ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2673

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Inventori, Overstock, analisis ABC-VED, Continuous Review (s,s), Continuous Review (s,q). ABSTRACT

Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

USULAN PERENCANAAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN KATEGORI OBAT KERAS DAN OBAT BEBAS MENGGUNAKAN METODE CONTINUOUS REVIEW

Kata Kunci: Persediaan, Analisis ABC, Overstock, Continous Review (s,s), Continous Review (s,q) ABSTRACT

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 966

INVENTORY POLICY PLANNING OF DRUG USING PROBABILISTIC CONTINUOUS REVIEW (s,s) SYSTEM METHOD IN PHARMACY INSTALATION AMC HOSPITAL

Gita Purnama Sari 1, Budi Sulistyo 2, Budi Santosa Abstrak

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

USULAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN KATEGORI OBAT KERAS DAN OBAT BEBAS PADA APOTEK 12 PT

USULAN PERENCANAAN PERSEDIAAN PRODUK KATEGORI TEH CELUP DENGAN METODE CONTINUOUS REVIEW

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2450

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2460

Rumah Sakit XYZ merupakan salah satu rumah sakit negeri yang ada di Kabupaten Bandung. Rumah sakit ini memiliki sepuluh instalasi, yaitu :

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 997

USULAN PERENCANAAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN VAKSIN MENGGUNAKAN METODE CONTINUOUS REVIEW (S,S) UNTUK MENGURANGI OVERSTOCK DI DINAS KESEHATAN KOTA XYZ

PERENCANAAN PERSEDIAAN KOMPONEN PEMBENTUK MCB DI PT XYZ DENGAN METODE CONTINUOUS REVIEW

Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 4269

Jurnal Integrasi Sistem Industri (JISI) UMJ Volume 5, No. 1, Februari Rio Avicenna Syamil 1, Ari Yanuar Ridwan 2, Budi Santosa 3

PENENTUAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN OBAT MENGGUNAKAN METODE JOINT REPLENISHMENT UNTUK MENINGKATKAN SERVICE LEVEL PADA DEPOT FARMASI RUMAH SAKIT XYZ BANDUNG

KLASIFIKASI OBAT GAWAT DARURAT MENGGUNAKAN ANALISIS ABC- VED DI INSTALASI FARMASI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA. Oleh : Miftakhul Arfah Hadiani

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Ratna Wulan Sari, 2 Dida Diah Damayanti, 3 Budi Santosa 1, 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

BAB III METODE PROBABILISTIK P

Penentuan Persediaan Bahan Baku Optimal Menggunakan Model Q dengan Lost Sales Pada Industri Air Minum Dalam Kemasan

BAB II TINJAUAN TEORI. bagi kelangsungan kegiatan perusahaan. Definisi mengenai persediaan telah

PENENTUAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN DARAH DI BANK DARAH RUMAH SAKIT XYZ MENGGUNAKAN METODE JOINT REPLENISHMENT UNTUK MENINGKATKAN SERVICE LEVEL

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE CONTINOUS REVIEW SYSTEM DI MOGA TOYS HOME INDUSTRY

PENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG UNIT GRAND LIVINA DENGAN MENGGUNAKAN KLASIFIKASI ABC DAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2662

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM dengan Model P Back Order

EVALUASI DAN PERBANDINGAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN PROBABILISTIK MENGGUNAKAN MODEL P DI PT. X ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Evaluasi dan Perbandingan Kebijakan Persediaan Probabilistik Menggunakan Model P di PT. X ABSTRAK

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order

BAB III PROGRAM MODEL PROBABILISTIK Q

USULAN PENERAPAN METODE PERSEDIAAN PROBABILISTIK UNTUK MENGHITUNG KEBUTUHAN BAHAN BAKU DI PT. MEGAYAKU KEMASAN PERDANA KARAWANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Analisis Pengendalian Persediaan Menggunakan Metode Probabilistik dengan Kebijakan Backorder dan Lost sales

Jenis. Urea Ammonia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2650

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis

Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Tyas Dessandie, Sutanto, dan Pangadi Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Studi Perbandingan Ekpektasi Biaya Total Antara Kasus Bakcorder dan Lost Sales pada Model Persediaan Probabilistik

KEBIJAKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL CONTINUOUS REVIEW (S,S) WITH PROBABILISTIC DEMAND DI GUDANG BAHAN BAKU PT SMA

PERENCANAAN PENGENDALIAN IKAN CAKALANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN INVENTORI PROBABILISTIK

PENERAPAN METODE PERSEDIAAN PROBABILISTIK UNTUK MENGHITUNG KEBUTUHAN BAHAN BAKU (STUDI KASUS DI PT. XZY)

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Prosiding Manajemen ISSN:

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 69

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Program Studi Teknik Industri Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. ABC Dengan Model Q Back Order Menggunakan Simulasi Monte Carlo

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN APLIKASI PENGELOLAAN TINGKAT PERSEDIAAN OBAT DENGAN CONTINOUS REVIEW SYSTEM

Usulan Model Persediaan Dengan Metode Hadley- Within Dan Chiu Approximation Dengan Mempertimbangkan Pengembalian Pada Produk Farmasi Di RSUD Kardinah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Penentuan Jumlah Pemesanan Optimal Bahan Baku Kain Dengan Kendala Anggaran *

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI DIVISI GROCERY PT. HERO SUPERMARKET Tbk. CABANG HERO SOLO SQUARE

USULAN PENENTUAN TEKNIK LOT SIZING TERBAIK DENGAN MINIMASI BIAYA DALAM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KEBUTUHAN CANVAS EP 200 CONVEYOR BELT DI PT.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kondisi tersebut, perusahaan memberlakukan sistem persediaan

Perancangan Gudang dan Sistem Manajemen Pergudangan di UD. Wirakarya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menunjang jalannya operasi-operasi demi tercapainya tujuan yang diinginkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

Pengendalian Persediaan Masalah utama

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA

Usulan Penentuan Jumlah Pemesanan Optimal Komponen Menggunakan Model Persediaan Q di PT. X *

RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN KARPET MENGGUNAKAN MODEL Q PROBABILISTIK DI DEPARTMENT TOWN MANAGEMENT PT. FREEPORT INDONESIA

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ir. Rini Anggraini, MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

PERENCANAAN PERSEDIAAN BATUBARA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BIAYA TRANSPORTASIMENGGUNAKAN MODEL P BACK ORDER DI PT. ABC

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami perkembangan pesat pada saat ini. Kemajuan TI ini membuat para

Transkripsi:

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2673 PENENTUAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT XYZ DENGAN METODE PROBABILISTIK CONTINUOUS REVIEW (s,s) DAN CONTINUOUS REVIEW (s,q) UNTUK MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN Desy Aisyah Wulandari 1, Ari Yanuar Ridwan 2, Murni Dwi Astuti 3 Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom desyaisyah.w@gmail.com 1, ari.yanuar.ridwan@gmail.com 2, murni.dwiastuti@gmail.com 3 ABSTRAK Rumah Sakit XYZ merupakan salah satu rumah sakit negeri yang ada di Kabupaten Bandung. Rumah Sakit XYZ sering mengalami over stock persediaan obat yang menyebabkan biaya persediaan obat sangat tinggi. Hal ini dikarenakan Rumah Sakit XYZ belum memiliki kebijakan persediaan obat yang tepat serta belum mengklasifikasikan obat berdasarkan nilai penyerapan dana serta tingkat kekritisan obat.untuk mengatasi permasalahan tersebut, dalam penelitian ini dilakukan pengklasifikasian obat menggunakan analisis ABC dan VED. Prioritas I merupakan obat kelas I, yang perhitungan kebijakan persediaannya menggunakan metode Continuous review (s,s), dan prioritas II merupakan obat kelas II dan kelas III yang perhitungan kebijakan persediaannya menggunakan metode Continuous review (s,q).berdasarkan hasil perhitungan kebijakan persediaan yang dilakukan, total biaya persediaan untuk obat prioritas I mengalami penurunan dari biaya persediaan kondisi eksisting sebesar 61%. Sedangkan untuk obat prioritas II, total biaya persediaan mengalami penurunan sebesar 85% dari total biaya persediaan kondisi eksisting. Kata Kunci : Inventori, Overstock, analisis ABC-VED, Continuous Review (s,s), Continuous Review (s,q). ABSTRACT XYZ Hospital is one of the state hospitals in Bandung regency. XYZ hospitals often have over stock inventory of drugs which led to high costs of drug inventory. This is because XYZ Hospital has not had proper drug inventory policy and has not classify drugs based on the absorption of the funds as well as the critical level of the drug.to overcome these problems, in this study the classification of drugs using ABC analysis and VED. Priority I is the drug of class I, the calculation of inventory policies using Continuous review (s, S) method, and the second priority is the drug of class II and class III with the calculation of inventory policies using Continuous review (s, Q) method.based on the calculations of inventory policies performed, the total cost of inventory for drugs priority I decline from the cost of inventories of existing conditions by 61%. As for drugs priority II, the total cost of inventory decreased by 85% of the total cost of the inventory of existing conditions. Keywords: Inventory, Overstock, ABC-VED analysis, Continuous Review (s, S), Continuous Review (s, Q). 1. Pendahuluan Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,dan gawat darurat (Kemendagri, 2009). Untuk mencapai pelayanan paripurna tersebut rumah sakit didukung dengan beberapa instalasi, 1

