HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

INDONESIA Percentage below / above median

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA TPB IPB DAN NILAI UJIAN NASIONAL ETY NOVIYANTI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

C UN MURNI Tahun

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

CEDERA. Website:

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website:

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

UKURAN KESESUAIAN DALAM ANALISIS BIPLOT BIASA DAN ANALISIS BIPLOT IMBUHAN MARIYAM

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

BIPLOT DENGAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR BIASA DAN KEKAR UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB WARSITO

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MA untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

KESEHATAN ANAK. Website:

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN PENDENGARAN. Website:

STATUS GIZI. Website:

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF

IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota)

Kesehatan Gigi danmulut. Website:

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Disabilitas. Website:

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KESEHATAN REPRODUKSI. Website:

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

DATA INSPEKTORAT JENDERAL

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik

BERITA RESMI STATISTIK

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2016

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN FEBRUARI 2014

Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2017

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

SELAYANG PANDANG SIMLUH KP

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kesehatan Lingkungan. Website:

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2017

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

Transkripsi:

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Gambaran dari peubah mata kuliah, IPK dan nilai Ujian Nasional yang ditata sesuai dengan mediannya disajikan sebagai boxplot dan diberikan pada Gambar. 9 3 Data 6 3 0 OR AG EK KW ID PI SO PK IP IG UN MT KI BI KA FI Gambar Boxplot peubah mata kuliah, IPK dan nilai Ujian Nasional. Dari boxplot di atas dapat dilihat keragaman dan data pencilan. Dari Gambar hanya peubah FI dan KW yang tidak mempunyai pencilan. Objek (MALUT) dan (KALTENG) mendominasi pencilan bawah di hampir semua peubah. Objek (SULUT) dan 9 (MALUKU) merupakan pencilan atas dari peubah SO, berarti kedua objek ini mempunyai selisih yang cukup besar jika dibandingkan dengan rata-rata maupun nilai objek di bawahnya. Peubah EK, FI, dan MT mempunyai keragaman yang lebih tinggi daripada peubah yang lainnya, sedangkan peubah SO mempunyai keragaman yang paling kecil. Peubah AG, BI, OR, dan PI kemiringan pola sebarannya mendekati simetri atau mediannya hampir sama dengan rataratanya. Sedangkan peubah EK, ID, IG, KA, KI, PK, SO, IP dan UN kemiringan pola sebaran datanya negatif. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata dari peubah tersebut di bawah mediannya. Dan untuk peubah FI dan KW kemiringan pola sebaran datanya positif, hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata kedua peubah tersebut lebih besar dari mediannya. Hubungan antara mata kuliah, IPK dan nilai UN dapat dilihat pada matriks korelasi Pearson pada Tabel dan nilai-p diberikan pada Lampiran. Dari matriks korelasi Pearson dapat dilihat keterkaitan antar peubah. Korelasi peubah UN dengan peubah AG, KW, OR, SO, ID, PI dan PK masing-masing sebesar - 0.05, -0.0, -0., -0.003, 0.8 dan 0., atau berdasarkan nilai-p masing-masing ialah: 0.733, 0.9, 0.39, 0.978, 0.88, 0.08 dan 0.68. Artinya nilai UN tidak berkorelasi dengan nilai Agama, Kewirausahaan, Olah Raga dan Seni, Sosiologi Umum, Bahasa Indonesia, Pengantar Ilmu Pertanian dan Pengantar Kewarganegaraan. Sedangkan untuk peubah-peubah lainnya, termasuk IPK, UN berkorelasi sangat nyata, walaupun nilainya tidak begitu besar. Korelasi nilai UN dan IPK adalah sebesar 0.**. Korelasi tertinggi untuk peubah UN dihasilkan oleh peubah FI dan KA yaitu 0.55** dan 0.**.

