EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP

dokumen-dokumen yang mirip
UJI TOKSISITAS AKUT RADIOFARMAKA 99m Tc- CTMP PADA MENCIT (Mus musculus)

PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m

PENANDAAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKOTETRADESIL-1,4,8,11- TETRAMETILEN FOSFONAT (CTMP) DENGAN RENIUM-186

STUDI BANDING KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG

DETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller

PENANDAAN CTMP DENGAN TEKNESIUM-99m UNTUK RADIOFARMAKA PENYIDIK KANKER TULANG. Misyetti dan Isti Daruwati

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

PEMILIHAN SISTEM KROMATOGRAFI PADA PENENTUAN

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI

PERBANDINGAN POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP PADA HEWAN UJI SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG

EVALUASI BIOLOGIS RADIOFARMAKA 175 Yb-EDTMP UNTUK TERAPI PALIATIF PADA TULANG 1. Rizky Juwita Sugiharti, Iim Halimah, Azmairit Azis

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

PENENTUAN TEGANGAN OPERASIONAL PADA DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN PERBEDAAN JARI-JARI WINDOW DETEKTOR

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

MODUL 2 STATISTIKA RADIOAKTIVITAS

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI

EVALUASI BIOLOGIS SENYAWA KOMPLEKS RENIUM-186 FOSFONAT SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI PALIATIF KANKER TULANG

FISIKA ATOM & RADIASI

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi

PENANDAAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAMETILEN FOSFONAT (EDTMP) DENGAN RADIONUKLIDA 175 Yb

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

ANALISIS FISIKO KIMIA RADIOISOTOP PRASEODIMIUM-143 ( 143 Pr) UNTUK APLIKASI RADIOTERAPI

Produk. Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik. Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif

EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

PENANDAAN CTMP DENGAN TEKNESIUM-99m UNTUK RADIOFARMAKA PENYIDIK KANKER TULANG

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM DALAM PENANDAAN LIGAN EDTMP DENGAN RADIOISOTOP 170 Tm

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

PENGEMBANGAN DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN ISIAN GAS ALKOHOL, METANA DAN ARGON

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer)

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENGARUH KONSENTRASI URANIUM DALAM PROSES ELEKTRODEPOSISI HASIL EKSTRAKSI DENGAN TBPjOK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

PENGARUH TEKANAN GAS ISIAN ARGON ALKOHOL TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER-MÜLLER TIPE SIDE WINDOW CARI RISTIANI M

METODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones

SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI RADIOISOTOP TULIUM-170 ( 170 Tm) Azmairit Aziz, Muhamad Basit Febrian, Marlina

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA KIT KERING KANAMYCIN * Eva Maria Widyasari, Misyetti, Teguh Hafiz Ambar W dan Witri Nuraeni

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

ANALISIS KERUSAKAN X-RAY FLUORESENCE (XRF)

SISTEM PENCACAHAN RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI

METODE STANDARDISASI SUMBER 60 Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH

KARAKTERISTIK RADIOFARMAKA 99m Tc-GLUTATION. Nurlaila Z., Maula Eka Sriyani

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI SINAR BETA OLEH MEDAN MAGNET

Sistem Pencacah dan Spektroskopi

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SENYAWA BERTANDA 170 Tm-EDTMP

PENENTUAN AKTIVITAS TRITIUM DAN KARBON-14 DENGAN METODA PENGUKURAN DUAL LABEL ABSTRACT

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62

FORMULASI RADIOFARMAKA 99m Tc-GLUTATION UNTUK DIAGNOSIS KANKER

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RADIOFARMASI ( 2.0)

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Alat Proteksi Radiasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

S T R U K T U R I N T I

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

UJI TOKSISITAS RADIOFARMAKA

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMISAHAN RADIONUKLIDA 137 CS DENGAN METODA PENGENDAPAN CSCLO 4

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SENYAWA BERTANDA 175 Yb-EDTMP. Azmairit Aziz, Marlina, Muhammad Basit Febrian

KIMIA (2-1)

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SEDIAAN RADIOISOTOP 169 ErCl 3 HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN ERBIUM-168 DIPERKAYA 97,75% Azmairit Aziz

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

Transkripsi:

EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP Teguh Hafiz Ambar Wibawa, Misyetti dan Epy Isabela Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN, Jl. Tamansari No. 71 Bandung, 40132 Email: teguhhafiz@yahoo.com ABSTRAK EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP. Salah satu radiofarmaka yang sedang dikembangkan di PTNBR-BATAN yaitu 1,4,8,11-tetraazasiklotetra desil-1,4,8,11-tetrametilenfosfonat (CTMP) bertanda 188/186 Renium yang digunakan untuk terapi paliatif kanker tulang metastasis. 188/186 Re-CTMP diperoleh dari reaksi Na 188/186 ReO 4 dan CTMP dengan menambahkan reduktor SnCl 2 ke dalamnya. Pengotor radiokimia yang mungkin terdapat dalam sediaan hasil penandaan 188/186 Re-CTMP adalah ReO 4 dan 188/186 Re tereduksi. Sebagai sediaan radiofarmasi, 188/186 Re-CTMP harus memenuhi persyaratan standar, antara lain mempunyai kemurnian radiokimia >90%. Metode yang digunakan untuk penentuan kemurnian radiokimia adalah metode kromatografi kertas. Data kuantitatif hasil kromatografi, diperoleh menggunakan alat pencacah radiasi. 188/186 Re merupakan radionuklida pemancar radiasi beta dengan energi 1,07 MeV (92%) dan radiasi gamma dengan energi 137 kev (7%). Karena ada dua macam emisi radiasi maka pencacahan radioaktivitas dapat dilakukan berdasarkan emisi radiasi beta yang dicacah menggunakan pencacah beta dengan detektor Geiger Mueller (GM) atau dapat pula berdasarkan emisi radiasi gamma yang dicacah menggunakan pencacah gamma dengan detektor NaI(Tl). Dari hasil percobaan, diperoleh kemurnian radiokimia yang hampir sama dengan nilai regresi (r) sebesar 0,9944%. Kata kunci: kemurnian radiokimia, radiofarmaka, kromatografi kertas ABSTRACT EVALUATION OF THE USE OF BETA & GAMMA COUNTER APPARATUS IN DETERMINATION OF RADIOCHEMICAL PURITY 188/186 Re-CTMP. CTMP (1,4,8,11- tetraazacyclo tetradecil-1,4,8,11-tetrametilenfosfonat) labeled 188/186 Re is one of the radiopharmaceuticals being developed in PTNBR-BATAN. It is commonly used for palliative therapy of bone metastasis. 188/186 Re can be yielded from Na 188/186 ReO 4 and CTMP with addition SnCl 2 as reductor. Radiochemical side products that can be generated from the reaction are 188/186 ReO - 4 and 188/186 Re reducted. As radiopharmaceutical, 188/186 Re-CTMP has fulfilled some standard qualifications, such as radiochemical purity >90 %. The paper chromatography method is was used to determine radiochemical purity. To obtain quantitative data from chromatography, therefore can be done by using radiation counter apparatus. 188/186 Re is a beta radiation emitter radionuclide with energy 1.07 MeV (92%) and gamma radiation emitter with energy 137 kev (7%). As a consequence of these characteristics, so that radioactivity testing can be determined based on beta radiation emission by using Geiger Mueller (GM) beta counter, otherwise based on gamma radiation emission by using gamma counter NaI(Tl). The experiment showed there is similarity radiochemical purity with regression value 0.9951%. Key words: radiochemical purity, radiopharmaceuticals, paper chromatograph 256

