GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan

BAB II LANDASAN TEORI

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO)

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT. Ari Saraswati. Abstrak

Universitas Sumatera Utara

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: SUSI SUGIARTI NIM

Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill. : merebus buah untuk memudahkan lepasnya loose. mengurangi kadar air.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR. Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM.

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari

STRATEGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. AMP PLANTATION JORONG TAPIAN KANDIH NAGARI SALAREH AIA KECAMATAN PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM

Lampiran 1: Mesin dan Peralatan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PKS ADOLINA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PRA RANCANGAN UNIT STERILIZER PADA PABRIK KELAPA SAWIT UNTUK KAPASITAS PENGOLAHAN 30 TON/JAM

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2011

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN.

Universitas Sumatera Utara

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DAN KERNEL CRUSHING PLANT DESA GUNUNG SARI KEC

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Tanaman kelapa sawit, yang memiliki arti penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan antara lain melalui peningkatan efisiensi proses produksi,

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: LIBER SIBARANI NIM:

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PKS RAMBUTAN, PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Pembentukan perusahaan ini mempunyai lintasan sejarah yang diawali dengan proses pengambil-alihan perusahaan untuk perkebunan Belanda pada tahun 1958 oleh pemerintah RI yang dikenal sebagai proses Nasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi perusahaan perseroan negara (PPN). Embrio yang turun membentuk perusahaan berasal dari NU Rubber Culture Maatchappij Amsterdam (RCMA) dan NU Culture Kij de Oeskut (CMO) yang merupakan perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia sejak zaman kolonial pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Langkah awal perusahaan dimulai pada tahun 1958 dengan nama perusahaan perkebunan negara baru cabang SUMUT (PPN Baru). Setelah mengalami beberapa kali perubahan, bentuk/status badan hukum sejalan dengan undang-undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang ada. Pada tahun 1968 PPN tersebut di re-organisasikan menjadi beberapa kesatuan perusahaan negara perkebunan (PNP) yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk hukumnya dialihkan menjadi PT. Perkebunan (Persero). Dalam rangka menunjukkan efektifitas dan efisiensi terhadap kegiatan usaha BUMN, pemerintah telah mencanangkan program re-strukturisasi BUMN, subsektor perkebunan melalui penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN perkebunan yang terdiri dari PT. Perkebunan III (Persero), PT. Perkebunan IV (Persero) dan PT. Perkebunan V (Persero) disatukan pengelompokannya oleh Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Selanjutnya melalui peraturan pemerintah No. 8 tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996 ketiga perusahaan tersebut yang wilayah kerjanya berada di propinsi Sumatera Utara digabungkan menjadi satu 37

perusahaan dengan nama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara. Perusahaan bergerak di bidang usaha perkebunan dengan komoditas utama (core bisnis) kelapa sawit dan karet. Perusahaan memiliki lahan perkebunan yang didukung dengan pabrik pengolahan untuk masing-masing komoditas tersebut. Selain itu perusahan juga memiliki fasilitas pengolahan industri hilir karet. Lahan perkebunan perusahan tersebut di Propinsi Sumatera Utara seluas 144.580 Ha dalam pengolahan perusahaan, sedangkan bahan baku untuk pabrik kelapa sawit dan pabrik karet berasal dari kebun sendiri, kebun plasma maupun pihak lain. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan merupakan salah satu pabrik kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Letak Pabrik PKS Rambutan merupakan salah satu dari 11 PKS yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Pabrik kelapa sawit (PKS) Rambutan dibangun tahun 1983 yang berlokasi di Desa Paya Bagas Kecamatan Rambutan, Kotamadya Tebing Tinggi, Propinsi Sumatera Utara dengan kapasitas olah 30 ton/jam. Sumber bahan baku (TBS) berasal dari kebun seinduk dan kebun pihak ketiga terutama Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang berada di daerah Serdang Bedagai/Deli Serdang sekitarnya. Struktur Organisasi Perusahaan Untuk mendukung kelancaran pengoperasian, PKS Rambutan mempunyai tenaga kerja/karyawan sebanyak 227 orang dengan perincian karyawan pimpinan delapan orang, karyawan pengolahan 84 orang, karyawan laboratorium/sortasi 33 orang, karyawan bengkel 38 orang, karyawan dinas sipil 15 orang, karyawan administrasi 17 orang, karyawan bagian umum/hansip 24 orang, dan karyawan bagian produksi delapan orang. Adapun struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 3. 38

