Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

Karakteristik Pengguna Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perumahan di Kecamatan Rungkut

Faktor-Faktor Penyebab Kekumuhan Di Kelurahan Kapasari Kecamatan Genteng, Kota Surabaya

Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Penentuan Lokasi lokasi Potensial Pembangunan Bangunan Tinggi di Surabaya Pusat

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

Untuk Pemerintah Kota/Kabupaten BANTUAN STIMULAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH (BSPK) TAHUN ANGGARAN...

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Permukiman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

Tingkat Pelayanan Pengangkutan Sampah di Rayon Surabaya Pusat

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

Tipologi Permukiman Kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Penetepan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut Surabaya Dengan Metode Permenpera No.18 Tahun 2007

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Eksam Sodak*, Jauhari Effendi, I. N. P. Soetedjo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya

Penentuan Lokasi - lokasi Potensial Pembangunan Bangunan Tinggi di Surabaya Pusat

BAB III METODE PERENCANAAN

Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA Buku, tugas Akhir dan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-172 Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya Patrica Bela Barbara dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: ema_umilia@urplan.its.ac.id Abstrak Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk di Kota Surabaya kurang diimbangi dengan ketersediaan tempat tinggal yang dapat dijangkau semua kalangan masyarakat. Kondisi tersebut memicu munculnya permukiman yang dibangun dengan kondisi minim tanpa memperhatikan struktur tata ruang dan konstruksi bangunan yang baik. Fenomena tersebut terjadi di kawasan pusat kota Surabaya yang saat ini memiliki banyak fenomena permukiman kumuh dengan karakteristik yang beragam. Dengan melihat keberagaman karakteristik permukiman kumuh di kawasan pusat kota Surabaya, maka diperlukan suatu upaya untuk mengelompokkan permukiman kumuh berdasarkan kemiripan karakteristiknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan permukiman kumuh berdasarkan kemiripan karakteristik kekumuhannya. Terdapat 2 alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, statistik deskriptif untuk mendapatkan karakteristik permukiman kumuh di kawasan pusat kota Surabaya. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan mengolah hasil kuisioner ke dalam tabel, diagram, prosentase, dan grafik serta membandingkannya dengan peraturan atau standar yang berlaku. Sedangkan metode kedua ialah analisis cluster untuk mengelompokkan permukiman kumuh berdasarkan kemiripan karakteristik kekumuhan. Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan 3 cluster permukiman kumuh. Cluster 1 terdiri dari area kumuh Kedungturi, Wonorejo, Kampung Malang Tengah, Kedondong Kidul, dan Kupang Panjaan. Cluster 2 terdiri dari area kumuh Dupak, Margorukun, Tembok Dukuh, Asembagus, dan Sidotopo. Cluster 3 terdiri dari area kumuh Kemayoran Baru, Kapasari, Kenjeran DKA, Donorejo, dan Gembong. Cluster 1 memiliki ketersediaan prasarana dan kondisi fisik yang paling baik diantara ketiga cluster. Sedangkan cluster 3 memiliki ketersediaan prasarana dan kondisi fisik yang paling buruk. Kata Kunci permukiman kumuh, karakteristik kekumuhan, cluster. L I. PENDAHULUAN AJU pertumbuhan penduduk Kota Surabaya mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2011-2013, jumlah penduduk Surabaya meningkat dari 3.024.000 jiwa; 3.125.000 jiwa; hingga 3.166.000 jiwa [1]. Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kota Surabaya menyebabkan kebutuhan akan rumah juga meningkat. Akan tetapi, kebutuhan tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan maupun tempat tinggal yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Kondisi tersebut memicu munculnya kantong-kantong permukiman kumuh, salah satunya di kawasan pusat kota Surabaya. Kawasan pusat kota Surabaya memiliki banyak fenomena permukiman kumuh (slum) dengan karakteristik hunian padat, memiliki KDB 80-100%, GSB 0-3 meter, dan KDH 0-10% [2]. Selain itu, permukiman kumuh di kawasan pusat kota Surabaya memiliki rata-rata luas persil yang kecil dengan pemanfaatan ruang yang sangat besar. Sehingga memiliki kecenderungan permasalahan tata ruang, lingkungan, dan sosial yang lebih besar. Adapun setiap kawasan kumuh memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga diperlukan upaya pengelompokan permukiman kumuh berdasarkan kemiripan karakteristiknya. Pengelompokan kawasan kumuh dalam RP4D Kota Surabaya hanya didasarkan pada lokasi dan tingkat kekumuhan [3]. Sedangkan karakteristik umum maupun karakteristik khusus dari setiap kawasan kumuh belum terklasifikasikan dalam RP4D Kota Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan permukiman kumuh di kawasan pusat kota Surabaya berdasarkan kemiripan karakteristik kekumuhannya. II. METODE Untuk mencapai tujuan penelitian, ditetapkan 2 sasaran penelitian. Pertama, mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh di kawasan pusat kota Surabaya. Kedua, mengelompokkan permukiman kumuh di kawasan pusat kota Surabaya berdasarkan kemiripan karakteristik. Populasi dalam penelitian ini ialah 6.670 unit rumah kumuh di kawasan pusat kota Surabaya. Sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 99. A. Pengidentifikasian Karakteristik Kekumuhan Sumber data untuk mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh di kawasan pusat kota Surabaya didapatkan dengan menyebarkan kuisioner. Hasil dari kuisioner tersebut kemudian diskoringkan terlebih dahulu. Skoring dilakukan dengan memberikan nilai 1-3 pada masing-masing variabel. Nilai 1 diberikan untuk kondisi yang paling baik. Nilai 2 digunakan untuk menilai kondisi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-173 yang sedang atau ideal. Sedangkan nilai 3 digunakan untuk menilai kondisi yang buruk. Pemberian skor dilakukan dengan membandingkan hasil kuisioner atau kondisi eksisting dengan teori, hasil analisis, atau peraturan yang sedang berlaku. Hasil kuisioner yang telah diskoringkan kemudian dianalisis dengan statistik deskriptif. Statistik deskriptif dapat mendeskripsikan hasil rekapitulasi kuisioner dan memvisualisasikannya ke dalam persentase, proporsi, tabel, maupun grafik [4]. B. Clustering Permukiman Kumuh Pengelompokan area kumuh dilakukan dengan menggunakan analisis cluster. Input dari analisis cluster ialah hasil kuisioner yang telah diskoringkan. Analisis cluster dilakukan dengan bantuan software SPSS 17, menggunakan tools hierarchical cluster analysis. Dalam penelitian ini dipilih 2 untuk minimum number of clusters dan 4 untuk maximum number of clusters. Analisis cluster akan menghasilkan dendogram yang dapat digunakan untuk mengetahui jumlah cluster yang relevan. Dalam penelitian ini, jumlah yang relevan ialah 3 cluster. Analisis cluster juga menghasilkan tabel Cluster Membership yang menunjukkan anggota dari setiap cluster. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Permukiman Kumuh Pusat Kota Surabaya Kawasan pusat kota Surabaya terdiri dari 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Tegalsari, Bubutan, Genteng, dan Simokerto. Area kumuh yang teridentifikasi berada di kawasan pusat kota Surabaya berjumlah 15 area. Karakteristik dari masing-masing area kumuh tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut: 1. Kedungturi pendapatan 800.000-1.400.000 per bulan [5] dengan mata penduduk yang tinggi, yaitu 210-386 jiwa per Ha [6], dengan status kepemilikan tanah berupa hak milik [7]. setiap 2-3 bulan sekali. Karakteristik khusus dari area ini ialah memiliki ketersediaan dan pelayanan prasarana Gambar 1. Pelayanan prasarana permukiman area kumuh Kedungturi mayoritas termasuk kategori baik permukiman baik [8], seperti yang terlihat pada gambar: Pada gambar diatas, 80-100% masyarakat menilai pelayanan drainase, persampahan, sanitasi, air bersih, dan jalan lingkungan termasuk dalam kategori baik. Bangunan kumuh pada area ini memiliki kepadatan yang sedang [9], yaitu 60-100 rumah per Ha, dengan dominasi konstruksi permanen [10]. Area ini memiliki bentuk dasar pita atau memanjang [11] dengan jenis kegiatan hunian dan perdagangan [12]. 2. Wonorejo dan buruh). Mayoritas merupakan penduduk asli Surabaya yang memiliki latar belakang pendidikan rendah, mulai dari tidak sekolah hingga tamat SD/sederajat. Area kumuh ini memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, yaitu 210-386 jiwa per Ha. Legalitas kepemilikan tanah di area ini didominasi oleh hak sewa. kepadatan yang rendah, yaitu <60 rumah per Ha, dengan dasar empat persegi panjang (kompak) dengan jenis kegiatan hunian dan perdagangan. 3. Kampung Malang Tengah sebagian besar masyarakatnya memiliki tingkat dan buruh). Mayoritas merupakan penduduk pendatang penduduk yang sedang, yaitu 35-209 jiwa per Ha. Legalitas kategori sedang. Bangunan kumuh pada area ini memiliki kepadatan yang sedang, yaitu 60-100 rumah per Ha, dengan dominasi konstruksi permanen. Area ini memiliki bentuk dasar empat persegi panjang (kompak) dengan jenis 4. Kedondong Kidul yang memiliki latar belakang pendidikan rendah, mulai dari tidak sekolah hingga tamat SD/sederajat. Area kumuh ini memiliki kepadatan penduduk yang sedang, yaitu 35-209 jiwa per Ha. Legalitas kepemilikan tanah di area ini didominasi oleh hak milik.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-174 kategori sedang. Bangunan kumuh pada area ini memiliki kepadatan yang sedang, yaitu 60-100 rumah per Ha, dengan dominasi konstruksi permanen. Area ini memiliki bentuk dasar empat persegi panjang (kompak) dengan jenis 5. Kupang Panjaan wiraswasta). Mayoritas merupakan penduduk pendatang penduduk yang sangat tinggi, yaitu 387-562 jiwa per Ha. Legalitas kepemilikan tanah di area ini didominasi oleh hak milik. kepadatan yang sedang, yaitu 60-100 rumah per Ha, dengan dominasi konstruksi permanen. Area ini memiliki bentuk dasar empat persegi panjang (kompak) dengan jenis 6. Dupak Karakteristik khusus dari area ini ialah tingkat pendapatan penghuninya lebih besar bila dibandingkan dengan area kumuh lainnya. Sebagian besar masyarakatnya memiliki tingkat pendapatan >1.400.000 per bulan dengan mata pencaharian di bidang jasa (jasa, tukang, pegawai swasta, dan buruh). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2. Pendapatan penghuni permukiman kumuh di area kumuh Dupak yang didominasi oleh masyarakat dengan penghasilan >1.400.000 per bulan gambar berikut: Gambar diatas menunjukkan ada 67% penghuni berpenghasilan >1.400.000 per bulan; 28% berpenghasilan 800.000-1.400.000 per bulan; dan 5% berpenghasilan <800.000 per bulan. Mayoritas merupakan penduduk asli Surabaya yang memiliki status kepemilikan tanah berupa hak milik. Area kumuh ini memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, yaitu 210-386 jiwa per Ha. prasarana persampahan, air bersih, dan jalan lingkungan yang termasuk dalam kategori baik. Sedangkan pelayanan prasarana drainase dan sanitasi termasuk kategori sedang. Bangunan kumuh pada area ini