis seperti elastisitas. Higrotermal lebih sensitif diterima oleh matriks sehingga komposit yang didominasi matriks lebih sensitif terhadap pembebanan higrotermal. Pada laminat, tegangan normal yang dialami tidak terdistribusi secara linear. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa pembebanan pada laminat menyebabkan regangan bersifat linear. Namun, karena modulus elastisitas antar tiap laminat dapat berbeda, maka tegangan yang dialami tiap lamina berbeda. Gambar 4. Contoh distribusi tegangan pada laminat Sumber : Slide Mata Kuliah Material Komposit Perbedaan modulus elastisitas antar lamina disebabkan antara lain oleh perbedaan material penyusun tiap lamina ataupun disebabkan perbedaan orientasi tiap lamina meskipun material penyusunnya sama. Fibre type E longitudinal (GPa) E transversal (GPa) Kevlar 49 (Aramid) Carbon (LM) Carbon (HM) E glass Tabel 1. Data kekakuan beberapa macam serat Sumber : Slide Mata Kuliah Material Komposit

6 Sebagai contoh lamina yang tersusun atas serat aramid memiliki modulus elastisitas yang lebih besar dari serat gelas sehingga distribusi tegangan antara lamina serat aramid akan berbeda dengan lamina serat gelas (122 GPA berbanding 70 Gpa). Pada lamina dengan material penyusun yang sama, perbedaan orientasi antar lamina juga mempengaruhi distribusi tegangan karena pada umumnya modulus elastisitas arah longitudinal berbeda dengan arah transversalnya, sebagai contoh pada serat aramid (122 Gpa berbanding 0,76 GPa). Kriteria kegagalan pada teori laminat klasik ditentukan berdasarkan tegangan yang dialami oleh lamina. Cara untuk menunjukkannya digunakan skema perhitungan Teori Laminat Klasik oleh diagram alir berikut ini: Gambar 5. Skema Untuk menentukan sifat mekanik pada lamina, maka perlu diketahui terlebih dahulu sifat mekanik penyusun lamina. Sifat yang dibutuhkan meliputi Modulus Elastisitas fiber, Modulus Elastisitas matriks, poisson ratio fiber, poisson ratio matriks, Modulus Geser fiber, Modulus Geser matrix, dan fraksi volume fiber. Sifat tersebut bisa didapat dari literatur atau melalui pengujian mekanik.

7 Data sifat mekanik yang sudah didapatkan kemudian digunakan untuk menentukan sifat mekanik lamina yaitu Modulus Elatisitas arah longitudinal, Modulus Elastisitas arah transversal, Modulus Geser lamina, dan poisson ratio lamina. Setelah mengetahui sifat mekanik lamina, dapat ditentukan matriks kekakuan lamina [Q] searah sumbu lamina. Kemudian dari setiap lamina memberikan kontribusi pada matriks kekakuan dalam laminat. Matriks kekakuan yang sudah diperoleh dan faktor z (dimensi) dapat memengaruhi kekakuan bidang [A], kekakuan bending [D], dan kekakuan kopel [B] yang ada pada laminat. [ ] (z 1 B = [Q ] (z 2 1 D = [Q ] (z 3 N Aij = Q ij k= 1 zk k 1 ) k N ij ij k= 1 ij k= 1 z k2 1 ) 3 k z k3 1 ) k N ij 2 k k Data [A], [D], [B] kemudian sesuai dengan gaya dan momen yang bekerja pada laminat tersebut, sesuai dengan persamaan: Maka dapat ditentukan nilai regangan bidang dan kelengkungan bidang. Dari data kelengkungan, regangan bidang dan faktor z yang ada pada lamina, maka dapat diperoleh nilai regangan yang terjadi pada lamina. Berdasarkan σ=ee, dengan e merupakan regangan lamina dan E merupakan matriks kekakuan lamina maka dapat diketahui tegangannya. Tegangan yang dihasilkan kemudian digunakan untuk memperkirakan kriteria gagal untuk setiap lamina yang terjadi berdasarkan kriteria kegagalan Tresca dan Von Mises

8 BAB III DATA PERCOBAAN Latihan 1. Sifat sifat Elastis a. AS-3501 (02,902)s dengan AS-3501 (0,90)2s Orientasi 0;0;90;90 simetri Orientasi 0;90;0;90 simetri

9 b. Scotch-ply UD dengan Scotch-ply (0,90)2 - Scotch-ply UD (0,0)4 - Scotch-ply (0,90)4 Latihan 2. Pembebanan dan Tegangan

10 1. Pembebanan hygrothermal pada temperatur ruang (25 C) a. Scotch-ply UD Stress Strain b. Scotch-ply (0, ±45, 90, 0, ±45, 90) Stress

11 Strain c. IM6 epoxy (0, ±45, 90, 0, ±45, 90) Stress

12 Strain 2. Pembebanan mekanik Scotch-ply UD

13 a. Pembebanan tarik biaksial masing-masing sebesar 10 N/mm (0.01 MN/m) Stress Strain b. Pembebanan geser sebesar 10 N/mm (0.01 MN/m) Stress

14 Strain c. Momen bending M1 sebesar 10N (0.01 MN) Stress

15 Strain d. Momen torsi sebesar 5 N (0.005 MN) Stress

16 Strain 3. Perbandingan 3 material pada soal nomor 1 jika diberi beban tarik biaksial 10 N/mm (0.01 MN/m) a. Scotch-ply UD

17 Stress Strain b. Scotch-ply (0, ±45, 90, 0, ±45, 90) Stress

18 Strain c. IM6 epoxy (0, ±45, 90, 0, ±45, 90) Stress

19 Strain Latihan 3. Kegagalan pada laminat

20 1. Pembebanan biaksial sebesar 50 N/mm (0.05 MN/m) tarik-tarik, tarik-tekan, tekan-tarik, dan tekan-tekan a. B-N5505 UD Tarik-tarik Nilai 1/R Tarik-tekan

