BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Interaksi Sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. langsung (Schult & Videbeck, 1998) langsung diekspresikan (Townsend, 1998).

KONSEP DIRI OIeh: Purwanta, S.Kp., M.Kes

Koping individu tidak efektif

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II KONSEP DASAR. Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

Konsep diri, KDK, Sal

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II KONSEP DASAR. berhubungan dengan orang lain termasuk persepsi individu akan sifat dan

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

KEBUTUHAN HARGA DIRI DAN KONSEP DIRI NIKEN ANDALASARI

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

HARGA DIRI RENDAH (SITUASIONAL)

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

2.1.2Faktor Penyebab Harga Diri Rendah 1. Faktor Predisposisi a). Perkembangan individu yang meliputi : 1). Adanya penolakan dari orang tua.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

KONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

Transkripsi:

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan harga diri atau harga diri rendah adalah perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal mencapai keinginan ( Sujono dan Teguh, 2009 ). NANDA mendefinisikan harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (http://shanti.staff.umy.ac.id?p=9, diunduh tanggal 15 Desember 2010). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa kesesuaian antara perilaku dengan ideal diri berupa perasaan negatif terhadap kemampuan diri. B. Komponen Konsep diri Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak berbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam 6

dirinya sendiri dengan orang terdekat dan dengan realitas kehidupan ( Stuart, 2006 ). Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini : 1. Gambaran diri. Sikap seseorang terhadap tubuhnya baik secara sadar atau tidak sadar. Persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan serta potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Jika individu menerima dan menyukai dirinya, merasa aman dan bebas dari rasa cemas disebut self esteem meningkat ( Kusumawati dan Hartono, 2010 ). 2. Ideal diri Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku berdasarkan standar pribadi. Dibentuk oleh gambaran tipe orang yang diinginkan. Sejumlah aspirasi, nilai dan tujuan yang dicapai. Berdasarkan norma masyarakat dan usaha individu untuk memenuhi. Dipengaruhi oleh budaya, keluarga dan kemampuan individu ( Kusumawati dan Hartono, 2010 ). 3. Harga diri Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai orang yang penting dan berharga (Stuart, 2006 ). 7

4. Performa peran Serangkain pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu ( Stuart, 2006 ). 5. Identitas pribadi Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan otonomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja (Stuart, 2006). C. Rentang Respon Konsep Diri Respon adaptif Respon maladaptif Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendah Keracunan identitas Depersonalisasi asi Gambar 1. Rentang Respon Konsep Diri Sumber : (Stuart, 2006). 8

Keterangan: 1. Aktualisasi diri : Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata sukses dan diterima. 2. Konsep diri : Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah menolak sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri akibat gagal menyesuaikan tingkah laku dengan cita-cita 3. Kerancuan identitas : Kegagalan aspek individu mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial, kepribadian dewasa yang harmonis. 4. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri. (Stuart, 2006). D. Etiologi 1. Faktor predisposisi a. Biologi : Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti 9

suhu dingin atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yg tidak memadai dan pencemaran (polusi) udara atau zat kimia. b. Psikologi Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan. c. Sosio kultural Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial. (http://elerning.unimus.ac.id/, diunduh 15 Mei 2011). 2. Faktor presipitasi Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu (internal or external sources) yang terdiri dari: a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan. b. Ketegangan peran adalah berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada 3 jenis transisi peran : 1) Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Pertumbuhan ini termasuk tahap 10

perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan normanorma budaya, nilai-nilai, serta tekenan untuk menyesuaikan diri. 2) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahorang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian. 3) Transisi peran sehat sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh : a) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh. b) Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal. c) Prosedur medis dan perawatan. E. Tanda dan Gejala Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah (Stuart, 2006) mengemukakan 20 (dua puluh) cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah yaitu : Mengkritik diri sendiri dan orang, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting yang berlebihan, perasaan yang tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan diri, 11

menarik diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari realitas dan khawatir. F. Mekanisme Koping Individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda untuk mengatasi stres. Proses koping terhadap stres menjadi pedoman untuk mengatasi reaksi stres. Koping sebagai proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik tuntutan itu yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi penuh stres ( Gustiarti,2002 ) Mekanisme koping terdiri dari pertahanan jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri dibagi dua yaitu: 1. Koping jangka pendek a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri ( misalnya : konser musik, bekerja keras, dan obsesi nonton televisi). b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya: ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau genk). 12

c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau menigkatkan perasaan diri tak menentu ( misalnya : olah raga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas). d. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya penyalahgunaan obat). 2. Koping jangka panjang Mekanisme jangka panjang meliputi : a. Penutupan identitas merupakan adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu. b. Identitas negatif merupakan asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement), splitting, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk (Stuart, 2006). G. Akibat 1. Perubahan penampilan peran Mekanisme : berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari harga diri rendah. 13

2. Keputuasaan Mekanisme : merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuannya karena menganggap dirinya tidak mampu. 3. Menarik diri Mekanisme : perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan oarang lain, karena menganggap dirinya tidak pantas berada di lingkungan tersebut yang merupakan akibat dari harga diri rendah ( Keliat, 1998 ). H. Pohon masalah Gambar 2. Pohon Masalah Perubahan sensori persepsi Isolasi sosial : Menarik diri Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah Gangguan citra tubuh Ideal diri tidak realistik Sumber : Keliat, 2005 I. Diagnosa keperawatan 1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah 2. Isolasi sosial : Menarik diri 3. Perubahan sensori persepsi : halusinasi 14