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2674 salah satunya adalah instalasi farmasi. Salah satu tugas Instalasi Farmasi adalah menyediakan obat yang diperlukan oleh beberapa instalasi lainnya. Ketersediaan obat merupakan hal yang sangat penting bagi rumah sakit. Jika rumah sakit mengalami kehabisan obat, maka akan merugikan rumah sakit tersebut karena akan menyebabkan kehilangan keuntungan serta pelayanan terhadap pasien menjadi buruk, namun jika persediaan obat terlalu banyak, hal tersebut juga akan merugikan pihak rumah sakit karena dapat terjadi kadaluarsa dan kerusakan obat serta dapat menimbulkan biaya penyimpanan yang besar. Rumah Sakit XYZ merupakan salah satu rumah sakit negeri yang ada di Kabupaten Bandung. Rumah Sakit XYZ sering mengalami over stock obat. Jumlah stock obat setiap bulannya masih sangat besar dibanding dengan penjualannya sehingga menimbulkan biaya simpan yang tinggi. Rumah Sakit XYZ belum menetapkan besarnya safety stock untuk setiap obat. Pihak instalasi farmasi hanya menentukan stock maksimal yang boleh mengendap sebesar 25% dari jumlah pembelian obat tiap bulannya. Pada kenyataannya stock tersebut selalu melebihi 25%. Seperti yang terlihat pada grafik berikut: 1.200.000 1.000.000 800.000 kadaluarsa. Obat yang rusak atau kadaluarsa tidak dapat dijual dan harus dimusnahkan. Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian mengenai kebijakan persediaan obat guna mengatasi permasalahan tersebut. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan membantu Rumah Sakit XYZ untuk mengurangi total biaya persediaan obat di Rumah Sakit XYZ. Pada penelitian ini akan dilakukan perhitungan kebijakan persediaan untuk meminimasi total biaya persediaan. 2. Dasar Teori dan Perancangan 2.1 Analisis ABC Analisis ABC melakukan pengklasifikasian barang berdasarkan tingkat investasi tahunan yang terserap di dalam penyediaan persediaan untuk setiap jenis barang. Analisis ABC didasarkan pada prinsip Pareto dimana80% permasalahan pada sistem bersumber dari 20% populasi. Berdasarkan prinsip ini, bahan baku dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, sebagai berikut: 1. Kategori A (80-20) Terdiri dari jenis barang yang menyerap dana sebesar 80% dari seluruh modal yang disediakan untuk persediaan dan jumlah jenis barangnya sekitar 20% dari semua jenis barang 600.000 Inventori yang dikelola. 400.000 200.000 - inventori Maksimal Gambar 1. Perbandingan Inventori dan Inventori Maksimal Kelebihan stock obat tersebut menimbulkan biaya penyimpanan yang besar serta menimbulkan kerugian bagi rumah sakit karena terkadang persediaan obat tersebut rusak atau 2 2. Kategori B (15-30) Terdiri dari jenis barang yang menyerap dana sekitar 15% dari seluruh modal yang disediakan untuk persediaan (sesudah kategori A) dan jumlah jenis barangnya sekitar 30% dari semua jenis barang yang dikelola. 3. Kategori C (5-50) Terdiri dari jenis barang yang menyerap dana hanya sekitar 5% dari seluruh modal yang disediakan untuk persediaan (tidak termasuk kategori A dan B) dan jumlah jenis barangnya