21 Nilai 1/R Tekan-tarik

22 Nilai 1/R Tekan-tekan

23 Nilai 1/R b. B-N5505 (±45)s Tarik-tarik

24 Nilai 1/R Tarik-tekan

25 Nilai 1/R Tekan-tarik

26 Nilai 1/R Tekan-tekan

27 Nilai 1/R c. IM6-epoxy (±30, ±60)s Tarik-tarik

28 Nilai 1/R Tarik-tekan

29 Nilai 1/R Tekan-tarik

30 Nilai 1/R Tekan-tekan

31 Nilai 1/R 2. Cross-ply Kevlar-epoxy laminat pada temperatur kamar (25 C) Nilai 1/R

32 Tugas Setelah Praktikum 1. Dua T300 Epoxy dengan susunan berbeda tetapi Engineering Constant sama Komposit T300 epoxy dengan stacking sequence (0,0,60,60)s

33 Komposit T300 epoxy dengan stacking sequence (0,60,0,60)s 2. AS3501 (0, 0, 45, -45, 90)s dengan tiga jenis pembebanan Case 1 Case 2

34 Case 3 3. Analisis tercantum pada BAB IV.

35 BAB IV ANALISIS Latihan 1 a. AS-3501 (0,0,90,90)s dengan AS-3501 (0,90)2s Pada kedua laminat tersebut, inplane constants untuk keduanya memiliki nilai yang sama. Hal ini disebabkan karena kedua lamina tersebut memiliki jumlah lamina yang sama pada setiap orientasinya, hanya saja memiliki perbedaan cara penyusunan lamina yang tidak berpengaruh terhadap nilai E. Akibatnya kedua laminat tersebut memiliki nilai E1, E2, dan E6 yang sama. Berbeda dengan nilai Flexural Constants, pada laminat AS-3501 (0,0,90,90)s arah pembebanan 1 memiliki nilai modulus elastisitas GPa, sementara laminat AS-3501 (0,90)2s modulus elastisitasnya GPa. Nilai modulus elastisitas laminat AS-3501 (0,0,90,90)s yang lebih besar pada arah 1 dikarenakan terdapat 2 lapis lamina terluar yang orientasinya sejajar yaitu 0. Sedangkan pada laminat AS-3501 (0,90)2s, lapisan terluarnya sejajar namun lapisan kedua dari luar memiliki orientasi yang tegak lurus sehingga kemampuan menahan tegangan tarik/tekannya lebih rendah dibandingkan dengan laminat AS3501 (0,0,90,90). Sehingga pada kasus tersebut, diarah 1 laminat yang 2 lapisan terluarnya memiliki lamina yang orientasinya sejajar 0 akan lebih kaku daripada laminat yang 2 lapisan lamina terluarnya saling tegak lurus. Hal demikian dapat terjadi karena pada flexural strength, distribusi tegangan tarik/tekan material semakin ke permukaan semakin besar. Kemudian pada arah 2, laminat AS-3501 (0,0,90,90)s memiliki nilai modulus elastisitas GPa, sementara Laminat AS-3501 (0,90)2s memiliki modulus elastisitas GPa. Sebaliknya untuk arah 2, laminat AS-3501 (0,0,90,90)s memiliki nilai modulus elastisitas lebih kecil karena pada arah 2, dua lapisan lamina terluar dari laminat ini memiliki

36 orientasi tegak lurus dengan arah pembebanan sehingga orientasi tersebut lebih lemah menahan tegangan dibanding laminat AS-3501 (0,90)2s yang 2 lapisan terluarnya terdapat salah satu yang berorientasi sejajar sehingga untuk arah 2 kemampuan untuk menahan tegangan dibagian permukaan lebih besar laminat AS-3501 (0,90)2s. b. Scotch-ply UD (0,0)4 dengan Scotch-ply (0,90)2 Pada arah 1, nilai modulus elastisitas pada Scotch-ply UD (0,0)4 = 38.6 GPa sedangkan untuk Scotch-ply (0,90)4 = GPa. Hal tersebut karena arah orientasi pada Scotch-ply UD (0,0)4 semuanya searah dengan arah pembebanan, sehingga Scotch-ply UD (0,0)4 akan lebih kaku dibandingkan dengan Scotch-ply (0, 90)2 yang orientasinya ada yang tegak lurus dengan arah pembebanan sehingga menurunkan nilai modulus elastisitasnya. Kemudian pada arah 2, Scotch-ply UD (0,0)4 nilai modulus elastisitasnya lebih kecil karena seluruh orientasinya tegak lurus arah pembebanan, sehingga kemampuan menahan distribusi tegangan akan lebih kecil daripada Scotch-ply (0,90)2 yang memiliki lamina searah dengan arah pembebanan. Dapat dilihat bahwa inplant constant dan flexural constant untuk lamina dengan susunan yang sama bernilai sama. Hal ini bisa terjadi karena pembebanan pada setiap lamina sama dalam satu laminat namun sesuai dengan distribusi tegangan maka untuk flexural, semakin ke permukaan maka nilai tegangan semakin besar.

37 Latihan 2.1. a. Scotch-ply UD Pada hasil di atas dapat dilihat bahwa laminat mengalami tegangan tekan di arah longitudinal dan tegangan tarik di arah transversal. Distribusi tegangan yang dialami laminat seragam karena tidak ada perbedaan orientasi dan susunan pada lamina. Sehingga dapat disimpulkan bahwa beban higrothermal yang diberikan pada laminat dapat menyebabkan terjadinya tegangan normal pada laminat meskipun nilainya sangat kecil. Laminat yang sama mengalami perubahan dimensi berupa pengurangan dimensi di arah longitudinal dan penambahan dimensi di arah transversal. Distribusi regangan yang terjadi pada laminat seragam karena tidak ada perbedaan orientasi dan susunan pada lamina. Dapat disimpulkan, bahwa pembebanan higrothermal menyebabkan terjadinya perubahan dimensi pada laminat. b. Scotch-ply (0, 45, -45, 90, 0, 45, -45, 90)

