GAMBARAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BEBANDEM, KARANGASEM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

ABSTRAK EVALUASI HASIL TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS FASE INTENSIF PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bakterituberkulosis tersebut (Kemenkes RI,2012). Jumlah prevalensi TB di

ABSTRACT. Keywords: Supervisory Swallowing Drugs, Role of Family, Compliance Drinking Drugs, Tuberculosis Patients ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah. 16 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN Oleh : ANGGIE IMANIAH SITOMPUL

J. Teguh Widjaja 1, Hartini Tiono 2, Nadia Dara Ayundha 3 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Artikel Penelitian. thedots strategysince 1995.Based on the annual report of Padang City Health Department in 2011, the treatment. Abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I. Treatment, Short-course chemotherapy)

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) TERHADAP KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN. Oleh: FILZA RIFQI AUFA ASLAM

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

Abstrak. Dicky Sanjaya, 2009.Pembimbing I: Evi Yuniawati, dr., MKM Pembimbing II: Dani, dr., MKes

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

Faktor-Faktor Kegagalan Konversi Pasien TB Paru BTA Positif Kategori I pada Akhir Pengobatan Fase Intensif

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

Pengaruh Dukungan Keluarga, Pengetahuan, dan Pendidikan Penderita Tuberkulosis (TB Paru) Terhadap Kepatuhan Minum Obat

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Microbacterium tuberculosis (WHO, 2012).Bakteri ini menyebar melalui droplet

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTIDRUG RESISTANT

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

Penyakit Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit. infeksi yang memberikan dampak morbiditas dan mortalitas

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KESEMBUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI PUSKESMAS DELANGGU KABUPATEN KLATEN

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan dunia karena

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan termasuk salah satu sasaran Millennium Development Goals (MDGs) dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KESEMBUHAN DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2014

PEMETAAN KASUS TUBERKULOSIS PARU DI KECAMATAN TUMINTING TAHUN 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 (Rekapan Jawaban Kuesioner dari Pasien Penderita TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TBC PARU BTA (+) TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM DOTS PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PKM CIPAGERAN KOTA CIMAHI PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI WILAYAH PUSKESMAS NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

Transkripsi:

GAMBARAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BEBANDEM, KARANGASEM Ni Putu Ayu Reza Dhiyantari 1, Reqki First Trasia 1, Kadek Dewi Indriyani 1, Putu Aryani 2 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 Bagian Ilmu kedokteran Komunitas- Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2 ABSTRAK Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Di Puskesmas Bebandem, Karangasem tercatat 39 dan 27 kasus tuberkulosis paru (TB paru) dengan pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) positif berturut-turut pada tahun 2011 dan tahun 2012. Terdapat terdapat 26 kasus TB baru sejak bulan Januari 2013 sampai Juni 2013. Dua puluh lima kasus diantaranya merupakan kasus TB paru. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Bebandem, Karangasem. Penelitian menggunakan metode deskriptif cross-sectional. Sampel penelitian merupakan semua penderita TB paru dengan pengecatan sputum BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Bebandem yang sedang menjalani pengobatan rawat jalan, yaitu sejumlah 18 orang. Data dikumpulkan menggunakan metode wawancara dengan kuesioner terstruktur dan data sekunder dari Puskesmas. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam tabel dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kepemilikan PMO sebesar 94.44%. Semua subjek yang memiliki PMO menyatakan bahwa PMO selalu mengingatkan pasien untuk minum obat, mengingatkan untuk minum obat dan mengecek dahak tepat waktu, serta menegur apabila tidak minum obat. Semua subyek baik yang memiliki PMO maupun yang tidak memiliki PMO menyatakan patuh pada petunjuk petugas kesehatan atau PMO. Selanjutnya didapat bahwa 94.44% responden patuh minum obat dalam fase intensif OAT. Responden yang sedang dalam pengobatan OAT fase lanjut juga menunjukkan tingkat kepatuhan minum obat yang tinggi yaitu sebesar 86.67%. Selain itu, tingkat kepatuhan terhadap jadwal pemeriksaan dahak dan pengambilan obat didapatkan sebesar 100%. Kata Kunci : tuberkulosis paru, kepatuhan minum obat

THE ADHERENCE OF TREATMENT AMONG PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS IN BEBANDEM PRIMARY HEALTH CARE, KARANGASEM ABSTRACT Pulmonary tuberculosis is an infectious disease affecting lower respiratory tract caused by Mycobacterium tuberculosis. Bebandem Primary Health Care reported 39 and 27 cases of pulmonary tuberculosis (TB) with positive acid fast bacilli smear in 2011 and 2012, respectively. There was 26 new cases of TB since January 2013 until June 2013. Twenty five of the cases was pulmonary TB. The aims of this study were to acknowledge treatment adherence among pulmonary TB patients in Bebandem Primary Health Care, Karangasem. This study using descriptive cross-sectional method. The samples of the study were 18 outpatients suffering from pulmonary TB with positive sputum smear. Data was collected using structured questionnaire and interview method. Data was analyzed descriptively and presented into tables and narrations. The results of this study were 94.44% respondents have had Drug Intake Observer. All these subjects agreed that their Drug Intake Observer always remind them to take the drug and to take sputum examination right at scheduled time. They also agreed that the Drug Intake Observer will criticize them if they forget to take the drug. In intensive phase, 94.4% respondents were found adhere to Anti-TB Drugs. But only 86.67% patients were adhere to Anti-TB Drugs in continuation phase. The adherence to sputum examination and drug taking schedule was at the rate of 100%. Keywords: pulmonary tuberculosis, treatment adherence PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global, dimana hampir sepertiga populasi dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan berisiko menderita TB 1. Setiap tahun ada lebih dari 9 juta orang terdiagnosis TB dan 1,6 juta diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut 1. Lebih dari 90% kasus dan kematian akibat TB di dunia terjadi di negara berkembang. Tujuh puluh lima persen kasus diderita pada kelompok usia produktif 2. Indonesia berada pada peringkat kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Berdasarkan laporan WHO tahun 2010 prevalensi TB diestimasikan sebesar 660.000, sedangkan estimasi insidensi sebesar 430.000 kasus baru pertahun 3. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan sebanyak 61.000 kematian pertahun. 3 World Health Organization (WHO) merekomendasikan Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) sebagai strategi global untuk mengendalikan angka kesakitan dan kematian akibat TB. Strategi ini telah diadopsi oleh lebih dari 180 negara dan

dianggap sebagai pendekatan yang paling tepat dan efektif dari segi biaya untuk pengendalian TB 4. Kepatuhan minum obat merupakan faktor kunci keberhasilan pengobatan. Sejumlah pasien di banyak negara menghentikan pengobatan sebelum tuntas karena berbagai alasan. Besarnya angka ketidak patuhan pengobatan sulit dinilai, namun diperkirakan lebih dari seperempat pasien TB gagal dalam menyelesaikan pengobatan 6 bulan 5. Ketidakpatuhan pengobatan meningkatkan risiko kegagalan pengobatan dan relaps, serta dianggap sebagai salah satu penyebab paling penting munculnya drug-resistant TB 6. Secara khusus multidrug resistant TB (MDR-TB) dan extensively resistant TB memunculkan ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat. Hampir setengah juta orang terdiagnosis MDR TB pada tahun 2008, merujuk kepada estimasi WHO terkini 6. Strategi DOTS di Kabupaten Karangasem sudah dimulai sejak tahun 2010 7. Sebanyak 152 orang (52,2%) penderita baru BTA (+) ditemukan di Kabupaten Karangasem pada tahun 2012 7. Terdapat 53 kasus TB paru BTA positif yang berobat jalan di Puskesmas Bebandem pada tahun 2010. Pada tahun 2011 dan 2012 terjadi penurunan jumlah kasus sebanyak 39 dan 27 kasus berturut-turut. Dua puluh lima kasus dari 26 kasus baru TB merupakan kasus TB paru ditemukan pada interval Januari-Juni 2013. Belum ada peninjauan mendalam terhadap pelaksanaan strategi DOTS khususnya mengenai kepatuhan minum obat pada pasien TB Paru yang berobat jalan di wilayah kerja Puskesmas Bebandem. Penulis telah melakukan penelitian mengenai gambaran kepatuhan minum obat pada penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Bebandem, Karangasem. METODE Penelitian dilakukan di daerah kerja Puskesmas Bebandem, Karangasem pada bulan Juni 2013 hingga bulan Juli 2013 dengan rancangan penelitian deskriptif cross-sectional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kepatuhan minum obat pada penderita TB paru yang sedang berobat jalan di Puskesmas Bebandem, Karangasem pada bulan Januari 2013 hingga Juni 2013. Populasi penelitian merupakan semua penderita TB paru rawat jalan di Puskesmas Bebandem, Karangasem, yaitu 18 orang. Besar sampel ditentukan dengan metode total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan

cara mewawancarai responden menggunakan kuesioner terstruktur. Variabel Penelitian Variabel yang diteliti yaitu kepatuhan minum obat dijabarkan menjadi ada atau tidaknya pengawas minum obat (PMO), peran aktif PMO dalam pengobatan pasien, kepatuhan pasien terhadap PMO, dan kepatuhan pasien terhadap jadwal pengambilan obat dan pemeriksaan dahak di Puskesmas. Analisa Data Data diolah secara manual. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL PENELITIAN Semua subyek penelitian menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian dan telah menandatangani informed consent. Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2013 dengan mengunjungi pasien ke kediaman masing-masing. Dari 18 subyek penelitian didapatkan gambaran kepatuhan minum obat, meliputi ada atau tidaknya pengawas minum obat (PMO), peran aktif PMO dalam pengobatan pasien, kepatuhan pasien terhadap PMO, dan kepatuhan pasien terhadap jadwal pengambilan obat dan pemeriksaan dahak di Puskesmas. Tujuh belas subyek memiliki pengawas minum obat yang semuanya merupakan keluarga pasien yang tinggal dalam satu rumah atau pekarangan. Hanya satu orang pasien yang tidak memiliki PMO. Persentase kepemilikan PMO sebesar 94.44%. Semua subjek yang memiliki PMO menyatakan bahwa PMO selalu mengingatkan pasien untuk minum obat, mengingatkan untuk minum obat dan mengecek dahak tepat waktu, serta menegur apabila tidak minum obat. Semua subyek baik yang memiliki PMO maupun yang tidak memiliki PMO menyatakan patuh pada petunjuk petugas kesehatan atau PMO. Terdapat tiga poin pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner terstruktur untuk mengetahui luaran kepatuhan minum obat pada subjek penelitian, yaitu (1) apakah selama fase intensif selalu minum obat, (2) apakah selama fase lanjut selalu minum obat, (3) apakah selalu mematuhi jadwal pemeriksaan dahak dan pengambilan obat. Tujuh belas subjek menyatakan selalu minum obat pada dua bulan pertama fase intensif, hanya satu orang subjek yang menyatakan pernah lupa minum obat. Pada poin pertanyaan kedua hanya 15 subjek yang relevan karena 3 pasien lainnya masih menjalani pengobatan fase intensif. Dari 15 subjek yang menjalani pengobatan

fase lanjut, 13 diantaranya menyatakan selalu minum obat tiga kali seminggu. Semua subyek menyatakan selalu mematuhi jadwal pemeriksaan dahak dan pengambilan obat. Tabel 1. Gambaran Kepemilikan PMO dan Peran PMO dalam pengobatan Poin Pernyataan Katagori Jumlah Persentase (orang) Kepemilikan PMO Ada 17 94.44% Tidak 1 5.56% PMO selalu mengingatkan untuk Ya 17 100% minum obat Tidak 0 0% PMO selalu mengingatkan untuk Ya 17 100% mengambil obat dan mengecek dahak Tidak 0 0% tepat waktu PMO menegur apabila saya lupa Ya 17 100% minum obat Tidak 0 0% Tabel 2. Gambaran Kepatuhan Minum Obat Poin Pertanyaan Katagori Jumlah Persentase (orang) Apakah selama fase intensif (2 bulan Ya 17 94.44% pertama) selalu minum obat? Tidak 1 5.56% Apakah selama fase lanjut selalu minum Ya 13 86.67% obat tiga kali seminggu? Tidak 2 13.33% Apakah selalu mematuhi jadwal Ya 18 100% pemeriksaan dahak dan pengambilan obat? Tidak 0 0% PEMBAHASAN Masalah putus obat merupakan salah satu masalah yang penting dalam managemen TB 5. Rendahnya kepatuhan minum obat dapat berakibat pada resistensi Mycobacterium tuberculosa terhadap obat anti-tb yang berpotensi mengubah pilihan obat terapeutik pada pasien-pasien TB 4. Pasien yang tidak teratur minum obat memiliki risiko