Produk dan Bahan Baku PKS Rambutan merupakan pabrik yang mengolah kelapa sawit menjadi CPO (crude palm oil) atau minyak sawit kasar. Sumber TBS (Tandan Buah Segar) sebagai sumber bahan baku yang masuk ke PKS Rambutan adalah berasal dari kebun seinduk dan pihak ketiga. Sumber TBS dari kebun seinduk berasal dari delapan kebun kelapa sawit, yaitu : Kebun Rambutan, Kebun Tanah Raja, Kebun Gunung Pamela, Kebun Gunung Monako, Kebun Sarang Gitting, Kebun Silau Dunia, Kebun Sei Putih, dan Kebun Gunung Para, sedangkan dari pihak ketiga berasal dari PIR dan Pembelian TBS pihak ketiga. Buah yang berasal dari kebun seinduk merupakan TBS, namun dari pihak ketiga hanya berupa brondolan saja. Dari perkiraan keseluruhan, buah yang berasal dari pihak ketiga hanya berkisar 5-10 % dari total bahan baku yang dibutuhkan PKS. Proses Produksi CPO PKS Rambutan mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO) dan kernel. Untuk mengolah TBS menjadi crude palm oil (CPO) dan kernel, PKS Rambutan memiliki 10 stasiun kerja yang saling terkait, yaitu : Stasiun Penerimaan TBS dan Pengiriman Produksi, Stasiun Loading Ramp, Stasiun Rebusan, Stasiun Thresing, Stasiun Pressing, Stasiun Klarifikasi, Stasiun Kernel, Stasiun Water Treatment, Stasiun Water Plant, Stasiun Fat-fit dan Effluent. Kapasitas pabrik disesuaikan dengan kapasitas alat pengempaan, yaitu 30 ton/jam. Diagram alir proses produksi CPO di PKS Rambutan dapat dilihat pada Lampiran 4. 1. Stasiun Penerimaan TBS Pada stasiun ini, dilakukan proses penerimaan TBS, yang bertujuan untuk memperoleh catatan waktu dan jumlah produk yang masuk dan dibongkar di loading ramp sesuai dengan kapasitas olah dan tidak dibenarkan membongkar TBS di pohon. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan terdiri atas alat angkut TBS, timbangan dan loading ramp. Prosedur kerja di stasiun penerimaan TBS adalah sebagai berikut : 39

a. Penerimaan TBS harus disertai dengan surat pengantar buah yang berisikan : asal TBS, tahun tanam, jumlah tandan, tanggal panen, jam berangkat dan ditandatangani oleh pengirim. b. Penerimaan TBS disesuaikan dengan waktu olah dan kapasitas pabrik. c. Alat angkut TBS terlebih dahulu ditimbang, dicatat tanggal, jam tiba, dan hasil timbangan (bruto). d. TBS dibongkar di loading ramp. e. Alat angkut TBS ditimbang kosong (tarra), sehingga diketahui berat netto. Berat netto adalah berat bruto dikurangi berat tarra. f. Penimbangan dan pencatatan hasil penimbangan diserahkan kepada pemasok yang bersangkutan (sesuai dengan formulir yang berlaku). g. Hasil penimbangan TBS dibukukan dalam buku produksi. 2. Stasiun Loading Ramp Loading ramp adalah tempat penampungan sementara dan pemindahan tandan buah ke dalam rebusan (sterilizer). Tandan buah ditaruh pada tiap-tiap sekat (bays) dan diatur dengan pintu-pintu lain dengan isian sesuai kapasitas. Pengisian bays tidak boleh terlalu penuh karena dapat mengakibatkan hal-hal berikut : 1. Pintu dan penahan buah membengkok. 2. Tandan dan buah brondol dapat jatuh ke bawah 3. Dapat menyulitkan penurunan tandan buah ke dalam lori. Hal tersebut diatas dapat mengakibatkan kerugian produksi, yaitu kenaikan losis dan kenaikan ALB. Loading ramp PKS Rambutan berjumlah satu unit (12 bays) dengan kapasitas loading ramp sebesar 144 ton. Pada stasiun ini terjadi proses sortasi, yaitu pemilihan TBS yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan PKS. Tujuan sortasi adalah untuk menjamin bahan baku TBS kelapa sawit yang diterima di pabrik sesuai kriteria yang sudah ditentukan. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan antara lain gancu, sekop, timbangan, buku sortasi, dan surat pengantar buah. 40