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2675 sekitar 50% dari semua jenis barang yang dikelola. 2.2 Analisis VED Klasifikasi obat menggunakan analisis VED bertujuan untuk mengklasifikasikan obat berdasarkan kekritisan waktu pemberian obat kepada pasien dan dampak dari tiap jenis obat terhadap kesehatan. Kategori obat tersebut adalah: 1. Obat kategori Vital adalah obat yang sangat dibutuhkan pasien dengan segera untuk menyelamatkan hidup dan mutlak tersedia sepanjang waktu dalam persediaan ruangan. 2. Obat kategori Essential adalah obat yang dibutuhkan oleh pasien dengan kekritisan waktu pemberian obat lebih rendah daripada kategori vital dan bekerja pada sumber penyebab penyakit. 3. Obat kategori Desirable adalah obat yang dibutuhkan oleh pasien dengan kekritisan waktu pemberian obat paling rendah daripada Vital dan Essential karena obat bekerja secara ringan. Biasanya disediakan dalam bentuk oral untuk penanganan pasien lebih lanjut. 2.3 Model Continuous Review (s,q) System Karaktersitik continuous review (s,q) yaitu ukuran lot pemesanan yang konstan dan pemesanan dilakukan bila barang telah mencapai reorder point atau dibawahnya. Dalam metode continuous review (s,q), kekurangan persediaan mungkin terjadi selama waktu ancang (lead time), oleh karena itu cadangan pengamanan (safety stock) digunakan untuk meredam fluktuasi kebutuhan selama waktu ancang tersebut. Asumsi yang digunakan pada inventori probabilistik continuous review (s,q) yaitu 1. Permintaan selama horison perencanaan bersifat probabilistik dan berdistribusi normal (D) dan deviasi standar (S). 2. Ukuran lot pemesanan (q0) konstan untuk setiap kali pemesanan, barang akan datang secara serentak dengan waktu ancang (L), pesanan dilakukan pada saat inventori mencapai titik pemesanan (r). 3. Harga barang (p) konstan baik terhadap kuantitas barang yang dipesan maupun waktu. 4. Ongkos pesan (A) konstan untuk setiap kali pemesanan dan ongkos simpan (h) sebanding dengan harga barang dan waktu penyimpanan. 5. Ongkos kekurangan inventori (Cu) sebanding dengan jumlah barang yang tidak dapat dilayani, atau sebanding dengan waktu. 2.4 Model Continuous Review (s,s) Kebijakan inventori continuous review (s,s), pemesanan dilakukan ketika barang mencapai reorder point dan kuantitas pembelian tidak konstan. Pemesanan akan dilakukan sampai mencapai titik persediaan maksimum (S). Asumsi-asumsi yang digunakan dalam metode ini adalah sebagai berikut : 1. Permintaan selama horizon perencanaan bersifat probabilistik dan berdistribusi normal (D) dan standar deviasi (S). 2. Ukuran lot pemesanan (q0) bersifat beragam atau tidak konstan untuk setiap kali pemesanan, bahan baku akan datang di waktu ancang-ancang (L), pesanan dilakukan pada saat persediaan mencapai titik pemesanan (r). 3. Harga bahan baku (p) bersifat konstan baik terhadap kuantitas barang yang dipesan maupun waktu. 4. Biaya pesan (A) konstan untuk setiap kali pemesanan dan biaya simpan (h) 3