memiliki kepadatan yang tinggi, yaitu >100 rumah per Ha, dengan dominasi konstruksi permanen. Area ini memiliki bentuk dasar pita (memanjang) dengan jenis 7. Margorukun SLTA/sederajat. Area kumuh ini memiliki kepadatan dasartidak berpola dengan jenis 8. Tembok Dukuh dan buruh). Mayoritas merupakan penduduk asli Surabaya SLTA/sederajat. Area kumuh ini memiliki kepadatan dasar pita (memanjang) dengan jenis 9. Asembagus kepemilikan tanah di area ini didominasi oleh hak sewa. setiap >3 bulan sekali. Area ini memiliki pelayanan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-175 dasar empat persegi panjang (kompak) dengan jenis 10. Sidotopo pendapatan <800.000 per bulan dengan mata pencaharian di bidang jasa (jasa, tukang, pegawai swasta, dan buruh). Mayoritas merupakan penduduk asli Surabaya yang pernah menempuh pendidikan hingga jenjang tamat prasarana permukiman (drainase, sanitasi, air bersih, dan jalan lingkungan) yang termasuk dalam kategori baik. Sedangkan pelayanan prasarana persampahan termasuk kategori sedang. Bangunan kumuh pada area ini memiliki dasar pita dengan jenis kegiatan hunian dan perdagangan. 11. Kemayoran Baru dan buruh). Mayoritas merupakan penduduk pendatang kepemilikan tanah di area ini didominasi oleh hak sewa. setiap >3 bulan sekali. Area ini memiliki pelayanan prasarana air bersih yang termasuk dalam kategori baik. Sedangkan pelayanan prasarana drainase, sanitasi, dan jalan lingkungan termasuk kategori sedang. Bangunan kumuh pada area ini memiliki kepadatan yang tinggi, yaitu >100 rumah per Ha, dengan dominasi konstruksi permanen. Area ini memiliki bentuk dasar pita (memanjang) dengan jenis 12. Kapasari dan buruh). Mayoritas merupakan penduduk pendatang penduduk yang sangat tinggi, yaitu 387-562 jiwa per Ha. Legalitas kepemilikan tanah di area ini didominasi oleh hak pakai. prasarana air bersih yang termasuk dalam kategori baik. Sedangkan pelayanan prasarana drainase, sanitasi, dan jalan lingkungan termasuk kategori sedang. Bangunan kumuh pada area ini memiliki kepadatan yang tinggi, yaitu >100 rumah per Ha, dengan dominasi konstruksi permanen. Area ini memiliki bentuk dasar pita (memanjang) dengan jenis 13. Kenjeran DKA pendapatan >1.400.000 per bulan dengan mata dan buruh). Karakteristik khusus dari area ini ialah tingkat pendidikan penghuni rendah, mulai dari tidak sekolah Gambar 3. Tingkat pendidikan penghuni permukiman kumuh di area kumuh Kenjeran DKA didominasi oleh tingkat tidak sekolah hingga tamat SD/sederajat hingga tamat SD/sederajat, seperti pada gambar berikut: Gambar diatas menunjukkan ada 69% penghuni permukiman kumuh Kenjeran DKA kurang memiliki latar belakang pendidikan yang baik; 15% pernah menempuh pendidikan hingga tamat SLTP/sederajat; dan 16% tamat SLTA/sederajat. Mayoritas penghuninya merupakan penduduk pendatang. Adapun area kumuh ini memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, yaitu 210-386 jiwa per Ha. Legalitas kepemilikan tanah di area ini didominasi oleh hak pakai. setiap >3 bulan sekali. Area ini memiliki pelayanan prasarana air bersih yang termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan pelayanan prasarana drainase, sanitasi, dan jalan lingkungan termasuk kategori buruk. Bangunan kumuh pada area ini memiliki kepadatan yang tinggi, yaitu >100 rumah per Ha, dengan dominasi konstruksi semi permanen. Area ini memiliki bentuk dasar tidak berpola dengan jenis 14. Donorejo dan buruh). Mayoritas merupakan penduduk asli Surabaya penduduk yang sangat tinggi, yaitu 387-562 jiwa per Ha, dengan legalitas kepemilikan tanah berupa hak pakai. setiap 2-3 bulan sekali. Karakteristik khusus dari area ini ialah memiliki ketersediaan dan pelayanan prasarana permukiman yang termasuk kategori buruk dan sedang,

