BAB III ANALISIS FASIES PENGENDAPAN FORMASI TALANG AKAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS FASIES PENGENDAPAN

Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan. 4.1 Data Sampel Intibor

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

Gambar 4.5. Peta Isopach Net Sand Unit Reservoir Z dengan Interval Kontur 5 Kaki

IV-15. Bab IV Analisis Asosiasi Fasies

BAB IV UNIT RESERVOIR

4.2 Pembuatan Kolom Stratigrafi Pembuatan kolom stratigrafi (Lampiran F) dilakukan berdasarkan atas

BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN DISTRIBUSI BATUPASIR C

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB IV SIKLUS SEDIMENTASI PADA SATUAN BATUPASIR

ANALISIS FASIES PENGENDAPAN DAN GEOMETRI RESERVOIR X, Y, DAN Z PADA ANGGOTA GITA FORMASI TALANG AKAR, LAPANGAN LOGAN, CEKUNGAN SUNDA

BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOMETRI DAN KARAKTERISASI UNIT RESERVOIR

Foto 4.9 Singkapan batupasir sisipan batulempung

BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR

Bab III Pengolahan dan Analisis Data

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI. BAB II GEOLOGI REGIONAL... 9 II.1. Tektonik... 9 II.2. Struktur Geologi II.3. Stratigrafi II.4. Sistem Perminyakan...

BAB III ANALISIS GEOMETRI DAN KUALITAS RESERVOIR

BAB IV STUDI BATUPASIR NGRAYONG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 4 KARAKTERISTIK RESERVOIR

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

STUDI FASIES PENGENDAPAN FORMASI BAYAH DAN FORMASI BATUASIH DAERAH PASIR BENDE, PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT, JAWA BARAT

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

6.1 Analisa Porositas Fasies Distributary Channel

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Arpandi dan Padmosukismo, 1975)

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

I.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB 3 STRATIGRAFI SEKUEN

Subsatuan Punggungan Homoklin

Walker, R. G. dan James, N. P., 1992 : Facies Models Response to Sea Level Change, Geological Association of Canada. Weber, K. J.

BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI SEKUEN

Bab II Geologi Regional

Raden Ario Wicaksono/

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Bab III Analisis Stratigrafi Sikuen

BAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISA SEDIMENTASI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB II GOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB IV STUDI PASIR NGRAYONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

I. PENDAHULUAN. Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya energi yang cukup besar seperti minyak bumi, gas, batubara

BAB IV ANALISIS FASIES ENDAPAN TURBIDIT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB IV PEMODELAN RESERVOAR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

Ciri Litologi

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

S U KE 06. Gambar 3.8 Sketsa Penampang Lintasan E

BAB III GEOLOGI DAERAH LEPAS PANTAI UTARA MADURA

Daftar Isi Bab I Pendahuluan Bab II Geologi Regional Bab III Dasar Teori

BAB IV ANALISIS DATA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN... SURAT PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... SARI... ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

Arus Traksi dan Arus Turbidit

Gambar 3.21 Peta Lintasan Penampang

STRATIGRAFI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN... 1

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN TARAKAN

BAB III PEMODELAN RESERVOIR

Transkripsi:

BAB III ANALISIS FASIES PENGENDAPAN FORMASI TALANG AKAR 3.1. Litofasies Menurut Walker (1992), fasies merupakan kenampakan suatu tubuh batuan yang dikarekteristikan oleh kombinasi dari litologi, struktur fisik dan biologi yang merupakan aspek pembeda dari tubuh batuan di atas, di bawah, ataupun disampingnya. Analisis litofasies dilakukan dengan menentukan karakteristik, mengelompokkan, dan menamakan litofasies dengan merujuk kepada klasifikasi litofasies oleh Miall dengan modifikasi berdasarkan ciri-ciri yang teramati pada batuan inti bor. Hasil analisis batuan intibor pada sumur Logan 06 memperlihatkan kehadiran 16 jenis litofasies dan tujuh asosiasi fasies yang berbeda. 1. Litofasies Batupasir Lapisan Silang Siur Sejajar (Sp) Litofasies Sp (Gambar 3.1.) berupa batupasir berwarna coklat terang, berukuran butir pasir sedang-kasar, matriks lempung, semen silika, terpilah baik hingga sedang, membundar tanggung hingga menyudut tanggung, kemas tertutup, porositas baik hingga sedang, kompak-getas, struktur sedimen berupa lapisan silang-siur sejajar (Lampiran 2). Litofasies Sp diendapkan dengan melibatkan arus traksi satu arah. Ketebalan litofasies ± 2 kaki. Gambar 3.1. Contoh Litofasies Batupasir Lapisan Silang Siur Sejajar Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5284 TVDSS - 22 -