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2676 sebanding dengan harga barang dan waktu penyimpanan. 5. Biaya kekurangan persediaan (Cu) sebanding dengan jumlah barang yang tidak dapat dilayani atau sebanding dengan waktu pelayanan. 2.5 Perencanaan Kebijakan Persediaan Obat Data-data input pada penelitian ini adalah data demand, data harga, data lead time, biaya pemesanan, biaya simpan, dan biaya kekurangan. Data demand dan harga menjadi input untuk klasifikasi obat dengan menggunakan analisis ABC dan VED. Lead time, biaya pemesanan, biaya simpan, dan biaya kekurangan menjadi input untuk kebijakan persediaan obat dengan menggunakan metode probabilistik continuous review (s,s) system. Kebijakan persediaan tesebut akan menghasilkan variabel keputusan berupa total biaya persediaan Demand Harga AV, AE, AD, BV, dan CV. Prioritas ini Analisis ABC Analisis VED Klasifikasi Lead time Biaya Simpan Biaya Pesan Sedangkan obat prioritas II merupakan obat yang membutuhkan perhatian lebih longgar dibanding obat prioritas I. kategori obat pada prioritas II adalah BE, BD, CE dan CD. Metode Probabilistik Model Continuous review (s,q) System Kebijakan persediaan Total biaya persediaan Biaya Kekurangan Metode Probabilistik Model Continuous review (s,s) System Tahap pertama adalah uji distribusi, uji distribusi data demand dilakukan untuk mengetahui distribusinya sehingga dapat menentukan metode untuk pemecahan masalah. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji komolgorov smirnov. tahap selanjutnya adalah klasifikasi obat dengan menggunakan analisis ABC dan analisis VED. Klasifikasi obat ini untuk mengetahui prioritas obat sehingga dapat diketahui perlakuan apa yang diperlukan untuk setiap kelas. Setelah melakukan pengklasifikasian dengan analisis ABC dan VED, selanjutnya membuat matriks ABC-VED, dimana obat terbagi menjadi Sembilan kategori yaitu AV, AE, AD, BV, BE, BD, CV, CE dan CD. Selanjutnya Sembilan kategori tersebut dikelompokkan menjadi dua prioritas. Prioritas I terdiri atas obat kategori Tahap selanjutnya adalah melakukan perhitungan kebijakan persediaan obat. Obat prioritas I perhitungan kebijakannya menggunakan metode Continuous review (s,s), sedangkan untuk obat prioritas II perhitungannya menggunakan metode Continuous review (s,q). Output dari penelitian ini adalah kuantitas pemesanan obat yang optimal, jumlah safety stock optimal, dan reorder point atau waktu pemesanan ulang yang tepat. 3. Pembahasan 3.1 Analisis ABC-VED Hasil dari analisis ABC-VED didapatkan obat kategori AV sebanyak 93, AE sebanyak 111, AD sebanyak 68, BV sebanyak 110, BE sebanyak 156, BD sebanyak 152, CV sebanyak 158, CE sebanyak 225 dan CD sebanyak 371.Sehingga terdapat 540 jenis obat yang termasuk pada prioritas I dan 1104 jenis obat yang termasuk pada prioritas II. 3.2 Perhitungan Continuous review (s,s) 4