1. PENDAHULUAN Radiofarmaka adalah sediaan radioaktif yang digunakan atau dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik untuk tujuan diagnosis maupun terapi [1]. Salah satu radiofarmaka yang sedang dikembangkan di PTNBR- BATAN yaitu 1,4,8,11-tetraazasiklo tetradesil- 1,4,8,11-tetrametilenfosfonat (CTMP) bertanda 188/186 Re yang digunakan untuk terapi paliatif kanker tulang metastasis. 188/186 Re-CTMP diperoleh dari reaksi Na 188/186 ReO 4 dan CTMP dengan menambahkan Timah (II) klorida (SnCl 2 ) ke dalamnya [2]. CTMP merupakan senyawa bifungsional karena mempunyai empat buah gugus fosfonat dan empat gugus amin [3]. Gugus amin tersebut merupakan sisi yang terikat dengan radionuklida 188/186 Re sehingga secara teoritis afinitas tetrafosfonat terhadap tulang lebih tinggi dibandingkan dengan difosfonat karena adanya gugus fosfonat dalam bentuk bebas yang tidak terikat dengan radionuklida 188/186 Re [4]. Sediaan radiofarmaka 188/186 Re-CTMP harus memenuhi persyaratan fisiko kimia dan biologis. Diantara persyaratan fisiko kimia yang harus diuji adalah kemurnian radiokimia 188/186 Re-CTMP [1]. Sebagai senyawa radioaktif, metode yang dipilih untuk penentuan kemurnian radiokimia adalah metode yang akurat, sederhana, perolehan hasil yang cepat dan menghasilkan limbah radioaktif yang sekecil mungkin serta mudah dikelola [5]. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk penentuan kemurnian radiokimia 188/186 Re-CTMP adalah metode kromatografi kertas dengan menggunakan kertas kromatografi Whatman 3 MM sebagai fasa diam serta aseton dan natrium klorida fisiologis sebagai fasa gerak [2]. Hasil elusi dari kromatografi kertas tersebut dicacah menggunakan alat pencacah radioaktif. Gambar 1 menunjukkan bahwa 188/186 Re merupakan radionuklida pemancar radiasi beta (93%) dan radiasi gamma (7%) dengan energi masing-masing sebesar 1,07 MeV dan 137 kev. Karena 188/186 Re memancarkan dua macam radiasi, maka pencacahan radioaktivitas dapat dilakukan berdasarkan pencacahan radiasi beta yang dicacah dengan pencacah beta menggunakan detektor Geiger Mueller (GM) atau dapat pula berdasarkan pencacahan radiasi gamma yang dicacah dengan pencacah gamma menggunakan detektor NaI(Tl). Dalam makalah ini dibahas perbandingan hasil yang diperoleh dari kedua macam alat pencacah radiasi tersebut [6-7]. Gambar 1. Peluruhan radionuklida Renium-186 [6] 2. TEORI Detektor GM merupakan salah satu detektor isian gas, bila dikenai radiasi yang mempunyai energi lebih besar daripada energi ikat elektron maka di dalam detektor isian gas akan terjadi proses ionisasi, yaitu proses pembentukan ion positif dan ion negatif dari suatu atom yang netral. Hal ini karena sejumlah elektron dari atom pengisi detektor akan lepas menjadi ion negatif sedangkan sisa atom yang ditinggalkan elektron akan bermuatan positif (ion positif). Dengan adanya medan listrik, ionion tersebut akan diarahkan sehingga bergerak menuju dua elektroda yang berbeda, elektron menuju anoda sedangkan ion positif menuju katoda. Terkumpulnya ion-ion pada dua elektroda tersebut akan menghasilkan sinyal listrik yang mempunyai tinggi sebanding dengan energi radiasi yang datang. E N = (1) w dimana : N : jumlah ion (elektron) E : energi setiap radiasi yang datang w : energi ikat elektron (untuk gas ± 34 ev) Karena bahan detektor yang digunakan berbentuk gas maka detektor ini mempunyai efisiensi yang sangat rendah untuk radiasi gamma. Sebagai detektor radiasi gamma, digunakan detektor NaI(Tl) yang merupakan detektor sintilasi. Detektor sintilasi terdiri dari bahan sintilator dan tabung photomultiplier. 257

Bahan sintilator berfungsi untuk menangkap radiasi dan mengubah energinya menjadi percikan cahaya tampak, sedangkan photomultiplier berfungsi untuk mengubah percikan cahaya yang dihasilkan bahan sintilator menjadi pulsa listrik. Di dalam photomultiplier terdapat photokatoda yang akan melepaskan elektron bila dikenai percikan cahaya (efek fotolistrik) Bila di antara photokatoda dan beberapa dinoda diberi beda potensial secara bertingkat, maka elektron yang dilepaskan oleh photokatoda akan dipercepat menuju ke dinoda pertama sehingga ketika elektron yang berenergi tersebut menubruknya maka akan dilepaskan beberapa elektron demikian seterusnya sampai beberapa buah dinoda. Pada dinoda terakhir akan terkumpul elektron dengan jumlah yang sangat banyak. Kumpulan elektron tersebut dapat diukur sebagai tegangan (pulsa) ataupun arus listrik [8]. Proses kromatografi dengan menggunakan eluen aseton akan memisahkan perhenat bebas ReO 4 yang persentasenya dapat dihitung menggunakan persamaan berikut: cacahan ReO cacahan BG total cacahan total cacahan BG 4 % ReO 4 = 100% (2) dimana cacahan ReO 4 mempunyai Rf = 0,8-0,1 dan cacahan BG adalah nilai cacahan dari latar belakang atau background (BG). Pengotor lain seperti 188/186 ReO 2 terpisah melalui proses kromatografi menggunakan eluen natrium klorida, persentasenya dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut: cacahan ReO cacahan BG total cacahan total cacahan BG 2 % ReO2 = 100% (3) dimana cacahan ReO 2 mempunyai Rf = 0. Kemurnian radiokimia 188/186 Re-CTMP dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut: %Re-CTMP=100%-(% ReO4-% ReO 2) (4) Persamaan (2,3,dan 4) telah banyak digunakan pada penentuan kemurnian radiokimia melalui metode kromatografi lapis tipis maupun kromatografi kertas [9]. 3. TATAKERJA 3.1. Bahan dan peralatan Bahan kimia yang digunakan antara lain larutan natrium klorida pro injeksi dan aseton pro analisis (p.a) Merck. Radiofarmaka 188/186 Re-CTMP (1,4,8,11-tetraazasiklo tetradesil-1,4,8,11-tetrametilenfosfonat) dan kertas kromatografi Whatman 3 MM. Peralatan yang digunakan antara lain seperangkat alat kromatografi kertas, pencacah beta (Ortec) menggunakan detektor Geiger Mueller (GM), pencacah gamma saluran tunggal (Ortec) menggunakan detektor NaI(Tl) dan alat-alat standar laboratorium kimia aktif. 3.2. Kromatografi kertas Untuk setiap sampel disiapkan 4 buah kertas Whatman 3 MM (1x12 cm) yang telah diberi nomor berurutan dari -1 sampai 10 dengan jarak masing-masing 1 cm. Lubangi ujung kertas (titik nomor 10) dengan alat pelubang kertas. Sampel sediaan radiofarmaka 188/186 Re-CTMP ditotolkan sebanyak 1 µl dengan menggunakan pipet mikro di bagian tengah titik 0 pada kertas Whatman 3 MM. Perlakuan tersebut dilakukan duplo untuk setiap eluen. Diamkan hingga mengering, kurang lebih 3-5 menit. Kertas kromatografi dielusi di dalam chamber kromatografi tertutup yang berisi aseton 20 ml (sistem A) dan natrium klorida fisiologis (sistem B) sebagai fasa gerak. Eluen dibiarkan naik hingga batas nomor 9 pada kertas kromatografi. Kertas kromatografi dikeluarkan dari chamber [9]. 3.3. Preparasi sampel hasil kromatografi kertas untuk pencacahan Kertas kromatografi hasil elusi dikeringkan dalam oven pada suhu 60 o C. Setelah seluruh bagian kertas kromatografi kering, kemudian kertas kromatografi dipotong sesuai nomornya dengan ukuran 1x1 cm. Potongan-potongan kertas kromatografi tidak boleh tercampur dengan potongan kertas dari sampel yang lain. 3.4. Pencacahan radiasi beta Sampel yang berupa potongan-potongan kertas berukuran 1x1 cm selanjutnya dicacah dengan menggunakan pencacah beta, dengan tegangan detektor GM sebesar 575 V. Tegangan tersebut merupakan tegangan maksimum untuk pencacahan radionuklida 188/186 Re. Untuk mendapatkan cacahan latar belakang atau kondisi tanpa sampel maka dilakukan pencacahan planset kosong yang digunakan sebagai wadah sampel selama 4 258