Tabel 8. Kriteria kematangan TBS, persyaratan mutu dan komposisi panen yang ideal (Instruksi Kerja Bagian Sortasi PKS Rambutan PTP. N III, 2005) Fraksi Kematangan Buah luar membrondol Komposisi panen ideal Fraksi 00 Fraksi 0 Fraksi 1 Fraksi 2 dan 3 Fraksi 4 dan 5 Sangat mentah Mentah Kurang matang Matang Lewat matang Tidak ada 0 12,5 % 12,50 25 % 25 % - 75 % 75 % - 100 % dan buah dalam ikut membrondol Tidak boleh ada Tidak boleh ada Maksimal 20 % Maksimal 68 % Maksimal 12 % Fraksi 4 + Fraksi5 Brondolan = 7% + % 2 Catatan : 7% adalah brondolan dari Fraksi 0,1,2 dan 3. Apabila persentase brondolan kurang dari perhitungan maka setiap penurunan/ kekurangan brondolan 1% maka rendemen turun sebesar 0,5 %. Prosedur pelaksanaan sortasi adalah sebagai berikut : 1. Buah yang disortasi hanyalah buah segar (TBS) yang diserahkan pada hari yang sama ke pabrik. 2. Truk yang mengangkut TBS yang akan disortasi dipilih secara acak (random) dari setiap afdeling oleh asisten laboratorium dan secara insidentil ditetapkan manajer. 3. Buah yang disortasi adalah 5-10 % dari produksi atau minimal 1 truk dari setiap afdeling. Buah pihak ketiga (plasma, pembelian, dan titip olah) disortasi seluruhnya. 4. Hasil dari sortasi berlaku umum untuk semua produksi TBS afdeling bersangkutan pada hari yang sama. 3. Stasiun Perebusan (Sterilizer) Dari loading ramp, TBS dimasukkan ke dalam lori rebusan, kemudian lori dimasukkan ke dalam rebusan (sterilizer) untuk direbus dengan tujuan berikut ini : - Memudahkan brondolan lepas dari tandan - Melunakkan buah sehingga mudah diaduk - Menonaktifkan enzim-enzim yang merusak mutu minyak 41

- Menggumpalkan zat putih telur dalam buah agar pemurnian minyak mudah dilakukan. - Melunakkan inti dari cangkang. Perebusan dilaksanakan dengan kondisi operasi sebagai berikut : - Tekanan uap 2.8 sampai dengan 3.0 kg/cm 2. - Waktu merebus 80-90 menit (siklus perebusan) - Sistem merebus 3 puncak, puncak pertama dengan tekanan 1 kg/cm 2, puncak kedua sampai 2 kg/cm 2 dan puncak ketiga 2.8-3 kg/cm 2. - Pada puncak ketiga, waktunya 35-45 menit, dimana lamanya tergantung pada kondisi buah (buah segar 45 menit, buah menginap 35 menit). Tujuan cara merebus sistem tiga puncak adalah sebagai berikut : - Tahap pertama adalah pembuangan udara dan penguapan air dari tandan buah (air kondensat). - Tahap kedua, untuk pematangan dan melunakan daging buah. Cara ini dilakukan untuk memperoleh hasil rebusan buah yang sempurna, mengingat kerapatan brondolan dalam tandan buah semakin padat atau solid. Untuk mencapai kematangan perebusan brondolan bagian dalam diperlukan panas yang cukup. Pembuangan air kondensat dan udara pada puncak pertama dan kedua harus benar-benar sampai habis. Perebusan yang kurang sempurna akan mengakibatkan brondolan sukar lepas dari tandan, kehilangan brondolan di janjang kosong naik, buah yang kurang matang memerlukan perebusan ulang, pengepresan lebih sulit, inti kurang lekang dari cangkangnya, kehilangan minyak dalam air kondensat tinggi, serta kehilangan minyak dalam janjang kosong naik. 4. Stasiun Penebahan (Thresing) dan Pengadukan (Digester) Setelah direbus tandan buah dimasukkan kedalam alat penebah (thresher). Tujuannya untuk melepaskan brondolan dari janjangan. Proses perontokan berlangsung akibat terbantingnya berulang-ulang tandan buah di dalam alat penebah, yang berputar dengan kecepatan ± 23 rpm. 42