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2677 Setelah melakukan perhitungan dan mendapatkan nilai-nilai parameter seperti biaya simpan, biaya pesan dan biaya kekurangan, selanjutnya adalah menghitung kebijakan persediaan untuk obat prioritas I. Berikut merupakan contoh perhitungan metode Continuous review (s,s) untuk obat Ketorolac 10 mg tablet: Total demand (D) = 9200; Standar deviasi (S) = Nilai f(z α ) dan ψ(z α ) dapat dicari di tabel normal, dengan nilai z 2.24, maka f(z α ) = 0.0321, dan ψ(z α ) = 0.0043. Setelah itu hitung nilai N N = S L [f(z α )- z α ψ(z α )] N = (301.109 ) [0.0321-(2.24 x 0.0043)] = 1 Maka nilai q * q 02 : * 02 = ( ) = 2647 unit 2 301.109; Biaya simpan (h) = Rp 9.16; Biaya Pesan (A) = Rp 3,450; Biaya Kekurangan (Cu) = Rp 210; Lead time = 1 hari = 0.006 Iterasi 1 1. Hitung nilai q 0 1* sama dengan q 0 w* dengan menggunakan formula Wilson * q 0 1* = q 0 w* = = q 0 1* = q 0 w* = 2608 unit 2. Cari kemungkinan kekurangan persediaan (α) berdasarkan q 0 1* yang telah dihitung, lalu menghitung r1* = 0.0124 Setelah mendapatkan nilai α, selanjutnya mencari nilai z α yang dapat dicari dari tabel normal. Nilai z α yang didapat adalah sebesar 2.24. Maka r1 dapat dihitung dengan persamaan berikut : r1* = DL + z α S = (9200 x 0.006) + (2.24 x 301.109 ) = 101 unit 3. Hitung q * berdasarkan r * yang telah 02 1 diketahui dengan menggunakan persamaan berikut : 5 4. Hitung kembali α dan r * dengan menggunakan persamaan berikut : = 0.0126 Setelah mendapatkan nilai α, selanjutnya mencari nilai z α yang dapat dicari dari tabel normal. Nilai z α yang didapat adalah sebesar 2.24. Maka r 2 dapat dihitung dengan persamaan berikut : r * 2 = DL + z α S = (9200 x 0.006) + (2.24 x 301.109 ) = 101 unit Bandingkan nilai r * dan r * Jika nilai r * dan r * 1 2. 1 2 sama, maka iterasi selesai. Jika tidak, maka iterasi dilanjutkan. Karena nilai r * 1 dan r * 2 sama, yaitu sebesar 101 unit, maka iterasi dihentikan. Maka kebijakan persediaan optimal untuk Ketorolac 10 mg tablet adalah sebagai berikut : a. Pemesanan optimal q* = 2647 unit b. Titik pemesanan ulang (reorder point) = 101 unit c. Safety stock : SS = z α S = 2.24 x 301.109 = 51 unit d. Maksimal lot size : ( ) ( )

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2678 q 02 = Dimana : ( ) ( ) = S L [f(z α )- z α ψ(z α )] = N S = q* + r = 2647 unit +101 unit = 2748 unit e. Tingkat pelayanan (ƞ) : Ƞ = 1 - x 100 % Ƞ = 1 - x 100 % = 100 % 6

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2679 Ekspektasi biaya persediaan Ketorolac 10 mg tablet per enam bulan adalah sebagai berikut : a. Ongkos Simpan Os = h ( ) Os = Rp 9.16 x ( ( ) = Rp 12,826.75 b. Ongkos Pesan Op = Op = = Rp 11.991.54 c. Ongkos Kekurangan Ok = Cu N Ok = Rp 210 x x 1 = Rp 367.05 d. Ongkos Total persediaan OT = Os + Op + Ok OT = Rp 12,826.75 + Rp 11.991.54 + Rp 367.05 OT = Rp 25,185.33 3.3 Perhitungan Continuous review (s,q) 2. Cari kemungkinan kekurangan persediaan (α) berdasarkan q 0 1* yang telah dihitung, lalu menghitung r1* = 0.0120 Setelah mendapatkan nilai α, selanjutnya mencari nilai z α yang dapat dicari dari tabel normal. Nilai z α yang didapat adalah sebesar 2.26. Maka r1 dapat dihitung dengan persamaan berikut : r1* = DL + z α S = ( 500 x 0.006) + (2.26 x 51.640 ) = 12 unit 3. Hitung q * 02 berdasarkan r * 1 yang telah diketahui dengan menggunakan persamaan berikut : q * 02 = ( ) ( ) Perhitungan kebijakan dengan metode Continuous review (s,q) sama dengan perhitungan kebijakan dengan metode Continuous review (s,s), bedanya pada metode Continuous review (s,q) tidak menghitung maksimal lot size (S). berikut merupakan contoh perhitungan kebijakan persediaan menggunakan metode Continuous review (s,q) untuk obat Ask. Prostigmin Inj: Total demand (D) = 500; Standar deviasi (S) = 51.640; Biaya simpan (h) = Rp 9.16; Biaya Pesan (A) = Rp 3,450; Biaya Kekurangan (Cu) = Rp 934,15; Lead time = 1 hari = 0.006 Dimana : ( ) ( ) = S L [f(z α )- z α ψ(z α )] = N Nilai f(z α ) dan ψ(z α ) dapat dicari di tabel normal, dengan nilai z 2.26, maka f(z α ) = 0.0312, dan ψ(z α ) = 0.0041. Setelah itu hitung nilai N N = S L [f(z α )- z α ψ(z α )] N = (51.640 0.0041)] = 1 Maka nilai q * q * unit 02 = ) 02 : ) [0.0312-(2.26 x ( 2 = 615 Iterasi 1 1. Hitung nilai q 0 1* sama dengan q 0 w* dengan menggunakan formula Wilson 7 q 0 1* = q 0 w* = = 4. Hitung kembali α dan r *

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2680 menggunakan persamaan berikut : dengan = 0.0121 q 0 1* = q 0 w* = 608 unit Setelah mendapatkan nilai α, selanjutnya mencari nilai z α yang dapat dicari dari tabel 8

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2681 normal. Nilai z α yang didapat adalah sebesar 2.25. Maka r 2 dapat dihitung dengan persamaan berikut : r * 2 = DL + z α S = (500 x 0.006) + (2.25 x 51.640 ) = 12 unit 1 Bandingkan nilai r * 1 dan r * 2. Jika nilai r * dan r * yang ada digudang (S), sedangkan untuk obat 2 sama, maka iterasi selesai. Jika tidak, maka iterasi dilanjutkan. Karena nilai r * dan r * sama, yaitu sebesar 12 1 2 unit, maka iterasi dihentikan. Maka kebijakan persediaan optimal untuk Ask.Prostigmin Inj adalah sebagai berikut : a. Pemesanan optimal q* = 615 unit b. Titik pemesanan ulang (reorder point) = 12 unit c. Safety stock : SS = z α S = 2.25 x 51.640 = 9 unit d. Tingkat pelayanan (ƞ) : Ƞ = 1 - x 100 % Ƞ = 1 - x 100 % = 100 % Ekspektasi biaya persediaan Ask.Prostigmin Inj per enam bulan adalah sebagai berikut: a. Ongkos Simpan Os = h ( ) Os = Rp 9.16 x ( ( ) = Rp 2,950.82 b. Ongkos Pesan Op = Op = = Rp 2,806.20 c. Ongkos Kekurangan Ok = Cu N 3.4 Analisis Reorder Point dan Reorder Quantity Dengan kebijakan persediaan metode Continuous review (s,s) untuk obat prioritas I, besarnya reorder quantity tidak harus selalu konstan, tapi disesuaikan dengan jumlah maksimal persediaan obat prioritas I tersebut prioritas II dengan kebijakan persediaan metode Continuous review (s,q), besarnya reorder quantity selalu konstan setiap pembelian. OT = Rp 5,820.98 Ok = Rp 934,15 x x 1 = Rp 63.97 d. Ongkos Total persediaan OT = Os + Op + Ok OT = Rp 2,950.82 + Rp 2,806.20 + Rp 63.97 9

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2682 3.5 Analisis Safety Stock Rumah Sakit XYZ memiliki pola demand obat yang probabilistik atau dengan kata lain permintaan obat tidak pasti, untuk itu diperlukan safety stock atau cadangan pengaman untuk meredam adanya fluktuasi permintaan selama lead time pemesanan. Safety stock berguna untuk mengurangi resiko apabila produk mengalami kerusakan, menjamin pemenuhan kebutuhan pelanggan, dan memenuhi persediaan di gudang selama lead time 3.6 Analisis Total Biaya Persediaan Terjadi penurunan ongkos total persediaan pada kondisi usulan dari kondisi eksisting untuk obat proritas I dengan menggunakan metode Continuous review (s,s). Ongkos total persediaan kondisi eksisting sebesar Rp 47,479,686.56, sedangkan ekspektasi ongkos total persediaan dengan kebijakan persediaan metode Continuous review (s,s) adalah sebesar Rp 18,426,233.16. terjadi penghematan sebesar Rp 29,053,453.40 atau sebesar 61%. Hal ini dikarenakan ongkos simpan, dan ongkos pesan pada kondisi usulan menurun. Begitupun dengan obat proritas II dengan menggunakan metode Continuous review (s,q), terjadi penurunan ongkos total persediaan pada kondisi usulan dari kondisi eksisting untuk obat 1 0