2. Litofasies Batupasir Laminasi Bersilang (Sr) Gambar 3.2. Contoh Litofasies Batupasir Laminasi Bersilang Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5126 TVDSS Litofasies Sr (Gambar 3.2.) berupa batupasir berwarna coklat terang, berukuran pasir sangat halus-halus, matriks lempung, semen silika, terpilah baik, membundar tanggung, kemas tertutup, porositas buruk, kompak-getas, struktur sedimen berupa laminasi bersilang (Lampiran 2). Struktur laminasi bersilang dibentuk oleh struktur ripple yang melibatkan arus traksi. Ketebalan litofasies ± 0,5 kaki. 3. Litofasies Batupasir Terbioturbasi (Sb) Litofasies Sb (Gambar 3.3.) berupa batupasir berwarna coklat terang, berukuran pasir sangat halus-halus, matriks lempung, semen silika, terpilah baik, membundar tanggung hingga menyudut tanggung, kemas tertutup, porositas buruk, kompak-getas, bioturbasi. Ketebalan litofasies ± 1 kaki. Gambar 3.3. Contoh Litofasies Batupasir Terbioturbasi Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5279 TVDSS - 23 -

4. Litofasies Batupasir Wavy (Sw) Litofasies Sw (Gambar 3.4.) berupa batupasir berwarna coklat terang, berukuran pasir halussedang, matriks lempung, semen silika, terpilah baik, membundar tanggung hingga menyudut tanggung, kemas tertutup, porositas sedang hingga buruk, kompak - getas, struktur sedimen berupa gelombang (wavy) batulanau-batulempung. Ketebalan litofasies ± 0,3 kaki. Gambar 3.4. Contoh Litofasies Batupasir Wavy Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5282 TVDSS 5. Litofasies Batupasir Struktur Flaser (Sf) Litofasies Sf (Gambar 3.5.) berupa batupasir berwarna coklat terang, berukuran pasir halussedang, matriks lempung, semen silika, terpilah baik, membundar tanggung hingga menyudut tanggung, kemas tertutup, porositas sedang hingga buruk, kompak - getas, struktur sedimen berupa flaser batulempung. Ketebalan litofasies ± 1 kaki. Gambar 3.5. Contoh Litofasies Batupasir Struktur Flaser Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5281 TVDSS - 24 -

6. Litofasies Batupasir Laminasi Sejajar Terbioturbasi (Shb) Litofasies Shb (Gambar 3.6.) berupa batupasir berwarna abu-abu, berukuran pasir sangat halus, matriks lempung, semen silika, terpilah baik, membundar, kemas tertutup, porositas buruk, kompak, struktur sedimen berupa laminasi sejajar, bioturbasi. Litofasies Shb diendapkan dengan melibatkan arus energi relatif tinggi pada saat pengendapannya. Ketebalan litofasies ± 0,8 kaki. Gambar 3.6. Contoh Litofasies Batupasir Laminasi Sejajar Terbioturbasi Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5280 TVDSS 7. Litofasies Batupasir Masif (Sm) Litofasies Sm (Gambar 3.7.) berupa batupasir berwarna putih, berukuran pasir sedang-sangat kasar, fragmen kuarsa, matriks lempung, semen silika, terpilah sedang-buruk, membundar tanggung, kemas terbuka, porositas baik, kompak - getas, massif (Lampiran 2). Litofasies ini diendapkan dengan melibatkan arus energi tinggi pada saat pengendapannya. Ketebalan litofasies ± 3 kaki. Gambar 3.7. Contoh Litofasies Batupasir Masif Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5351 TVDSS - 25 -