Dalam penggunaan alat penebah, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : - Sewaktu diputar, tandan buah dalam alat penebah harus dapat mencapai ketinggian yang maksimal sebelum jatuh. - Pengaturan buah yang masuk ke dalam alat penebah disamakan dengan kapasitas alat, sehingga tidak terjadi kelebihan kapasitas. Hal yang menyebabkan hasil penebahan kurang sempurna antara lain : - Tandan buah dari lapangan mentah - Tandan buah kurang masak dalam perebusan - Susunan brondolan dalam tandan sangat rapat dan padat sehingga uap tidak dapat mencapai bagian dalam tandan. - Pengeluaran udara kurang sempurna. Setelah terjadi penebahan di alat penebah (thresher), selanjutnya brondolan dimasukkan ke dalam alat pengadukan (digester). Brondolan yang telah rontok pada proses penebahan, selanjutnya dimasukkan kedalam alat pengaduk/digester. Di dalam alat pengaduk, brondolan diremas/dilumat dengan pisau pengaduk yang diputar sambil dipanaskan. Proses pengadukan berlangsung akibat adanya gesekan antara pisau brondolan dan adanya tekanan gaya berat dari brondolan yang terisi penuh dalam alat pengaduk. Tujuan dari proses pengadukan adalah mendapatkan massa adukan yang homogen agar mudah diproses dalam pengepresan. Pengadukan dilaksanakan dalam kondisi sebagai berikut : - Ketel adukan selalu dalam keadaaan penuh. - Suhu 90 95 o C. - Waktu pengadukan ± ½ jam. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, massa adukan akan sulit dikempa/dipress, dan akibatnya kehilangan minyak dalam ampas semakin tinggi. 5. Stasiun Pengempaan (Pressing) Setelah terjadi pengadukan di digester, brondolan tersebut dimasukkan ke dalam alat pengempaan. Tujuan pengempaan adalah semaksimal mungkin memisahkan minyak yang ada dari massa adukan pada tingkat tekanan 43

tertentu. Minyak kasar yang diperoleh dialirkan ke stasiun klarifikasi untuk dijernihkan atau dimurnikan, sedangkan ampas diteruskan ke depericarper. Pengempaan dilakukan pada kondisi sebagai berikut : - Suhu massa yang diproses 90 95 o C - Tekanan pengempaan 35 40 bar (tergantung pada jenis kempa) - Penambahan air panas dengan suhu 95 o C sebanyak 12 20% terhadap berat TBS. Penambahan air panas harus dapat memenuhi ketentuan cairan yang diinginkan pada proses pemurnian di klarifikasi, yakni di countinous settling tank (CST). Hal yang dapat menyebabkan pengepresan kurang sempurna adalah buah kurang matang, pengadukan tidak sempurna, dan screw press sudah aus. Akibat dari ketidaksempurnaan pengepresan dapat menimbulkan kehilangan minyak pada ampas naik, kehilangan minyak pada biji naik, dan inti pecah naik. 6. Stasiun Pemurnian Minyak (Klarifikasi) Minyak kasar yang keluar dari alat pengempaan dialirkan ke stasiun klarifikasi melalui sand trap tank, yang berfungsi sebagai penangkap pasir dan vibro separator untuk menyaring benda-benda kasar dari cairan. Crude oil dipompakan ke VCT (Vertical Clarifier Tank) untuk memisahkan sebagian minyak dari sludge dengan perbedaan bobot jenis dengan suhu 90 95 o C. Minyak yang berada di bagian atas dialirkan ke oil tank, selanjutnya ke oil purifier untuk memisahkan sisa air yang masih ada dan kemudian dipompakan ke tangki timbun. Dari VCT, cairan sludge dialirkan ke dalam tangki sludge dengan suhu harus tetap dipertahankan 90 95 o C. Selanjutnya cairan sludge dialirkan ke sludge separator melalui pre-cleaner dan strainer. Pre-cleaner berfungsi menghilangkan panas dari cairan, sedangkan strainer berfungsi menghilangkan serat-serat halus (NOS/non oil solid). Sludge separator dioperasikan dengan kondisi suhu cairan sludge 90 95 o C dan cairan yang diolah sesuai dengan kapasitas alat. Hal-hal yang menyebabkan sludge separator tidak bekerja dengan sempurna adalah sebagai berikut : - Suhu cairan rendah, dibawah 90 o C. 44

