FILSAFAT ETIKA IMMANUEL KANT Oleh : Elan Sumarna. Kata Kunci: Sofisme, Socrates, etika, moral, teologia.

dokumen-dokumen yang mirip
Filsafat Ilmu dan Logika

Sejarah Perkembangan Ilmu

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

Sejarah Perkembangan Ilmu

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan Makalah D. Metode Penulisan Makalah

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

idealisme: suatu aliran filsafat yang cara pandangnya sama dengan rasionalisme.

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I. PENGERTIAN FILSAFAT (Bahan Pertemuan Ke-2)

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME

FUNGSI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA.

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

IDEALISME (1) Idealis/Idealisme:

FILSAFAT ILMU DAN METODE FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 04Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

PRAGMATISME (1) Pragmatisme:

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN

Jenis Pengetahuan dan. Ukuran Kebenaran

MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

01FEB. Template Standar Business Ethics and Good Governance

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU

BAB IV FILSAFAT PRAGMATISME (Bahan Pertemuan Ke-5)

FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan)

PROPORSI PENILAIAN Tugas Mingguan 40% Diskusi Mingguan 20% Ujian Tengah Semester 20% Ujian Akhir Semester 20%

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 2 PERKEMBANGAN ILMU NEGARA DARI MASA KE MASA

BAB VIII SEJARAH FILSAFAT CINA

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA

BAB V A. KESIMPULAN. Praktik kloning selama ini selalu dikhawatirkan akan memberikan efek yang

FILSAFAT BARAT MODERN

DISUSUN OLEH: DEFI DESIANA ( ) MOHAMAD RISTYO NUGROHO ( ) NOVI TRISNA ANGGRAYNI ( ) YOSSY MAHALA CHRISNA S

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

PENGETAHUAN FILOSOFIS

KATA PENGANTAR. Penyusun

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

Pengetahuan dan Kebenaran

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

PANCASILA sebagai SISTEM ETIKA. Modul ke: 09TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur

BAB 2 DATA DAN ANALISA

RETORIKA. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

DASAR-DASAR FILSAFAT. Sutrisna Wibawa (UNY)

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA FAKULTI PENGAJIAN ISLAM

BAB XII. Aktualisasi Pancasila dalam Lingkungan Perguruan Tinggi

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO

Filsafat Ilmu dan Logika

KEPERCAYAAN VERSUS PENGETAHUAN

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

ETIKA BISNIS DAN PROFESI PPAK

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

7/17/2011. Diskripsi Mata Kuliah. Program Studi : Pendidikan Biologi Mata Kuliah :Filsafat Ilmu Kode Mata Kuliah : SKS

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DAN FILSAFAT. Alfrida Rezza Nafish ( ) ABSTRAK

BY. IRMA NURIANTI,SKM. MKes PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

Peran Mahasiswa Dalam Pembangunan

Dengan membaca buku ini kita akan banyak dibantu mengambil keputusan-keputusan etis yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab.

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran

John Locke, David Hume, Immanuel Kant (Sari Pengantar Filsafat Barat Harun Hadiwiyono)

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

TEORI BELAJAR KLASIK Oleh : Habibi FKIP Universitas Wiraraja Sumenep

PENDIDIKAN PANCASILA

MEMAHAMI KONSEP KEINDAHAN

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB IV ANALISIS TEORI KONVERGENSI DAN RELEVENSINYA DENGAN HADIST NABI MUHAMMAD SAW TENTANG FITRAH MANUSIA

Kebenaran dan Cara Memperoleh Kebenaran

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

Transkripsi:

