BAB III. DATA DAN ANALISA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP. Gambar 5.1 gambar konsep bentuk bangunan (Sumber : analisis 2013)

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

DESAIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Sejarah Walikota Jakarta Barat. penduduk dan sarana prasarana kota yang memadai.

DESAIN GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIPE B JAKARTA SELATAN GREEN HOSPITAL

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB IV : KONSEP. Adapun prinsip-prinsip pendekatan arsitektur hijau adalah sebagai berikut:

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB V. Konsep. bangunan. memaksimalkan potensi angin yang dapat mengembangkan energi

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB VI DATA DAN ANALISIS

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Arsitektur Ramah Lingkungan (Green Architecture) Pendekatan Green Architecture

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

Syarat Bangunan Gedung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB V KONSEP PERANCANGAN

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN KOTA

Pengembangan RS Harum

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB III. DATA DAN ANALISA 3.1. Data Non Fisik dan Fisik 3.1.1. Data Non Fisik Data Non-fisik, antara lain: a. Karakteristik kawasan b. Sosial-budaya masyarakat (adat/matapencaharian/tradisi,dsb) A. Karakteristik Kawasan Jakarta Selatan Bagian dari wilayah Jakarta Selatan ini pada masa awal kemerdekaan direncanakan sebagal Kota Satelit (Kebayoran Baru), konsep dengan alusi oriental yang ditandai dengan empat jalan utama yang menyebar dari satu pusat persis ke empat penjuru dan mengintegrasikan rumah-rumah besar dengan rumah-rumah kecil di dalam setiap blok: yang besar di luar, di tepi jalan besar, yang lebih kecil di dalam, mengelilingi taman lingkungan itu kini mulai penuh sesak. Selain itu, bagian wilayah ini juga menjadi penyangga air tanah Ibukota yang nasibnya kini mengenaskan karena banyaknya bangunan dan mulai menyurutnya ruanq-ruanq terbuka hijau. Selain itu, kawasan selatan inl juga mulai tumbuh sebagai pusat perbelanjaan, di samping perumahan yang banyak diminati warga kota. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 51

Secara administratif, wilayah ini terbagi menjadl 10 Kecamatan dan 65 Kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai 145,73 Km2. B. Sosial-budaya masyarakat Jakarta Selatan Jakarta Selatan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari wilayah Jakarta yang juga menjadi Ibukota negara Indonesia dituntut untuk terus menerus mengembangkan dirinya sesuai dengan dinamika pembangunan yang berkembang dan semakin maju. Jakarta Selatan dihadapkan pada berbagai persoalan ekonomi, sosial kependudukan, dan sarana prasarana kota yang memadai. Jakarta Selatan merupakan daerah pemukiman. Masih banyak ditemukan perkampungan alami yang teridiri dari mayoritas komunitas budaya asli Betawi. Dengan kondisi lingkungan yang hijau, teduh dan tenang, menjadikan wilayah ini sebagai pilihan golongan ekonomi atas dan warga asing untuk bermukim. Hal ini terlihat dari munculnya pemukiman golongan ini di berbagai bagian wilayah Jakarta Selatan, seperti Setiabudi, Pondok Indah, Permata Hijau, Kebayoran Baru, dan Kemang. Fenomena di atas telah mendorong tumbuh pesatnya sektor ekonomi. Berbagai pusat perbelanjaan berkembang dengan pesat, seperti International Trade Centre (ITC) Fatmawati, Gandaria City, Kawasan Kemang, Poins Square dan Carefour di kawasan Lebak Bulus, dan lainnya. Munculnya pusat perbelanjaan ini semakin melengkapi pusat perbelanjaan sebelumnya, yaitu kawasan Blok M menjadi icon belanja warga dan seluruh warga Jakarta, bahkan luar kota. Jakarta Selatan juga memiliki potensi pengembangan industri kecil bahkan sampai dengan pangsa ekspor. Di antaranya sentra konveksi pakaian di Mampang dan Kebayoran Lama. Potensi lainnya adalah sektor wisata alam. Jakarta Selatan memenuhi syarat sebagai pusat wisata lingkungan, flora, dan fauna, karena kaya akan situ dan danau, kolam pemancingan, pohon dan buah langka dan produktif (rambutan rapiah, nangka lande, krendang, pohon kapuk, kemuning, melinjo, pepaya, pisang, jambu, dukuh, tanaman anggrek). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 52