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-176 Gambar 4. Pelayanan prasarana permukiman area kumuh Donorejo mayoritas termasuk kategori sedang dan buruk seperti yang terlihat pada gambar berikut: Area ini memiliki pelayanan prasarana air bersih yang termasuk dalam kategori baik. Sementara pelayanan prasarana drainase dan sanitasi termasuk kategori sedang. Sedangkan pelayanan prasarana persampahan dan jalan lingkungan termasuk kategori buruk. Bangunan kumuh pada area ini memiliki kepadatan yang tinggi, yaitu >100 rumah per Ha, dengan dominasi konstruksi semi permanen. Area ini memiliki bentuk dasar pita (memanjang) dengan jenis 15. Gembong pendapatan >1.400.000 per bulan dengan mata wiraswasta). Mayoritas merupakan penduduk pendatang SLTA/sederajat. Area kumuh ini memiliki kepadatan kepemilikan tanah di area ini didominasi oleh hak sewa. dan air bersih) yang termasuk dalam kategori baik. Sedangkan pelayanan prasarana jalan lingkungan termasuk kategori buruk. Bangunan kumuh pada area ini memiliki dominasi konstruksi non permanen. Area ini memiliki bentuk dasar pita (memanjang) dengan jenis kegiatan hunian dan perdagangan. B. Clustering Permukiman Kumuh Pusat Kota Surabaya Berdasarkan analisis cluster yang telah dilakukan, didapatkan 3 cluster permukiman kumuh di kawasan pusat kota Surabaya. Cluster 1 terdiri dari area kumuh Kedungturi, Wonorejo, Kampung Malang Tengah, Kedondong Kidul, dan Kupang Panjaan. Cluster 2 terdiri dari area kumuh Dupak, Mergorukun, Tembok Dukuh, Asembagus, dan Sidotopo. Cluster 3 terdiri dari area kumuh Kemayoran Baru, Kapasari, Kenjeran DKA, Donorejo, dan Gembong. Perbandingan karakteristik dari ketiga cluster adalah sebagai berikut: Gambar 5. Perbandingan karakteristik kekumuhan pada setiap cluster yang terbentuk 1. Cluster 1 Cluster 1 memiliki area kumuh yang semuanya berlokasi di Kecamatan Tegalsari. Cluster 1 terdiri dari area kumuh dengan 2 bentuk dasar yang berbeda. Akan tetapi, nilai yang merepresentasikan cluster 1 mengarah pada bentuk empat persegi panjang (kompak). Permukiman kumuh pada cluster 1 memiliki karakteristik lokasi yang paling dekat dengan Gambar 6. Bentuk dasar permukiman kumuh pada cluster 1 pusat kota (berada di belakang CBD Kawasan Tunjungan). Untuk karakteristik kekumuhan, cluster 1 memiliki karakteristik kekumuhan yang lebih baik daripada cluster 2 dan 3. Cluster 1 memiliki kepadatan bangunan yang relatif lebih rendah dibandingkan cluster 2 dan 3, yaitu 60-100 rumah per Ha dengan konstruksi bangunan yang didominasi oleh bangunan permanen. Cluster 1 juga didominasi oleh permukiman yang memiliki status hak milik dengan jenis kegiatan hunian dan perdagangan dalam satu rumah. Selain itu, cluster 1 memiliki kualitas prasarana permukiman yang baik. Kawasan ini merupakan kawasan yang berkembang pesat sebagai salah satu pusat perekonomian Kota Surabaya. Sehingga untuk pelayanan prasarana permukiman, seperti jaringan air bersih, persampahan, dan lain sebagainya sudah melayani hingga ke rumah-rumah penduduk, termasuk ke area yang teridentifikasi sebagai permukiman kumuh pada cluster 1. 2. Cluster 2 Cluster 2 terdiri dari area-area kumuh yang mayoritas berlokasi di Kecamatan Bubutan namun ada pula yang berlokasi di Kecamatan Simokerto. Cluster 2 terdiri dari area kumuh dengan bentuk dasar yang cukup beragam. Akan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-177 tetapi, nilai yang merepresentasikan cluster 2 mengarah pada bentuk pita (memanjang). Perkembangan area kumuh pada cluster 2 lebih cenderung mengikuti jalur transportasi yang terdapat di Kecamatan Bubutan, khususnya rel kereta api Gambar 7. Bentuk dasar permukiman kumuh pada cluster 2 yang menuju ke Stasiun Pasar Turi. Untuk karakteristik kekumuhan, cluster 2 memiliki kepadatan bangunan yang lebih tinggi daripada cluster 1, yaitu >100 rumah per Ha. Selain itu, masyarakat permukiman kumuh pada cluster 2 memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga. Akan tetapi tingkat pendidikan tersebut tidak mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan oleh masyarakat