FILSAFAT ETIKA IMMANUEL KANT Oleh : Elan Sumarna Abstrak Pembicaraan masalah etika merupakan pembicaraan yang tak kunjung selesai untuk diperbincangkan. Dalam kaitanya dengan tulisan ini, Hal tersebut dapat dilihat dari pertarungan yang terus bergulir antara kaum Sofisme melawan Socrates di zaman Yunani kuno, dan dilanjutkan dengan pertentangan antara Sofisme modern versus Immanuel Kant. Adapun persoalan yang dipertentangkan adalah"masalah relatifnya segala apa yang ada" sebagai buah dari rasionalisme dimana segala apa yang wujud, dalam pandangan mereka, ternyata tak ada kepastian dan tak bisa dipegang. Faham ini pada gilirannya mampu menyerang sain dan mengguncang rumusan-rumusan kepastian. Di pihak lain, masalah iman/hati yang kemudian melahirkan konsep etika memiliki fenomena tersendiri dengan paradigmanya yang terpisah. Kant, dalam kaitan dengan itu, mampu menghentikan gerak laju relativisme dan memproforsikan sain dan agama pada tempatnya. Menurutnya, ukuran kebenaran sain dan agama tidak boleh diukur dengan filsafat, melainkan agama harus diukur dengan agama dan sain dengan sain. Khusus dalam masalah etika, Kant melihat bahwa intelegensia seseorang akan terlahir dari nilai kesucian hati sebagi dasar dari kebaikan moralitasnya. Kata Kunci: Sofisme, Socrates, etika, moral, teologia. A. Pendahuluan Berbicara masalah etika merupakan pembicaraan yang tergolong mahal harganya. Karena itu, sebelum membahasnya secara detil, alangkah lebih baik jika ditengok terlebih dahulu bagaimana sejarah timbul tenggelamnya etika dalam perjalanan kehidupan manusia. Etika merupakan symbol dari kedamaian psikis manusia, yang daripadanya nilai-nilai sastera, musik dan lain-lain tercurahkan dalam wahana ini. Namun di sisi lain, manusia dituntut untuk memproyeksikan alam dengan akal beserta lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu,sebagaimana kita simak dalam sejarah, selalu terjadi pertarungan besar antara tiga komponen, yakni antara akal, indera dan hati. Ketiga komponen itu terus bersaing, kadang akal menang dan hati kalah atau sebaliknya hati menang akal kalah. Sejarah pertarungan antara akal, indera, dan hati sebenarnya sudah lama terjadi. Sebenarnya pertarungan ini sudah dimulai pada zaman Socrates, ketika itu ia dihadapkan pada kaum Sofisme dengan ajaran-ajaran yang mencanangkan kuasa akal yang berlebih-lebihan.pandangan mereka pada akhirnya merelatifkan segalanya, dengan kata lain segala apa yang ada sebenarnya tiada. Faham

Sofisme merupakan puncak rasionalisasi filsafat pada zaman Yunani Kuno yang sebelum Socrates, faham ini terus bergulir merelatifkan segalanya. Sebelum pertarungan ini terus bergulir dari satu generasi pada generasi berikutnya, dimulai dari kaum Sofisme versus Socrates, kemudian antara Credo Ut Intelilgan-nya abad pertengahangan versus Descartes, dan terakhir antara Sofisme modern di satu pihak dan Kant di pihak lain. Pada zaman Yunani kuno, secara dipukul rata akal menang, kemudian dihadang oleh Socrates sehingga akal dan hati sama-sama menang seimbang. Pihak hati (iman), kemudian dihentikan oleh Descartes. Setelah ini, ada lagi yang membatasi keliaran akal yaitu Kant. Hasilnya : Kant memenangkan kedua-duanya(tafsir, 1999:40) Pada zaman Socrates, faham Sofisme mampu merelatifkan segalanya, bahwa segala sesuatu sebenarnya tiada.akibat dari semua itu, pengetahuan yang bersifat sainpun menjadi relatif.hal seperti ini melebar pula pada masalahmasalah yang berkenaan dengan agama. Ingatlah ketika anak panahnya Zeno" yang dikatakan diam saat bergerak (Tafsir, 1999: 93). Dari sini nampak jelas bahwa, pengetahuan menjadi sesuatu yang relatif tak bisa dipegang. Namun akhirnya laju rasionalisasi ini, dapat dihentikan oleh Socrates. Ia berhasil menyelesaikan masalah-masalah ini dengan mengajukan argumen bahwa sebenarnya pada sain-sain itu ada kebenaran yang tak relatif yaitu pengertian umum atau definisi disamping ia pun mengakui pula ada yang relatif pada sain itu, yakni cirri-ciri aksidensi pada definisi tersebut (Tafsir,1999 : 216). Perelatifan sain dan agama pada saat itu, merupakan fenomena yang dihadapi Socrates. Namun pada gilirannya, secara umum ia berhasil menghentikan faham relatifisme ini (Sofisme). Secara substansi persoalan, Kant dinilai sama dihadapkan pada pertentangan ini. Tentu saja yang dihadapi Kant jauh lebih rumit dibanding Socrates.Di antaranya ada dua kelompok yang dihadapi kant ; Pertama : Mereka meniadakan kemerdekaan idea (jiwa) yang ada hanyalah benda-benda yang ada di sekitarnya. Kedua : Mereka mengakui adanya kemerdekaan idea, sedangkan benda-benda lain dianggap tiada. Inilah pertarunganh nilai yang dihadapi Kant itu. (Tafsir,1999:216). Dalam hal ini, sebagaimana Socrates, Kant memiliki tugas yang sama, yakni menghentikan terus bergulirnya relativisme dan skeptisisme terhadap sain dan agama. Menurut Kant, sain dan agama tidak boleh diukur dengan filsafat, sain harus diukur dengan sain dan agama harus diukur dengan agama.namun sepanjang ukuran kebenaran sain adan agama itu diserahkan kepada filsafat, maka sepanjang itu pula ukurannya menjadi nisbi. Segalanya dipandang sebagai hal yang relatif tak menentu dan tak ada kepastian. Dengan demikian, segalanya menjadi kacau, tak ada ikatan-ikatan sosial yang bisa dipegang, karena semuanya dipandang sebagai hal yang relatif. Oleh karenanya bagi Kant, kebenaran sain harus diukur oleh sain pula, dan agama oleh agama pula. Dari uraian di atas, baik Socrates atau Kant, berjuang mati-matian untuk menghentikan relatifisme ini. Bagi mereka penggunaan logika yang tanpa batas dapat merusak segalanya.

