2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

Hak Cipta 2013 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Deni Diki Hardiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. ketegangan hidup sehari-hari, (2) olahraga pendidikan yang menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A Wahid Hasyim, 2014 Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adalah olahraga yang sangat penting keberadaannya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Defri Mulyana, 2013

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA KETERAMPILAN GULING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berasal dari kata curir (pelari) dan curene (tempat berpacu). Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. membawa nama bangsa ke dunia internasional menjadi baik. Mempertahankan

MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BALING-BALING MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN 2 CIBOGO WALED

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong. perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL (PERSONAL MODELS) TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DAN HASIL BELAJAR BERMAIN FUTSAL SISWA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah untuk atau tempat menimba ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kepribadian dan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan isi Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada. pendidik berupaya meningkatkan profesionalisme dan kualitas mengajarnya

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. moral, spiritual, dan lain-lain. Apabila manusia mengalami pendidikan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat.pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan jaman. Sehubungan dengan hal itu peningkatan kualitas. agar kualitas manusia yang diharapkan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gymnastics yang artinya: untuk menerangkan bermacam-macam gerak. yang dilakukan oleh atlet-atlet yang telanjang.

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

I. PENDAHULUAN. hidup bangsa dan negara. Pada Negara-negara yang masih berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

I. PENDAHULUAN. Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan. perkembangan gerak terutama dalam membangun pengalaman gerak anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu pelajaran yang identik dengan. kegiatan jasmani dimanadi dalam pelaksanaannya banyak menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Djamarah dan Zain (1996, hlm. 7) bahwa guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau

melakukan segala aktivitasnya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai bagian dari. Pendidikan Nasional, memiliki peranan sangat penting, yaitu

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosi. Pendidikan jasmani merupakan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total dari pada hanya mengagapnya sebagai yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya, Mahendra (2012, hlm. 3) Keterampilan sikap sehat jasmani dan rohani merupakan aspek yang mendasar dan tidak kalah penting, karena merupakan modal individu khususnya siswa untuk dapat melakukan kegiatan dalam berbagai persoalan belajar. siswa yang memiliki keterampilan sikap sehat jasmani dan rohani dapat mengarahkan diri ke berbagai keterampilan baru dan mampu mengembangkan kapasitasnya untuk terus hidup melalui kreativitas sepanjang masa dan mampu lebih optimis dalam belajar karena memiliki keadaan jasmani dan rohani yang sehat. Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswi dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran, sehingga kompetensi dasar tiap mata pelajaran mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi dasar kelompokpengetahuan, dan kompetensi dasar kelompok keterampilan. Semua mata pelajaran dirancang mengikuti rumusan tersebut. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) untuk Kelas VII SMP/MTs yang disajikan dalam buku ini juga tunduk pada ketentuan tersebut. PJOK bukan berisi materi pembelajaranyangdirancang hanya untuk mengasah kompetensi keterampilan peserta didik, atau mata pelajaran yang membaginya menjadi pengetahuan tentang kesehatan dan keterampilan berolahraga. PJOK adalah mata pelajaran yang membekali siswa dengan pengetahuan tentang gerak jasmani dalam berolahraga serta faktor kesehatan yang dapat memengaruhinya,

2 keterampilan dalam melakukan gerak jasmani dalam berolahraga dan menjaga kesehatannya, serta sikap perilaku yang dituntut dalam berolahraga dan menjaga kesehatan sebagai suatu kesatuan yang utuh. Sehingga terbentuk peserta didik yang sadar kebugaran jasmani, sadar olahraga, dan sadar kesehatan. Pembelajarannya dirancang berbasis aktivitas terkait dengan sejumlah jenis gerak jasmani/olahraga dan usaha-usaha menjaga kesehatan yang sesuai untuk peserta didik Kelas VII SMP/MTs. Aktivitas-aktivitas tersebut dirancang untuk membuat peserta didik terbiasa melakukan gerak jasmani dan berolahraga dengan senang hati karena merasa perlu melakukannya dan sadar akan pentingnya menjaga kesehatan jasmani baik melalui gerak jasmani dan olahraga maupun dengan memperhatikan faktor-faktor kesehatan yang memengaruhinya. Sebagai mata pelajaran yang mengandung unsur muatan lokal, tambahan materi yang digali dari kearifan lokal dan relevan dengan mata pelajaran ini sangat diharapkan untuk ditambahkan sebagai pengayaan dari buku ini. Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013, siswi diajak menjadi berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswi dengan ketersediaan kegiatan pada buku ini sangat penting. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatankegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam. Sebagai edisi pertama, buku ini sangat terbuka dan perlu terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terima kasih. Mudahmudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia. Nuh (2013, hlm. III) Salah satu penanaman keterampilan sikap sehat jasmani dan rohani di sekolah adalah melalui pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan

3 bagian integral dari sistem pendidikan nasional yang berproses pada memanfaatkan aktivitas fisik yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, emosional dan pembentukan watak. Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, kognitif, afektif, penalaran, penghayatan nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, sosial) dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Ruang lingkup pendidikan jasmani berupa permainan, olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas, dan kesehatan. Seiring perkembangan pendidikan jasmani, model-model dalam pembelajarannyapun semakin beragam. Joyce & Weil (dalam Juliantine, 2013, hlm. 8) berpendapat Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas. Penjelasannya Model-model pembelajaran dalam pendidikan jasmani menurut Joyce & Weil (dalam Juliantine, 2013, hlm. 14) terbagi dalam empat rumpun model yaitu: (1) model pemrosesan informasi; (2) model pribadi; (3) model interaksi sosial; dan (4) model perilaku. Beberapa jenis model pembelajaran pendidikan jasmani yaitu PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan), model pembelajaran langsung (direct instruction), model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran pendidikan olahraga (sport education models), model pendekatan taktis, model pembelajaran personal (personal models), dan model pembelajaran peer teaching. Keberagaman model pembelajaran jasmani menuntut para guru untuk memiliki pengetahuan serta pemahaman yang baik mengenai model-model pembelajaran. Keterkaitan antara model pembelajaran dan proses pembelajaran ada baiknya guru menggunakan suatu jenis dari satu teori dan model sehingga dapat sesuai dengan situasi, kondisi dan karakteristik siswi yang tentunya

4 memiliki keunikan masing-masing dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru pendidikan jasmani diharapkan mampu mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (kognitif, afektif, dan psikomotor). Pembelajaran pendidikan jasmani seharusnya disampaikan kepada siswa dalam bentuk pelatihan, pengulangan dan pembiasaan yang diharapkan siswa mampu menguasai keterampilan bermain yang utuh. Pada kenyataannya, guru pendidikan jasmani hanya seperti melatih suatu cabang olahraga yang hanya menekankan pada keterampilan dasar saja. Keterampilan dasar yang diberikan tidaklah cukup untuk menciptakan hasil belajar yang optimal karena siswa juga memerlukan keterampilan bergerak. Salah satunya adalah dalam pembelajaran olahraga senam lantai. Menurut Mahendra (2001, hlm. 1) menyatakan bahwa: Senam adalah Aktivitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan jasmani. Gerakannya merangsang perkembangan komponen kebugaran jasmani, seperti kekuatan otot dari seluruh tubuh. Pembelajaran keterampilan memang penting dalam jenis olahraga seperti senam lantai, namun keterampilan dasar saja tidak cukup untuk menciptakan suatu gerakan yang cantik dan menarik. Keterampilan lain yang tidak kalah penting adalah keterampilan dalam bergerak roll depan dan belakang yang dibarengi dengan kerjasama tim yang kuat dan yang mampu menghasilkan hasil keterampilan yang baik. Menurut Mahendra (2012, hlm 211) menyatakan bahwa:roll depan adalah gerak berguling yang halus dengan menggunakan tubuh bagian tubuh yang berbeda untuk kontak dengan lantai, dimulai kedua kaki, ke dua tangan, ke tengkuk, lalu ke bahu, ke punggung, pinggang dan pantat, sebelum ke kaki kembali. Menurut Mahendra (2012, hml 220) menyatakan bahwa :