38 Dari laminat di atas, distribusi tegangan yang terjadi pada tiap lamina berbeda. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan orientasi dan susunan lamina. Lamina keempat dengan orientasi 900 mengalami tegangan arah longitudinal terbesar, di arah transversal yang mengalami tegangan terbesar adalah lamina kelima dengan orientasi 00, dan pada tegangan geser yang mengalami tegangan geser terbesar adalah pada lamina ketiga dengan orientasi -450 lamina keenam dengan orientasi 450. Adanya kemiringan pada grafik tegangan arah 1, disebabkan karena interface yang terjadi pada antar lamina. Pada gambar di atas juga terlihat adanya gradien tegangan yang menunjukkan bahwa tegangan di setiap lamina tidak sama. Dari regangannya, dapat dilihat distribusi regangan yang berbeda tiap laminanya. Hal ini terjadi karena perbedaan orientasi dan sususan lamina. Dari grafiknya dapat dilihat bahwa regangan yang terjadi pada lamina arah 1, arah 2, dan arah 6 berbeda-beda. Tanda positif pada gambar di atas menunjukan adanya penambahan dimensi dan negatif menunjukan adanya pengurangan dimensi. Kemiringan pada grafik diatas bersifat continue, hal ini dapat terjadi karena setiap ujung mengalami regangan yang berbeda yang dipengaruhi oleh lamina diatas dan dibawahnya. Kemiringan continue pada regangan terjadi karena laminat belum terpisah, deformasi yang terjadi belum mengakibatkan material rusak.

39 c. IM6 epoxy (0, 45, -45, 90, 0, 45, -45, 90) Pada gambar di atas terlihat bahwa distribusi tegangan tiap lamina berbeda-beda. Hal ini terjadi karena orientasi dan susunan lamina yang berbeda-beda. Lamina yang menerima tegangan terbesar di arah longitudinal terdapat pada lamina keempat dengan orientasi 900, di arah transversal pada lamina kelima dengan orientasi 00, tegangan geser pada lamina ketiga dengan orientasi -450 dan lamina keenam dengan orientasi 450. Pada gambar di atas juga terlihat adanya gradien tegangan yang menunjukkan bahwa tegangan di setiap lamina tidak sama. Penjelasan grafik sama dengan yang sebelumnya, hanya saja perbedaan grafik terjadi karena perbedaan sifat lamina IM6 epoxy dengan skotch ply. Latihan 2.2 Pembebanan mekanik Scotch-ply UD a. Pembebanan tarik biaksial masing-masing sebesar 10 N/mm Berdasarkan grafik, tegangan yang terjadi adalah sama, baik pada arah 1 (longitudinal) maupun pada arah 2 (transversal) karena orientasi nya hanya pada arah 0 sehingga tegangan yang terjadi pada arah 1 dan 2 sama besar.,selain itu, dalam laminat ini tidak terjadi tegangan geser karena memang hanya diberikan pembebanan tarik biaksial.

40 Dalam laminat ini juga terjadi pertambahan panjang pada arah longitudinal, sedangkan pada arah transversal terjadi penyusutan. Hal ini terjadi karena orientasi yang ada pada laminat ini hanya pada arah 0 (unidirectional) sehingga regangan akan terjadi ke arah longitudinal dan saja pada arah transversal akan terjadi penyusutan. b. Pembebanan geser sebesar 10 N/mm Dalam grafik yang dihasilkan dapat dilihat bahwa tegangan dan regangan terbesar terjadi pada arah 6 (geser). Hal ini terjadi karena pembebanan yang diberikan merupakan pembebanan geser sehingga hasil tegangan regangan terbesar akan ada pada arah gesernya. Pada arah 1 dan 2 juga terjadi distribusi tegangan, namun regangan lebih kecil dibandingkan pada arah 6. c. Momen bending M1 sebesar 10 N Jika terdapat suatu material dan dikenai pembebanan bending maka akan timbul distribusi tegangan pada penampangnya. Hal ini juga terjadi pada laminat yang diberikan pembebanan bending. Pembebanan bending yang diberikan ada pada arah 1 sehingga distribusi tegangan dan regangan terbesar terjadi pada arah 1. Daerah permukaan laminat memiliki nilai distribusi tegangan yang paling besar sehingga pada lapisan atas terjadi tegangan tarik yang paling besar dan akan terus mengecil hingga mencapai 0 pada bagian tengah dan lapisan bawah akan terjadi tegangan tekan. d. Momen torsi sebesar 5 N Berdasarkan grafik yang dihasilkan, distribusi tegangan dan regangan yang paling besar ada pada arah 6 (geser) karena pembebanan yang diberikan merupakan momen torsi sehingga akan paling banyak berpengaruh pada arah gesernya. Nilai distribusi tegangan terbesar terdapat pada permukaan laminat. Pada arah 1 dan 2 juga terjadi regangan, tetapi dikarenakan laminat simetris sehingga nilainya lebih kecil dari regangan gesernya. Latihan 2.3

41 a. Scotch-ply UD Stress Strain Analisis : Sesuai dengan kurva diatas, dapat dibuktikan bahwa laminat memiliki orientasi searah, dengan menerima pembebanan yang homogen dari lapis pertama hingga terakhir pada sigma-1 dan sigma-2, hal tersebut berlaku pada tegangan dan regangan. Dan pembebanan pada sigma-6 bernilai nol karena tidak ada pembebanan bending yang diberikan. b. Scotch-ply (0, ±45, 90, 0, ±45, 90) Stress

42 Strain Analisis : Sesuai dengan kurva diatas, tegangan atau regangan yang diterima tidak homogen ketika diberi beban bi-axial, diakibatkan oleh orientasi yang berbedabeda pada laminat. Lapis paling bawah dan atas menerima regangan paling besar, dan tegangan yang diterima tidak teratur karena adanya perbedaan orientasi. Pada sigma-1 dan sigma-2 regangan, beban yang diterima berbentuk kebalikannya, hal ini akibat adanya fenomena coupling sehingga adanya beban bending. Fenomena tersebut juga menyebabkan adanya regangan dan tegangan pada sigma-6 yang seharusnya nol. Pada tegangan, tegangan maksimum yang diterima paling besar berada di tengah, hal tersebut dikarenakan lamina bagian tengah terikat dengan baik sehingga menerima tegangan dari lapisan lainnya. c. IM6 epoxy (0, ±45, 90, 0, ±45, 90) Stress

43 Strain Analisis : Berdasarkan kurva diatas, ketika epoxy diberikan beban aksial yang sama dengan diberikan kepada scotch-ply, kurva tegangan dan regangannya berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh kekuatan material yang berbeda, walaupun orientasinya sama. Untuk tegangan, lapisan tengah menerima tegangan paling besar karena terikat secara kuat dan menerima tegangan dari lapisan lain. Untuk regangan, dapat dilihat bahwa regangan menurun pada sigma-1 karena adanya penurunan kekakuan, tetapi tidak bernilai 0 ditengah seperti pada scotch-ply. Terjadi regangan dan tegangan pada sigma-6 disebabkan karena fenomena coupling, seperti pada scotch-ply, yang menyebabkan adanya beban bending. Lalu coupling juga menyebabkan bentuk keterbalikan pada tegangan sigma-1 dan sigma-2.