Ahmad Tafsir, dalam bukunya Filsafat Umum : Akal dan Hati Semenjak Thales Sampai dengan James, menyimpulkan bahwa, sejarah mengajarkan pada kita bahwa sekurang-kurang ada dua hal yang akan terjadi saat logika itu menjadi rujukan segalanya: 1. Logika dapat bentrok dengan logika lagi 2. Logika bebas tanpa batas dapat menimbulkan kehidupan yangt tak memiliki pegangan yang pasti dan jelas dapat menimbulkan kekauan dalam hidup (Tafsir,1999:216) Terhadap kenyataan ini, Kant mengkritiknya lewat beberapa karyanya. Dalam salah satu bukunya (The Critique Of Pure Reason) ia menyusun argumen untuk menyelamatkan sain, suatu usaha yang pernah dilakukan pendahulunya, yakni Socrates. Ia berpendapat bahwa, kebenaran sain dapat dipegang apabila dasardasarnya sama yaitu a priori. Memang benar a priori itu berada dalam daerah filsafat, dalam arti bahwa sain itu relatif juga kebenarannya. Untuk menyanggah persoalan ini, Kant berpendapat bahwa kebenaran sain dapat dipegang jika diukur dengan sain pula (Tafsir, 1999: 21) Dari uraian di atas, jelaslah bahwa situasi dan kondisi yang dihadapi Kant boleh dikatakan sama dengan Socrates, bahwa keduanya dihadapkan pada rasionalisasi yang merelatifkan segala kenyataan yang ada. B. Selayang Pandang Tentang Immanuel Kant dan Karya-Karyanya Kant dilahirkan di Konigsberg,Prusia tahun 1724. Ia sangat hobi untuk memberikan kuliah Geografi dan Etnologi. Ia terlahir dari keluarga yang taat dalam beragama. Ia sendiri seorang yang tekun dalam menjalankan agamanya, bahkan ia sangat berkeinginan untuk mengetahui hal-hal yang mendasar dalam agamanya. Dalam perkembangan berikutnya,ia dapat menghindar dari gelombang skeptisme yang melanda masyarakat saat itu. Bahkan ia sendiri banyak dipengaruhi oleh para pemikir yang kelak akan ditolaknya. Pada tahun 1755, Kant mulai karirnya sebagai dosen swasta di universitas Konigsberg. Kemudian ia meninggalkan kedudukannya itu selama 15 tahun. Pada tahun 1770 ia diangkat sebagai guru besar pada bidang logika dan metafisika. Dalam bidang belajar mengajar ia lebih menyayangi muridnya yang sedang-sedang saja. Baginya murid yang bodoh dan pandai tak perlu dibantu. Sebelum ia tertarik pada metafisika, ia lebih dahulu menyenangi pengetahuan lain yang bukan metafisika, seperti tentang planet, bumi, etnologi dan lain-lain. Bukunya tentang antropologi memperkirakan asal-usul manusia, yang ia perkirakan dari hewan (Tafsir, 1999 : 152). Keseharian Kant, diwarnai dengan jadwal-jadwalnya yang tersusun secara rapih. Kegiatannya seperti bangun, minum kopi, menulis, memberi kuliah, makan, jalan-jalan, masing-masing memiliki alokasi waktu sendiri. Kalau ia muncul dari pintu rumahnya, ia kemudian berjalan-jalan di atas jalan kecil dibawah pohon yang rindang yang sering disebut tempat jalan-jalan sang filosof. Adapun karya-karya yang ia selesaikan selama lima belas tahun, diantaranya : 1. The critique of Pure reason (Pembahasaan mengenai akal murni) 2. The critique of Practical reason ( Pembahasan tentang akal praktis)