7 Tabel Matriks korelasi Pearson. Peubah AG BI EK FI ID IG KA KI KW MT OR PI PK SO IP UN AG BI 0.5** EK 0.8** 0.75** FI 0.0 0.55** 0.3** ID 0.57** 0.69** 0.67** 0.0** IG 0.0** 0.70** 0.59** 0.6** 0.7** KA 0. 0.7** 0.8** 0.73** 0.58** 0.67** KI 0.** 0.75** 0.70** 0.69** 0.60** 0.68** 0.86** KW 0.57** 0.** 0.5** -0.0 0.67** 0.8** 0.3* 0.** MT 0.** 0.70** 0.8** 0.63** 0.57** 0.57** 0.85** 0.8** 0.38** OR 0.0 0.3* 0.0 0. 0. 0.** 0. 0. 0.06 0.6 PI 0.** 0.68** 0.75** 0.** 0.73** 0.63** 0.69** 0.6** 0.58** 0.70** 0. PK 0.** 0.5** 0.** 0.** 0.** 0.0** 0.5** 0.55** 0. 0.53** 0.3* 0.5** SO 0.** 0.5** 0.** 0.3 0.53** 0.5** 0.35* 0.** 0.69** 0. 0.30* 0.55** 0.3 IP 0.5** 0.87** 0.86** 0.66** 0.79** 0.8** 0.88** 0.88** 0.57** 0.87** 0.3* 0.8** 0.60** 0.55** UN -0.05 0.37** 0.38** 0.55** 0.8 0.3** 0.** 0.9** -0.0 0.6** -0. 0. 0.06-0.003 0.** Keterangan: ** nilai-p 0.0 * 0.0 < nilai-p 0.05 IPK berkorelasi sangat nyata dengan hampir semua peubah. Jika dilihat pada Tabel, IPK sangat berkorelasi pada mata kuliah Biologi, Ekonomi Umum, B. Inggris, Kalkulus, Kimia, Pengantar Matematika dan Pengantar Ilmu Pertanian dengan nilai 0.80**. Gambaran umum mutu pendidikan tiap provinsi dapat dilihat pada pencapaian prestasi di IPB dan perolehan nilai UN. Peringkat provinsi berdasarkan rata-rata IPK dan nilai UN disajikan pada Gambar 3 dan Lampiran 3. Data 3,5 3,0,5 37 55 37 3 35 39 85 33 7 5370 3 6869 8 38 60 7 7 985 5 39 8 53 6 35 8 6 5 0 5 3 6 9 9 38 799 5 9 5 0 0 3 37 5 8 7 30 3 3 33 33 30 6 3 8 6 Variable IPK UN,0,5 3 5 7 5 3 33,0 5 0 5 0 5 30 Inde x 35 0 5 Gambar 3 Gambaran peringkat provinsi berdasarkan IPK dan nilai Ujian Nasional. Gambar 3 menunjukkan kekurangterkaitan nilai UN dengan IPK. Provinsi yang menempati peringkat 0 teratas untuk IPK ialah KALSEL, JATENG, LAMPUNG, KALBAR, KALTENG, KALTIM, GORONTALO, PAPUA, BENGKULU dan NTT. Sedangkan provinsi yang menempati peringkat 0 teratas untuk nilai UN ialah