5 Roll belakang adalah gerakan dengan urutan gerak yang merupakan kebalikan dari guling depan.dimulai dari kontak kedua kaki, ke pantat, ke pinggang, ke punggung, ke bahu (tidak ke kepala), ke tangan yang bertumpu, dan kembali ke kedua kaki. Selama bagian pertama gerakan ini, kedua tangan di simpan di atas bahu dengan kedua telapak tangan menghadap ke atas dan ibu jari dekat telinga. Untuk menopang pembelajaran senam yang harus di tuntut mempunyai keterampilan yang tinggi, harus juga di barengi dengan model yang baik. Keberagaman model-model pembelajaran menjadikan seorang guru pendidikan jasmani untuk mampu menguasai pengetahuan serta pemahaman berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasian model-model tersebut dalam pembelajaran, namun kenyataannya masih banyak yang kurang memahaminya sehingga guru terkadang menerapkan model pembelajaran yang konvensional (guru lebih dominan dalam pembelajaran). Padahal dengan penerapan model pembelajaran yang beragam sangat mendukung terbentuknya pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan siswa agar selalu aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan terlebih pada pembelajaran pendidikan jasmani sehingga tujuan pembelajaran jasmani tercapai dan berjalan dengan baik. Upaya dalam mengatasi berbagai permasalahan tersebut intinya bergantung dari guru pendidikan jasmani sendiri. Guru pendidikan jasmani harus paham dan cermat dalam menerapkan model pembelajaran. Berbagai model pembelajaran dapat digunakan oleh guru pendidikan jasmani sebagai cara dalam memunculkan dan meningkatkan hasil belajar siswi saat terlibat aktif dalam pembelajaran seperti senam. Berdasarkan informasi dan fenomena yang telah dipaparkan, guru sebagai penentu keberhasilan pembelajaran tentunya perlu mengaplikasikan model pembelajaran yang di anggap tepat dalam mengatasi berbagai permasalahan di atas. Diantara beragamnya model pembelajaran dalam pendidikan jasmani, satu model pembelajaran yang di aplikasikan dalam upaya meningkatkan hasil belajar serta keterampilan belajar. dalam senam lantai adalah model pembelajaran peerteaching. Model pembelajaran peerteaching (dalam Juliantine dkk, 2013, hlm.

6 190) menjelaskan:peerteaching adalah model belajar dengan menggunakan suatu pendekatan diaman seorang anak menjelaskan suatu materi kepada teman lainnya yang rata-rata usianya sebaya, dimana anak yang lainnya. Dalam peerteaching di kenal juga crossage teaching (pembelajran lintas usia)untuk yang di rasakan di sekolah SMP 5 ini siswinya merasa banyak yang takut untuk melakukan roll tersebut. Baik itu mau di bantuin olah guru penjas mereka, maupun teman sekelas mereka. Salah satu faktor yang menjadi penghambat jalannya pembelajaran. Di karenakan sisswa masih menyimpan rasa ragu terhadap teman, ataupun mereka punya pengalaman yang kurang mengenakn tentang senam. Salah satu hal yang diharapkan dari pengajaran dengan model pembelajaran pearteaching adalah Model pembelajaran dengan menggunakan suatu pendekatan dimana seorang anak menjelaskan suatu materi kepada teman lainnya yang rata-rata usia sebaya, dimana anak yang menjelaskan ini memiliki pengetahuan yang lebih di bandingkan teman lainnya. Dalam model peerteaching ini siswa di tuntun lebih mengkiatkan kalitas belajar, dan saling bekerjasama untuk mencapai pembelajara yang maksimal. Model pembelajaran inkuiri merupakan model yang menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa disamping juga pada guru. Pada dasarnya model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya, kemampuan dalam bergerak dan mendorong siswa untuk bertindak aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapinya. Sejalan dengan tujuan model pembelajaran inkuiri dalam pendidikan jasmani ialah untuk mengembangkan pemikiran siswa, memecahkan masalah dan memberi kebebasan pada siswa untuk bereksplorasi menurut Metzler (dalam Juliantine, 2013, hlm. 94). Pengaplikasian model ini sewaktu mengajar mampu membuat siswa terangsang oleh tugas, aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah yang dialami. Pembalajaran model inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya karena siswa dapat merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan

7 menganalisa data serta dapat menarik kesimpulan. Berdasarkan rasional di atas maka penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandung dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Peerteaching dan inkuiri terhadap hasil belajar Pada Pembelajaran Senam siswi di SMPN 5 Bandung. B. Identifikasi Masalah Penelitian Dari latar belakang masalah di atas terdapat beberapa permasalahan yang ditemui oleh peniliti saat di lapangan diantaranya yaitu : 1. Minimnya pengetahuan guru Penjas mengenai model pembelajaran 2. Jarang ditemukan guru penjas yang menggunakan model pembelajaran pearteaching 3. Jarang di temukan guru penjas yang menggunakan model pembelajaran inkuiri 4. Kurang aktifnya siswa, sehingga suasana belajar yang monoton 5. Hasil belajar yang kurang dalam pembelajaran Dari kelima permasalahan yang muncul di atas, selanjutnya penulis mengemukakan masalah yang teridentifikasi yaitu: Model Apakah yang digunakan guru Penjas saat proses pembelajaran Penjas berlangsung? Bagaimana pemahaman Guru Penjas tentang model-model pembelajaran Penjas? Bagaimana hasl belajar siswi saat pembelajaran Penjas? Model apakah yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswi dalam mengikuti pembelajaran Penjas? Model pembelajaran apa yang digunakan oleh mayoritas guru dalam pembelajaran Penjas? Model pembelajaran apa yang dapat memberikan pengaruh dalam hasil belajar siswi pada pembelajaran senam? Mengacu dari pertanyaan di atas, maka dalam hal ini peneliti ingin memberikan sebuah treatment atau perlakuan model pembelajaran yang akan diberikan pada siswa pada saat pembelajaran penjas berlangsung. Model