Potensi wisata ini semakin besar dengan kekayaan budaya tradisional Betawi. Ragam budaya asli ini sudah diinventarisir, diantaranya seni tradisional Qasidah, Marawis, Keroncong, Gambang Kromong, Lenong, Gambus, Pencak Silat, dan berbagai tarian Betawi. Festival-festival seni dan budaya juga semakin gencar dilakukan di Jakarta Selatan untuk melestarikan budaya Betawi dan memperkaya khasanah budaya Jakarta, seperti festival Kemang dan Festival Palang Pintu. Di samping sebagai pusat kegiatan ekonomi, Jakarta Selatan juga kondusif sebagai pusat pendidikan. Berbagai perguruan tinggi internasional berdiri di wilayah Jakarta Selatan, antara lain Jakarta International School (JIS), Sekolah Perancis, dan sekolah Kedutaan asing lainnya. Tidak ketinggalan juga pendidikan lokal bertaraf nasional dan internasional bermunculan di wilayah ini, antara lain Perguruan Al-Azhar, Al-Izhar, Al-Ikhlas, Universitas Moestopo, Universitas Pancasila, ISTN, dan Universitas Nasional. Perkembangan pembangunan Jakarta Selatan yang sangat pesat, di samping menimbulkan dampak positif bagi kehidupan masyarakat, juga menimbulkan dmapak negatif, seperti narkoba, kemacetan transportasi, dan sebagainya. Permasalahan ini terus menjadi perhatian dan pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan untuk terus memperbaiki diri seiring perkembangan zaman yang semakin modern dan maju. 3.1.2. Data Fisik a. Data Lahan a. Lokasi Tanah adalah di Jalan TB simatupang / Jalan Harsono RM No.1. 1) Kelurahan : Ragunan 2) Kecamatan : Pasar Minggu 3) Kota Administrasi : Jakarta Selatan 4) Provinsi : DKI Jakarta b. Luas Tanah : 25.087 m2 c. Daerah Perencanaan (DP) : 21.211 m2 d. Koefisien Dasar Bangunan dari DP : 20% Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 53

e. Koefisien Lantai Bangunan : 3 f. Lapis Bangunan Maksimum : 24 lantai g. Batas-batas Lahan 1) Utara : JL.TB.Simatupang 2) Selatan : BUPERTA Ragunan 3) Timur : UPT Balai Benih Induk 4) Barat : Kali h. Kondisi existing : terdapat bangunan-bangunan yangakan dibongkar i. Elevasi tapak existing : berkontur, semakin menurun ke arahbatas barat ( kali ). Gambar 3.1 Lokasi Lahan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 54

3.1.3. Peta Lokasi Rumah Sakit Jakarta Selatan Gambar 3.2 Peta Lokasi 3.1.3. Analisa Lingkugan dan Bangunan Sekitar Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 55

Mayoritas lingkungan sekitar masih terbuka, belum banyak bangunan tinggi, di sebelah timurhanya ada bangunan gedung milik departemen pertanian Lokasi berada di dekat jalan tol, tepatnya sebelah utara Terdapat taman dan berfungsi sebagai pusat pembenihan berbagai tanaman milik depertemen pertanian Dibagian barat terdapat sungai sebagai perbatasan lahan 3.1.4. Analisa Sirkulasi Kendaraan Sirkulasi kendaraan yang melalui site kondisi ramai karena berada di sisi jalan tol. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 56

3.1.5. Analisa Kebisingan Tingkat kebisingan cukup tinggi karena kendaraan yang melaju lewat jalan tol dipastikan 24 jam 3.1.6. Analisa Orientasi Matahari Matahari melintasi tapak seperti gambar diatas dengan tingkat radiasi terpanas berada disisi kanan dan kiri site. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 57

3.1.7. Analisa Kontur Kondisi site berkontur disebelah sisi barat, kontur tanah cukup dalam karena disisi akhir kontur terdapat sungai. 3.2. Analisa Non Fisik Green Hospital mengambil sebagian besar dari konsep Go Green yang merupakan sebuah konsep baru untuk Rumah Sakit di Dunia dalam menghadapi kemungkinan besar efek globalisasi atau global warming di masa depan. Konsep Green Hospital ini pun, belum sepenuhnya berjalan di Rumah Sakit di dunia. Hanya sebagian saja Rumah Sakit di Dunia yang mulai menyadari akan dampak besar dan positif mengenai konsep ini. Secara garis besar, di Indonesia pun masih belum banyak pihak Rumah Sakit yang melirik konsep baru Green Hospital ini. Fakta bahwa keberadaan rumah sakit yang terletak di tengah kota dengan diapit oleh pemukiman yang semakin padat setiap waktunya. Sedangkan daya dukung lingkungan menjadi terbatas dan ini kurang menjadi perhatian bagi sebagian rumah sakit. Padahal pengelolaan lingkungan rumah sakit yang baik dapat mengurangi dampak negatif dari rumah sakit itu sendiri seperti pencemaran lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan pasien di rumah sakit. Pengelolaan lingkungan yang kondusif dapat memberikan kepuasan baik bagi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 58