8 KALSEL, BALI, KALSEL, NAD, LAMPUNG, KALBAR, JATIM, SUMSEL, KALTIM dan DKI JAKARTA. Provinsi KALSEL dan KALBAR selalu menempati peringkat 0 teratas untuk IPK dan juga nilai UN. Provinsi yang masuk ke dalam peringkat 0 terbawah dalam perolehan IPK ialah BALI, SULTRA, SULSEL, SULSEL, NAD, SULUT, SUMBAR, SUMUT, KALTENG dan MALUT. Sedangkan provinsi yang masuk ke dalam peringkat 0 terbawah untuk perolehan nilai UN ialah MALUKU, MALUT, NTT, KALTENG, SULTRA, SULUT, BANTEN, SULTENG, NTT dan MALUT. Provinsi SULUT, KALTENG dan MALUT berada pada peringkat 0 terbawah untuk IPK dan UN. Berarti ketiga provinsi ini perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan nilai UN dan prestasi di perguruan tinggi. Objek 37 (KALSEL) menempati peringkat pertama dalam perolehan IPK sedangkan objek 38 (KALSEL) menempati peringkat pertama untuk UN. Pada peringkat 0 besar berdasarkan IPK, terdapat provinsi yang berasal dari Kalimantan. Sehingga dapat dikatakan provinsi Kalimantan Selatan mempunyai prestasi yang cukup baik. Analisis Biplot Berdasarkan Dekomposisi Nilai Singular dengan α = 0 diperoleh koordinat biplot yang diberikan pada Lampiran. Kemudian hasil biplot dapat dilihat pada Gambar dan gambar biplot dengan ukuran yang lebih besar diberikan pada Lampiran 5. Ukuran kesesuaian biplot disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Ukuran kesesuaian biplot. Kesesuaian % Data 7.56 GF Peubah 98.05 Objek 6.96 Pada Tabel 3 terlihat bahwa pendekatan matriks dengan biplot memberikan ukuran kesesuaian yang cukup besar untuk data, peubah dan objek yaitu di atas 6%. Dalam penelitian ini, analisis biplot dapat menerangkan sebagian besar keragaman data yaitu 7.56%. GH Biplot HGF = 7.56%L GH Biplot GH Biplot 38 FI D 0. 0.0 6 8 9UN5 0 8 0 3 8 3 3 3 3 5 7 5 7 39 37 30 78 9 3 0 96 5 33 5 6 OR 53 PK35 KI IPIG BI KA MT EK -0. 6 AG SO 3 KW ID PI -0. 5 7 9-0.6-0. -0. 0.0 0. 0. 0.6 D Gambar Biplot gambaran posisi objek dan peubah menggunakan α = 0.