J. Perencanaan keperawatan Menurut Keliat dkk ( 2005 ) intervensi pada diagnosa klien dengan. 1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah sebagai berikut : Tujuan Umum : Klien memiliki konsep diri yang positif. Tujuan Khusus : a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan : Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi teraupetik. 1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal 2) Perkenalkan diri dengan sopan. 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama oanggilan yang disukai klien. 4) Jelaskan tujuan pertemuan. 5) Jujur dan menepati janji. 6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. 7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien. b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan : 1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien buat daftarnya. 2) Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif. 3) Utamakan memberikan pujian realistik pada kemampuan dan aspek positif klien. 15

c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. Tindakan : 1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama sakit. 2) Diskusikan kemapuan yang dapat dilanjutkan pengunaannya di rumah sakit. 3) Berikan pujian. d. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Tindakan: 1) Meminta klien untuk memilih suatu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit. 2) Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh. 3) Beri pujian atas keberhasilan klien. 4) Diskusikan jadual kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih. e. Klien dapat melakukan tindakan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya. Tindakan: 1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. 2) Beri pujian atas keberhasilan klien. 3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah. f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. 16

1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah. 2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. 3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. 4) Jelaskan cara pelaksanaan jadual kegiatan klien di rumah. 5) Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil. 2. Isolasi sosial : Menarik diri Tujuan Umum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain. Tujuan khusus : a. Klien dapat membina hubungan saling percaya 1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi teurapetik. a) Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal. b) Perkenalkan diri bengan sopan c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji f) Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien. b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri 17

1) Kaji pengetahuan klien 2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan yang menyebabkan klien tidak mau bergaul. 3) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya. c. Klien dapat menyebutkan keuntungan beinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. 1) Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman 2) Beri kesempatan kepada klien untuk berinteraksi dengan orang lain 3) Diskusikan dengan klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain 4) Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain 5) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain 6) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain 7) Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain 8) Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain d. Klien dapat melaksanakan interaksi sosial secara bertahap 18

1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain 2) Bermain peran tentang cara berhubungan/berinteraksi dengan orang lain 3) Dorong dan bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain melalui tahap : a) klien-perawat b) klien-perawat-perawat lain c) klien-perawat-perawat lain-klien lain d) klien-keluarga/kelompok/masyarakat 4) Beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang dicapai 5) Bantu klien mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial 6) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain 7) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan 8) Beri penguatan positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya 1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi dengan orang lain 2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3) Beri penguatan positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain f. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga 19

1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga : a) Salam, perkenalkan diri b) Jelaskan tujuan c) Buat kontrak d) Eksplorasi perasaan klien 2) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : a) Perilaku menarik diri b) Penyebab perilaku menarik diri c) Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi d) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri 3) Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam berkomunikasi dengan orang lain 4) Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin bergantian menjenguk Klien minimal satu kali seminggu 5) Beri penguatan positif atas hal-hal yang telah dicapai keluarga 3. Perubahan sensori persepsi : halusinasi Tujuan umum : Tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi Tujuan khusus : a. Klien dapat membina hubungan saling percaya 1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi teraupetik. a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal. 20

b) Perkenalkan diri dengan sopan. c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien. d) Jelaskan tujuan pertemuan. e) Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya. f) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien b. Klien dapat mengenal halusinasinya 1) Adakan kontrak sering dan singkat secara bertahap. 2) Observasi tingkah laku klien yang terkait dengan halusinasinya : bicara dan tertawa sendiri tanpa stimulus dan memandang ke kiri/ke kanan/ke depan seolah-olah ada teman bicara. 3) Bantu klien mengenal halusinasinya. a) Jika menemukan klien sedang berhalusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengarnya. b) Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan suara itu. c) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarkannya ( dengan nada bersahabat tanpa menuduh dan menghakimi ). d) Katakan bahwa klien lain ada yang seperti klien. e) Katakan bahwa perawat akan membantu klien. 4) Diskusikan dengan klien : 21

a) Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi ( jika sendiri, jengkel, atu sedih ) b) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi, siang, sore, dan malam; terus menerus atau sewaktu-waktu ) 5) Diskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakannya jika terjadi halusinasi ( marah, sedih, takut, senang ), beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya. c. Klien dapat mengontrol halusinasinya 1) Identifikasi dengan klien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri ) 2) Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian kepada klien. 3) Diskusikan dengan klien tentang cara baru mengontrol halusinasinya: a) Menghardik/mengusir/tidak memedulikan halusinasinya. b) Bercakap-cakap dengan orang lain jika halusinasinya muncul. c) Melakukan kegiatan sehari-hari. 4) Beri contoh cara menghardik halusinasi seperti : pergi saya tidak mau mendengar kamu, saya mau mencuci piring/bercakap-cakap dengan suster. 5) Minta klien mengikuti contoh yang berikan dan minta klien untuk mengulangnya. 6) Beri pujian atas keberhasilan klien. 22

7) Susun jadwal latihan klien dan minta klien mengisi jadwal kegiatan. 8) Tanyakan kepada klien : bagaimana perasaannya setelah menghardik?apakah halusinsinya berkurang? 9) Beri contoh percakapan dengan orang lain. Suster saya dengar suara-suara, temani saya bercakap-cakap. 10) Minta klien mengikuti contoh percakapan dan mengulanginya. 11) Beri pujian atas keberhasilan klien. 12) Susun jadwal klien untuk melatih diri, mengisi kegiatan dengan bercakap-cakap dan mengisi jadwal kegiatan d. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya. 1) Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung/pada saat kunjungan rumah) : a) Gejala halusinasi yang dialami klien. b) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi (sama seperti yang diajarkan kepada klien). c) Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah : beri kegiatan jangan biarkan sendiri, jika klien sedang sendirian dirumah lakukan kontak dengan sering via telepon. 2) Diskusikan dengan keluarga tentang jenis obat, dosis, waktu pemberian, manfaat dan efek samping obat. 23

3) Anjurkan keluarga untuk berdiskusi dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat. 24