3. The critique of Judgemente (Ensiklopedia britanica, hal 2726) Bukunya yang pertama (The Critique of Pure Reason) dimaksudkan untuk membela sain dari gangguan akal. Ini adalah misinya yang pertama, sedangkan yang kedua membela agama dari gangguan akal. Kritik yang dimaksud oleh Kant tidak sama dengan maksud kritik (Critism) pada umumnya. Tetapi kritik yang dimaksud adalah pembahasan kritis, dimana ia sangat menentang terhadap penggunaan akal murni. Yang dimaksud akal murni ialah akal yang bekerja secara logis. Menurut Kant, akal murni dapat diperoleh dari struktur jiwa yang inheren, dimana pengetahuan itu masuk melalui watak dan struktur jiwa yang ada pada kita. Apa watak dan struktur jiwa itu? Inilah salah satu persoalan yang penting yang dibahas dalam buku ini ( Tafsir, 1999 : 153). Seperti telah disampaikan di muka, Kant dihadapkan pada faham empirisme yang menafikan hal-hal yang berbau kejiwaan (karena menganggap kebenaran itu berada dalam realita bukan dalam konsep), dan faham yang meragukan realita dengan melihat bahwa kejiwaan merupakan kebenaran yang mutlak. Oleh karena itu, dalam pandangan faham ini, semua sain itu juga relatif tak memiliki kebenaran yang dapat dipegang. Tokoh dari golongan pertama (empirisme) adalah John Locke dengan teori tabula rasanya (blank tablet) yang menekankan pengalaman sebagai yang akan mengisi kekosongan pengetahuan. Oleh karenanya, bagi Locke teori ini merupakan epistemologi untuk mencapai kebenaran. (Tafsir, 1999 : 136) Salah satu tokoh yang membidangi faham kedua (Idealisme) adalah Hegel. Dalam faham ini, epistemology yang digunakan adalah idea, yaitu faham yang mengajarkan materi bergantung pada spirit (jiwa) sehingga jika materi terlepas dari spirit tak bisa difahami sebagai kebenaran. Bagi Hegel, semua yang real bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat real. Ia mengatakan bahwa apa yang benar adalah perubahan ( Tafsir, 1999 : 135) Terhadap kedua pemikiran di atas, Kant memposisikan dirinya sebagai idealis empiris yang walaupun sebenarnya ia seorang idealis transcendental (Tafsir, 1999:128). Kemudian terhadap buku Critique-nya yang pertama ini, ia berhasil menyelamatkan sains dan agama. Baginya, sains pada mulanya absolut jika didasarkan pada a priori. Kemudian ia membatasi keabsolutan sains itu dengan mengatakan bahwa sains itu naïf, sains hanya mengetahui penampakan objek saja yang akhirnya menjadi antinomy, yaitu menjadi sesuatu yang dapat dipegang. Dengan demikian sains dapat diselamatkan. Adapun bagian yang kedua mengenai penyelamatan agama. Baginya sains dan akal tak bisa menembus noumena, yaitu suatu tempat yang memiliki objekobjek keyakinan. Adapun dalam buku kritiknya yang kedua, Kant lebih banyak berfilsafat. Ia menyatakan bahwa filsafat lebih canggih ketimbang sains, karena filsafat dapat sampai pada tingkat konsepsi sedangkan sains tidak. Sains hanya berkutat pada perkara-perkaraa yang nampak saja. (Tafsir, 1999 : 158). Oleh karenanya, bagi Kant, kedua-duanya menjadi relatif, yaitu ketika yang satu (realita) diukur oleh

