2015 MODIFIKASI PERMAINAN SCRABBLE UNTUK MENAMBAH PERBENDAHARAAN PERMAINAN BAGI SISWA TUNANETRA DI SLB AYPLB MAJALENGKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media Pembelajaran sangat membuat pembelajaran bermakna dan

BAB I PENDAHULUAN. Ita Witasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik dalam dunia pendidikan dapat kita temui anak pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PANDUAN PELASANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu perkembangan dan. Kemajuan teknologi yang terjadi belakangan ini telah mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tersebut menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi para peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang telah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari pada manusia yang tidak berpendidikan. dan karsa. Hal itu tidak akan lepas selama manusia ini masih ingin untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi anak usia prasekolah. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama. yang mendukung pentingnya pendidikan prasekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahan kajian (materi) PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua yang dimaksud disini adalah

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

2015 PENGARUH PENGGUNAAN BOLA MOD IFIKASI TERHAD AP HASIL BELAJARA PASSING D AN STOPING D ALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA D I SMP NEGERI 4 BAND UNG

KONSEP DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KTSP SLB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. UUD 1945, yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan menulis sebagai sesuatu yang menyenangkan. permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memberdayakan anak adalah dengan menanamkan kelonggaran bagi anak

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kemampuan mengelola

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. gerak atau olahraga merupakan bagian dari belajar yang melibatkan emosi atau

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses pembelajaran yang tidak hanya mentransformasi ilmu pengetahuan saja, melainkan proses transformasi nilai, sikap, keterampilan, norma dan proses pewarisan budaya pada generasi yang akan datang, sehingga dalam pendidikan diharapkan menghasilkan sosok manusia cerdas, terampil, beretika, serta menghargai nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31, menjelaskan bahwa pendidikan adalah hak segala bangsa tanpa terkecuali dan pemerintah wajib menyelenggarakan pengajaran, maka siswa yang memilikihambatan, baik pada fisik, sosial, intelektual, maupun mental dan emosi mempunyai hak yang sama untuk memanfaatkan pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka. Pada prinsipnya, pembelajaran adalah usaha untuk meningkatkan kualitas subjek belajar sehingga dalam belajar dituntut adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan kata lain, dalam proses pembelajaran hendaknya memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengeliminir kelemahan yang ada. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosioinal, mental, sosial (UU Sisdiknas, 2003, hlm. 21). Amanat Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak awas lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada siswa tunanetra untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran, berarti memperkecil kesenjangan angka partisipasi pendidikan siswa awas dengan siswaberkebutuhankhususguna memberikan layanan pendidikan yang relevan dengan kebutuhannya, guru perlu memahami sosok siswa tunanetra etiologi dampak kelainan, dampak psikologis

2 serta prinsip-prinsip layanan pendidikan siswa tunanetra. Hal ini dimaksudkan agar guru memiliki wawasan yang tepat tentang keberadaan siswa tunanetra yang memiliki hambatan dalam penglihatan, dalam hal ini siswa tunanetra sebagai sosok individu masih berpotensi dapat terlayani secara maksimal. Siswa tunanetra juga perlu mendapatkan perhatian yang sama dengan masyarakatpadaumumnya. Lingkup pendidikan meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Alat peraga memegang peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswatunanetra yang mengalami hambatan dalam penglihatan/tidak berfungsinya indera penglihatan. Heather and Stephen (1998, hlm. 45) mengemukakan bahwa siswa tunanetra memiliki keterbatasan dalam penglihatan antara lain: a) Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1 (satu) meter; b) Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampu melihat suatu benda pada jarak 20 kaki; dan c) Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 20º. Secara medis dikatakantunanetra jika terdapat satu atau lebih organ mata mengalami gangguan atau rusak,akibatnya organ tersebut tidak mampu menjelaskan fungsinya untuk menghantarkan dan mempersepsi cahaya yang ditangkap. Konsekuensi dari kondisi diatas dalam pembelajaran siswa tunanetra adalah bahwa pihak pengelola sekolah khususnya guru dituntut memiliki kreatifitas dalam memilih strategi pembelajaran dan alat belajar dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan siswa tunanetra itu sendiri sehingga pembelajaran dapat maksimal dan menghasilkan perubahan yang positif. Penciptaan dan modifikasi alat permainan untuk siswatunanetra menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting dalam menunjang kondusifitas dan efektifitas pembelajaran dalam lingkungan siswa tunanetra. Sebuah alat permainan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan semangat belajar atau mendongkrak sukarela positif siswa tunanetra dalam belajar sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menghibur yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan kemampuan, prestasi, dan apresiasi mereka terhadap ilmu pengetahuan dan keterampilan.