8. Litofasies Batulanau Masif (Fm) Litofasies Fm (Gambar 3.8.) berupa batulanau berwarna abu-abu terang, silikaan, kompak, masif. Ketebalan litofasies ± 2 kaki. Gambar 3.8. Contoh Litofasies Batulanau Masif Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5345 TVDSS 9. Litofasies Batulempung Lentikular (Fl) Litofasies Fl (Gambar 3.9.) berupa batulempung berwarna abu-abu terang hingga gelap, silikaan, kompak, struktur sedimen berupa lentikular batupasir halus. Ketebalan litofasies ± 1 kaki. Gambar 3.9. Contoh Litofasies Batulempung Lentikular Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5142 TVDSS - 26 -

10. Litofasies Batulempung Terbioturbasi (Fb) Litofasies Fb (Gambar 3.10.) berupa batulempung berwarna abu-abu terang, silikaan, kompak, bioturbasi. Ketebalan litofasies ± 1-2 kaki. Gambar 3.10. Contoh Litofasies Batulempung Terbioturbasi Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5272 TVDSS 11. Litofasies Batulempung Bernodul Siderit (Fns) Litofasies Fns (Gambar 3.11.) berupa batulempung berwarna abu-abu gelap, silikaan, kompak, mengandung nodul siderit yang terbentuk akibat proses presipitasi pada lingkungan laut dangkal. Ketebalan litofasies ± 0,3 kaki. Gambar 3.11. Contoh Litofasies Batulempung Bernodul Siderit Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5307 TVDSS - 27 -

12. Litofasies Batulempung Karbonan (Fc) Litofasies Fc (Gambar 3.12.) berupa batulempung berwarna abu-abu gelap hingga hitam, karbonan, kompak. Ketebalan litofasies ± 2-3 kaki. Gambar 3.12. Contoh Litofasies Batulempung Karbonan Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5268 TVDSS 13. Litofasies Batulempung Masif (Fm) Litofasies Fm (Gambar 3.14.) berupa batulempung berwarna abu-abu terang, silikaan, kompak, masif. Ketebalan litofasies ± 3-4 kaki. Gambar 3.13. Contoh Litofasies Batulempung Masif Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5303 TVDSS - 28 -

14. Litofasies Batulempung Berstruktur Menyerpih (Fs) Litofasies Fs (Gambar 3.15.) berupa batulempung berwarna abu-abu terang, silikaan, kompak - getas, struktur menyerpih. Ketebalan litofasies ± 1 kaki. Gambar 3.14. Contoh Litofasies Batulempung Berstruktur Menyerpih Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5365 TVDSS 15. Litofasies Batubara (C) Litofasies C (Gambar 3.16.) berupa batubara berwarna hitam, sangat getas, conchoidal fracture. Ketebalan litofasies ± 1 kaki. Gambar 3.15. Contoh Litofasies Batubara Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5309 TVDSS - 29 -

16. Litofasies Dolomit (D) Litofasies D (Gambar 3.17.) berupa dolomit berwarna putih, klastik non fragmen, matriks mikrit, semen spar, porositas berupa vuggy dan rekahan, sangat kompak (Lampiran 2). Ketebalan litofasies ± 2 kaki. Gambar 3.16. Contoh Litofasies Dolomit Pada Batuan Intibor di Kedalaman 5111 TVDSS Berdasarkan hasil analisis batuan intibor pada sumur Logan 06 didapatkan 16 jenis litofasies berbeda yaitu batupasir lapisan silang siur sejajar (Sp), batupasir laminasi bersilang (Sr), batupasir terbioturbasi (Sp), batupasir wavy (Sw), batupasir flaser (Sf), batupasir laminasi sejajar terbioturbasi (Shb), batupasir massif (Sm), batulanau massif (Fm), batulempung lentikuler (Fl), batulempung terbioturbasi (Fb), batulempung bernodul siderite (Fns), batulempung karbonan (Fc), batulempung massif (Fm), batulempung berstruktur menyerpih (Fs), batubara (C), dan dolomite (D). 3.2. Asosiasi Fasies Suatu fasies akan mencerminkan suatu mekanisme pengendapan tertentu atau berbagai mekanisme yang bekerja serentak pada saat yang bersamaan. Lingkungan pengendapan adalah merupakan bagian dari roman muka bumi yang - 30 -