8 pembelajaran penjas yang akan diberikan dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran pearteaching dan inkuiri C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka peneliti mencoba menjabarkan kembali permasalahan yang timbul sehingga peneliti betul-betul merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut. Dengan ini peneliti merumuskan masalah penelitian ini ke dalam pertanyaan berikut : 1. Apakah model pembelajaran peerteaching berpengaruh pada hasil belajar senam siswi? 2. Apakah model pembelajaran inkuiri berpengaruh pada hasil belajar senam siswi? 3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran peerteaching dan model inkuiri terhadap senam siswi? D. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh model pembelajaran peerteaching dan inkuiri terhadap hasil belajar pada pembelajaran senam siswi di SMPN 5 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015. Adapun tujuan khusus adalah memperoleh gambaran empirik mengenai : 1. Terdapat pengaruh model peerteaching pada pembelajaran senam siswi 2. Terdapat pengaruh model inkuiri pada pembelajaran senam siswi 3. Terdapat perbedaan hasil belajar model peerteaching dan model inkuiri pada pembelajaran senam siswi E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

9 Secara teoretis, hasil penelitian membantu memperkaya dan mengembangkan hasil belajar siswa dan melengkapi berbagai model pembelajaran pendidikan jasmani dalam hasil belajar siswi pada pembelajaran senam 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi sekolah untuk mengembangkan model pembelajaran dan meningkatkan kualitas hidup siswa melalui pendidikan jasmani. b. Bagi Guru Hasil penelitian diharapkan menjadi pedoman praktis dan dapat dipergunakan oleh guru pendidikan jasmani di sekolah sebagai rujukan serta menjadi bahan informasi dan sumbangan bahan pemikiran maupun pelatihan mengenai pentingnya pemilihan model pembelajaran yang cocok dalam menunjang hasil belajar sisiwa pada senam c. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya baik mengenai kerjasama dan keterampilan belajar senam lantai siswa maupun mengenai metode pembelajaran peerteaching dan inkuiri serta memperluas berbagai alternatif model pemelajaran sebagai treatment/perlakuan lainnya. F. Batasan Penelitian Untuk menghindari timbulnya penafsiran-penafsiran yang luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, makapeneliti membatasi masalah yang berkenaan dengan pengaruh model pembelajaran Peerteaching dan inkuiri Pada Pembelajaran Senam Lantai sebagai berikut: Pelitian ini di lakukan di SMP Negeri 5 Bandung, Kota Bandung 1. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMP 5 Bandung, dan sampelnya adalah siswi kelas VII A bandung. Kota bandung. 2. Penelitian ini di fokuskan pada pengaruh model peerteaching dan inkuiri dalam hasil belajaran senam siswi.

10 3. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. 4. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model peerteaching dan model inkuiri Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar dalam pembelajaran senam. G. Struktur Organisasi Penelitian. BAB I. Latar Belakang Penelitian, dalam Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, batasan penelitian. BAB II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian, dalam Bab ini mengemukakan konsep atau teori yang relevan dengan judul penelitian serta diuraikan mengenai kerangka pemikiran penelitian dan hipotesis penelitian. BAB III. Metode Penelitian, dalam Bab ini mengemukakan mengemukakan mengenai metodologi penelitian yang dilakukan oleh penulis yang meliputi:, metode penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data. BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam Bab ini mengemukakan mengenai deskripsi dari hasil penelitian yang meliputi gambaran umum objek penelitian, gambaran variabel yang diamati, analisis data, dan pengujian hipotesis serta pembahasannya. BAB V. Kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi, dalam Bab ini mengemukakan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan mengemukakan implikasi dan rekomendasi yang berhubungan dengan objek penelitian untuk dijadikan referensi bagi pihak yang berkepentingan.