PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2016 TURUN -0,27 PERSEN

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN MARET 2017 TURUN -0,03 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN MEI 2017 TURUN -0,26 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN DESEMBER 2016 TURUN -0,11 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN FEBRUARI 2017 NAIK 0,60 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN JANUARI 2016 NAIK 0,61 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN AGUSTUS 2017 TURUN -0,28 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN

2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN MARET 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN FEBRUARI 2014

Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA JULI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARET 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA JULI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017 Provinsi Jambi

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA JULI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara Bulan Oktober 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JUNI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

No. 02/08/81/Th.VIII,1 Agustus 2016

No. 02/09/81/Th.VIII,1 September 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

No. 02/12/81/Th.VIII, 1 Desember 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN SEPTEMBER 2016

Transkripsi:

No. 56 / 11 / 94 / Th. IX, 01 November 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2016 TURUN -0,27 PERSEN Pada Bulan Oktober 2016, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Papua mengalami penurunan -0,27 persen dengan indeks NTP 95,91 dibandingkan indeks NTP bulan sebelumnya 96,17. Kenaikan yang terjadi karena indeks harga diterima petani (I t ) lebih rendah dari indeks harga dibayar petani (I b ) dimana I t mengalami kenaikan 0,20 persen dan I b mengalami kenaikan 0,48 persen. NTP Nasional Oktober 2016 sebesar 101,71 atau mengalami penurunan sebesar -0,30 persen dibandingkan NTP September 2016. Hal ini terjadi karena indeks harga diterima petani lebih rendah dari indeks harga dibayar petani dimana indeks harga diterima petani mengalami penurunan -0,22 persen dan indeks harga dibayar petani mengalami kenaikan 0,07 persen. NTP Provinsi Papua bulan Oktober 2016 menurut subsektor tercatat 3 (tiga) subsektor memiliki nilai NTP dibawah 100 yaitu NTP Subsektor Tanaman Pangan 88,40; NTP Holtikultura 99,44 dan NTP Subsektor Peternakan 99,89. Sedangkan 2 (dua) subsektor lainnya memiliki nilai NTP diatas 100 yaitu NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat 100,05 dan NTP subsektor Perikanan tercatat 102,38. Lebih lanjut, NTP subsektor Perikanan dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap 107,91 dan NTP Perikanan Budidaya 87,12. Secara umum, penurunan indeks NTP terjadi pada subsektor Holtukultura, Tanaman Perkebunan Rakyat dan subsektor Perikanan sedangkan subsektor Tanaman Pangan dan subsektor Peternakan mengalami kenaikan indeks NTP. Dari 33 provinsi yang dihitung NTP nya, tercatat 17 Provinsi mengalami kenaikan NTP dan 16 provinsi mengalami penurunan NTP dimana Sulawesi Barat tercatat mengalami kenaikan NTP tertinggi yaitu 1,09 persen sedangkan Banten tercatat mengalami kenaikan NTP terendah 0,08 persen. Sedangkan Sulawesi Utara tercatat provinsi dengan penurunan indeks terbesar yaitu -1,34 persen dan Jawa Barat dengan penurunan terkecil -0,13 persen. Inflasi Pedesaan dapat diketahui melalui Indeks Konsumsi Rumah Tangga. Inflasi Pedesaan Papua Oktober 2016 tercatat mengalami inflasi 0,61 persen. Inflasi perdesaan terjadi karena adanya kenaikan indeks pada sebagian besar sub kelompok pengeluaran rumah tangga kecuali sub kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga yang mengalami penurunan indeks sebesar -0,62 persen dan sub kelompok transportasi dan komunikasi sebesar -0.21 persen sementara itu kenaikan indeks tertinggi terjadi pada subkelompok perumahan 1,13 persen. Secara nasional, 15 provinsi mengalami inflasi perdesaan dan 18 provinsi lainnya terjadi deflasi pedesaan dengan Inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Sumatera Utara 0,76 persen dan terendah di Bangka Belitung 0,01 persen. Deflasi pedesaan terbesar terjadi di Gorontalo -0,91 persen dan terkecil tercatat di Jawa Timur -0,01 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) di Papua pada Oktober 2016 mengalami kenaikan 0,22 persen atau terjadi kenaikan angka indeks dari 110,73 pada September 2016 menjadi 110,97 pada Oktober 2016. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga diterima petani (I t ) terhadap harga dibayar petani (I b ) (dalam persentase) merupakan salah satu indikator untuk melihat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk

pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif, semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP Papua Oktober 2016 mengalami penurunan -0,27 persen menjadi 95,91 dibandingkan NTP September 2016. Berdasarkan pemantauan harga pedesaan di beberapa daerah di Papua, penurunan indeks NTP disebabkan oleh kenaikan indeks harga diterima petani (I t ) sebesar 0,48 persen lebih kecil dari indeks harga dibayar petani (I b ) dimana kenaikannya sebesar 0,20 persen. Grafik 1 menunjukkan perkembangan NTP Papua bulan Oktober 2016 dengan bulan sebelumnya dimana 2 (dua) subsektor yang mengalami kenaikan indeks yaitu subsektor Tanaman Pangan naik 0,61 persen dan subsektor Peternakan naik 0,14 persen. Sedangkan subsektor Holtikultura turun -0,88 persen; subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun -1,49 persen dan subsektor Perikanan turun -1,48 persen. 1. Indeks Harga Diterima Petani (It) Perubahan harga komoditas yang dihasilkan petani ditunjukkan oleh indeks harga yang diterima petani (I t ). Pada Oktober 2016, I t Papua sebesar 117,74 atau naik 0,20 persen dibandingkan I t September 2016. kenaikan I t terjadi karena I t di subsektor Tanaman Pangan mengalami kenaikan cukup besar yaitu 1,14 persen; subsektor Peternakan 0,50 persen. Sedangkan I t subsektor Holtkultura mengalami penurunan - 0,31 persen; subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat -1,21 persen serta subsektor Perikanan -0,94 persen. 2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib) Fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk keperluan produksi hasil pertanian dapat diketahui melalui indeks harga dibayar petani (I b ). Pada Oktober 2016, I b Papua sebesar 122,76 atau naik 0,48 persen lebih tinggi dibandingkan I b bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 122,18. Peningkatan I b gabungan tersebut didorong oleh meningkatnya I b pada seluruh subsektor pertanian dengan kenaikan indeks tertinggi terjadi pada subsektor Holtikultura sebesar 0,58 persen dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat merupakan subsektor dengan kenaikan indeks terendah sebesar 0,28 persen.

Tabel 1 Nilai Tukar Petani menurut Subsektor Provinsi Papua Bulan September - Oktober 2016 serta Persentase Perubahannya (2012 = 100) Perubahan September Oktober (%) (2) (3) (4) a. Indeks diterima petani (It) 116.86 117.21 0.30 b. Indeks dibayar petani (Ib) 122.23 122.80 0.47 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 95.61 95.44-0.17 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 110.21 110.55 0.31 a. Indeks diterima petani (It) 117.50 117.74 0.20 b. Indeks dibayar petani (Ib) 122.18 122.76 0.48 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 96.17 95.91-0.27 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 110.73 110.97 0.22 1. Tanaman Pangan a. Indeks diterima petani (It) 109.03 110.26 1.14 b. Indeks dibayar petani (Ib) 124.09 124.73 0.52 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 87.86 88.40 0.61 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 102.06 103.16 1.07 2. Hortikultura a. Indeks diterima petani (It) 124.72 124.34-0.31 b. Indeks dibayar petani (Ib) 124.32 125.04 0.58 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 100.32 99.44-0.88 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 117.82 117.54-0.24 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks diterima petani (It) 123.91 122.40-1.21 b. Indeks dibayar petani (Ib) 121.99 122.34 0.28 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 101.57 100.05-1.49 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 116.56 115.37-1.02 4. Peternakan a. Indeks diterima petani (It) 117.14 117.72 0.50 b. Indeks dibayar petani (Ib) 117.43 117.85 0.36 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 99.76 99.89 0.14 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 111.61 112.15 0.48 5 Perikanan Subsektor (1) NTP Gabungan tanpa Perikanan NTP Gabungan dengan Perikanan a. Indeks diterima petani (It) 126.27 125.07-0.94 b. Indeks dibayar petani (Ib) 121.50 122.17 0.55 c. Nilai Tukar Petani (NTPN) 103.92 102.38-1.48 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 117.82 116.74-0.92 5.1 Perikanan Tangkap a. Indeks diterima petani (It) 133.26 131.64-1.22 b. Indeks dibayar petani (Ib) 121.36 121.99 0.52 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 109.81 107.91-1.73 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 122.62 121.16-1.19 5.2 Perikanan Budidaya Bulan a. Indeks diterima petani (It) 106.85 106.85 0.00 b. Indeks dibayar petani (Ib) 121.91 122.65 0.61 c. Nilai Tukar Petani (NTPi) 87.65 87.12-0.60 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 103.76 103.79 0.02