permukiman kumuh pada cluster 2. Walaupun mayoritas masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi namun pendapatan yang dihasilkan sama dengan masyarakat permukiman kumuh pada cluster 1, yaitu 800.000-1.400.000 per bulan. Pada area kumuh cluster 2, intensitas pembersihan lingkungan setempat juga lebih jarang dilakukan. Sedangkan untuk prasarana permukiman, umumnya permukiman kumuh pada cluster 2 sudah memiliki kualitas yang baik. 3. Cluster 3 Cluster 3 terdiri dari area-area kumuh yang mayoritas berlokasi di Kecamatan Simokerto namun ada pula yang berlokasi di Kecamatan Bubutan. Cluster 3 terdiri dari area kumuh dengan bentuk dasar yang homogen, yaitu bentuk pita (memanjang). Seperti halnya dengan cluster 2, perkembangan area kumuh pada cluster 3 lebih cenderung mengikuti jalur transportasi yang terdapat di Kecamatan Simokerto, khususnya rel kereta api yang menuju ke Dipo Gambar 8. Bentuk dasar permukiman kumuh pada cluster 3 Lokomotif Sidotopo dan Stasiun Sidotopo. Untuk karakteristik kekumuhan, cluster 3 memiliki karakteristik kekumuhan yang lebih buruk dibandingkan dengan cluster 1 dan 2. Area-area kumuh pada cluster 3 didominasi oleh bangunan semi permanen dan terdapat pula beberapa bangunan non permanen. Selain itu, masyarakat yang tinggal di area kumuh yang termasuk ke dalam cluster 3 mayoritas merupakan masyarakat pendatang, yang notabene memiliki kepedulian lingkungan yang lebih rendah. Sehingga lingkungan permukimannya pun terlihat lebih kotor dan tidak terjaga. Permukiman kumuh pada cluster ini juga memiliki kualitas prasarana yang lebih buruk dibandingkan dengan cluster 1 dan 2, kecuali untuk jaringan air bersih. Jaringan drainase, persampahan, dan sanitasi memiliki kondisi yang sedang. Sementara kualitas jalan lingkungan memiliki kondisi yang buruk. IV. KESIMPULAN Penelitian ini berhasil mengelompokkan permukiman kumuh di kawasan pusat kota Surabaya berdasarkan kemiripan karakteristiknya. Terdapat 3 cluster yang terbentuk. Cluster 1 terdiri dari area kumuh Kedungturi, Wonorejo, Kampung Malang Tengah, Kedondong Kidul, dan Kupang Panjaan. Cluster 2 terdiri dari area kumuh Dupak, Mergorukun, Tembok Dukuh, Asembagus, dan Sidotopo. Cluster 1 dan 2 memiliki ketersediaan dan pelayanan prasarana permukiman yang baik. Konstruksi bangunan pada cluster 1 dan 2 didominasi oleh bangunan permanen. Yang membedakan ialah jenis kegiatan, bentuk dasar, intensitas pembersihan lingkungan setempat, kepadatan bangunan, serta mata pencaharian dan tingkat pendidikan penghuninya. Cluster 3 terdiri dari area kumuh Kemayoran Baru, Kapasari, Kenjeran DKA, Donorejo, dan Gembong. Sebagian besar permukiman kumuh pada cluster 3 memiliki ketersediaan dan pelayanan prasarana permukiman yang termasuk kategori sedang dan buruk. Legilitas kepemilikan rumah pada cluster 3 ialah hak pakai. Hasil pengelompokan area kumuh di kawasan pusat kota Surabaya dapat digunakan untuk merumuskan arahan penangahnan permasalahan permukiman kumuh di kawasan ini. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya laporan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bappeko Surabaya dan BPS Jawa Timur yang telah memberikan kemudahan dalam memperoleh data; dan 99 responden yang telah bersedia mengisi kuisioner. DAFTAR PUSTAKA [1] Hasil Pencatatan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya Tahun 2011-2013. [2] Review Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Unit Pengembangan VI Tunjungan Tahun 2011. [3] Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman (RP4D) Kota Surabaya Tahun 2008-2028. [4] Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, [5] Permenpera No. 05/PERMEN/M/2005 [6] SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan [7] UU Pokok Agraria No. 5/1960 [8] Kepmen Kimpraswil No. 534/KTPS/M/2001 [9] Pedoman Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh Daerah Penyangga Kota Metropolitan [10] SK Walikota Surabaya No. 62/2006 [11] Yunus, Hadi Sabari. 2000. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [12] UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung.