BAB IV ANALISIS KOMPARATIF KONSEP KEPUASAN SEBAGAI TUJUAN KEGIATAN KONSUMSI MENURUT EKONOMI KONVENSIONAL DAN EKONOMI SYARIAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS KOMPARATIF TENTANG KONSEP KONSUMSI DALAM PANDANGAN EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL

BAB II LANDASAN TEORI. pendukung dan acuan penelitian. Teori-teori ini menjadi bahan rujukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler & Keller (2012 : 41) :

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERATURAN KAPOLRI NOMOR 1 TAHUN 2009 TERKAIT PENGGUNAAN SENJATA API PADA TUGAS KEPOLISIAN PERSPEKTIF MAS}LAH}AH MURSALAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 KONSEP KEBUTUHAN DALAM ISLAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Faizah, Nadia Rizqiyatul. & Suryoko, Sri. & Saryadi. Dengan judul Pengaruh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP KEPUASAN PHILIP KOTLER

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen 2.2 Kepuasan Konsumen

Pengertian Kepuasan Konsumen

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan yang sangat cepat pada teknologi informasi dan. komunikasi telah membawa dan akan terus membawa perubahan yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB V PENUTUP. maka penulis dapat menarik kesimpulan mengenai Rekonstruksi Undang-Undang. No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kualitas Pelayanan

PEMENUHAN KEBUTUHAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH

Materi 3 Tujuan & Prinsip Bisnis Syariah. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

BAB II LANDASAN TEORI. konsumen sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi pengalaman

BAB IV ANALISIS PERILAKU KONSUMTIF SANTRIWATI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA KALIWUNGU KENDAL DALAM PEMBELIAN JILBAB

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II\ TEORI MAS}LAH}AH. Dilihat dari bentuk lafalnya, kata Mas}lah}ah adalah kata bahasa Arab yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era yang mengglobalisasi ini persaingan menjadi semakin. semarak dan meningkat khususnya dalam dunia bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sedangkan

Identifikasi Pola Perilaku Konsumsi Islam di Lingkungan Universitas Islam Bandung. M.Si

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

II. KAJIAN PUSTAKA AUDIT OPERASIONAL DAN KEPUASAN PELANGGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1. Pengertian Manajemen Pemasaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Kotler dan Armstrong (2019:253) produk adalah segala sesuatu yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pertemuan 12 STRATEGI KEPUASAN PELANGGAN

A. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Nasabah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas produk

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kualitas atau mutu merupakan salah satu tujuan penting sebagian besar organisasi

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH

MANAJEMEN MUTU (KEPUASAN PELANGGAN)_AEP NURUL HIDAYAH_(RKM )_REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN_POLITEKNIK TEDC BANDUNG

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP PENERAPAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR DI MINIMARKET SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai yang terkandung didalam produk tersebut. Salah satu nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan konsumen

BAB I PENDAHULULAN 1.1. Latar Belakang Ummi Khozanah, 2014

VII. DIMENSI KUALITAS PRODUK DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI BOGOR

BAB IV LAYANAN. Metode pengukuran kepuasan pelanggan menurut Kotler terdapat 4 macam

PENGARUH KUALITAS PRODUK FRUTANG TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PT TANG MAS TBK. Indra Jaya Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan

KEMASHLAHATAN UMAT DALAM RENCANA PEMBENTUKAN HOLDING BUMN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. individu dan kelompok masyarakat dalam menentukan pilihan. Pernyataan ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada

Intermediary) sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

Prof. Madya Dr. Arieff Salleh bin Rosman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Selvy Normasari dkk (2013) mengenai Pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Philip Kotler dan Armstrong (2001 : 7), mendefinisikan. dengan orang lain. Stanton dalam Basu Swastha (2002 : 10),

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan

BAB II TELAAH PUSTAKA. dapat melepaskan diri dari pemasaran. Masyarakat pada umumnya sering kali

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

place, product, process, physical evidence

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lebih lanjut mari kita perhatikan QS Al Israa ayat 26 sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Suatu Negara dikatakan maju jika di bidang pendidikannya juga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut dapat bersaing dalam era perdagangan bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF. (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo)