tinggi kegagalan pengobatan, kekambuhan, maupun terhadap munculnya drug resistant-tuberculosis (DR-TB) 4. Berdasarkan kepemilikan Pengawas Minum Obat (PMO), dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa 94,4% responden memiliki pengawas minum obat. Tujuh belas orang responden yang memiliki PMO menyatakan bahwa PMO selalu mengingatkan untuk minum obat, selalu mengingatkan untuk mengambil obat dan mengecek dahak tepat waktu, serta menegur responden apabila lupa minum obat. Instrumen yang paling penting dalam mendiagnosis TB adalah pemeriksaan mikroskopis langsung terhadap apusan dahak/sputum. Pemeriksaan mikroskopis terhadap apusan dahak dilakukan secara teratur untuk mencari bacilli tahan asam (BTA) pada interval yang ditentukan selama periode pengobatan 7. Puskesmas Bebandem, Karangasem menjadwalkan pengambilan dahak pada minggu terakhir bulan ke 2, bulan ke 5 dan bulan ke 6. Pada penelitian ini, 15 pasien berada dalam fase lanjut pengobatan OAT kategori 1 dan 14 diantaranya telah mengalami konversi sputum ke BTA negatif pada minggu terakhir bulan ke 2 (akhir fase intensif). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terhadap kepatuhan minum obat yang menyatakan bahwa 94.44% responden patuh minum obat dalam fase intensif OAT. Penelitian oleh Bello dan Itiolla yang dilakukan di Iliorin, Nigeria juga mendapatkan hasil yang serupa. Didapatkan tingkat kepatuhan minum obat yang tinggi, yaitu sebesar 94.6% pada populasi yang diteliti 8. Responden yang sedang dalam pengobatan OAT fase lanjut juga menunjukkan tingkat kepatuhan minum obat yang tinggi yaitu sebesar 86.67%. Selain itu, tingkat kepatuhan terhadap jadwal pemeriksaan dahak dan pengambilan obat didapatkan sebesar 100%. Tingginya tingkat kepatuhan pengobatan pada responden dapat disebabkan oleh beberapa faktor pendukung: (1) obat-obatan dan layanan kesehatan diberikan secara gratis, (2) regimen dosis satu kali sehari selama fase intensif, (3) efek samping yang ringan dan dapat dikoreksi, misalnya mual, (4) instruksi tertulis yang telah jelas tentang aturan minum obat, (5) pusat pelayanan kesehatan yang mudah diakses oleh masyarakat 8. Tingkat kepatuhan minum obat pada fase lanjut lebih rendah yaitu 86.67% dibandingkan dengan kepatuhan minum obat pada fase intensif yang sebesar 94.44%. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adene et

al pada pasien Tuberkulosis di Ethiopia yaitu ketidakpatuhan minum obat akan lebih tinggi apabila pasien berada pada fase lanjut OAT 9. Data mengenai perilaku pasien dan kepatuhan minum obat hanya didapatkan melalui wawancara, sehingga memungkinkan terjadinya bias. Seharusnya dilakukan observasi terhadap perilaku subjek penelitian di lingkungan tempat tinggal responden. Selama proses pengumpulan data atau wawancara, kehadiran pihak ketiga tidak dapat dihindarkan, sehingga kemungkinan dapat mempengaruhi jawaban yang diberikan responden. DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. (2013) Global tuberculosis control: WHO report (WHO/HTM/TB/2013.11). Geneva: 2013. 2. World Health Organization. (2003). Adherence to long-term therapies. Evidence for action. Geneva: World Health Organization; 2003. 3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2011). Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011 4. World Health Organization. (2002). An expanded DOTS framework for effective tuberculosis control. Geneva: World Health Organization; 2002. 5. Sumartojo, E. (1993). When tuberculosis treatment fails. Asocial behavioral account of patient adherence. American Review of Respiratory Disease, 147, 1311-1320. 6. World Health Organization. (2008). Anti-tuberculosis drug resistance in the world. Report No. 4. Geneva: World Health Organization; 2008. 7. Dinas kesehatan Kabupaten Karangasem. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten karangasem Tahun 2012. Karangasem 8. Bello SI, Itiola OA. (2010). Drug Adherence amongst tuberculosis patients in the University of Ilorin Teaching Hospital, Ilorin, Nigeria. African Journal of Pharmacy and Pharmacology: 4(3),p 109-114 9. Adane AA, Alene KA, Koye DN, Zeleke BM. (2013). Nonadherence to Anti-Tuberculosis Treatments and Determinant Factors among patients with Tuberculosis in Northwest Ethiopia. PLoS ONE 8(11): e78791