- Brush stasioner sudah rusak atau tidak berfungsi dengan baik - Alat dalam keadaan kotor atau aus. Akibat hal tersebut kehilangan minyak dalam sludge akan naik. Cairan sludge selanjutnya akan dialirkan ke dalam bak fat pit. Tujuannya adalah untuk mengutip kembali sisa minyak yang masih ada dalam sludge. Setelah itu, cairan sludge dibuang ke dalam pond untuk diproses sebelum dibuang. Sludge yang berada di bagian bawah akan dialirkan ke sludge tank untuk diolah ke sludge separator atau decanter. Pada penggunaan sludge separator, sludge tersebut harus melalui brush strainer dan sand cyclone untuk memisahkan serabut dan pasir. Selanjutnya sludge tersebut diproses di sludge separator untuk memisahkan minyak dari drab. Minyak yang diperoleh dipompakan kembali ke VCT, drab dialirkan ke fat pit. Dari fat pit dialirkan ke deoling pond dan minyak yang diperoleh dikembalikan ke recovery tank. Jika menggunakan decanter, vibro separator yang dipakai adalah single deck ukuran 20 mesh. Minyak kasar dari vibro separator ditampung dalam bak minyak kasar (crude oil) kemudian dialirkan ke decanter. Kegunaan decanter adalah memisahkan serat-serat halus (non oil solid) yang terkandung dalam minyak kasar. Serat halus berasal dari serat atau ampas dari buah mentah yang terputus-putus pada waktu pengepresan. Dengan berkurangnya serat halus, cairan minyak tidak akan kental sehingga proses pemisahan di dalam VCT akan lebih sempurna. Pengoperasian decanter dilaksanakan dengan kondisi suhu minyak kasar 90 95 o C dan putaran motor penggerak 1500 rpm dan scroll 250 rpm. Keuntungan menggunakan decanter ialah pengenceran dapat dikurangi menjadi 60% dan pendangkalan kolam limbah tidak akan terjadi. Di dalam VCT (Vertical Clarifier Tank), lumpur kotor (sludge) dipisahkan dari minyak. Prinsip pemisahan berlangsung didasarkan pada perbedaan bobot jenis. Minyak yang berat jenis lebih ringan akan naik, sedangkan cairan lumpur akan turun. Dalam pemisahan ini, kekeruhan cairan (viskositas) dan suhu cairan sangat memegang peranan penting, oleh karena itu pengenceran 45

dan pemanasan merupakan faktor penentu keberhasilan pemisahan atau pemurnian di klarifikasi. Pemisahan di dalam VCT memerlukan kondisi sebagai berikut : - Suhu cairan dalam VCT harus antara 90 95 o C. - Untuk menghindari terbawanya kotoran dalam minyak, ketebalan lapisan minyak di permukaan tangki VCT diatur ± 60 cm VCT vertikal dan ± 40 cm VCT horizontal. - Pemanasan dilakukan dengan sistem coil pipa pemanas. Jika pemisahan VCT berjalan dengan sempurna, minyak yang keluar dari VCT ke tangki minyak (oil tank) memiliki kadar kotoran 0,3 0,4 %, kadar air 0,6 0,8 %, dan cairan sludge menjadi minyak 10 12 %. Selanjutnya minyak dialirkan ke dalam oil purifier. Di dalam alat tersebut, kotoran dan air dipisahkan dari minyak sehingga kadar kotoran menjadi 0,1 0,2 % dan kadar air ± 0,4 %. Untuk meminimalkan air yang masih ada, minyak dialirkan ke dalam vacum drier dengan tekanan vakum 650.701 mmhg. Minyak akan keluar dengan kadar air 0,1 0,2%. Minyak yang keluar dari vacum drier ini sudah memenuhi standar mutu. Keberhasilan proses pemurnian minyak sangat ditentukan oleh proses pemisahan di VCT dan berfungsinya alat vacum drier. Minyak yang keluar dari vacum drier dialirkan ke balance tank dan selanjutnya dipompakan ke tangki timbun. 7. Stasiun Kernel Melalui Cake Breaker Conveyor (CBC), ampas dialirkan ke ketel melalui blower untuk dipakai sebagai bahan bakar dan biji dialirkan ke depericarper. Bila persentase inti pecah tinggi, maka kehilangan inti pada ampas akan dihisap oleh blower. Pengolahan biji Tenera Biji yang telah pecah di masukkan ke dalam pneumatic separator, abu dan cangkang dihisap ke hopper cangkang, crack mixture yang belum terpisah masuk kedalam sistem pemisah inti basah (hydrocyclone atau claybath). Alat ini bekerja dengan sistem perbedaan biji. Inti dimasukkan ke dalam silo inti 46

untuk di keringkan, cangkang di masukkan ke hopper cangkang untuk bahan bakar ketel uap. Pengeringan inti dalam silo dilaksanakan sebagai berikut : - Pemanasan di lakukan dengan sistem tiga tingkat, dengan suhu atas 80 o C, tengah 70 o C dan bawah 60 o C. - Waktu pengeringan ± 24 jam. Inti sawit kering dibersihkan dengan blower, kemudian yang telah kering ditimbang selanjutnya dikirim ke gudang inti. Mutu inti akan baik jika proses pengolahan biji mulai dari perebusan buah sampai pengeringan dan penghisapan kotoran dilaksanakan dengan baik. Biji yang sudah dipoles keluar dari polishing drum melalui timba biji atau destoner dimasukkan ke dalam hopper. Di hopper diumpan ke dalam ripple mill untuk dipecah. Pemecahan dalam ripple mill adalah dengan cara menjepit biji diantara rotor ban dan dinding yang bergerigi. Pengolahan Biji Dura Biji yang sudah dipoles keluar dari polishing drum melalui timba biji atau destoner dimasukkan ke dalam silo biji. Dari silo biji melalui shaling grate diumpan ke dalam unit grading drum untuk pemisahan fraksi sampah, kecil, sedang, dan besar. Fraksi kecil, sedang, dan besar dimasukkan ke dalam cracker untuk pemecahan. Pemecahan dalam nut cracker adalah berdasarkan lemparan biji ke dalam dinding cracker ripple mill, yakni dengan cara menjepit biji diantara rotor ban dan dinding yang bergerigi. Biji yang telah pecah dimasukkan ke dalam pneumatic separator, abu dan cangkang dihisap ke hopper cangkang, cracker mixture yang belum terpisah masuk ke dalam inti basah hydrocyclone atau claybath. Alat ini bekerja dengan sistem perbedaan bobot jenis. Inti dimasukkan ke silo inti untuk dikeringkan, cangkang dimasukkan ke hopper cangkang untuk bahan bakar ketel uap. Pengeringan inti dalam silo dilaksanakan sebagai berikut : - Pemanasan dilakukan dengan sistem tiga tingkat, dengan suhu atas 80 o C, tengah 70 o C dan bawah 60 o C. - Waktu pengeringan ± 24 jam. Inti sawit kering dibersihkan dengan blower, kemudian yang telah kering ditimbang selanjutnya dikirim ke gudang inti. Mutu inti akan baik jika proses 47

pengolahan biji mulai dari perebusan buah sampai pengeringan dan penghisapan kotoran dilaksanakan dengan baik. 8. Stasiun Water Treatment (Stasiun Pemurnian Air) PKS Rambutan memanfaatkan air dari sungai Padang yang berjarak ± 1 km dari PKS Rambutan untuk memasok kebutuhan air. Air tersebut diperlukan untuk proses perebusan, pembangkit tenaga listrik, proses pembersihan, dan untuk perumahan. Air yang berasal dari sungai biasanya mengandung zat-zat padat yang harus dibersihkan terlebih dahulu. Perlakuan yang dilakukan pada air sungai sebelum dipergunakan terdiri dari sedimentasi, flokulasi, koagulasi, dan filtrasi. Proses pengolahan air terdiri dari hal-hal sebagai berikut : 1. Pengolahan air domestik Pengolahan air untuk kebutuhan domestik, baik yang bersumber dari air permukaan atau air bawah tanah dilaksanakan dengan tahapan: pengendapan, penyaringan, koagulasi dan flokulasi, desinfektan (proses klorinasi atau penambahan kaporit), penghilangan bau dengan menggunakan karbon aktif. 2. Pengolahan air ketel uap Pengolahan air untuk kebutuhan ketel uap, baik bersumber dari air permukaan atau air bawah tanah dilakukan dengan tahapan : a. Proses fisika (sedimentasi dan penyaringan) b. Proses kimiawi, dengan penggunaan bahan kimia untuk air umpan ketel dan untuk air ketel. 3. Proses penjernihan air dilakukan sebagai berikut : a. Proses koagulasi dilakukan pada clarifier tank dengan menginjeksikan bahan kimia soda ash, tawas dan flokulan, dimana pembubuhan soda ash digunakan untuk mengatur ph yang sesuai. b. Hasil penjernihan dari clarifier tank ditampung pada bak pengendapan. c. Air dari bak pengendapan, melalui sand filter dipompakan ke water tower. 4. Proses demineralisasi a. Proses demisi bertujuan untuk : 48