pasien, keluarga, ataupun tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut. Oleh karena itu, rumah sakit berwawasan lingkungan atau Green Hospital dapat dicanangkan dan diterapkan secara merata bagi setiap rumah sakit. Green Hospital merupakan rumah sakit yang berwawasan lingkungan dan dapat menjawab atas tuntutan kebutuhan pelayanan paripurna serta menjamin dari aspek kenyamanan dan keamanan lingkungan rumah sakit. Greeen Hospital bukan berarti seluruh isi rumah sakit berwarna hijau tapi lebih ditekankan pada rumah sakit yang ramah akan lingkungan. Beberapa pengalaman bahwa beberapa rumah sakit masih kurang memperhatikan hal yang satu ini. Kurangnya pepohonan ataupun tanaman hijau membuat kondisinya terlihat gersang dan sesak karena yang terlihat cuma ruangan rumah sakit yang saling menempel satu sama lain. Jika pun ada itu hanyalah sebuah taman yang terletak ditengah antara ruang pasien. Terkadang taman tersebut tampak tidak terurus yang dapat terlihat dengan rumput yang mulai meninggi menjalar dan dedauan yang berjatuhan dari rantingnya bahkan mirisnya dapat ditemukan beberapa sampah yang masih berserakan. Kurangnya kesadaran bagi penghuni rumah sakit dapat menjadi pemegang kendali keberhasilan dalam pelaksanaan rumah sakit berwawasan lingkungan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 59

Konsep Green Hospital 1. Lokasi Rumah Sakit Penetapan lokasi menjadi salah satu hal terpenting dalam mewujudkan rumah sakit berwawasan lingkungan. Keterbatasan lahan fisik menjadi kesulitan tersendiri dalam penatalaksanaannya. Namun, banyak hal untuk mensiasatinya seperti membentuk beberapa taman hijau di sudut ruangan ataupun ditengah ruangan sehingga membuat rumah sakit menjadi lebih hidup. Pembuatan taman diharapkan dapat membantu sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Seperti yang kita ketahui polusi udara akan semakin meningkat seiring waktu. Udara yang kita hirup terkadang bukanlah udara segar tetapi telah bercampur dengan karbondioksida dan debu yang bercampur menjadi satu sehingga berdampak buruk pada sirkulasi udara dalam tubuh. Akibatnya banyak masyarakat sering terkena penyakit seperti ISPA (infeksi saluran napas atas) yang ditandai dengan batuk hingga sesak napas. Pencapaian hasil yang terbaik adalah penetapan lokasi lahan yang luas bisa dijadikan suatu pertimbangan dalam meningkatkan mutu Green Hospital itu sendiri. Lokasi lahan yang luas dapat menjadi ruang terbuka hijau yang dapat menunjang kesembuhan pasien itu sendiri. Pilihan jenis tanaman juga bisa menjadi pertimbangan dalam menentukannya. Tanaman yang dipilih diharap bisa menyerap Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 60

dan menyaring udara kotor yang ada menjadi udara segar. Pemilihan tanaman obat yang sekaligus berfungsi sebagai tanaman hias dapat dijadikan alternatif. Diharapkan tanaman obat yang ada diapat dimanfaatkan sebagai obat alami bagi kesembuhan pasien. 2. Efisiensi penggunaan air Penggunaan air yang terlalu berlebihan dapat merugikan rumah sakit itu sendiri. Jadi, efisiensi penggunaan air dapat menjadi salah satu point yang perlu diperhatikan. Untuk mengurangi konsumsi air yang berlebihan, dapat diusahakan penghematan penggunaan air agar tidak terbuang percuma. Efisiensi Penggunaan Sumber daya air dapat berupa efisiensi penampungan, penyimpanan, penyaluran, dan efisiensi pemanfaatan air berupa penggunaan sumber daya air yang tepat guna dan dapat dilakukan secara optimal. Penggunaan air secara hemat dapat pula mencegah terjadinya pencemaran limbah rumah sakit terutama dengan memanfaatkan secara optimal grey water system. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 61