3. NTP Menurut Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada bulan Oktober 2016, NTPP sebesar 88,40 atau mengalami kenaikan indeks sebesar 0,61 persen dibandingkan NTPP September 2016. Hal ini disebabkan oleh I t mengalami kenaikan sebesar 1,14 persen dan I b mengalami kenaikan hanya sebesar 0,52 persen. Kelompok padi pada kelompok I t mengalami kenaikan sebesar 1,62 persen dan kelompok palawija mengalami kenaikan sebesar 1,06 persen sedangkan kenaikan I b disebabkan oleh meningkatnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,59 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami kenaikan indeks sebesar 0,06 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Oktober 2016, NTPH mengalami penurunan sebesar -0,88 persen menjadi 99,44 disebabkan oleh menurunnya I t sebesar -0,31 persen dan I b mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen. Menurunnya I t didorong oleh menurunnya indeks kelompok buah-buahan sebesar -0,39 persen, kelompok sayur-sayuran mengalami penurunan -0,28 persen dan tanaman obat tidak mengalami perubahan. Peningkatan I b Subsektor Hortikultura disebabkan oleh meningkatnya IKRT sebesar 0,68 persen dan BPPM turun sebesar -0,07 persen. c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Oktober 2016, NTPR mengalami penurunan angka indeks sebesar -1,49 persen dari 101,57 menjadi 100,05. I t pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan sebesar -1,21 persen dan I b meningkat sebesar 0,28 persen. Kenaikan I b dipicu oleh naiknya IKRT sebesar 0,48 persen dan indeks BPPM yang mengalami penurunan sebesar -0,20 persen. d. Subsektor Peternakan (NTPT) NTPT tercatat sebesar 99,89 atau mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen dibandingkan NTPT bulan sebelumnya sebesar 99,76. Kenaikan NTPT di bulan Oktober 2016 disebabkan oleh kenaikan I t sebesar 0,50 persen dan I b mengalami kenaikan sebesar 0,36 persen. Dari keempat kelompok penyusun I t Peternakan, kelompok ternak kecil mengalami kenaikan indeks sebesar 0,77 persen sedangkan kelompok unggas dan kelompok hasil ternak mengalami penurunan angka indeks masing-masing -0,04 persen dan - 0,22 persen. Kelompok ternak besar tidak mengalami perubahan angka indeks (perubahan relatif kecil terhadap perubahan angka indeks secara umum) Sedangkan pada I b, IKRT mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen dan indeks BPPBM juga mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen. e. Subsektor Perikanan (NTNP) Nilai Tukar Nelayan di bulan Oktober 2016 adalah 102,38 atau mengalami penurunan sebesar -1,48 persen dibandingkan NTPN bulan sebelumnya. Penurunan NTPN adalah kenaikan I b lebih besar dari perubahan I t atau I b mengalami kenaikan 0,55 persen sedangkan I t mengalami penurunan angka indeks sebesar -0,94 persen. Penurunan I t tercatat karena turunnya I t kelompok Perikanan Tangkap sebesar -1,22 persen dan I t kelompok Budidaya tidak mengalami perubahan angka indeks (perubahan relatif kecil

terhadap perubahan angka indeks secara umum). Sedangkan kenaikan I b adalah kenaikan pada IKRT sebesar 0,80 persen dan BPPM juga mengalami penurunan sebesar -0,02 persen. 1) Kelompok Perikanan Tangkap (NTN) NTN Oktober 2016 mengalami penurunan indeks sebesar -1,73 persen dibandingkan NTN September 2016 menjadi 107,891. I t mengalami penurunan sebesar -1,22 persen dipicu oleh indeks penangkapan laut yang mengalami penurunan sebesar -1,23 persen dan indeks penangkapan perairan umum yang juga mengalami penurunan angka indeks sebesar -0,49 persen. Sedangkan I b mengalami kenaikan sebesar 0,80 persen disebabkan oleh kenaikan IKRT sebesar 0,11 persen dan indeks BPPBM yang mengalami penurunan sebesar -0,02 persen. 2) Kelompok Perikanan Budidaya (NTPi) Pada Oktober 2016, NTPi Papua adalah 87,12 atau mengalami penurunan sebesar -0,60 persen dibandingkan NTPi bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh I t mengalami tidak mengalami perubahan angka indeks (perubahan relatif kecil terhadap perubahan angka indeks secara umum) dan I b mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen. Perubahan I b disebabkan oleh kenaikan indeks IKRT sebesar 0,80 persen dan penurunan indeks BPPM turun sebesar -0,02 persen. 3. PERBANDINGAN NTP ANTARPROVINSI Dari 33 provinsi yang dilakukan penghitungan NTP pada Oktober 2016 menunjukkan bahwa 17 provinsi mengalami peningkatan NTP sementara 16 provinsi lainnya mengalami penurunan NTP. Provinsi Sulawesi Barat tercatat mengalami kenaikan NTP tertinggi sebesar 1,09 persen dan Banten merupakan provinsi dengan kenaikan terendah sebesar 0,08 persen. Untuk provinsi yang mengalami penurunan NTP, Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebagai provinsi dengan penurunan NTP terbesar yakni -1,34 persen dan penurunan terkecil terjadi di Jawa Barat sebesar -0,13 persen.

Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi dan Persentase Perubahannya, Oktober 2016 (2012 = 100) Propinsi Indeks Harga Diterima Indeks Harga Dibayar NTP Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Rasio % Perubahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) NAD 118.67 0.38 124.48 0.14 95.33 0.25 SUMATERA UTARA 127.97 1.12 126.36 0.63 101.28 0.49 SUMATERA BARAT 119.88-0.74 124.09 0.50 96.60-1.24 RIAU 125.67 0.76 126.11 0.21 99.65 0.55 JAMBI 123.81 0.57 124.17 0.16 99.70 0.41 SUMSEL 116.61 0.23 122.98-0.52 94.82 0.75 BENGKULU 116.70-0.14 125.70 0.16 92.85-0.30 LAMPUNG 126.89-0.28 122.64-0.41 103.46 0.12 BANGKA BELITUNG 119.44-1.00 119.97 0.02 99.56-1.02 KEPULAUAN RIAU 116.45 0.34 119.86 0.20 97.16 0.14 DKI 118.62-0.91 119.46 0.12 99.29-1.03 JAWA BARAT 132.27 0.08 127.17 0.21 104.01-0.13 JAWA TENGAH 124.90-0.53 124.71 0.19 100.15-0.72 YOGYAKARTA 130.11-0.24 123.62 0.23 105.26-0.47 JAWA TIMUR 133.09-0.72 126.77 0.05 104.98-0.77 BANTEN 123.78 0.09 123.10 0.02 100.55 0.08 BALI 130.51-0.48 121.83-0.19 107.13-0.29 NUSA TENGGARA BARAT 130.72 0.19 121.88-0.05 107.25 0.24 NUSA TENGGARA TIMUR 124.20 0.44 121.27 0.06 102.41 0.38 KALIMANTAN BARAT 117.05-0.02 123.11-0.28 95.07 0.27 KALIMANTAN TENGAH 119.54-0.23 122.03-0.52 97.96 0.30 KALIMANTAN SELATAN 116.52 0.37 119.49-0.31 97.52 0.68 KALIMANTAN TIMUR 120.76-0.43 122.77-0.16 98.37-0.27 SULAWESI UTARA 117.13-1.34 123.90-0.01 94.54-1.34 SULAWESI TENGAH 121.84-0.75 123.47-0.18 98.68-0.57 SULAWESI SELATAN 129.48-0.62 124.23-0.02 104.23-0.60 SULAWESI TENGGARA 122.37-0.85 123.12-0.09 99.39-0.76 GORONTALO 131.01 0.06 123.06-0.75 106.46 0.81 SULAWESI BARAT 130.55 0.86 118.91-0.23 109.79 1.09 MALUKU 126.11-0.36 124.95 0.22 100.93-0.58 MALUKU UTARA 126.33 126.82 121.71-0.11 104.20 0.50 PAPUA BARAT 124.79 0.16 123.95-0.05 100.68 0.22 PAPUA 117.74 0.20 122.76 0.48 95.91-0.27 NASIONAL 126.79-0.22 124.66 0.07 101.71-0.30 4. Inflasi Perdesaan Perubahan Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga mencerminkan angka inflasi/deflasi pedesaan. Pada Oktober 2016, terjadi inflasi di wilayah perdesaan Papua sebesar 0,61 persen yang dipicu oleh kenaikan indeks harga pada sebagian besar subkelompok pengeluaran rumah tangga kecuali pada kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga dan kelompok Transportasi dan Komunikasi. Kenaikan indeks harga tertinggi terjadi pada kelompok Perumahan sebesar 1,13 persen, kelompok Bahan Makanan sebesar 0,79 persen, kelompok Kesehatan sebesar 0,61 persen, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,44 persen dan kelompok Sandang sebesar 0,30 persen sedangkan kelompok