3 Terdapat banyak jenis alat permainan yang biasa digunakan dalam lingkup pembelajaran siswatunanetra.alat permainan ini diciptakan sesuai dengan masing-masing tujuan atau hasil pembelajaran yang ingin dicapai dari masingmasing mata pelajaran yang ada. Namun secara umum alat tersebut diciptakan untuk mendukung dan meningkatkan mobilitas (psikomotor), pengetahuan (kognitif), dan gairah belajar (afektif), setiap peserta didik tunanetra. Misalnya untuk mendukung kebutuhan belajar siswa akan pengetahuan geografi, diciptakan Globe timbul yang terbuat dari bahan fiber, menggambarkan relief permukaan bumi dilengkapi dengan huruf braille, keterangan garis lintang, katulistiwa, serta garis batas penanggalan. Untuk pelajaran yang sama terdapat pula alat lain seperti peta timbul, busur derajat Braille, penggaris Braille, kompas bicara, kalkulator bicara, papan geometri, meteran timbul dan lain sebagainya. Untuk mendukung kebutuhan pengetahuan religi khususnya membaca Al-Qur an, terdapat alat Al- Qur an Braille berisi 30 juzz menggunakan huruf Braille. Untuk Matemetika, misalnya, dikembangkan alat Blokis (Kubus Matematika) yang merupakan media hitung susun bawah untuk tunanetra yang papan alasnya terbuat dari plastik warna biru, memiliki sejumlah dadu dan box terbuat dari kayu dilengkapi penutup yang bisa digeser. Bahkan ada Abakus (Sempoa), sebagai alat bantu berhitung; didesain khusus sehingga memungkinkan untuk digunakan tunanetra. Dan untuk permainan, dikembangkan Catur Tunanetra, yaitu papan catur berlubang dengan bidak berkaki (untuk dimasukkan ke lubang) serta terdapat tonjolan untuk membedakan bidak hitam dan putih. Kebutuhan standaralat penunjang pembelajaran untuk siswa tunanetrasecara umum telah terpenuhi, namum masih jauh dari yang diharapkan mengingat tuntutan pembelajaranaktif, inovatif, kreatif, danmenyenangkan (PAIKEM)yang diamanatkan dalam Sistem Pendidikan Nasional masih perlu ide-ide dan langkahlangkah kreatif terutama dalam mencipta sebuah alat bantu pembelajaran yang cenderung lebih bersifat menghibur atau permainan. Seandainya siswa awas dalam pembelajaran bisa menggunakan alat kartu bicara, maka siswa tunanetrapun harus berkesempatan merasakan betapa menyenangkannya belajar dengan alat tersebut dengan diciptakannya secara khusus alat permainan serupa yang didesain khusus untuk siswa tunanetra, begitu juga halnya dengan alat-alat

4 permianan lainnya yang mungkin bisa dimodifikasi menjadi layak guna bagi siswa tunanetra, misalnya, catur, ular tangga, scrabble dan lain-lain, untuk memberikan kesempatan yang sebanyak-banyaknya kepada siswa tunanetra bereksplorasi secara menyenangkan layaknya siswa awas. SLB A YPLB Majalengka merupakan salah satu satuan pendidikan yang menyelenggarakan layanan pendidikan bagi siswa tunanetra. Sekolah ini memiliki beragam inovasi dalam permainan yang dapat menunjang PAIKEM, salah satu permainan yang menarik yaitu permainan scrabble yang telah dimodifikasi. Secara umum permainan scrabble merupakan permainan menyusun kata dengan mengumpulkan poin berdasarkan nilai kata yang tertulis dari tiap huruf. Permainan ini tentunya akan membantu pemainnya untuk menambah pembendaharaan kata. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis dalam penelitian ini tertarik untuk mengamati apakah modifikasi permainan scrabble (permainan scrabble yang didesain untuk tunanetra) terbukti dapat dimainkan oleh siswa tunanetra sesuai dengan aturan pemainan yang berlaku, dan apakah mereka dapat menikmati permainan ini. Selanjutnya Penulis menetapkan penelitiannya dengan judul Modifikasi Permainan Scrabble untuk Menambah Perbendaharan Permainan bagi Siswa Tunanetra di SLB A YPLB Majalengka B. Fokus MasalahdanPertanyaanPenelitian Penelitianinidifokuskanpadabagaimanasiswatunanetramampumemainkanper mainanscrabble yangyangtelahdimodifikasi, dijabarkandalambentukpertanyaansebagaiberikut: 1. Bagaimanamodifikasialatpermainanscrabblebagisiswatunanetra? 2. Bagaimanapengetahuansiswatentangbentuk, bagianbagiandanfungsidarimasing-masingbagianalatpermainanscrabblemodifikasi? 3. Bagaimanapemahamansiswatunanetratentangcaradanaturan main permainanscrabble? 4. Bagaimana kemampuansiswatunanetradalam memainkanpermainanscrabble? 5. Bagaimanapenilaiansiswatunanetraterhadappermainanscrabble?

5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahuiapakahmodifikasi permainan scrabbledapatmenambah perbendaharan permainanbagisiswa tunanetra di SLB A YPLB Majalengka. b. Tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk memperoleh data tentang: 1) Menggambarkantentangalatpermainanscrabblehasilmodifikasibagisiswatunan etra. 2) Menjelaskanbagian-bagiandanfungsimasingmasingbagianalatpermainanscrabblebagisiswatunanetra. 3) Menggambarkanpemahamansiswatunanetratentangcaradanaturanpermainansc rabble. 4) Menjelaskan kemampuansiswatunanetradalam memainkanpermainanscrabble. 5) Menjelaskan penilaiansiswatunanetraterhadappermainanscrabble. 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dibagi secara teoritis dan praktis. a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai cara memodifikasi permainan scrabbleagar dapatdimainkanolehsiswatunanetrasehinggamenambah perbendaharan permainan bagisiswa tunanetra di SLB A YPLB Majalengka. b. Manfaat Praktis 1) Bagi Guru sebagai sumber untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman mengenaimanfaatmodifikasi permainan scrabbledan sebagai referensi menambah perbendaharan permainanbagi siswa tunanetra di SLB A YPLB Majalengka. 2) Bagi Sekolah sebagai pertimbangan untuk memperhatikan pelayanan dan penunjang fasilitas dalam kegiatan pembelajaran maunpun bermainbagisiswatunanetra di SLB A YPLB.