44 LATIHAN 3 a. Latihan 3.1.a Komposit yang digunakan adalah B-N5505 unidirectional. Ketika diberikan pembebanan berupa beban tarik dan beban tekan sebesar 50N/mm, dengan kombinasi tarik-tarik, tarik-tekan, tekan-tarik, dan tekan-tekan. Dapat dilihat komposit mengalami tegangan tarik pada dua sumbu dan tidak mengalami tegangan geser. Berdasarkan simulasi pada genlam komposit tidak mengalami kegagalan karena nilai 1/R dari komposit tidak mencapai nilai 1. Namun komposit tersebut tidak tahan terhadap beban tarik. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai 1/R dari komposit tersebut yang mendekati nilai 1. Dari grafik 1/R dapat dilihat nilai inkal dan degrade memiliki nilai yang hampir sama sehingga saat terjadi FPL akan terjadi pula LPL. b. Latihan 3.1.b Pada latihan ini digunakan komposit B-N5505 dengan orientasi simetric regular angle ply (±45)s. Pembebanan yang dilakukan sama dengan latihan 3.1.a. Bila dilihat dari fraksi 1/R komposit dengan orientasi ini tidak tahan terhadap beban tarik-tekan atau tekan-tarik. Hal ini ditunjukan dengan nilai 1/R yang mendekati nilai 1. Pada komposit ini juga nilai dari1/r nilai inkal dan degrade memiliki nilai yang hampir sama, sehingga ketika FPL terjadi maka LPL terjadi pula. Selain itu bila dilihat dari tegangan geser yang diterima. Komposit yang diberikan beban tarik-tekan dan tekan-tarik mendapatkan tegangan geser terbesar. Nilainya yang melebihi nilai tegangan tarik yang diterimanya dapat menunjukan bahwa material akan gagal sesuai dengan Tresca dan Von-Mises criteria karena tegangan geser yang diterima komposit tinggi. c. Latihan 3.1.c Pada latihan ini, komposit yang digunakan adalah komposit IM6-epoxy dengan orientasi lamina (±30, ±60) simetri dengan pembebanan yang diberikan dengan

45 latihan 3.1.a.Pada semua jenis pembebanan, terdapat perbedaan besar tegangan yang terdistribusi antara lamina ±30 dan ±60, hal ini disebabkan adanya perbedaan kekakuan antara lamina ±30 dan ±60. Pada teori makromekanik, regangan yang dialami tiap lamina diasumsikan sama sehingga akibat adanya pembebanan, tegangan didistribusikan tidak sama besar akibat perbedaan kekakuan. Selain itu, dapat dilihat bahwa disetiap jenis pembebanan, lamina dengan orientasi ±60o mengalami distribusi tegangan lebih besar di arah 2. Sedangkan lamina dengan orientasi ±30o mengalami distribusi tegangan lebih besar di arah 1. Dari simulasi yang dilakukan, keempat jenis pembebanan masih dalam batas aman karena nilai 1/R yang ditunjukkan kurang dari 1. d. Latihan 3.2 Pada soal latihan 3.2 ini, laminat komposit yang tersusun atas lamina serat Kevlar dan matriks Epoksi dengan susunan lamina cross-ply diberi beban termal sebesar temperatur kamar yakni 25 oc. Berdasarkan pengolahan data, dapat dilihat bahwa pembebanan termal yang diberikan pada tiap lamina sama besar dan masih dalam batas aman karena nilai 1/R masih dibawah 1. TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

46 1. Konstanta teknik pada bidang dan bending dari laminat dapat dibuat sama meskipun susunan dari laminat berbeda. Yang harus diperhatikan adalah jumlah lamina dari laminat harus sama dan arahnya mempunyai perbedaan yang sama tiap lapisan. 2. Pada laminat (0,0,45,-45,90)2 AS-3501 yang diberikan beban, analisis bebannya adalah a. Load case 1 menerima beban torsi dan bending sesuai dengan bentuk grafik yang dihasilkan berbentuk runcing b. Load case 2 menerima beban higrotermal, yang umumnya membebani di lapisan pertama dan terakhir. c. Load case 3 menerima beban torsi dan beban tarik sesuai dengan bentuk sigma-1 dan sigma-2 yang berbeda tetapi searah. 3. a. Pada load case no 1, lamina yang akan mengalami kegagalan pertama kali (FPF) adalah lapisan 1 bottom hal ini dapat dilihat dari nilai R yang kecil sehingga nilai 1/R dari lamina tersebut akan besar. b. Pada load case no 3, lamina yang akan mengalami kegagalan pertama kali (FPF) adalah lapisan 4 dan 7 baik bottom dan top hal ini dapat dilihat dari nilai R yang kecil sehingga nilai 1/R dari lamina tersebut akan besar.

47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada percobaan kali ini, dapat disimpulkan bahwa material penyusun lamina dan orientasi lamina menyebabkan kekuatan sebuah komposit laminat, berdasarkan hasil tegangan dan regangan pada kurva genlam. 5.2 Saran Seharusnya diberikan tutorial menggunakan Genlam pada modul, bukan hanya teori mengenai komposit laminat saja, sehingga ketika praktikum berlangsung dapat lebih efisien.

48 PUSTAKA Judawisastra, Hermawan Micromechanics 2 : Classical Lamination Theory [PowerPoint slides]. Judawisastra, Hermawan Material Komposit-Rev.04 [PowerPoint slides]. Hibbeler, R. C Mechanics of Materials 8th Edition. Singapore :Prentice Hall if diakses pada 23 Maret 2015 pukul WIB diakses pada 23 Maret 2015 pukul WIB

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Diameter Serat Diameter serat adalah diameter serat ijuk yang diukur setelah mengalami perlakuan alkali, karena pada dasarnya serat alam memiliki dimensi bentuk

Lebih terperinci

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Oleh : Nama : SOMAWARDI NIM : 23107012 Kelompok : 13 Tanggal Praktikum : November 2007 Nama Asisten (Nim) : Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia () 3. Hutomo

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 196 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa Untuk mengetahui nilai kekuatan tarik dari komposit maka perlu di lakukan pengujian kekuatan tarik pada komposit tersebut.