secara fisika, kimia, dan biologi berbeda dengan roman lainnya, yang berfungsi sebagai tempat diendapkannya sedimen dengan proses dan mekanisme tertentu misalnya gurun, sungai lembah, dan delta (Selley, 1985). Analisis fasies dan lingkungan pengendapan pada daerah penelitian dibantu oleh data biostratigrafi berupa data nannofosil dari sumur Logan 06 yang telah dilakukan oleh perusahaan. Data biostratigrafi berguna untuk menentukan umur relatif dan lingkungan pengendapan Anggota Gita Formasi Talang Akar. Berdasarkan kombinasi dari data biostratigrafi berupa nannofosil menunjukkan bahwa interval batuan intibor yang termasuk ke dalam Formasi Talang Akar diendapkan pada Oligosen Akhir Miosen Awal (NN2 NN6) (Lampiran 1). Berdasarkan hasil analisis batuan intibor didapatkan tujuh asosiasi fasies yang terdiri dari Paparan, Muka Pantai, Laguna, Tidal Mud Flat, Tidal Mixed Sand-Mud Flat, Tidal Distributary Channel, Tidal Sand Bar (Tabel 3.1.). Lingkungan pengendapan terdiri dari Laut Dangkal (Shallow Marine), Laguna (Backbarrier Lagoon/Bay), dan Tide Dominated Estuarine/Coastal (Lampiran 3). - 31 -

Asosiasi Fasies 1 2 3 4 5 6 7 Litofasies Batulempung berstruktur menyerpih, Batulempung masif, Batulanau masif, Batupasir flaser. Ketebalan asosiasi fasies ± 18 kaki. Batulanau masif, Batupasir laminasi bersilang, Batupasir flaser, Batupasir terbioturbasi, Batupasir masif. Ketebalan asosiasi fasies ± 15 kaki. Batulempung lentikuler, Batulempung karbonan, Batulempung masif. Ketebalan asosiasi fasies ± 22 kaki. Batulanau masif, Batupasir laminasi sejajar terbioturbasi, Batulempung lentikuler, Batulempung terbioturbasi, Batubara, Batulempung karbonan. Ketebalan asosiasi fasies ± 12 kaki. Dolomit, Batulanau masif, Batupasir terbioturbasi, Batupasir flaser, Batulempung masif, Batulempung karbonan, Batulempung bernodul siderit. Ketebalan asosiasi fasies ± 16 kaki. Batupasir terbioturbasi, Batupasir flaser, Batupasir wavy, Batupasir lapisan silang siur sejajar. Ketebalan asosiasi fasies ± 11 kaki. Batupasir laminasi bersilang, Batupasir flaser, Batupasir lapisan silang siur sejajar. Ketebalan asosiasi fasies ± 12 kaki. Interpretasi Paparan Muka Pantai Laguna Tidal Mud Flat Tidal Mixed Sand-Mud Flat Tidal Distributary Channel Tidal Sand Bar Tabel 3.1. Rangkuman Hasil Analisis Litofasies Dan Asosiasi Fasies Berdasarkan Interval Data Batuan Intibor - 32 -