9 Dari Gambar panjang vektor peubah FI, KA, MT dan EK yang relatif sama panjang menunjukkan bahwa keragaman yang dimiliki keempat peubah tersebut relatif sama besar. Selain itu, panjang vektor peubah-peubah ini yang cenderung lebih panjang daripada peubah lainnya menunjukkan bahwa tingkat keragamannya lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Peubah OR, PK, AG dan SO digambarkan dengan vektor yang lebih pendek dari peubah lainnya. Dengan kata lain, peubah-peubah ini memiliki keragaman yang relatif kecil. Hal ini telah diperlihatkan pada boxplot, sehingga hasil yang diperlihatkan boxplot hampir sama dengan biplot. Sudut yang terkecil dari peubah UN dibentuk oleh peubah FI. Dengan kata lain semakin tinggi nilai UN maka besar kemungkinan mendapatkan nilai Fisika yang tinggi pula. Sedangkan untuk UN dan peubah AG, SO dan KW korelasinya negatif karena sudut yang dibentuk agak tumpul dibandingkan peubah yang lainnya. Peubah UN dengan peubah PI, ID dan OR hampir membentuk sudut siku-siku, artinya UN tidak berkorelasi dengan PI, ID dan OR. Sehingga dapat dikatakan bahwa perolehan nilai UN tidak dapat digunakan sebagai indikator perolehan nilai Pengantar Ilmu Pertanian, Bahasa Indonesia, Olah Raga dan Seni, Agama, Sosiologi Umum dan Kewirausahaan. Dalam biplot, kedekatan objek dengan peubah ditunjukkan oleh letak objek tersebut terhadap vektor peubah. Jika posisi objek sepihak dengan arah vektor peubah maka objek tersebut bernilai di atas rata-rata, jika berlawanan maka nilainya di bawah rata-rata, dan jika hampir di tengah-tengah maka nilainya mendekati rata-rata. Gambar memberikan gambaran posisi objek dan vektor peubah dalam biplot. Berdasarkan kedekatan antar objek dan kedekatan objek dengan peubah, objek-objek tersebut dapat dikelompokkan menjadi sembilan kelompok, yaitu: Kelompok : KALSEL (38). Kalimantan Selatan BUD memiliki nilai UN dan Fisika yang paling tinggi tetapi relatif kurang baik dalam nilai Agama, Sosiologi Umum, Kewirausahaan, Bahasa Indonesia dan Pengantar Ilmu Pertanian. Kelompok : KALTENG () dan MALUT (). Kedua provinsi ini berada paling jauh dari semua vektor peubah. Untuk itu, diperlukan banyak peningkatan di semua mata kuliah serta nilai UN. Kelompok 3: NAD (), SUMUT (3), SUMBAR (6), RIAU (8), BALI (30), SULSEL (), SULSEL (3) dan SULTRA (). Kelompok ini memiliki nilai UN dan Fisika yang tinggi tetapi untuk IPK, Biologi, Ekonomi Umum, Olahraga dan Seni, Pengantar Kewarganegaraan, Agama, Sosiologi Umum, Kewirausahaan, Bahasa Indonesia, Pengantar Ilmu Pertanian, dan Bahasa Inggris nilainya di bawah rata-rata. Kelompok : NAD (), JAMBI (0), SUMSEL (), LAMPUNG (), LAMPUNG (5), DKI JAKARTA (9), JATENG (), JATIM (8), KALTIM (0) dan GORONTALO (8). Objek-objek ini mempunyai rata-rata nilai UN dan Fisika yang tinggi. Kelompok 5: SUMUT (), BANTEN (3), NTT (33) dan MALUT (5). Berdasarkan posisinya, kelompok 5 berada pada kuadran yang berlawanan dengan vektor UN, FI, KA, KI dan MT. Hal ini berarti nilai Ujian Nasional, Fisika, Kalkulus, Kimia dan Pengantar Matematika kelompok ini di bawah ratarata. Kelompok 6: SUMBAR (5), JAMBI (9), SUMSEL (), KEP.BABEL (7), DKI JAKARTA (8), JABAR (0), JABAR (), BANTEN (), DIY (6), JATIM (9) dan NTB (3). Kelompok ini berada di hampir tengahtengah. Hal ini berarti nilai semua mata kuliah, IPK dan nilai UN mendekati rataratanya. Letak yang relatif berdekatan antara tiap provinsi dalam kelompok ini menunjukkan prestasi yang hampir sama. Kelompok 7: RIAU (7), BENGKULU (3), KEP.BABEL (6), JATENG (5), DIY (7), KALBAR (3), KALTENG (35), KALSEL (37), KALTIM (39), PAPUA (53) dan PAPUA (5). Kelompok ini berada paling kanan, sehingga dapat dikatakan kelompok 7 unggul dalam semua peubah, termasuk IPK dan UN. Provinsi KALSEL merupakan provinsi dengan IPK tertinggi karena terletak paling kanan dan berada tepat pada peubah IPK. Kelompok 8: NTT (3), SULTENG (6) dan MALUKU (). Kelompok 8 digambarkan unggul dalam mata kuliah Agama, Sosiologi Umum dan Kewirausahaan tetapi relatif lemah dalam nilai UN dan Fisika.