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN REGANGAN

TEGANGAN DAN REGANGAN Kokoh Tegangan mechanics of materials Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TEGANGAN DAN REGANGAN 1 Tegangan Normal (Normal Stress) tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus permukaan

Lebih terperinci

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Sifat mekanika bahan Hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja Berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan dan kekakuan Tegangan Intensitas

Lebih terperinci

Tugas Akhir Bidang Studi Desain SAMSU HIDAYAT Dosen Pembimbing Dr. Ir. AGUS SIGIT PRAMONO, DEA.

Tugas Akhir Bidang Studi Desain SAMSU HIDAYAT Dosen Pembimbing Dr. Ir. AGUS SIGIT PRAMONO, DEA. Tugas Akhir Bidang Studi Desain SAMSU HIDAYAT 2106 100 020 Dosen Pembimbing Dr. Ir. AGUS SIGIT PRAMONO, DEA. Latar Belakang Roket Pengorbit Satelit (RPS) membutuhkan roket yang dapat diluncurkan berulang

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dinamik dari komposit hybrid serat karbon dan serat gelas yang diwakili oleh frekuensi natural dan rasio redaman. Pengujian

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV 3.1 Metodologi Optimasi Desain Tabung COPV Pada tahap proses mengoptimasi desain tabung COPV kita perlu mengidentifikasi masalah terlebih dahulu, setelah itu melakukan

Lebih terperinci

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah: PEGAS Ketika fleksibilitas atau defleksi diperlukan dalam suatu system mekanik, beberapa bentuk pegas dapat digunakan. Dalam keadaan lain, kadang-kadang deformasi elastis dalam suatu bodi mesin merugikan.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN PENGERUSAK DAN MICROSTRUKTUR DISUSUN OLEH : IMAM FITRIADI NPM : 13.813.0023 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH Disusun sebagai salah satu syarat untuk lulus kuliah MS 4011 Metode Elemen Hingga Oleh Wisnu Ikbar Wiranto 13111074 Ridho

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN PADA TABUNG KOMPOSIT SERAT KARBON UNTUK MOTOR ROKET BERDIAMETER 200 MM DENGAN METODE SINGLE LAYER LAMINATED ELEMENT

ANALISIS TEGANGAN PADA TABUNG KOMPOSIT SERAT KARBON UNTUK MOTOR ROKET BERDIAMETER 200 MM DENGAN METODE SINGLE LAYER LAMINATED ELEMENT Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 8 No. 2 Desember 2010:144-151 ANALISIS TEGANGAN PADA TABUNG KOMPOSIT SERAT KARBON UNTUK MOTOR ROKET BERDIAMETER 200 MM DENGAN METODE SINGLE LAYER LAMINATED ELEMENT Ronald

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Konstruksi dari beton banyak memiliki keuntungan yakni beton termasuk tahan aus dan tahan terhadap kebakaran, beton sangat kokoh dan kuat terhadap beban gempa bumi, getaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan material di dunia industri khususnya manufaktur semakin lama semakin meningkat. Material yang memiliki karakteristik tertentu seperti kekuatan, keuletan,

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik Oleh : Moch. Wahyu Kurniawan 219172 Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas

Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas Andi Saidah, Helmi Wijanarko Program Studi Teknik Mesin,Fakultas Teknik, Universitas 17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material logam mendominasi dalam bidang industri (Basuki, 2008). Namun,

BAB I PENDAHULUAN. material logam mendominasi dalam bidang industri (Basuki, 2008). Namun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini cukup maju, baik dalam bidang logam maupun non logam. Selama ini pemanfaatan material logam mendominasi

Lebih terperinci

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN GY GESER, MOMEN LENTUR, DN TEGNGN bstrak: Mekanika bahan merupakan ilmu yang mempelajari aturan fisika tentang perilaku-perilaku suatu bahan apabila dibebani, terutama yang berkaitan dengan masalah gaya-gaya

Lebih terperinci

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 8, No.2, Mei 2017 1 Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Heri Yudiono 1, Rusiyanto 2, dan Kiswadi 3 1,2 Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline Sidang Tugas Akhir Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline HARIONO NRP. 4309 100 103 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Handayanu, M.Sc 2. Yoyok Setyo H.,ST.MT.PhD

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Mekanik 4.1.1. Kekuatan Logam Sampel logam yang diambil dari potongan pipa standar API 5L Grade B yang telah diuji dan dilakukan perbandingan data dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

DEFORMASI BALOK SEDERHANA

DEFORMASI BALOK SEDERHANA TKS 4008 Analisis Struktur I TM. IX : DEFORMASI BALOK SEDERHANA Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pendahuluan Pada prinsipnya tegangan pada balok

Lebih terperinci

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN AKTOR KEAMANAN Beban merupakan muatan yang diterima oleh suatu struktur/konstruksi/komponen yang harus diperhitungkan sedemikian

Lebih terperinci

I. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER

I. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER I. TEGNGN NORML DN TEGNGN GESER.. Tegangan Normal (Normal Stress) Gaya internal yang bekerja pada sebuah potongan dengan luasan yang sangat kecil akan bervariasi baik besarnya maupun arahnya. ada umumnya

Lebih terperinci

OPTIMASI DESAIN RANGKA SEPEDA BERBAHAN BAKU KOMPOSIT BERBASIS METODE ANOVA

OPTIMASI DESAIN RANGKA SEPEDA BERBAHAN BAKU KOMPOSIT BERBASIS METODE ANOVA OPTIMASI DESAIN RANGKA SEPEDA BERBAHAN BAKU KOMPOSIT BERBASIS METODE ANOVA Ahmad Yakub* Universitas Presiden, Fakultas Teknik, Cikarang* Abstrak Pada dasarnya kriteria frame yang baik adalah memilki kekuatan