3.2.1. Asosiasi Fasies Paparan (Shelf) Asosiasi fasies ini tersusun oleh litofasies batulempung berstruktur menyerpih, batulempung masif, batulanau masif, dan batupasir flaser dengan ketebalan ± 18 kaki (Gambar 3.18.). Pada bagian atas asosiasi fasies ini terdapat litofasies Ms. Menurut Boggs (1987), litofasies tersebut merupakan penciri lingkungan laut yang berada di dekat kontinen dimana dasar laut yang ada terletak di bawah garis storm wave base sehingga energi arus yang ada relatif sangat lemah sehingga memungkinkan material-material sedimen berukuran halus terendapkan melalui mekanisme arus suspensi. Gambar 3.17. Kolom Stratigrafi Interval Batuan Intibor Pada Kedalaman 5365 TVDSS Asosiasi fasies tersusun oleh dua bagian yaitu Sandy Shelf dan Muddy Shelf. Endapan Sandy Shelf berupa batupasir berwarna putih abu-abu sisipan batulanau karbonatan, pasir sangat halus hingga halus, matriks lempung, gampingan, terpilah baik, membundar tanggung, kemas tertutup, setempat mengandung glaukonit, porositas buruk, struktur sedimen berupa flaser setempat, kompak getas dan kemudian berubah secara berangsur menjadi batulanau pada bagian atasnya dengan tingkat kekompakan butiran semakin meningkat ke arah atas. Endapan Muddy Shelf berupa batulempung umumnya gampingan dan kemudian berubah secara perlahan-lahan menjadi serpih pada bagian atasnya. Terdapatnya mineral glaukonit diinterpretasi bersifat in situ. Umumnya glaukonit diendapkan pada lingkungan yang tersebar luas yaitu continental shelves dan lereng (slopes) pada kedalaman air 50 hingga 500 meter (Odin, 1985-33 -

op.cit. Shanmugam, 2000). Terminologi shelf sendiri didefinisikan sebagai lingkungan laut dangkal yang terbuka. Suksesi vertikal pada asosiasi fasies ini adalah menghalus ke atas yang mengindikasikan adanya perubahan energi ke atas yang semakin berkurang pada saat pengendapannya. Kontak dengan litofasies di bawahnya adalah tidak jelas sedangkan kontak dengan litofasies di atasnya ialah erosional. 3.2.2. Asosiasi Fasies Muka Pantai (Shoreface) Asosiasi fasies ini tersusun oleh litofasies batulanau masif, batupasir laminasi bersilang, batupasir flaser, batupasir terbioturbasi, dan batupasir masif dengan ketebalan ± 15 kaki (Gambar 3.19.). Litofasies batupasir masif terletak di bagian bawah asosiasi dan berangsur berubah menjadi batupasir terbioturbasi, batupasir flaser, dan batupasir laminasi bersilang. Litofasies batulanau masif terletak di bagian atas asosiasi. Gambar 3.18. Kolom Stratigrafi Interval Batuan Intibor Pada Kedalaman 5345 TVDSS Suksesi vertikal pada asosiasi fasies ini adalah menghalus ke atas yang mengindikasikan adanya perubahan energi ke atas yang semakin berkurang pada saat pengendapannya. Kontak dengan litofasies di bawahnya adalah erosional sedangkan kontak dengan litofasies di atasnya adalah tegas. Litofasies batupasir masif hadir berupa batupasir, fragmen kuarsa, putih, pasir sedang hingga sangat kasar, matriks lempung, non karbonatan, terpilah sedang hingga buruk, membundar tanggung, kemas terbuka, porositas baik, kompak - getas. Struktur flaser dan mud drapes yang ditemukan pada litofasies - 34 -