yang kedua (filsafat) dan yang kedua (apalagi yang pertama) tak dapat mengukur pada yang ketiga. Menurut Kant, sains dan filsafat tidak dapat dijadikan ukuran bagi yang ketiga. Kemudian apa itu yang ketiga? Kant menjawab, yang ketiga adalah moral, ia adalah kata hati, suara hati, perasaan, suatu prinsip yang apriori, absolut. Demikianlah sekelumit riwayat hidup Kant beserta karyanya, dimana kesehariannya selalu dipadati dengan jadwal-jadwal dirinya. Ia lebih mendahulukan berpikir daripada berbuat. C. Filsafat Etika Kant Dalam ruang lingkup filsafat etika, Kant termasuk pada filsafat etika aliran deontologi, yaitu suatu aliran filsafat yang menilai setiap perbuatan orang dan memandang bahwa kewajiban moral dapat diketahui dengan intuitif dengan tidak memperhatikan konsep yang baik. Aliran lainnya adalah aliran teologi, yaitu suatu faham dimana perbuatan orang dinilai dari tujuan yang hendak dicapainya. (Ninggolan, 1997:68). Karena faham deontologi yang dianutnya, maka Kant memandang bahwa perbuatan moral itu dapat diketahui dengan kata hati, Bagi Kant, melakukan kewajiban merupakan norma perbuatan baik.ia mengambil contoh, perbudakan merupakan perbuatan buruk karena memakai manusia sebagai alat. Mempekerjakan pembantu rumah tangga dengan kasar merupakan perbuatan buruk pula, karena menjadikan manusia sebagai hewan (Ninggolan,1997 :68). Bagi Kant pula, hukum moral ini hanya berjalan sesuai dengan kata hati, dalam arti bahwa kata hati ini menjadi syarat kehidupan moral. Supaya moral ini baik, seseorang harus berbuat dengan rasa wajib ( Encyclopedia America, 1977 :251). Kant melihat bahwa, sebagaimana alam bisa berjalan dengan tertib, maka seperti itu pula dengan moral. Hukum moral harus berjalan secara tertib pula(encyclopedia America, 1977 :71). Dalam konsepnya tentang moral yang dikaitkan dengan hukum alam ini, pada gilirannya Kant dapat menemukan Tuhan, dalam arti bahwa, seseorang dapat memiliki rasa tentang idea fenomena ketuhanan, jika ia berusaha memikirkan hubungan Tuhan dengan dunia.hal ini dapat dianalogikan dengan hubungan yang erat antara seorang ayah dengan anak-anaknya (Encyclopedia America, 1977 :221). Sebenarnya dari konsep inilah, lahirlah pemikirannya tentang perbuatan baik yang harus muncul sebagai kewajiban untuk berbuat baik sebagaimana layaknya seorang anak kepada Bapaknya. Atau dalam kaitannnya dengan itu, Kant berpendapat bahwa hanya dengan menjaga keharmonisan hubungan alam (termasuk tingkah manusia) dengan Tuhan, maka dapat tercapai adanya kebahagiaan itu. Dalam kaiatannya dengan ilmu pengetahuan, Kant menekankan adanya kesucian hati sehingga dengan kesucian tadi, seseorang mampu memiliki intelegnesia yang baik(encyclopedia America, 1977 :221). Oleh karena itu, kebahagiaan hidup seseorang sehingga dapat mencapai pengetahuan yang baik, dan memiliki perilaku yang utama hanya didapat saat ia mampu menyatu dengan gejala alam yang secara kodrati telah diatur oleh Tuhan. Inilah makna dari

kesucian hati itu.dengan demikian, setiap orang, secara umum, sebenarnya mampu untuk membawa dirinya kedalam lingkungan alamnya sendiri sehingga dapat menjumpai pandangan-pandangan moralnya yang dengannya ia sendiri dapat bekerja. Keyakinan inilah sebenarnya yang menjadi kunci dari filsafat moral kant dan pandangan-pandangannya secara umum(encyclopedia America, 1977 :222). D. Kesimpulan Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan beberapa pemikiran etika dari Immanuel Kant, sbb.: 1. Pemikiran etika Kant, sebenarnya secara tidak langsung terlahir dari internalisasi nilai-nilai kepatuhan kepada agama melalui lingkungan keagamaan yang ditanamkan orangtuanya semenjak dini. 2. Kant, sebenarnya secara tidak langsung terlahir sebagai pelanjut perjuangan nenek moyangnya, yakni Socrates yang berusaha untuk menampilkan kembali Pandangan hati setelah terkalahkan oleh pemikiran-pemikiran lainnya.. 3. Di samping filsafatnya tentang etika, Kant berhasil menyelamatkan sain dan agama dari keterancamannya sehingga dapat membagi tiga katagori DAFTAR PUSTAKA Ahmad tafsir, Dr., (1999), filsafat Umum : Akal dan Hati semenjak Thales sampai James: Pt. Remaja Rosyda Karya, cet.ke-7 Encyclopedia Americana, 1977 Encyclopedia Britannica, 1970 Nainggolan,Z.S, Dr. (1997), Pandangan Cendekiawan Muslim tentang Moral Pancasila, Moral Barat dan Moral Islam, Kalam Mulia: Jakarta.