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK ORIENTASI UNIDIRECTIONAL 0 DAN 90 PADA STRUKTUR KOMPOSIT SERAT MENDONG DENGAN MENGGUNAKAN EPOKSI BAKELITE EPR 174

ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK ORIENTASI UNIDIRECTIONAL 0 DAN 90 PADA STRUKTUR KOMPOSIT SERAT MENDONG DENGAN MENGGUNAKAN EPOKSI BAKELITE EPR 174 INFOMATEK Volume 19 Nomor 2 Desember 2017 ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK ORIENTASI UNIDIRECTIONAL 0 DAN 90 PADA STRUKTUR KOMPOSIT SERAT MENDONG DENGAN MENGGUNAKAN EPOKSI BAKELITE EPR 174 Lies Banowati

Lebih terperinci

PLASTISITAS. Pendahuluan. Dalam analisis maupun perancangan struktur (design) dapat digunakan metoda ELASTIS atau Metoda PLASTIS (in elastis)

PLASTISITAS. Pendahuluan. Dalam analisis maupun perancangan struktur (design) dapat digunakan metoda ELASTIS atau Metoda PLASTIS (in elastis) PLASTISITAS Pendahuluan. Dalam analisis maupun perancangan struktur (design) dapat digunakan metoda ELASTIS atau etoda PLASTIS (in elastis) 1. Analisis Elastis Analisis struktur secara elastis memakai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komposit merupakan hasil penggabungan antara dua atau lebih material yang berbeda secara fisis dengan tujuan untuk menemukan material baru yang mempunyai sifat lebih

Lebih terperinci

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS 1.1.PENDAHULUAN Tujuan Pengujian Mekanis Untuk mengevaluasi sifat mekanis dasar untuk dipakai dalam disain Untuk memprediksi kerja material dibawah kondisi pembebanan Untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS IV-1 BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS Data hasil eksperimen yang di dapat akan dilakukan analisis terutama kemampuan daktilitas beton yang menggunakan 2 (dua) macam serat yaitu serat baja dan serat

Lebih terperinci

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331)

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331) SIFAT KEKUATAN KAYU MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331) 1 A. Sifat yang banyak dilakukan pengujian : 1. Kekuatan Lentur Statis (Static Bending Strength) Adalah kapasitas/kemampuan kayu dalam menerima beban

Lebih terperinci

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN BAB IV DATA HASIL PENELITIAN 4.1 PEMBUATAN SAMPEL 4.1.1 Perhitungan berat komposit secara teori pada setiap cetakan Pada Bagian ini akan diberikan perhitungan berat secara teori dari sampel komposit pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisa elastis dan plastis. Pada analisa elastis, diasumsikan bahwa ketika struktur

BAB I PENDAHULUAN. analisa elastis dan plastis. Pada analisa elastis, diasumsikan bahwa ketika struktur BAB I PENDAHUUAN 1.1. atar Belakang Masalah Dalam perencanaan struktur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisa elastis dan plastis. Pada analisa elastis, diasumsikan bahwa ketika struktur dibebani

Lebih terperinci

PENGARUH ARAH SERAT GELAS DAN BAHAN MATRIKS TERHADAP KEKUATAN KOMPOSIT AIRFOIL PROFILE FAN BLADES

PENGARUH ARAH SERAT GELAS DAN BAHAN MATRIKS TERHADAP KEKUATAN KOMPOSIT AIRFOIL PROFILE FAN BLADES C.9. Pengaruh arah serat gelas dan bahan matriks (Carli, dkk.) PENGARUH ARAH SERAT GELAS DAN BAHAN MATRIKS TERHADAP KEKUATAN KOMPOSIT AIRFOIL PROFILE FAN BLADES Carli *1), S. A. Widyanto 2), Ismoyo Haryanto

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Analisa Numerik Pengaruh Tekanan Hidrostatik pada Material Komposit dengan Ratio Perbandingan 60% Carbon Fibre 40% Epoxy yang Dipadukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV. (3) Lenght 208 μm (3) Lenght μm. (4) Lenght 196 μm (4) Lenght μm. Gambar 4.1. Foto optik pengukuran serat sisal

BAB IV. (3) Lenght 208 μm (3) Lenght μm. (4) Lenght 196 μm (4) Lenght μm. Gambar 4.1. Foto optik pengukuran serat sisal 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Serat Tunggal 4.1.1 Pengukuran diameter Serat Sisal Pengukuran diameter serat dilakukan untuk input data pada alat uji tarik untuk mengetahui tegangan tarik,

Lebih terperinci

Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS

Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS 5.1 Distribusi Tegangan Dari bab sebelumnya terlihat bahwa semua hasil perhitungan teoritik cocok dengan perhitungan dengan metode elemen hingga. Hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan komposit tidak hanya komposit sintetis saja tetapi juga mengarah ke komposit natural dikarenakan keistimewaan sifatnya yang dapat didaur ulang (renewable)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. otomotif saja, namun sekarang sudah merambah ke bidang-bidang lain seperti

I. PENDAHULUAN. otomotif saja, namun sekarang sudah merambah ke bidang-bidang lain seperti I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi penggunaan, maupun teknologinya. Penggunaannya tidak terbatas pada bidang otomotif saja, namun sekarang

Lebih terperinci

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi 1 Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Muhammad S. Sholikhin, Imam Rochani, dan Yoyok S. Hadiwidodo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan,

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi penggunaan, maupun teknologinya. Penggunaannya tidak terbatas pada bidang otomotif saja, namun sekarang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning 45 BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin CNC Mesin CNC adalah mesin perkakas otomatis yang dapat diprogram secara numerik melalui komputer yang kemudian disimpan pada media penyimpanan. Mesin CNC terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

Jurnal Teknika Atw 1

Jurnal Teknika Atw 1 PENGARUH BENTUK PENAMPANG BATANG STRUKTUR TERHADAP TEGANGAN DAN DEFLEKSI OLEH BEBAN BENDING Agung Supriyanto, Joko Yunianto P Program Studi Teknik Mesin,Akademi Teknologi Warga Surakarta ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SERAT KARBON ANTARA METODE MANUAL LAY- UP DAN VACUUM INFUSION DENGAN PENGGUNAAN FRAKSI BERAT SERAT 60%

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SERAT KARBON ANTARA METODE MANUAL LAY- UP DAN VACUUM INFUSION DENGAN PENGGUNAAN FRAKSI BERAT SERAT 60% PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SERAT KARBON ANTARA METODE MANUAL LAY- UP DAN VACUUM INFUSION DENGAN PENGGUNAAN FRAKSI BERAT SERAT 60% Gatot Eka Pramono 1, Setya Permana Sutisna 2 1,2 Program Studi Teknik Mesin,

Lebih terperinci

OLEH : NATAN HENRI SOPLANTILA NRP.