- menurunkan kesadahan air dengan menggunakan cation exch. - Menurunkan silica dengan menggunakan anion exch. Air yang sudah melalui proses demisi ditampung dalam feed tank yang nantinya digunakan sebagai air umpan ketel. Cat : Regenerasi cation unit dilakukan bila kadar kesadahan telah mencapai 2 ppm. regenerasi anion unit dilakukan bila kadar silica telah mencapai 5 ppm. b. Suhu air yang keluar dari feed tank minimum 70 o C. 5. Untuk menghilangkan O 2 terlarut (dissolved O 2 ), air umpan dari feed tank dipompakan ke deaerator untuk dipanasi hingga suhu 95 100 o C. 6. Penggunaan bahan kimia (internal treatment) Air dari daerator dipompakan ke ketel uap dengan terlebih dahulu diinjeksikan bahan kimia internal yang bertujuan untuk menghindari terjadinya korosi pada ketel uap. Bahan kimia internal treatment : - oxigen scavanger - scale inhibitor - ph alkalinity (ph Boster) - sludge conditioner / disposant. 7. Untuk pengawasan mutu air, dilakukan pengambilan contoh sesuai kebutuhan dan dianalisis di laboratorium, hasilnya digunakan untuk perbaikan atas penyimpangan. 8. Bahan kimia yang digunakan untuk eksternal dan internal treatment harus diikuti dengan pemeriksaan bulanan oleh pemasok bahan kimia guna memastikan bahwa pemakaian bahan kimia tepat dosis sehingga mutu air boiler sesuai dengan standar. Pemasok harus memiliki teknisi yang ahli untuk memberikan rekomendasi untuk perbaikan dan penyempurnaan pengolahan air umpan boiler. Hasil pemeriksaan dan rekomendasi oleh teknisi ahli tersebut harus dilaksanakan setiap bulan, sesuai hasil kunjungan yang bersangkutan ke 49

pabrik terkait dan dibuat dalam laporan tertulis untuk diserahkan kepada direktur produksi, bagian teknologi, distrik, manajer, dan pabrik yang bersangkutan. 9. Stasiun Pembangkit Tenaga Listrik (Power Plant) Stasiun ini berfungsi sebagai penggerak peralatan pabrik, penerangan pabrik dan kantor serta perumahan. PKS Rambutan memiliki 2 (dua) unit Turbin Generator dan 2 (dua) unit Diesel Generator. Untuk menampung steam dari turbin terdapat 1 (satu) unit BPV (Back Pressure Vessel), yang berfungsi untuk mendistribusikan uap ke stasiun-stasiun yang memerlukan uap. 10. Stasiun Boiler (Pembangkit Tenaga Uap) Sumber uap di PKS Rambutan adalah Boiler. Uap tersebut digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan pemanasan. Boiler tersebut menggunakan bahan bakar fibre dan shell yang dihasilkan oleh stasiun Depericarper dan Kernel Recovery. Boiler berfungsi untuk menghasilkan steam dari pipa-pipa air, dimana di dalam boiler pipa-pipa air tersebut dipanaskan dengan mengalirkan udara panas dari hasil pembakaran di Refactory sehingga dibutuhkan untuk proses pembakaran. Udara dari boiler dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut : a. Udara primer : udara dipasok dari bawah rangka bakar (grate). b. Udara sekunder : udara dipasok melalui lorong masuk bahan bakar. Secara teori, sejumlah bahan bakar memerlukan udara agar pembakaran total tercapai. Udara lebih sebaiknya dihindarkan karena ini akan mendinginkan tungku masak dan operasi boiler jadi tidak efisien. Ada beberapa cara untuk menentukan apakah jumlah udara yang dipasok sudah mencukupi atau berlebihan, yaitu dengan cara berikut : a. Oksigen lebih O 2 meter dapat ditempatkan pada Exhouse Ducting agar dapat mengukur oksigen didalam emisi gas asap, dimana angka 2 3 % menunjukkan udara cukup untuk proses pembakaran yang baik. Lebih dari angka diatas berarti terlalu banyak udara lebih dan udara ekstra ini akan dapat mendinginkan tungku. 50