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mengalami penurunan angka indeks sebesar -0,62 persen dan kelompok Transportasi dan Komunikasi juga mengalami penurunan angka indeks sebesar -0,21 persen. Tabel 3 Perkembangan Indeks Konsumsi Rumah Tangga Menurut Subkelompok Provinsi Papua Bulan September - Oktober 2016 (2012 = 100) Kelompok Pengeluaran Indeks Konsumsi Rumah Tangga September Oktober Perubahan Indeks (1) (2) (3) (4) Konsumsi Rumah Tangga 127.75 128.53 0.61 Bahan Makanan 136.03 137.11 0.79 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 131.03 131.61 0.44 Perumahan 116.30 117.60 1.13 Sandang 113.56 113.90 0.30 Kesehatan 113.06 113.74 0.61 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 112.06 111.36-0.62 Transportasi dan Komunikasi 116.67 116.42-0.21 Inflasi Pedesaan di Provinsi Papua pada Oktober 2016 tercatat 0,61 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi perdesaan nasional sebesar 0,04 persen. Dari 33 provinsi tercatat 15 provinsi mengalami inflasi dan 18 provinsi lainnya mengalami deflasi. Papua menempati peringkat ketiga secara nasional. Inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Sumatera Utara sebesar 0,76 persen dan inflasi pedesaan terendah terjadi di Bangka Belitung sebesar 0,01 persen. Deflasi pedesaan terbesar terjadi di Gorontalo sebesar -0,91 persen dan deflasi pedesaan terkecil terjadi di Jawa Timur sebesar -0,01 persen. di Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) dengan Nasional (2012 = 100) No Provinsi Urutan Tingkat Sulampua Urutan Tingkat Nasional (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 SULUT 128.29-0.04 3 17 2 SULTENG 128.30-0.35 9 27 3 SULSEL 129.83-0.04 4 18 4 SULTRA 126.89-0.09 6 21 5 GORONTALO 128.90-0.91 10 33 6 SULBAR 121.79-0.31 8 26 7 MALUKU 129.73 0.24 2 7 8 MALUKU UTARA 124.89-0.16 7 23 9 PAPUA BARAT 129.11-0.09 5 20 10 PAPUA 128.53 0.61 1 3 NASIONAL Tabel 4 Perbandingan Inflasi Perdesaan Oktober 2016 Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) Inflasi Perdesaan 129.50 0.04 Untuk wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, dan Papua) yang terdiri atas 10 provinsi, hanya 2 (dua) provinsi mengalami inflasi pedesaan (termasuk Papua) dimana dan 8 (delapan) provinsi lainnya mengalami deflasi. Papua menempati peringkat pertama untuk wilayah Sulampua dengan inflasi pedesaan

sebesar 0,61 persen. Inflasi pedesaan terendah terjadi di Maluku sebesar 0,24 persen. Deflasi pedesaan terbesar di wilayah Sulampua tercatat di Gorontalo sebesar -0,91 persen dan deflasi pedesaan terkecil terjadi di Sulawesi Utara sebesar -0,04 persen. 5. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Subsektor NTUP Papua pada Oktober 2016 adalah 110,97 atau naik 0,22 persen. Berdasarkan Subsektor, dua dari lima subsektor mengalami kenaikan indeks seperti Tanaman Pangan sebesar 1,07 persen dan Peternakan sebesar 0,48 persen sedangkan subsektor yang mengalami penurunan adalah subsektor Hortikultura sebesar -0,24 persen, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar -1,02 persen dan Perikanan sebesar -0,92 persen. Kelompok Perikanan Tangkap mengalami penurunan NTUP sebesar -1,19 persen dan kelompok Perikanan Budidaya juga mengalami kenaikan NTUP sebesar 0,02 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian menurut Subsektor Provinsi Papua dan Persentase Perubahannya Tahun 2016 (2012 = 100) Subsektor September Oktober Perubahan(%) (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan 102.06 103.16 1.07 2. Hortikultura 117.82 117.54-0.24 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 116.56 115.37-1.02 4. Peternakan 111.61 112.15 0.48 5. Perikanan 117.82 116.74-0.92 5.1 Perikanan Tangkap 122.62 121.16-1.19 5.2 Perikanan Budidaya 103.76 103.79 0.02 NTUP Gabungan 110.73 110.97 0.22 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Jl.Dr. Sam Ratulangi Dok II Jayapura Papua Telp. (0967) 534519, 533028 (Hunting), Fax. (0967) 536490 E-mail: bps9400@bps.go.id Homepage: http://papua.bps.go.id