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2683 proritas II. Ongkos total persediaan kondisi eksisting sebesar Rp 37,794,957.18, sedangkan ekspektasi ongkos total persediaan dengan kebijakan persediaan metode Continuous review (s,q) adalah sebesar Rp 5,571,307.41. terjadi penghematan sebesar Rp 32,223,649.76 atau sebesar 85%. Hal ini dikarenakan ongkos simpan, dan ongkos pesan pada kondisi usulan menurun. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan pengelompokkan obat dengan analisis VED dan Analisis ABC maka didapat sembilan kategori obat, yaitu kategori AV, AE, AD, BV,BE, BD, CV, CE, dan CD. 2. Pengelompokan obat berdasarkan penyerapan dana dan tingkat kepentingan keberadaan obat dibagi menjadi dua prioritas, yaitu prioritas I yang terdiri atas obat kategori AV, AE, AD, BV, dan CV, serta prioritas II yang terdiri atas obat kategori BE, BD, CE dan CD. 3. Kebijakan persediaan untuk obat prioritas I dengan contoh obat Ketorolac 10 mg tablet adalah sebagai berikut: Jumlah pemesanan optimal untuk obat obat Ketorolac 10 mg tablet adalah 2647 unit, dengan titik pemesanan ulang (reorder point) sebesar 101 unit, Safety stock 51 unit dan maksimal lot size sebesar 2748 unit. 4. Kebijakan persediaan untuk obat prioritas II dengan contoh obat Ask. Prostigmin Inj adalah sebagai berikut: Jumlah pemesanan optimal untuk obat Ask. Prostigmin Inj adalah 615 unit, dengan titik pemesanan ulang (reorder point) sebesar 12 unit, dan safety stock 9 unit. 5. Total biaya persediaan usulan untuk obat prioritas I dengan menggunakan metode Continuous review (s,s) adalah sebesar Rp 18,426,233.16, turun sebesar 61% dari total biaya persediaan eksisting yang besarnya Rp 47,479,686.56. Sedangkan total biaya persediaan usulan untuk obat prioritas II dengan menggunakan metode Continuous review (s,q) adalah sebesar Rp 5,571,307.41, turun sebesar 85% dari total biaya persediaan eksisting yang besarnya Rp 32,223,649.76. 4.2 Saran Berikut merupakan saran untuk pihak Rumah Sakit XYZ maupun untuk penelitian selanjutnya: 1. Pihak Rumah sakit XYZ sebaiknya melakukan pengelompokan obat berdasarkan penyerapan dana dan tingkat kekritisan obat. 2. Pemesanan obat sebaiknya memperhatikan jumlah obat yang terdapat digudang sehingga tidak terjadi kelebihan persediaan. 3. Rumah sakit sebaiknya membuat system informasi yang terintegrasi untuk mengontrol persediaan obat digudang. Sedangkan saran untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Membuat aplikasi yang terintegrasi dengan kebijakan persediaan yang telah dilakukan pada penelitian ini agar dapat mengetahui persediaan obat digudang sehingga pihak rumah sakit dapat melakukan pemesanan ulang setelah mencapai reorder point dengan jumlah yang telah ditentukan. Daftar Pustaka Assauri, S. (1998). Manajemen Produksi dan OPerasi. Jakarta: BPFE UI. 1 1

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2684 Bahagia, S. N. (2006). Sistem Inventori. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Kemendagri. (2009, 10 28). Kementrian Dalam negeri. Retrieved from http://www.kemendagri.go.id/produkhukum/2009/10/28/undang-undang-no- 44-tahun-2009 Kemenkes. (2014). Binfar. Retrieved from Binfar: http://binfar.kemkes.go.id/ Mulyono, S. (2004). Riset Operasi. Jakarta: Universitas Indonesia. Silver, E., Pyke, D., & Peterson, R. (1998). inventory management and production planning and scheduling. United State: John Wiley & Sons. Sinulingga, S. (2009). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Thawani. (2004). Economic Analysis of Drug Expensive in Government. The Indian Journal of Pharmacology, 15-19. 1 2