batupasir flaser mengindikasikan adanya pengaruh arus pasang-surut (tidal) pada pengendapannya. Struktur laminasi bersilang pada litofasies batupasir laminasi bersilang diakibatkan oleh arus arus traksi (wave) yang berperan dalam pengendapannya. 3.2.3. Asosiasi Fasies Laguna (Lagoon) Asosiasi fasies ini tersusun oleh litofasies batulempung lentikuler, batulempung karbonan, dan batulempung masif. Ketebalan asosiasi fasies ± 22 kaki (Gambar 3.20.). Litofasies batulempung masif terletak di bagian bawah asosiasi dan berangsur berubah menjadi batulempung karbonan dan batulempung lentikuler. Asosiasi fasies ini hampir seluruhnya terdiri dari batulempung berwarna abu-abu gelap hingga abu-abu terang dengan tingkat kompaksitas yang sangat kompak, dominan karbonan dan silikaan, setempat sideritik. Gambar 3.19. Kolom Stratigrafi Interval Batuan Intibor Pada Kedalaman 5332 TVDSS Tingkat porositas yang ada sangat buruk dan tidak ekonomis. Berperan sebagai lapisan penyekat (sealing) di dalam sistem petroleum karena ditemukan pada bagian atas dari asosiasi fasies muka pantai sehingga dapat bertindak sebagai penghambat transportasi vertikal dari fluida yang ada pada lapisan reservoir di bawahnya. Struktur sedimen yang terdapat pada asosiasi fasies ini relatif sulit untuk diamati, tetapi beberapa struktur utama yang masih dapat terlihat seperti struktur lentikuler batupasir halus yang ditemukan melimpah secara setempat kadang - 35 -

terbioturbasi. Kontak dengan litofasies di bawahnya adalah gradasional sedangkan kontak dengan litofasies di atasnya adalah tegas. 3.2.4. Asosiasi Fasies Tidal Mud Flat Asosiasi fasies ini tersusun oleh litofasies batulanau masif, batupasir laminasi sejajar terbioturbasi, batulempung lentikuler, batulempung terbioturbasi, batubara, dan batulempung karbonan (Gambar 3.21.). Ketebalan asosiasi fasies ± 12 kaki. Litofasies batulempung karbonan terletak di bagian bawah asosiasi dan berangsur berubah menjadi batubara, batulempung terbioturbasi, batulempung lentikuler, dan batupasir laminasi sejajar terbioturbasi. Litofasies batulanau masif terletak di bagian atas asosiasi. Gambar 3.20a. Kolom Stratigrafi Interval Batuan Intibor Pada Kedalaman 5307 TVDSS Gambar 3.20b. Kolom Stratigrafi Interval Batuan Intibor Pada Kedalaman 5268 TVDSS Gambar 3.20c. Kolom Stratigrafi Interval Batuan Intibor Pada Kedalaman 5090 TVDSS Asosiasi fasies ini hampir seluruhnya terdiri dari batulempung berwarna abu-abu gelap hingga abu-abu terang dengan tingkat kompaksitas yang kompak, dominan silikaan dan karbonan, setempat sideritik. Struktur sedimen yang terdapat pada asosiasi fasies ini seperti struktur lentikuler batupasir halus yang ditemukan melimpah secara setempat kadang terbioturbasi. - 36 -

Kenampakan struktur sedimen yang terbentuk akibat proses atau siklus pasang-surut muka air laut yaitu berupa struktur lentikular flaser asimetrik yang membentuk suatu ritme yang teratur (Allen dan Chambers, 1998). Kontak dengan litofasies di bawahnya adalah tegas sedangkan kontak dengan litofasies di atasnya juga tegas. Litofasies batupasir laminasi sejajar terbioturbasi hadir berupa batupasir, abu-abu, pasir sangat halus, matriks lempung, semen silika, terpilah sangat baik, membundar, kemas tertutup. porositas buruk, struktur sedimen berupa laminasi sejajar, current ripples, bioturbasi, kompak - getas. Litofasies batubara hadir berupa batubara, hitam, porositas buruk, conchoidal fracture, sangat getas. Pengendapan litofasies batubara dan batulempung karbonan terbentuk dari pengendapan sedimen-sedimen organik yang membutuhkan daerah lembab dan basah dimana terdapat air yang mengenang (tidak mengalir) dengan tumbuhtumbuhan yang terendapkan bersamanya (Pettijohn, 1956) sehingga mekanisme pengendapan arus suspensi dapat berlangsung secara bersamaan dengan diendapkannya material-material organik tersebut. 3.2.5. Asosiasi Fasies Tidal Mixed Sand-Mud Flat Asosiasi fasies ini tersusun oleh litofasies dolomit, batulanau masif, batupasir terbioturbasi, batupasir flaser, batulempung masif, batulempung karbonan, dan batulempung bernodul siderit. Ketebalan asosiasi fasies ± 16 kaki (Gambar 3.22.). Litofasies batulempung bernodul siderit terletak di bagian bawah asosiasi dan berangsur berubah menjadi batulempung karbonan, batulempung masif, batupasir flaser, batupasir terbioturbasi, dan batulanau masif. Litofasies dolomit terletak di bagian atas asosiasi. Gambar 3.21a. Kolom Stratigrafi Interval Batuan Intibor Pada Kedalaman 5294 TVDSS - 37 -