Grey water adalah sisa pembuangan air yang berasal dari cuci piring, mandi, ataupun bekas cucian. Segala bentuk pembuangan air seperti cuci piring, laundry, mandi yang dilakukan pihak rumah sakit termasuk dalam Grey water, dan ini bisa termasuk dalam kategori limbah. Oleh karena itu, untuk mengatasinya dibentuklah Grey water system. Grey water system adalah sebuah sistem yang memanfaatkan pembuangan air limbah tadi untuk dapat digunakan dan dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan lainnya. Prinsip kerjanya pun sederhana dan mudah untuk dilakukan. Jadi, Grey water system dapat menjadi alternatif dalam penghematan dan efisiensi air. Betapa banyak air yang dapat dihemat jika sistem ini bisa diterapkan pada masing-masing rumah sakit. 3. Efisiensi energi Rumah sakit yang ramah lingkungan tentu saja sangat memiliki garis lurus dengan yang namanya efisiensi energi karena konsep dari bangunan ramah lingkungan akan menimalkan penggunaan energi untuk mencegah semakin besarnya polusi dan efek buruk lainnya. Efisiensi energi dapat berupa penggunaan AC pada setiap ruang dan bagian di rumah sakit. Penggunaan AC yang berlebihan sebenarnya dapat menyebabkan efek yang buruk bagi tubuh seperti kulit kering karena AC dapat menarik kelembapan dari kulit. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa adanya infeksi virus yang terbawa oleh udara yang ada. Untuk mengantisipasinya dapat dengan penggunaan optimal dari ventilasi dan sirkulasi udara yang baik pula. Mungkin dapat diterapkan dengan penggunaan jendela yang terbuka sehingga udara yang ada diluar dapat masuk dengan baik. Hal itu juga diiringi dengan penanaman tanaman hijau disekeliling dan setiap sudut rumah sakit sehingga sirkulasi udara menjadi baik. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62

Jika sirkulasi udara yang ada malah jelek maka ini dapat menimbulkan penyakit akibat infeksi nasokomial yang berasal dari rumah sakit itu sendiri. Penggunaan lampu secara hemat dapat menjadi efisiensi energi listrik. Konsep bangunan rumah sakit dengan panel surya dapat menjadi suatu pilihan. Pemanfaatan cahaya matahari sebagai energi dapat mengoptimalkan penggunaan energi listrik. 4. Pengelolaan limbah Aktivitas rumah sakit tentunya akan menghasilkan hasil pembuangan seperti limbah baik padat, cair ataupun gas, yang mengandung kuman patogen, zat-zat kimia yang tentunya bersifat berbahaya dan racun. Masalah ini tentu menjadi masalah utama pada setiap rumah sakit. Segala hasil pembuangan limbah baik medis ataupun non medis sangat perlu diperhatikan untuk penanganannya. Jika dibiarkan maka akan menimbulkan pencemaran yang akan berdampak buruk bagi kesehatan pasien maupun tenaga kesehatan yang ada di sana. Pengelolaan limbah bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 63

Hal pertama yang harus diketahui adaalah jenis limbah. Setiap jenis limbah memiliki penanganan yang tentunya berbeda-beda pula. Setelah itu, dilakukan pemisahan sesuai kategori yang telah ditetapkan. Kemudian dilakukan penampungan, pengangkutan dan pembuangan. Penggunaan incinerator merupakan suatu hal lumrah yang dilakukan untuk penghancuran limbah padat dengan pembakaran pada suhu tinggi dan secara terpadu pada umumnya aman bagi lingkungan dan memenuhi persyaratan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Penggunaan incinerator dapat mengurangi volume sampah hingga 95%. 3.3. Analisa Fisik Berdasarkan data fisik yang telah dijabarkan diatas,didapat analisa yang akan dijadikan acuan dalam merancang gedung Rumah Sakit Jakarta Selatan ini yang antara lain : Bagian utara karena tingkat kebisingan cukup tinggi maka area tersebut lebih cocok difungsikan untuk area parkir dan front office Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 64

Bagian timur direncanakan untuk Ruang UGD Bagian barat direncanakan untuk area caffe dan area service 3.4. Konsep Zoning Gambar 3.9 Konsp Zoning Vertikal Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 65

Gambar 4.0 Konsep Zoning Horisontal Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 66