BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR. penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode sejarah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III METODELOGI PENELITIAN. Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Historis karena

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penelitian

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda.

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

METODE PENELITIAN. suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

METODE PENELITIAN. atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 1).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. yang menyatakan bahwa metode merupakan suatu cara atau jalan yang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

III. METODE PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB V KESIMPULAN. Pertama, menurut letaknya Magelang terletak antara Bujur

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

I. PENDAHULUAN. mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu penelitian.

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang.

BAB III METODE PENELITIAN

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

III. METODE PENELITIAN. metode historis. Adapun historis menurut Nungroho Notosusanto adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu. mengambil obyek peristiwa-peristiwa pada masa lalu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan salah satu penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali

METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. yang naik turun dari status keadaan di masa yang lampau untuk memperoleh. yang akan datang (Mohammad Nasir, 2003: 48).

III. METODE PENELITIAN. yaitu suatu cara atau metode yang dimaksudkan dan terdapat dalam suatu ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan sebaik-baiknya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode sejarah. Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara historis rekaman peninggalan masa lampau (Gottschlak, 1975:32). Metode sejarah terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, verifikasi (kritik), interpretasi, dan historiografi. 1. Heuristik Heuristik adalah kegiatan mengumpulkan jejak peristiwa sejarah atau dengan kata lain kegiatan mencari sumber sejarah. Menurut Nugroho Notosusanto (1971:18) heuristik adalah proses atau usaha untuk mendapatkan dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan diteliti, berupa jejak-jejak masa lampau yang dapat berupa kejadian, benda peninggalan masa lampau dan bahasa tulisan. Penelitian diawali dengan mengumpulkan sumber-sumber sejarah berupa data yang berhubungan dengan tema penulisan. Sumber-sumber penulisan yang terkait dengan permasalahan yang penulis dapatkan adalah sumber primer dan sumber sekunder. Sember primer tertulis yang penulis dapatkan berupa arsip dari Museum Mandala Bakti Semarang berisi daftar nama kompi ex. Karesidenan 22

Kedu dan peta Jawa Tengah pasca agresi II Belanda. Dan sember primer lisan berupa wawancara dengan pelaku sejarah yang mengalami sendiri peristiwa di Temanggung yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini yaitu dengan Letda. Inf (Purn) Mundjiat Harmoatmodjo, Bambang Poernomo, Letda Randim. Sember sekunder tertulis berasal dari tulisan S. Hadi Gintong, berupa pengalaman pribadi menjadi anggota TP Temanggung. 2. Kritik Kritik sumber merupakan tahap penilaian atau pengujian terhadap bahan-bahan sumber yang telah penulis peroleh dari sudut pandang kebenarannya (Wiyono, 1990:2). Kritik merupakan cara untuk menilai sumber atau bahan yang memberikan informasi dapat dipercaya atau tidak, apakah dokumen atau bahan itu dapat dipertanggungjawabkan keasliannya atau keautentikannya atau tidak. Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data sehingga diperoleh fakta. Menurut Dudung Abdurrahman (1999:58) kritik sumber ini meliputi: a. Kritik Ekstern Kritik ekstern meliputi apakah data itu otentik, yaitu keakuratan sumber, bukan tiruan, turunan, palsu, kesemuanya dilakukan dengan meneliti segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan. Bila sumber tersebut adalah sumber dokumen tertulis maka harus diteliti bahan yang dipakai (kertas), tinta, bahasa (ejaan), huruf, tahun terbit, yang menerbitkan, dll. 23

b. Kritik Intern Kritik intern adalah kritik yang berkaitan dengan isi pernyataan yang disampaikan oleh sejarah. Kritik intern menilai kesahihan data dalam sumber (kredibilitas). Kredibilitas berarti mencari asal muasal sumber berasal karena kesaksian sumber dalam sejarah adalah faktor terpenting dalam menentukan sahih atau tidaknya bukti atau fakta. 3. Interpretasi Data atau sumber sejarah yang dikritik menghasilkan fakta yang digunakan dalam penulisan sejarah. Namun sejarah itu sendiri bukan merupakan kumpulan dari fakta-fakta, parade tokoh, kronologis peristiwa, atau deskripsi belaka yang apabila dibaca akan terasa kering dan kurang bermakna. Fakta sejarah harus diinterpretasikan. Interpretasi atau penafsiran sejarah disebut juga dengan analisa sejarah. Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari berbagai sumber. Jadi interpretasi adalah cara untuk mendapatkan makna dan keterkaitan antar fakta. Penulis melakukan interpretasi dengan menyeleksi, menyusun, mengurangi tekanan, dan menempatkan fakta dalam urutan kausal sehingga dapat merekonstruksi suatu peristiwa. Dengan demikian tidak hanya pertanyaan apa, siapa, dimana dan bilamana yang perlu dijawab, tetapi juga menjawab pertanyaan mengapa dan apa jadinya. Dalam menginterpretasikan sejarah yang kompleks, penulis meminjam pendekatan dari ilmu bantu lain (pendekatan multidimensional) untuk mempertajam analisis. Ketika melakukan 24

interpretasi, penulis berusaha menekan subjektifitas, dan sedapat mungkin membuat tulisan yang objektif. 4. Historiografi Tahap historiografi merupakan langkah terakhir dalam metodologi atau prosedur penelitian historis. Historiografi merupakan karya sejarah dari hasil penelitian, dipaparkan dengan bahasa ilmiah dengan seni yang khas menjelaskan apa yang ditemukan beserta argumentasinya secara sistematis. Tujuan historiografi adalah merangkaikan kata-kata menjadi kisah sejarah (Nugroho Notosusanto, 1971:12). Interpretasi yang dilakukan terhadap fakta sejarah menghasilkan suatu cerita atau kisah sejarah. Serangkaian kisah sejarah tersebut disajikan dalam suatu penulisan atau historiografi. Historiografi merupakan kegiatan menyampaikan hasil sintesa fakta-fakta yang diperoleh dalam bentuk kisah sejarah. Dalam hal ini disajikan dalam bentuk skripsi yang diatur dalam Bab per Bab secara kronologis, dengan tema dan topik yang jelas dan mudah dipahami. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian Perjuangan Rakyat Temanggung Melawan Militer Belanda pada Masa Agresi Militer Belanda II 1948-1950 ini menekankan pada masalah proses, maka bentuk penelitian yang tepat adalah penelitian deskriptif naratif yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas dan memberikan kesimpulan analisa yang mendalam pada persoalan yang dikaji. 25

C. Sumber Data Dalam penelitian ini ada tiga sumber data yang dimanfaatkan yaitu dokumen/arsip, pustaka, dan informan (narasumber). D. Teknik Pengumpulan Data Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Studi dokumen/arsip Dalam hal ini peneliti mencari dan mempelajari sumber berupa arsip penting yang diperoleh di Museum Mandala Bakti Semarang berupa daftar nama kompi ex. Karesidenan Kedu dan peta Jawa Tengah pasca Agresi Militer Belanda II. 2. Studi kepustakaan Yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah mempelajari pustaka atau buku baik yang disediakan oleh perpustakaan resmi maupun pribadi. Untuk keperluan ini peneliti memperluas perbendaharaan data dengan cara membaca buku-buku umum dan buku-buku yang dikeluarkan oleh instansi. Dalam hal ini, peneliti mencari sumber buku di perpustakaan UKSW, perpustakaan Museum Mandala Bakti Semarang, dan koleksi pribadi. 3. Wawancara (interview) Wawancara bertujuan untuk memahami realita obyek yang diteliti agar lebih cermat dan untuk mengisi kekurangan data dari sumber tertulis. Berdasarkan uraian tersebut maka wawancara dilakukan kepada 26

pejuang veteran yang masih hidup sebagai saksi sejarah dan orang-orang yang mengetahui peristiwa Agresi Militer Belanda II di Temanggung. Wawancara dilakukan secara mendalam sifatnya lentur dan terbuka, tidak ketat dan tidak dalam suasana formal. Terbuka berarti mengikuti selera informan, tetapi menuntut kemampuan khusus bagi peneliti di dalam pengumpulan data. E. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini teknis analisis data yang digunakan adalah teknis analisis historis. Teknis analisis historis merupakan analisis yang mengutamakan pada ketajaman dalam melakukan intepretasi sejarah. Intepretasi dilakukan karena fakta-fakta tidak dapat berbicara sendiri, fakta mempunyai sifat yang kompleks sehingga fakta tidak dapat dimengerti atau dilukiskan oleh fakta itu sendiri (Sartono Kartodirjo, 1992:63). Penulisan sejarah yang dapat dipercaya memerlukan analisis data sejarah yang obyektif, sehingga unsur-unsur subjektif dalam menganalisis data sejarah perlu dikurangi. Dalam proses analisis data selalu diperhatikan unsur-unsur yang relevan dan sumber data sejarah apakah unsur tersebut kredibel. Suatu unsur tersebut kredibel apabila unsur tersebut paling dekat dengan peristiwa yang benar-benar terjadi. Unsur tersebut diketahui kredibel berdasarkan penyelidikan kritis terhadap sumber data sejarah yang ada (Louis Gottschalk, 1986:95). Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam kegiatan menganalisis data adalah dengan melakukan pengumpulan data yang kemudian diklasifikasikan sesuai tema permasalahan. Dalam menganalisis 27

sebuah sumber diperlukan adanya kritik intern dan kritik ekstern untuk menentukan kredibilitas dan otentitas sumber yang didapatkan. Langkah ini berguna untuk mengetahui sumber yang benar-benar diperlukan dan relevan dengan permasalahan yang diteliti. Data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diseleksi atau dibandingkan satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh fakta sejarah yang benar-benar relevan. Langkah selanjutnya adalah merangkaikan fakta tersebut menjadi sebuah karya yang menyeluruh. 28

F. Kerangka Pemikiran Temanggung Setelah Perjanjian Renville Persiapan Melawan Agresi Militer Belanda II Agresi Militer Belanda II Pendudukan Belanda di Temanggung Temanggung dibumihanguskan Serangan Belanda di Temanggung Perjuangan Rakyat Temanggung Konsolidasi Angkatan Perang Perang Gerilya di Temanggung Tragedi Kali Progo Temanggung Kembali ke NKRI Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Keterangan Beberapa bulan setelah ditandatanganinya perjanjian Renville pada 17 Januari 1948, penyimpangan kembali dilakukan oleh pihak Belanda dengan melakukan Agresi Militer II pada 19 Desember 1948. Dalam Agresi Militer II, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta yang pada waktu itu menjadi ibukota RI. 29

Pasukan TNI kemudian menyingkir ke pedalaman untuk menyusun kekuatan. Sesuai dengan Perintah Siasat Nomor 1 Tahun 1948, yang disiarkan melalui RRI, Panglima Besar Sudirman memerintahkan seluruh Angkatan Perang menjalankan Perang Rakyat Semesta. Strategi pertahanan diubah yang semula sistem Linier menjadi sistem Wehrkreise, dilengkapi dengan taktik perang gerilya. Sesuai perintah Markas Besar Angkatan Perang RI (APRI), sebelum Belanda datang, taktik bumi hangus harus dilakukan untuk menghambat pergerakan pasukan Belanda. Senin, 20 Desember 1948, aksi bumi hangus Temanggung dilaksanakan. Di kota Temanggung terdapat 28 bangunan yang dibumihanguskan. Tanggal 21 Desember 1948 pasukan Belanda melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota Temanggung. Pasukan Belanda datang dari dua arah menembus kota dari dua arah. Pertama dari Sumowono melalui Ngoho, Kaloran, ke Temanggung. Pasukan ini merupakan bagian dari pasukan Brigade T. Kedua, dalam jumlah yang jauh lebih besar, dari Brigade W, datang dari Magelang melalui Secang dan tembus ke Temanggung Sehari kemudian, tanggal 22 Desember 1948 pukul 10.00 WIB, mereka berhasil masuk ke kota Temanggung yang hanya tinggal reruntuhan. Setelah rendezvous di Temanggung, satuan Brigade T bergerak ke Yogyakarta memperkuat induk pasukannya. Temanggung dijaga oleh Vossen Brigade (V- Brigade/Anjing NICA) dibantu serdadu kulit putih Koninglijke Landmacht (KL) hasil wajib militer di Belanda. Pasukan Belanda ini dipimpin oleh Mayor A. Van 30

Zanten (Mei 1947-Juli 1949). Sebagian anggota pasukannya yang berjumlah sekitar 900 personil adalah orang Indonesia. Tidak ada birokrasi sipil yang bisa difungsikan untuk melegitimasikan pendudukan Belanda di Temanggung. Para tokoh birokrasi menolak bekerjasama dengan tentara pendudukan dan memilih menyingkir ke pedalaman hingga akhirnya membentuk pemerintahan darurat di pedesaan. Di dalam kota, tersebar beberapa anggota Tentara Pelajar yang sengaja tinggal untuk memata-matai gerakan pasukan Belanda. Setelah mundur dari Kota Temanggung, Pasukan TNI dan pejuang segera melakukan konsolidasi. Konsolidasi pertama menghasilkan 4 keputusan. Pertama, membantu struktur komando/organisasi. Kedua, membagi wilayah dan tanggung Jawab. Ketiga, membentuk pasukan mobil, dan keempat melakukan serangan mendadak, penghadangan patroli Belanda, sabotase dan melakukan pengacauan di daerah yang diduduki Belanda. Pertempuran terjadi di Temanggung, sepanjang bulan Februari, Maret dan April 1949. Selain itu penghadangan di jalan raya terhadap lalu lintas musuh tidak putus-putusnya dilakukan oleh pasukan gerilya. Aksi ini sangat melelahkan pasukan Belanda. Pasukan TNI dan pejuang Temanggung secara gencar menyerang garis perhubungan, garis logistik, pos, dan patroli Belanda. Bantuan yang diberikan penduduk berupa makanan, intelijen, petunjuk-petunjuk jalan, kurir, pasukan territorial pager desa, dan early warning system (sistem peringatan dini) apabila ada gerakan pasukan Belanda. Bantuan-bantuan itu memungkinkan pasukan gerilya semakin mengembangkan inisiatif. Rintangan- 31

rintangan di jalan pendekat yang dipasang rakyat semakin berat dan semakin sempurna dan terutama taktik gerilya TNI semakin canggih Upaya Belanda untuk mengamankan kedudukannya di Temanggung dilakukan dengan menangkap siapa saja yang dicurigai. Para pejuang dari TNI, kelaskaran dan Tentara Pelajar, bahkan rakyat biasa yang tertangkap dipenjarakan di markas Inlichtingen Veiligheids Groep (IVG/Badan Penyelidik Pemerintah Militer Belanda). Jika tahanan merupakan orang-orang yang dianggap berbahaya bagi Belanda, mereka akan dibawa ke jembatan Kali Progo untuk dieksekusi mati. Jumlah korban mencapai ribuan orang. Perundingan kembali dilakukan oleh pihak RI dan Belanda. Perundingan terakhir antara RI dan Belanda adalah Konferensi Meja Bundar di Den Haag 23 Agustus-2 November 1949. Perundingan menyetujui penyerahan kedaulatan Indonesia. Pada tanggal 10 November 1949, pasukan Belanda meninggalkan Kota Temanggung. 32