Gambar 3.21b. Kolom Stratigrafi Interval Batuan Intibor Pada Kedalaman 5258 TVDSS Gambar 3.21c. Kolom Stratigrafi Interval Batuan Intibor Pada Kedalaman 5105 TVDSS Asosiasi fasies ini terdiri dari beberapa litofasies mulai dari batulempung bernodul siderit, batulempung karbonan, batulempung masif, batupasir flaser, batupasir terbioturbasi, dan batulanau masif. Batulempung berwarna abu-abu gelap hingga abu-abu terang dengan tingkat kompaksitas yang kompak, dominan silikaan dan karbonan, setempat karbonatan dan bernodul siderit. Litofasies batupasir flaser hadir berupa batupasir, coklat terang, sisipan karbon, pasir halus hingga sedang, matriks lempung, non karbonatan, terpilah baik, membundar tanggung hingga menyudut tanggung, kemas tertutup, porositas sedang hingga buruk, struktur sedimen berupa flaser, getas. Kenampakan struktur sedimen yang terbentuk akibat proses atau siklus pasang-surut muka air laut yaitu berupa struktur lentikular flaser asimetrik yang membentuk suatu ritme yang teratur (Allen dan Chambers, 1998). Kontak dengan litofasies di bawahnya adalah tegas sedangkan kontak dengan litofasies di atasnya juga tegas. 3.2.6. Asosiasi Fasies Tidal Distributary Channel Asosiasi fasies ini tersusun oleh litofasies batupasir terbioturbasi, batupasir flaser, batupasir wavy, dan batupasir lapisan silang siur sejajar (Gambar 3.23.). Ketebalan asosiasi fasies ± 11 kaki. Litofasies batupasir lapisan silang siur sejajar terletak di bagian bawah asosiasi dan berangsur berubah menjadi batupasir wavy, - 38 -

batupasir flaser, dan batupasir terbioturbasi. Asosiasi fasies ini tersusun oleh batupasir sedang - kasar berwarna coklat terang - coklat gelap pada bagian bawah dan kemudian berubah secara berangsur menjadi batupasir sangat halus - halus berwarna coklat terang - coklat gelap pada bagian atasnya, dengan tingkat kekompakan butiran semakin meningkat ke arah atas. Gambar 3.22. Kolom Stratigrafi Interval Batuan Intibor Pada Kedalaman 5279 TVDSS Suksesi vertikal adalah menghalus ke atas yang merupakan karakteristik suatu endapan tidal distributary channel yang mengindikasikan adanya perubahan energi ke atas yang semakin berkurang pada saat pengendapannya. Kontak dengan litofasies di bawahnya tidak jelas sedangkan kontak dengan litofasies di atasnya adalah tegas. Litofasies batupasir flaser diinterpretasikan akibat pengaruh pasangsurut muka air laut yang terdapat pada bagian atas dari asosiasi fasies ini. Litofasies batupasir lapisan silang siur sejajar mengindikasikan pengendapan pada kondisi arus tinggi berupa arus arus traksi dengan satu arah aliran. Berdasarkan analisis nannofosil yang dilakukan oleh PT Robertson Utama Indonesia pada tahun 2001, pada kedalaman 5354,5 MD ditemukan sebelas spesies nannofosil yang masing-masing memiliki kisaran umur tertentu sebagai berikut : Sphenolithus sp., Sphenolithus moriformis, Reticulofenestra spp. (medium), Reticulofenestra pseudoumbilica (tidak lebih tua dari intra-nn1), Helicosphaera kamptneri (tidak lebih tua dari intra-nn1), Helicosphaera europhratis (Intra-NN6 dan lebih tua), Helicosphaera ampliaperta (NN4-NN2), Discoaster druggii (tidak lebih tua dari NN2), Dictyococcites spp. (kecil), Dictyococcites sp. (medium), Cyclicargolithus floridanus (Intra-NN6 dan lebih tua). - 39 -