b. Karbondioksida Alat pengukur CO 2 dapat juga digunakan, dan ditempatkan di Ducting Exhouse, dimana angka 12 14 % memperlihatkan pembakaran baik. Kurang dari 12 % berarti pembakaran tidak sempurna, dan diatas 14 % menunjukkan udara berlebihan. c. Emisi Cerobong Metode ini umumnya digunakan di PKS dengan kondisi sebagai berikut : 1. Bila warna asap yang keluar dari chimny berwarna coklat muda, maka pembakaran baik. 2. Bila warna asap hitam dan pekat, maka hal ini menunjukkan terlalu banyak bahan bakar digunakan atau udara kurang. 3. Bila asap berwarna putih atau tidak terlihat pada saat boiler beroperasi menunjukkan udara berlebihan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari boiler adalah pengisian bahan bakar, distribusi bahan bakar, jumlah dan tingginya, desain rangka bakar dan kebersihannya, udara primer, udara sekunder, draft Balance, dan draft adjustment. Di PKS Rambutan memiliki 2 (dua) unit Boiler merek TAKUMA dengan jenis WATER TUBE berkapasitas 20 ton uap/jam. 11. Stasiun Limbah (Effluent Treatment) a. Persyaratan Limbah Limbah yang dihasilkan PKS berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa cangkang dan serat yang dipergunakan sebagai bahan bakar boiler. Tandan kosong dimanfaatkan kembali sebagai Mulsa (pupuk bagi tanaman). Limbah cair yang dihasilkan harus mengikuti standar yang telah ditetapkan dan tidak dapat dibuang secara langsung ke sungai karena akan mencemari lingkungan. Limbah di PKS Rambutan diolah dengan sistem Land Application, yaitu dialirkan ke afdeling-afdeling untuk dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman kelapa sawit. Untuk limbah yang dicairkan memiliki standar mutu sebagai berikut : BOD < 100 mg/liter, PH > 6, minyak dan lemak < 600 mg/liter. Sumber-sumber limbah cair di PKS Rambutan adalah berasal dari stasiun perebusan sekitar 10% dari TBS olah, stasiun klarifikasi sekitar 40% dari TBS 51

olah, stasiun kernel sekitar 10% dari TBS olah, dan lain-lain sekitar 10%. Total keseluruhan limbah cair adalah sekitar 70% dari TBS olah. Parameter yang menjadi salah satu indikator kontrol untuk pembuangan limbah adalah angka Biological Oxygen Demand (BOD), angka BOD berarti angka yang menunjukkan kebutuhan Oxygen. BOD biasanya diukur dalam periode lima hari. Jika limbah cair yang mengandung BOD tinggi dibuang ke sungai maka oksigen yang ada di sungai akan terhisap oleh material organik tersebut, hingga mahluk hidup lainnya di sungai tersebut tidak kebagian oksigen. Fungsi dari Effluent treatment adalah untuk menetralisir parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah sebelum dibuang ke perairan umum (sungai). b. Sistem Pengendalian Sistem pengendalian limbah yang digunakan pada Effluent treatment adalah dengan menggunakan beberapa kolam, yaitu kolam untuk menghilangkan minyak, kolam untuk proses asidifikasi, kolam anaerobik, kolam aerobik, dan kolam terakhir. Pada kolam penghilang minyak, tujuannya adalah untuk menghilangkan minyak yang masih terkandung dalam limbah cair dengan mengurangi unsur-unsur yang mengurangi angka BOD. Proses Asidifikasi tujuannya untuk mengurangi suhu dan menaikkan ph, hingga dihasilkan cairan yang lebih stabil untuk mengalir ke tahap berikutnya. Pada kolam Fase aerobik, limbah yang tidak adanya oksigen menggunakan bakteri untuk mengubah limbah menjadi unsur yang tidak merusak lingkungan. Limbah yang mengandung unsur organik digunakan sebagai makanan bakteri untuk mengubahnya menjadi bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Pada fase aerobik menghasilkan pengurangan BOD secara signifikan dan PH yang dihasilkan mendekati 7. Yang mempengaruhi kinerja effluent treatment adalah sebagai berikut : 1. Pengendalian suhu dengan menggunakan cooling toner dan re-sirkulasi dan ph. 2. Kedalaman kolam (kapasitas). 3. Sistem distribusi, kondisi pompa, kualitas dan kuantitas umpan. 4. Jumlah dan kondisi bakteri. 52