OLEH : NATAN HENRI SOPLANTILA NRP. SIDANG TUGAS AKHIR Analisa Pengaruh Tekanan Hidrostatik pada Material Komposit dengan Ratio Perbandingan 60 % Carbon Fibre 40% Epoxy yang Dipadukan dengan Metal Liner pada Bagian Hull AUV ITS 01b OLEH

Lebih terperinci

Pengukuran Compressive Strength Benda Padat

Pengukuran Compressive Strength Benda Padat Compressive Strength 1 Pengukuran Compressive Strength Benda Padat Mei Budi Utami (081211332009), Nur Aisyiah (081211331002), Firman Maulana Ikhsan (081211331003), Dewi Puji Lestari (081211331128), Muhimatul

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN TARIK BOLTED JOINT STRUKTUR KOMPOSIT C-GLASS/EPOXY BAKALITE EPR 174

ANALISIS KEKUATAN TARIK BOLTED JOINT STRUKTUR KOMPOSIT C-GLASS/EPOXY BAKALITE EPR 174 ANALISIS KEKUATAN TARIK BOLTED JOINT STRUKTUR KOMPOSIT C-GLASS/EPOXY BAKALITE EPR 174 Ariansyah Pandu Surya 1, Lies Banowati 2 dan Devi M. Gunara 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Penerbangan, Universitas Nurtanio

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Struktur kayu merupakan suatu struktur yang susunan elemennya adalah kayu. Dalam merancang struktur kolom kayu, hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan besarnya

Lebih terperinci

Sifat Sifat Material

Sifat Sifat Material Sifat Sifat Material Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat sifat itu akan mendasari dalam

Lebih terperinci

STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN SYMMETRIC INVOLUTE. Disusun oleh Mohamad Zainulloh Rizal

STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN SYMMETRIC INVOLUTE. Disusun oleh Mohamad Zainulloh Rizal STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN SYMMETRIC INVOLUTE Disusun oleh Mohamad Zainulloh Rizal 2110100112 STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS Nama : Nova Nurfauziawati NPM : 240210100003 Tanggal / jam : 21 Oktober 2010 / 13.00-15.00 WIB Asisten : Dicky Maulana JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Mesin atau peralatan serta komponenkomponenya pasti menerima beban operasional dan beban lingkungan dalam melakukan fungsinya.

Mesin atau peralatan serta komponenkomponenya pasti menerima beban operasional dan beban lingkungan dalam melakukan fungsinya. Beban yang terjadi pada Elemen Mesin Mesin atau peralatan serta komponenkomponenya pasti menerima beban operasional dan beban lingkungan dalam melakukan fungsinya. Beban dapat dalam bentuk gaya, momen,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci

Hukum Hooke. Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan. Ir. Elisabeth Yuniarti, MT

Hukum Hooke. Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan. Ir. Elisabeth Yuniarti, MT Hukum Hooke Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan Ir. lisabeth Yuniarti, MT Hubungan Tegangan dan Regangan (Stress-Strain Relationship) Untuk merancang struktur yang dapat berfungsi dengan baik, maka kita memerlukan

Lebih terperinci

PENENTUAN PERBANDINGAN DIAMETER NOZZLE TERHADAP DIAMETER SHELL MAKSIMUM PADA AIR RECEIVER TANK HORISONTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

PENENTUAN PERBANDINGAN DIAMETER NOZZLE TERHADAP DIAMETER SHELL MAKSIMUM PADA AIR RECEIVER TANK HORISONTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA PENENTUAN PERBANDINGAN DIAMETER NOZZLE TERHADAP DIAMETER SHELL MAKSIMUM PADA AIR RECEIVER TANK HORISONTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Willyanto Anggono 1), Hariyanto Gunawan 2), Ian Hardianto

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PERTANIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PERTANIAN SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PERTANIAN SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Tahapan proses penelitian

Gambar 3.1. Tahapan proses penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan yang di uraikan sebagai berikut. 3.1. Diagram Alir Penelitian Studi Literatur Pembuatan Sampel Persiapan

Lebih terperinci

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2 47 IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Tabel 6. Data input simulasi Kecepatan putar Gerak makan 433 rpm 635 rpm 970 rpm 0.10 mm/rev 0.18 mm/rev 0.24 mm/rev Shear friction factor 0.2 Coeficient Convection

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas

Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas JURNAL TEKNIK POMITS Vol. Vol., No. 1, (01) ISSN: 7-59 (01-971 Print) G-67 Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas Aulia

Lebih terperinci

MODUL KULIAH. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan MEKANIKA TEKNIK III. Slamet Widodo, S.T., M.T.

MODUL KULIAH. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan MEKANIKA TEKNIK III. Slamet Widodo, S.T., M.T. MODUL KULIAH Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan MEKANIKA TEKNIK III Slamet Widodo, S.T., M.T. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNIK 2006 Pengantar Modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang pada saat ini banyak digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik diperlukan pengetahuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri komposit di Indonesia dengan mencari bahan komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan komposit di Indonesia yang

Lebih terperinci

Ir. H. Achmad Bakri Muhiddin, MSc, Ph.D Dr. Eng. A. Arwin Amiruddin, ST, MT Pembimbing 1 Pembimbing 2. Abstrak

Ir. H. Achmad Bakri Muhiddin, MSc, Ph.D Dr. Eng. A. Arwin Amiruddin, ST, MT Pembimbing 1 Pembimbing 2. Abstrak STUDI PENGARUH KEMIRINGAN BALOK LENTUR TERHADAP GAYA GESER : STUDI KASUS STADION MALILI Imam Ma arief Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jln. Printis Kemerdekaan Km.