0 Kelompok 9: SULUT (), SULTRA (5), SULTENG (7) dan MALUKU (9). Kelompok 9 juga memiliki nilai Agama, Sosiologi Umum dan Kewirausahaan di atas rata-rata seperti kelompok 8, tetapi nilainya digambarkan lebih tinggi daripada kelompok 8. Kelompok ini memiliki UN di bawah ratarata. Begitu juga dengan perolehan nilai Fisika, Kimia, Kalkulus dan Pengantar Matematika. SIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat diambil simpulan, yaitu:. Provinsi KALSEL Non BUD dan KALBAR selalu menempati peringkat 0 teratas untuk IPK dan juga nilai UN. Sedangkan provinsi SULUT, KALTENG BUD dan MALUT BUD berada pada peringkat 0 terbawah untuk IPK dan UN. KALSEL BUD memiliki nilai UN yang paling tinggi dan KALSEL Non BUD memiliki IPK tertinggi, sedangkan MALUT BUD memiliki nilai UN dan IPK terendah.. Nilai UN berkorelasi sangat nyata dengan nilai Fisika dan Kalkulus yaitu 0.55** dan 0.**. Nilai UN tidak berkorelasi dengan nilai Agama, Kewirausahaan, Olah Raga dan Seni, Sosiologi Umum, Bahasa Indonesia, Pengantar Ilmu Pertanian dan Pengantar Kewarganegaraan. Nilai UN dengan IPK berkorelasi sebesar 0.**. Walaupun nilai UN berpengaruh sangat nyata terhadap IPK tetapi nilainya tidak cukup besar, sehingga UN belum dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan di perguruan tinggi. 3. Biplot dapat memberikan gambaran keterkaitan provinsi dengan peubahpeubah yang mempengaruhi prestasi, sehingga dapat diperoleh keunggulan dan kekurangannya dengan ukuran kesesuaian data sebesar 7.56%.. Kelompok 7 (RIAU Non BUD, BENGKULU, KEP BABEL Non BUD, JATENG BUD, DIY BUD, KALBAR, KALTENG Non BUD, KALSEL Non BUD, KALTIM Non BUD, PAPUA Non BUD dan PAPUA BUD) memiliki nilai di atas rata-rata untuk semua nilai mata kuliah, IPK dan UN. Kelompok 7 merupakan kelompok yang mempunyai prestasi paling baik di IPB. 5. Kelompok 6 (SUMBAR Non BUD, JAMBI Non BUD, SUMSEL Non BUD, KEP.BABEL BUD, DKI JAKARTA BUD, JABAR Non BUD, JABAR BUD, BANTEN Non BUD, DIY Non BUD, JATIM BUD dan NTB) mempunyai nilai di sekitar rata-rata untuk semua nilai mata kuliah, IPK dan UN. 6. Kelompok yang memiliki nilai di bawah rata-rata untuk semua nilai adalah kelompok (KALTENG BUD dan MALUT BUD), kelompok 3 (NAD Non BUD, SUMUT Non BUD, SUMBAR BUD, RIAU BUD, BALI, SULSEL Non BUD, SULSEL BUD dan SULTRA Non BUD) dan kelompok 5 (SUMUT BUD, BANTEN BUD, NTT BUD dan MALUT Non BUD). Kelompok memiliki prestasi paling rendah di IPB sehingga memerlukan banyak upaya perbaikan dalam mutu pendidikan. 7. Kelompok (KALSEL BUD) dan kelompok (NAD BUD, JAMBI BUD, SUMSEL BUD, LAMPUNG Non BUD, LAMPUNG BUD, DKI JAKARTA BUD, JATENG Non BUD, JATIM Non BUD, KALTIM BUD dan GORONTALO) mempunyai nilai UN dan Fisika yang relatif tinggi tetapi relatif rendah untuk nilai Agama, Sosiologi Umum dan Kewirausahaan. Kelompok memiliki nilai UN dan Fisika yang lebih tinggi daripada kelompok. 8. Kelompok 8 (NTT non BUD, SULTENG Non BUD dan MALUKU BUD) dan kelompok 9 (SULUT Non BUD, SULTRA BUD, SULTENG BUD dan MALUKU Non BUD) mempunyai nilai UN dan Fisika di bawah rata-rata tetapi relatif unggul dalam mata kuliah Agama, Sosiologi Umum dan Kewirausahaan. Kelompok 9 mempunyai nilai Agama, Sosiologi Umum dan Kewirausahaan yang lebih tinggi tetapi nilai UN dan Fisika yang lebih rendah daripada kelompok 8.