detik. Masing-masing sampel dicacah selama 4 detik dengan jarak antara sampel dan detektor sebesar 2 cm. 3.5. Pencacahan radiasi gamma Pengukuran radiasi gamma dilakukan menggunakna pencacah gamma dengan tegangan perangkat sebesar 800 kv. Untuk mendapatkan cacahan latar belakang maka dilakukan pencacahan tabung reaksi kosong yang biasa digunakan sebagai wadah sampel dan dicacah selama 4 detik. Masing-masing sampel dicacah selama 4 detik. Pencacah gamma yang digunakan harus diatur batas bawah (lower level) pada 1,9 dan window pada 0,6. Hal ini bertujuan untuk menyaring energi radiasi yang masuk ke dalam sistem pencacah. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Radiofarmaka yang ideal dapat terakumulasi pada organ target atau kanker, walaupun lokasi kanker tersebut dalam tubuh belum diketahui, dengan memberikan toleransi yang sekecil mungkin terhadap kerusakan yang disebabkan radiasi pada jaringan normal. Karena itu, penentuan kemurnian radiokimia suatu radiofarmaka harus dilakukan sebelum radiofarmaka tersebut digunakan. Sebagai sediaan radiofarmasi, 188/186 Re-CTMP harus memenuhi persyaratan standar, antara lain mempunyai kemurnian radiokimia >90%. Metode kromatografi kertas telah lama digunakan pada penentuan kemurnian radiokimia suatu radiofarmaka karena metode ini aman, mudah dilakukan, efisien, dan cepat. Selain itu sampah radioaktif berupa potongan kertas dengan jumlah yang relatif sedikit dan mudah dikelola. Metode kromatografi digunakan untuk memisahkan pengotorpengotor yang terdapat dalam radiofarmaka. Pada setiap penandaan senyawa dengan radionuklida 188/186 Re diasumsikan terdapat dua pengotor radiokimia, antara lain perhenat bebas ReO 4 dan 188/186 ReO 2. Adanya perhenat bebas ReO 4 dapat terjadi apabila SnCl 2 yang berperan sebagai reduktor jumlahnya kurang, sedangkan adanya senyawa 188/186 ReO 2 dapat disebabkan senyawa reduktor yang berlebih sehingga 188/186 Re yang tereduksi tidak dapat seluruhnya membentuk 188/186 Re-CTMP karena jumlah gugus amino pada CTMP yang 188/186 Re tersedia untuk berikatan dengan terbatas. Perhenat bebas ReO 4 dan 188/186 ReO 2 dianggap sebagai pengotor karena setelah masuk ke dalam tubuh kedua senyawa tersebut dapat terakumulasi pada organ tubuh yang tidak diharapkan. Pada sistem A, eluen aseton memisahkan perhenat bebas 188/186 ReO 4 (Rf=0,8-1,0) dari kompleks 188/186 Re-CTMP dan 188/186 ReO 2, sehingga persentase 188/186 ReO 4 dapat dihitung menggunakan persamaan (2). Pada sistem B, natrium klorida memisahkan 188/186 ReO 2 (Rf=0) dari kompleks 188/186 Re- CTMP dan 188/186 ReO 4 sehingga persentase 188/186 ReO 2 dapat dihitung menggunakan persamaan (3). Kemurnian radiokimia (% 188/186 Re-CTMP) dihitung berdasarkan persamaan (4). Penentuan distribusi radioaktivitas dilakukan dengan mencacah kertas kromatografi hasil elusi. Kertas kromatografi dipotong menjadi 12 potongan dengan ukuran yang sama (1 1 cm). Pemotongan kertas kromatografi harus dilakukan dengan hati-hati karena perbedaan ukuran potongan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai cacahan. Pada setiap potongan kertas kromatografi, radionuklida akan tersebar berdasarkan sifat dari senyawa kompleksnya. 188/186 Re merupakan radionuklida pemancar radiasi beta dan gamma, sehingga radioaktivitas dari 188/186 Re yang terdapat pada kertas kromatografi dapat dicacah dengan menggunakan dua alat pencacah radiasi, yaitu pencacah beta dan pencacah gamma. Dari pencacahan radioaktivitas, diketahui bahwa hasil pencacahan kedua alat tersebut mempunyai pola yang sama seperti terlihat pada Gambar 2 dan 3. Grafik pada Gambar 2 dan 3 menunjukkan adanya perbedaan nilai cacahan dari pencacah beta dan pencacah gamma, hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1) adanya peluruhan dari radionuklida 188/186 Re karena perbedaan selang waktu antara pencacahan dengan pencacah beta dan pencacah gamma, semakin lama selang waktu antara kromatografi dengan pencacahan maka semakin kecil nilai cacahannya, 2) perbedaan prinsip kerja dari sistem pencacah beta dan pencacah gamma, pencacah beta menggunakan detektor isian gas Geiger Mueller (GM), detektor ini hanya dapat mendeteksi radiasi yang mempunyai daya ionisasi yang cukup besar seperti radiasi beta, 3) perbedaan sifat dari radiasi beta dan gamma, yaitu radiasi gamma mempunyai daya tembus yang lebih besar dari radiasi beta sehingga dapat terdeteksi detektor sintilasi seperti detektor NaI(Tl). Kemurnian radiokimia (%) dari 188/186 Re-CTMP hasil percobaan optimasi efisiensi penandaan yang dilakukan di PTNBR-BATAN dengan 259

menggunakan pencacah beta dan gamma memberikan hasil yang tidak jauh berbeda, hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi yang mendekati ideal dari pencacah beta dan gamma sebesar 99,51%, tgn α = 1,0023, dan nilai intersep = 3,2664. Data tersebut lebih jelasnya ditunjukkan pada Gambar 4. Adapun koefisien korelasi yang ideal mempunyai nilai sebesar 100%, tgn α = 1, dan intersep = 0. Cacahan (cps) 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nomor Pencacah Beta Pencacah Gamma Gambar 2. Grafik distribusi radioaktivitas dari 188/186 Re-CTMP pada kertas kromatografi hasil elusi (sistem A) menggunakan pencacah beta dan gamma Cacahan (cps) 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nomor Pencacah Beta Pencacah Gamma Gambar 3. Grafik distribusi radioaktivitas dari 188/186 Re-CTMP pada kertas kromatografi hasil elusi (sistem B) menggunakan pencacah beta dan gamma KemurnianRadiokimia dari PencacahanGamma (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 y = 1,0023x + 3,2664 R 2 = 0,9951 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kemurnian Radiokimia dari Pencacahan Beta (%) Gambar 4. Kemurnian radiokimia dari 188/186 Re-CTMP menggunakan pencacah beta dan gamma 260

5. KESIMPULAN Penentuan kemurnian radiokimia dari sampel percobaan optimasi bertanda 188/186 Re- CTMP menggunakan metode kromatografi kertas dengan dua alat pencacah radioaktivitas, memberikan hasil kemurnian radiokimia yang hampir sama, yaitu dengan nilai r sebesar 0,9951 sehingga kedua alat pencacah tersebut dapat digunakan pada penentuan kemurnian radiokimia 188/186 Re-CTMP. 6. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Ibu Isti Daruwati,S.Si., Apt., Ibu Maula Eka S., S.Si., Ibu Marlina S.Si., Bapak Rd. Sukendar, Ibu Dra. Eem Rukmini dan Ibu Heni atas bantuan yang diberikan selama penelitian. 7. DAFTAR PUSTAKA 1. SAHA, GOPAL B., Fundamentals of Nuclear Pharmacy, Second Ed., Springer-Verlag, New York, (1986). 2. MISYETTI dan ISTI DARUWATI. Penandaan CTMP dengan Teknesium- 99m untuk Radiofarmaka Penyidik Kanker Tulang. Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Vol. IX, No.2, (2008) 79-88. 3. KOTHARI, K., SAMUEL G., BANERJEE S., UNNI P. R., SARMA H.D., 186 Re-1,2,8,11- Tetraazacyclotetradecyl-1,2,8,11- tetramethylene phosphonic acid: a novel agent for possible use in metastases bonepain palliation, Nuclear Medic and Biology, Vol. 28, (2001) 709-717. 4. HIBARAYASHI, H., FUJISAKI J., Bone-specific drug delivery system: approaches via chemical modification of bone-seeking agents. Clinical Pharmacokinetics, (2003) 1319-1330. 5. DEWANJEE, M.K., The chemistry of 99m Tc labeled radiopharmaceuticals, Seminar Nuclear Medicine, (1990) 5-27. 6. MISYETTI. Peranan Teknik Nuklir untuk Terapi Paliatif Kanker Tulang Metastasis, Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia, Vol V, No.2, (2004) 21-40. 7. DEUTSCH, E., LIBSON, K., and VANDERHEYDEN, J.L., The Inorganic chemistry of Technetium and Rhenium as Relevant to Nuclear Medicine, Vol.3, Raven Press, New York, (1990) 13-22. 8. HENDRIYANTO HADITJAHYONO, Instrumentasi Nuklir dan Spektroskopi, Badan Tenaga Atom Nasional, Jakarta (1997), tidak terbit.. 9. MAIOLI, C., ALBERTO B., FRANCO M., GIAN P. C., LUCA T., DOMENICA D. B., ILARIA R., GIAN L. T., and RITA P., Evaluation of different counting methods for Use In Radiochemical Purity Testing Procedures for 99m Tc-labeled Radiopharmaceuticals, Journal of Applied Radiation and Isotopes Vol. 66, (2008) 556-559. 261