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL KODE / SKS : IT042333 / 2 SKS Program Studi Teknik Mesin S1 Pertemuan 1 Tegangan Pokok Bahasan dan TIU Mahasiswa mengetahui jenisjenis

Lebih terperinci

ANALISIS DEFLEKSI BATANG LENTURMENGGUNAKAN TUMPUAN JEPIT DAN ROLPADA MATERIAL ALUMINIUM 6063 PROFIL U DENGAN BEBAN TERDISTRIBUSI

ANALISIS DEFLEKSI BATANG LENTURMENGGUNAKAN TUMPUAN JEPIT DAN ROLPADA MATERIAL ALUMINIUM 6063 PROFIL U DENGAN BEBAN TERDISTRIBUSI ANALISIS DEFLEKSI BATANG LENTURMENGGUNAKAN TUMPUAN JEPIT DAN ROLPADA MATERIAL ALUMINIUM 6063 PROFIL U DENGAN BEBAN TERDISTRIBUSI Basori, Syafrizal, Suharwanto Teknik Mesin, FakultasTeknik dan Sains, UniversitasNasional

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Lentur Balok Mac. Gregor (1997) mengatakan tegangan lentur pada balok diakibatkan oleh regangan yang timbul karena adanya beban luar. Apabila beban bertambah maka pada

Lebih terperinci

DISPLACEMENT PADA BATANG PRISMATIS DENGAN LUAS PENAMPANG BERVARIASI. Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session

DISPLACEMENT PADA BATANG PRISMATIS DENGAN LUAS PENAMPANG BERVARIASI. Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session DISPLACEMENT PADA BATANG PRISMATIS DENGAN LUAS PENAMPANG BERVARIASI Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session hadisaputra@live.com Page 1 Contoh Soal : Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session

Lebih terperinci

1.2. Tujuan Penelitian 2

1.2. Tujuan Penelitian 2 DAFTA R 1SI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii HALAMAN MOTTO iii HALAMAN PERSEMBAHAN iv KATA PENGANTAR v DAFTARISI vii DAFTARNOTASI x DAFTARGAMBAR xn DAFTARTABEL xiv DAFTAR LAMPIRAN xv ABSTRAKSI xvi

Lebih terperinci

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK.1 Teori Perambatan Gelombang Seismik Metode seismik adalah sebuah metode yang memanfaatkan perambatan gelombang elastik dengan bumi sebagai medium rambatnya. Perambatan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila II. KAJIAN PUSTAKA A. Balok dan Gaya Balok (beam) adalah suatu batang struktural yang didesain untuk menahan gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila beban yang dialami pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis studi kasus pada pipa penyalur yang dipendam di bawah tanah (onshore pipeline) yang telah mengalami upheaval buckling. Dari analisis ini nantinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil uji tarik serat tunggal.

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil uji tarik serat tunggal. BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Serat Tunggal Hasil pengujian serat tunggal kenaf menurut ASTM D 3379 dirangkum pada Tabel 10. Tabel ini menunjukan bahwa, nilai kuat tarik, regangan

Lebih terperinci

Kuliah ke-2. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

Kuliah ke-2. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax: Kuliah ke-2.. Regangan Normal Suatu batang akan mengalami perubahan panjang jika dibebani secara aksial, yaitu menjadi panjang jika mengalami tarik dan menjadi pendek jika mengalami tekan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TEGANGAN (STRESS) r (1)

PENDAHULUAN TEGANGAN (STRESS) r (1) HND OUT FISIK DSR I/LSTISITS LSTISITS M. Ishaq PNDHULUN Dunia keteknikan khususnya Material ngineering, Studi geofisika, Civil ngineering dll adalah beberapa cabang keilmuan yang amat membutuhkan pemahaman

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR CURING DAN POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TEKAN KOMPOSIT EPOXY - HOLLOW GLASS MICROSPHERES IM30K

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR CURING DAN POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TEKAN KOMPOSIT EPOXY - HOLLOW GLASS MICROSPHERES IM30K PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR CURING DAN POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TEKAN KOMPOSIT EPOXY - HOLLOW GLASS MICROSPHERES IM30K Widyansyah Ritonga 2109100027 Dosen Pembimbing: Wahyu Wijanarko.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG 9 Vol. Thn. XV April 8 ISSN: 854-847 STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG Ruddy Kurniawan, Pebrianti Laboratorium Material dan Struktur Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC)

PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC) PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC) Oleh Instansi e-mail : Ir. Muhammad Khotibul Umam Hs, MT : Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY : umamhasan@lycos.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal BAB 1 PENDAHULUAN Perencanaan Merencana, berarti merumuskan suatu rancangan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Pada mulanya, suatu kebutuhan tertentu mungkin dengan mudah dapat diutarakan secara jelas,

Lebih terperinci

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur. KARAKTERISTIK EFEK PERUBAHAN TEMPERATUR PADA KOMPOSIT SERAT BATANG PISANG DENGAN PERLAKUAN NaOH BERMETRIK EPOXY Ngafwan 1, Muh. Al-Fatih Hendrawan 2, Kusdiyanto 3, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis, SIFAT MEKANIK BAHAN Sifat (properties) dari bahan merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi dan membedakan bahan-bahan. Semua sifat dapat diamati dan diukur. Setiap sifat bahan padat, khususnya logam,berkaitan

Lebih terperinci

STRESS ANALYSIS PISTON SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK INVENTOR 2015

STRESS ANALYSIS PISTON SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK INVENTOR 2015 TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo STRESS ANALYSIS PISTON SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI

UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI LAPORAN UJI BAHAN UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI Oleh : TEAM LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 1 A. Pendahuluan Dewasa ini perkembangan material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG Sejak permulaan sejarah, manusia telah berusaha memilih bahan yang tepat untuk membangun tempat tinggalnya dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Data Awal Analisa Tegangan Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini, baik perhitungan analisa tegangan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik DANNY PUTRA PRATAMA NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik DANNY PUTRA PRATAMA NIM STUDI EKSPERIMENTAL DAN SIMULASI ANSYS 12 PEMBUATAN ASPAL POLIMER DENGAN PERBANDINGAN CAMPURAN POLISTIRENA PADA ASPAL 0:50, 5:45, 15:35, 25:25 DENGAN AGREGAT 300 gr PASIR SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan

Lebih terperinci