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Jenis Usaha dan Nama Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih rendah dari pada harapan, pelanggan akan kecewa; jika ternyata sesuai

BAB II KERANGKA TEORI. pengertian atau teori-teori dari pemikiran-pemikiran para ahli untuk mendukung

BAB IV HASIL PENELITIAN. menggambarkan keadaan responden merupakan informasi tambahan untuk. Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. memuaskan kebutuhan keinginan dan harapan pelanggan. Pada

Konsep Dasar Ekonomi Islam MIKRO EKONOMI SYARIAH

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN RUMAH MAKAN BU Hj. MAMAH CIAMIS FARIZ MAULANA

BAB I PENDAHULUAN. Whindy Yoevestian, Fun With Symbian, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2009, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan ajaran agama dalam kehidupan. Al-Qur an menegaskan kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya Allah telah memberikan rezeki kepada seluruh umat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu

MATERI I PENGANTAR USHUL FIQH TIM KADERISASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pertemuan 13 PENGUKURAN DAN STRATEGI KEPUASAN PELANGGAN

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF KONSEP KEPUASAN SEBAGAI TUJUAN KEGIATAN KONSUMSI MENURUT EKONOMI KONVENSIONAL DAN EKONOMI SYARIAH A. Analisis Komparatif Konsep Kepuasan Menurut Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Syariah 1. Konsep Kepuasan Menurut Ekonomi Konvensional (utility) dan Konsep Kepuasan Menurut Ekonomi Syariah (maslahah) Konsep kepuasan menurut ekonomi konvensional berdasarkan pemikiran Philip Kotler (utility) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan. Philip Kotler juga menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Dari keterangan tersebut dapat diartikan bahawa kepuasan menurut Phiplip Kotler yang diistilahkan dengan utility adalah perasaan senang atau kecewa yang dirasakan seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadapa kinerja (hasil) suatu produk dan haranharapannya. 72

73 Sedangkan konsep kepuasan dalam ekonomi syariah berdasarakan pemikiran Imam al Syatibi yang diistilahkan dengan maslahah adalah sesuatu yang baik dan dapat diterima oleh akal yang sehat. Diterima akal sehat mengandung arti mewujudkan manfaat, kebaikan dan kesenangan untuk manusia yang disebut jalb almanafi (membawa manfaat) dan menghindari umat manusia dari kerusakan dan keburukan yang disebut dar u almafasid. Menurut Imam al Syatibi istilah maslahah maknanya lebih luas dari sekedar utility atau kepuasan dalam terminologi ekonomi konvensional. Maslahah adalah sifat atau kemampuan barang dan jasa yang mendukung elemenelemen dan tujuan dasar dari kehidupan manusia dimuka bumi ini bukan hanya sekedar peniliaian terhadap barang dan jasa secara materialis tetapi juga menilai sisi spiritual. 2. Faktor-Faktor Yang Menentukan Tingkat Utility dan Tingkat Maslahah Konsumen Dalam menentukan tingkat utility konsumen, terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan yaitu: kualitas produk, kualitas pelayanan, emosional, harga, dan biaya. Adapun juga dimensi-dimensi kualitas yang juga menentukan tingkat utility konsumen yaitu Performance (kinerja), Durability (daya tahan), Conformance to specifications (kesesuaian dengan

74 spesifikasi), Features (fitur), Reliability (reliabilitas), Aesthetics (estetika), Perceived quality (kesan kualitas), dan Serviceability. Sedangkan untuk menentukan tingkat maslahah konsumen tidak hanya menggunakan lima faktor seperti pada utility yaitu kualitas produk, kualitas pelayanan, emosional, harga, dan biaya namun juga memperhatikan lima prinsip yaitu prinsip keadilan, prinsip kebersihan, prinsip kesederhanaan, prinsip kemurahan hati, dan prinsip moralitas. Selain itu, ada hal lain yang sangat penting untuk menentukan tingkat maslahah konsumen yaitu halal dan haram. Menurut Imam al Syatibi ada lima elemen tujuan dasar dari kehidupan manusia dimuka bumi ini, yaitu kehidupan atau jiwa (al-nafs), properti atau harta benda (al mal), keyakinan (al-din), intelektual (al-aql), dan keluarga atau keturunan (al-nasl). Semua barang dan jasa yang mendukung tercapainya dan terpeliharanya kelima elemen tersebut di atas pada setiap individu dengan tetap memperhatikan lima faktor dan lima prinsip diatas, itulah yang disebut maslahah. setiap yang dianggap maslahah namun bertentangan dengan nash atau dalil qoth iy, tidak bisa disebut sebagai maslahah atau bahkan berlawanan dengan yang dikehendaki oleh Syari.

75 3. Metode Pengukuran Utility dan Maslahah Menurut Kotler ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan pengukuran kepuasan pelanggan, diantaranya: a. Sistem keluhan dan saran dengan cara memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran dan keluhan. b. Ghost shopping, dengan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pembeli potensial, kemudian melaporkan temuantemuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. c. Lost customer analysis, perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi d. Survai kepuasan pelanggan, kepuasan pelanggan dilakukan dengan penelitian survai, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara langsung. Pada dasarnya untuk mengukur suatu barang atau jasa dapat mencapai tingkat maslahah maksimal atau bisa disebut maslahah adalah dengan dasar al Quran dan Hadist. Namun dalam kasus tertentu, di dalam al Quran dan dan Hadist tidak ditemukan nash atau dalil yang dijadikan sebagai dasar hukum suatu barang atau jasa masuk dalam kategori maslahah atau tidak. Jika tejadi

76 kasus tersebut, maka pengukuran maslahah menggunakan cara Melihat Maslahah yang terdapat pada kasus yang dipersoalkan (maslahah al mursalah), Melihat sifat yang sesuai dengan tujuan syara (al-washf almunasib) yang mengharuskan adanya suatu ketentuan hukum agar tercipta suatu kemaslahatan, dan Melihat proses penetapan hukum terhadap suatu maslahah yang ditunjukkan oleh dalil khusus (istihlah). Menurut Imam al Syatibi, kriteria agar maslahah mursalah dapat diterima sebagai dasar pembentukan hukum islam pertama, maslahah tersebut harus sejalan dengan jenis tindakan syara, karena itu maslahah yang tidak sejalan dengan jenis tindakan syara atau berlawanan dengan dalil syara (al Quran, as Sunnah dan ijma ) tidak dapat diterima sebagai dasar dalam menetapkan hukum islam. Selain itu maslahah juga harus sejalan dengan maksud pembentukan hukum islam, yaitu dalam rangka memelihara agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan. Adapun barang dan jasa bisa mencapai tingkat maslahah yang maksimal atau masuk dalam kriteria maslahah jika mencakup dan bertumpu pada kepentingan dunia dan akhirat, tidak hanya terbatas pada sisi material semata, tetapi harus juga mengandung nilai-nilai spiritual, dan telah ditetapkan syari at atau berpijak kepada maslahah lainnya yang telah ditetapkan syari at. Dalam pembagian maslahah umum dan maslahah pribadi, Islam mendahulukan kemaslahatan umum daripada kemaslahatan pribadi.

77 Secara garis besarnya, takaran maslahah tidak didasarkan pada penilaian akal manusia yang bersifat relatif-subyektif dan dibatasi ruang dan waktu tetapi harus sesuai petunjuk syara yang mencakup kepentingan dunia dan akherat. Serta tidak terbatas pada rasa enak atau tidak enak dalam artian fisik tetapi juga dalam artian mental spiritual. B. Persamaan dan Perbedaan Konsep Kepuasan Menurut Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Syariah Terdapat persamaan anatar konsep kepuasan menurut ekonomi konvensional (utility) dengan konsep kepuasan ekonomi syariah (maslahah) yaitu: 1. Kepuasan salah salah satu tujuan dari kegiatan konsumsi yang dilakukan oleh manusia. 2. Kepuasan adalah salah satu hal yang dibutuhkan manusia dalam pemenuhan kebutuhannya. 3. Pemenuhan kebutuhan untuk mencapai kepuasan adalah tujuan aktivitas ekonomi 4. Dalam pemenuhan kebutuhan, baik ekonomi Syariah maupun konvensional mengakui bahwa kebutuhan manusia meliputi: kebutuhan primer sebagai kebutuhan dasar manusia, kebutuhan sekunder sebagai pelengkap dan kebutuhan tersier.

78 5. Ekonomi konvensional dan ekonomi syariah sepakat bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah mengkonsumsi suatu barang atau jasa. 6. Ekonomi konvensional serta ekonomi syariah sama-sama menggunakan kualitas produk, kualitas pelayanan, emosional, harga, dan biaya sebagai faktor yang menentukan tingkat utility dan maslahah. Secara umum menurut pandangan Imam al Syatibi yang mewakilai ekonomi syariah dan Philip Kotler yang mewakili ekonomi konvensional dalam konsep kepuasan terdapat berbedaan yang signifikan, yang membedakan antara pemikiran Imam al Syatibi dan Philip Kotler yaitu: 1. Sumber dasar pemikiran Imam al Syatibi berasal dari tuntunan Nabi Muhammad melalui Al-Qur an dan Hadist, yang telah memberikan arahan sesuai dengan prinsip dan kaidah syariat Islam. Sedangkan pemikiran Philip Kotler, bertumpu kepada kepentingan diri sendiri yang menjadi satu-satunya tujuan bagi seluruh aktivitas, dan lebih mendahulukan akal. 2. Imam al Syatibi mengistilahkan kepuasan dalam kegiatan ekonomi dengan istilah maslahah yang memiliki arti lebih luas dibanding dengan kepuasan dari Philip Kotler yang diistilahkan dengan utility 3. \Tujuan dari pemenuhan kepuasan, Imam al Syatibi dengan maslahah-nya tidak hanya memperhitungkan kepuasan dunia tetapi juga

79 mempertimbangkan akhirat, karena dalam ajaran Islam yakin bahwasanya kehidupan yang kekal yaitu di akhirat nanti. Berbeda dengan pemikiran Philip Kotler dengan utility-nya yang hanya memperhitungkan kepuasan dunia tanpa memperhitungkan unsur waktu bahwasanya manusia hidup terbatas hanya di dunia saja tanpa memperhatikan kehidupan setelah mati yaitu kehidupan di akhirat. 4. Dalam konsep maslahah, Imam al Syatibi mengutamakan pemenuhan kebutuhan terlebih dahulu daripada keinginan untuk mencapai kepuasan. Sedangkan dalam pemikiran Philip Kotler, untuk mencapai utility tidak ada keutamaan mana yang harus diutamakan pemenuhannya, keinginan atau kebutuhan untuk mencapai kepuasan. 5. Menurut pemikiran Imam al Syatibi dengan maslahah-nya, pemenuhan kepuasan adalah salah bentuk ibadah. Sedangkan menurut pemikiran Philip Kotler dengan utility-nya hanya sebuah kegiatan duniawi untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai kepuasan serta keberlangsungan hidup. 6. Konsep halal haram, ekonomi Islam sangat berhati-hati berbicara tentang konsumsi untuk mencapai kepuasan, ada batasan-batasan tertentu yang harus diperhatikan oleh umat muslim, yaitu antara halal dan haram, baik dari dzatnya ataupun cara mendapatkannya untuk mencapai kepuasan.

80 Sedangkan dalam ekonomi konvensional tidak memperhatikan mana yang halal dan mana yang haram. 7. Mas}lahah individual akan relatif konsisten dengan mas}lahah sosial, sementara utility individu sangat mungkin berbeda dengan utilitas sosial. 8. Faktor-faktor yang menentukan tingkat maslahah lebih lengkap dan mendalam tidak hanya memperhatikan hubungan antara manusia dengan manusia tetapi hubungan anata manusia dengan tuhan juga diperhatikan. Sedangkan faktor-faktor yang menentukan utility hanya memberatkan pada hubungan anatara manusia dengan manusia dengan mengesampingkan tangggung jawab manusia dengan penciptanya. 9. Mas}lahah merupakan konsep yang lebih terukur (accountable) dan dapat diperbandingkan (comparable) sehingga lebih mudah disusun prioritas dan pentahapan dalam pemenuhannya. Hal ini akan mempermudah perencanaan alokasi anggaran serta pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya, untuk mengukur tingkat utility dan membandingkannya antara satu orang dengan orang lain tidaklah mudah karena bersifat relatif.