3.2.7. Asosiasi Fasies Tidal Sand Bar Asosiasi fasies ini tersusun oleh litofasies batupasir laminasi bersilang, batupasir flaser, dan batupasir lapisan silang siur sejajar. Ketebalan asosiasi fasies ± 12 kaki (Gambar 3.24.). Litofasies batupasir lapisan silang siur sejajar terletak di bagian bawah asosiasi dan berangsur berubah menjadi batupasir flaser dan batupasir laminasi bersilang. Asosiasi fasies ini tersusun oleh batupasir sedang - kasar berwarna coklat terang pada bagian bawah dan kemudian berubah secara berangsur menjadi batupasir halus berwarna coklat terang pada bagian atasnya, dengan tingkat kekompakan butiran semakin meningkat ke arah atas. Gambar 3.23. Kolom Stratigrafi Interval Batuan Intibor Pada Kedalaman 5126 TVDSS Suksesi vertikal adalah relatif menghalus ke atas yang mengindikasikan adanya perubahan energi ke atas yang semakin berkurang pada saat pengendapannya. Kontak dengan litofasies di bawahnya tidak jelas sedangkan kontak dengan litofasies di atasnya adalah tegas. Litofasies batupasir lapisan silang siur sejajar mengindikasikan pengendapan pada kondisi arus tinggi berupa arus arus traksi dengan satu arah aliran. Litofasies batupasir flaser diinterpretasikan akibat pengaruh pasang-surut muka air laut yang terdapat pada bagian atas dari asosiasi fasies ini. Absennya bioturbasi pada asosiasi fasies ini mengindikasikan laju sedimentasi yang relatif tinggi. Berdasarkan analisis nannofosil yang dilakukan oleh PT Robertson Utama Indonesia pada tahun 2001, pada kedalaman 5202,1 MD ditemukan 12 spesies nannofosil yang masing-masing memiliki kisaran umur tertentu sebagai berikut : Thoracosphaera sp., Sphenolithus sp., Reticulofenestra sp., Pontosphaera sp., Helicosphaera euphratis (Intra-NN6 dan lebih tua), Discoaster deflandrei (NN7 dan lebih tua), Dictyococcites sp. (kecil), Dictyococcites sp. (medium), - 40 -

Cyclicargolithus floridanus (Intra-NN6 dan lebih tua), Cyclicargolithus abisectus (Intra-NN1 dan lebih tua), Coccolithus eopelagicus, Calcidiscus sp. Berdasarkan analisis nannofosil yang dilakukan oleh PT Robertson Utama Indonesia pada tahun 2001, pada kedalaman 5190,7 MD ditemukan tujuh spesies nannofosil yang masing-masing memiliki kisaran umur tertentu sebagai berikut : Triguetrorhabdulus spp., Sphenolithus sp. Sphenolithus cf. belemnos (tidak lebih tua dari NN1), Discoaster sp. (enam lengan), Discoaster cf. druggii (tidak lebih tua dari NN2), Dictyococcites bisectus (NP25 dan lebih tua) dan Dictyococcites sp. (medium). - 41 -