ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RSJ DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Koping individu tidak efektif

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.E DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI RUANG ARJUNA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SUMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh : ARIS SETYAWAN J

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.S DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDIRUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SUMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SADEWA RSJD KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Disusun Oleh : DIAN ISMIA WARDANI J KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARJUNA RSJ DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUANG SUMBODRO RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SADEWA RSJD KOTA SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SUMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARJUNA RSJ DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn. S DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SUMBODRO RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. didunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data statistik, angka

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

KARYA TULIS ILMIAH. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapai Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. S DENGAN MASALAH UTAMA HARGA DIRI RENDAH DI RUANG AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

ANALISIS PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA PASIEN GANGGUAN JIWA YANG MENGALAMI RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SADEWA RUMAH SAKIT JIWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Transkripsi:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Disusun oleh : YENI RAHMAWATI J200110005 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA (Yeni Rahmawati, 2014, 54 halaman) ABSTRAK Latar Belakang: Halusinasi pendengaran yang ditemukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dari dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan penyebab adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, sering melamun dan tidak mau bergaul dengan orang lain. Tujuan: Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien halusinasi meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam didapatkan halusinasi pendengaran dapat terkontrol dengan cara menghardik, berbincangbincang dengan orang lain, membuat jadwal dan minum obat. Sedangkan yang belum tercapai adalah dukungan dari keluarga, karena selama memberikan asuhan keperawatan keluarga tidak datang. Kesimpulan: Kerjasama antara tim kesehatan dan klien atau keluarga klien sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada klien, komunikasi terapeutik dapat mendorong klien lebih kooperatif, peran keluarga sangat penting dalam merawat klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi. Kata kunci: Halusinasi pendengaran, mendengar suara-suara, melamun, cara mengontrol halusinasi. 1

NURSING CARE OF CLIENT Mrs. L WITH SENSORY PERCEPTION DISORDER: AUDITORY HALLUCINATIONS IN THE MENTAL HOSPITAL DISTRICT SRIKANDI SURAKARTA (Yeni Rahmawati, 2014, 54halaman) ABSTRACT Background : Auditory hallucinations are found at the Regional Psychiatric Hospital Surakarta from year to year increasing to cause an unpleasant experience from the past, often distracted and do not want to socialize with others. Objectives: To determine the client s nursing care hallucinations include assessment, diagnosis, intervension, implementation and evaluation of nursing. Results: After 3 x nursing care available 24 hours auditory hallucinations can be controlled by way of rebuke, talk show, and taking medication. While not yet achieved the support of family, as long as families do not provide nursing care to come. Conclusion: Cooperation between the health team and the client or the client s family is indispensable for the success of the client s nursing care, therapeutic communication can encourage a more cooperative client, the family is very important role in treating clients interference with sensory perception: hallucinations. Key words: auditory hallucinations, hearing voices, daydreaming, way control the hallunations. 2

3

PENDAHULUAN Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah suatu keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan dengan orang lain. Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi.berdasarkan hasil pengkajian di Rumah Sakit Jiwa Medan ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Menurut perawat di Rumah Sakit Grhasia Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di ruang kelas III rata- rata angka halusinasi mencapai 46,7% setiap bulannya (Mamnu ah, 2010). Halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang tidak berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya (Dermawan dan Rusdi, 2013) Berdasarkan hasil laporan Rekam Medik (RM) Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, didapatkan data dari bulan Januari sampai Februari 2014 tercatat jumlah pasien rawat inap 403 orang. Sedangkan jumlah kasus yang ada pada semua pasien baik rawat inap maupun rawat jalan kasus halusinasi mencapai 5077 kasus, perilaku kekerasan 4074 kasus, isolasi sosial: menarik diri 1617 kasus, harga diri rendah 1087 kasus dan defisit perawatan diri 1634 kasus. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. L dengan masalah utama gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di ruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. TINJAUAN PUSTAKA Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsangan yang timbul dari sumber internal (pikiran, perasaan) dan stimulus eksternal (Dermawan dan Rusdi, 2013). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal dan rangsangan eksternal. Klien memberi 4

pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata, misalnya klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati, 2010) Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi.menurut Dermawan dan Rusdi (2013), faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah halusinasi yaitu; faktor biologis, faktor psikologis, faktor sosial budaya.menurut Stuart (2007)faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah faktor biologis, stress lingkungan, pemicu gejala dan sumber koping. Menurut Direja (2011) tanda dan gejala seseorang yang mengalami halusinasi pendengaran biasanya menunjukkan gejala yang khas yaitu bicara atau tertawa sendiri, marahmarah tanpa sebab, mengarahkan telinga ke arah tertentu dan menutup telinga. Biasanya individu tersebut mendengar suara yang mengajak bercakap- cakap dan mendengar suara yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang berbahaya Patofiologi halusinasi yaitu menurut Maramis (2004), halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus, individu merasa ada stimulus yang sebetulnya tidak ada, pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara, bisa juga berupa suarasuara bising dan mendengung, tetapi paling sering berupa kata- kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respon tertentu seperti bicara sendiri. Suara bisa berasal dari dalam diri individu atau dari luar dirinya. Isi suara tersebut dapat memerintahkan sesuatu pada klien atau seringnya tentang perilaku klien sendiri, klien merasa yakin bahwa suara itu dari Tuhan, sahabat dan musuh. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa meliputi;identitas, keluhan utama dan alasan masuk, faktor predisposisi, faktor presipitasi, aspek fisik atau biologis, aspek psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang,mekanisme koping,masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek medik. 5

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan halusinasi pendengaran adalah: a. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran. b. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri. Menurut Azizah (2011) rencana tindakan keperawatan dengan gangguan halusinasi adalah: Untuk klien, bina hubungan saling percaya, bantu klien mengenal halusinasi, bantu klien dengan mengontrol halusinasinya, diskusikan dengan keluarga (ketika keluarga berkunjung), beri program pengobatan kepada klien secara optimal, dapat menyebutkan penyebab menarik diri, dapat menyebutkan keberuntungan berhubungan dengan orang lain, dapat menyebabkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap, dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain. TINJAUAN KASUS Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 11-13 Maret 2014 didapatkan data namaklien: Ny. L, umur: 31 tahun, jenis kelamin: perempuan, alamat: Ponorogo, agama: IslamPenanggung jawab Tn. A beliau adalah adik kandung dari klien berusia 24 tahun, bertempat tinggal di Ponorogo Jawa Timur.Klien masuk rumah sakit pada tanggal 24 Januari 2014, alasan masuk klien dibawa ke rumah sakit adalah klien bicara terus, ngelantur, tidak jelas dan sering marah- marah sendiri. 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit Jiwa pergi dari rumah dan ditemukan polisi, klien berjalan mondar- mandir. Diagnosa yang mucul pada kasus ini adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran, resiko perilaku kekerasan, gangguan isolasi sosial: menarik diri.implementasi keperawatan pada Ny.L yaitu: 1. Membina hubungan saling percaya 2. Membantu klien mengenal halusinasinya 3. Membantu klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik 4. Membantu klien mengontrol halusinasi dengan bercakap cakap dengan orang lain 6

5. Membantu klien mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan terjadwal Evaluasi dari tindakan keperawatan pada Ny. L yaitu: S: 1. Klien menjawab salam perawat dan menyebutkan namanya yaitu Ny. L suka dipanggil Ny. L, klien mengatakan mau diajak ngobrol. 2. Klien mengatakan mampu memperagakan cara menghardik yaitu tidak mau mendengar suara tersebut dengan cara menutup telinga dan mengatakan pergi! pergi! 3. Klien mengatakan sudah mencoba cara 1,2 dan 3, klien mengatakan mengerti apa yang dijelaskan perawat tentang obat. O: 1. klien terlihat mau bercerita, ada kontak mata, klien mampu mempraktekkan cara menghardik halusinasi. 2. 2. klien tampak mampu mempraktekkan kembali cara menghardik. 3. 3. Klien mampu mempraktekkan ulang cara 1 dan 2 dan telah mengerti cara 3 yaitu membuat jadwal harian, dan mengerti tentang obat. A: a. Klien mampu mengulang SP 1, 2, 3 dan 4 b. Klien belum mampu melaksanakan SP 3 yaitu berkenalan dengan klien lain. P: Intervensi dilanjutkan. PEMBAHASAN Menurut Dermawan dan Rusdi (2013) salah satu faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah faktor psikologis. Teori ini sesuai dengan apa yang dialami Ny. L karena sudah pernah 7 kali masuk di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dan 4 kali di Rumah Sakit di daerah Malang dikarenakan pengobatan yang kurang berhasil, selain itu Ny. L pernah mendapat penolakan dari laki- laki yang disukainya dan pernah menjadi pramuria, hal ini yang menyebabkan Ny. L mengalami gangguan psikologis. Pada faktor presipitasi diperoleh halusinasi pada Ny. L dapat kambuh karena sering menyendiri, melamun dan tidak mau bergaul dengan orang lain. 7

Menurut Keliat (2005) dalam pengkajian harus dijelaskan jenis dan isi halusinasi, frekuensi, waktu dan situasi yang menyebabkan halusinasi serta respon klien. Dari hasil pengkajian didapatkan data Ny. L mengalami gangguan halusinasi pendengaran.ny. L mengatakan sering mendengar suara- suara yang tidak ada wujudnya yang menyuruhnya membuang makanan dan jangan sholat, suara tersebut muncul setiap saat dalam sehari bisa sebanyak 5 kali, biasanya suara tersebut muncul saat sendiri dan melamun, dan respon ketika ada suara tersebut Ny. L cuek. Menurut Herdman (2011) batasan karakteristik halusinasi meliputi: perubahan dalam perilaku, perubahan dalam menyelesaikan masalah, perubahan dalam ketajaman sensori, yang termasuk dalam sensori pendengaran yang ditandai dengan pasien mendengar suara tanpa adanya stimulus dari luar. Berdasarkan pengkajian pada Ny. L secara garis besar ditemukan data subyektif dan data obyektif yang menunjukkan karakteristik diagnosa gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran pada Ny. L yang ditandai dengan data subyektif yaitu Ny. L mengatakan sering mendengar suarasuara yang tidak ada wujudnya yang menyuruhnya membuang makanan dan jangan sholat, suara tersebut muncul setiap saat dalam sehari bisa sebanyak 5 kali, biasanya suara tersebut muncul saat sendiri dan melamun, dan respon ketika ada suara tersebut Ny. L cuek. Disini penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan halusinasi pendengaran. Penulis tidak menggunakan Strategi Pelaksanaan (SP) terbaru tahun 2014 karena rincian tindakan keperawatan pada SP terbaru berbeda dalam pelaksanaanya, yaitu harus dibarengi dengan kegiatan, sedangkan kondisi klien belum memungkinkan untuk melakukan kegiatan. Penulis menggunakan implementasi denganpendekatan Strategi Pelaksanaan (SP) yang ditulis oleh Direja (2011) 1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1): membantu mengenal halusinasi pada Ny. L dengan cara membina hubungan saling percaya dengan Ny. L, membantu klien mengenal halusinasinya dengan mendiskusikan isi halusinasi, 8

frekuensi, waktu halusinasi muncul, situasi dan respon Ny. L ketika halusinasi muncul, menjelaskan cara- cara mengontrol halusinasi, dan mengajarkan Ny. L menghardik halusinasi. Respon Ny. L, Ny. L dapat mengenal halusinasinya dan dapat mempraktekkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi. 2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2): Ada perbedaan di strategi pelaksanaan kedua ini karena pada SP yang lama adalah mengajarkan klien untuk bercakap- cakap dengan orang lain sedangkan di SP yang terbaru SP kedua adalah minum obat dengan teratur, disini penulis melaksanakan strategi pelaksanaan 2 yang lama yaitu melatih Ny. L mengontrol halusinasi dengan cara bercakapcakap dengan orang lain, karena pada saat penulis melakukan tindakan ini belum ada SP yang paling terbaru. Disini Ny. L mencoba bercakap- cakap dengan perawat. Menganjurkan Ny. L untuk memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian. Ny. L mampu menggunakan cara pertama dengan menghardik halusinasi dan Ny. L mampu mempraktekkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap- cakap dengan orang lain. 3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP 3):mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara membuat jadwal harian. Ny. L mau mencoba membuat jadwal harian. Dengan aktivitas yang sudah terjadwal, Ny. L tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri. 4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4): mengajarkan mencegah halusinasi dengan minum obat teratur. Respon Ny. L, Ny. L mampu menggunakan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan bercakapcakap dengan orang lain, dan mau melaksanakan semua kegiatannya yang sudah terjadwal. Berdasarakan evaluasi data subyektif dan data obyektif yang diperoleh, penulis melakukan evaluasi pada strategi pelaksanaan 1 tanggal 11 Maret 2014, antara Ny. L dan perawat sudah dapat terbina hubungan saling percaya, Ny. L mampu mengenal halusinasi dan Ny. L mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, sehingga dapat dianalisa bahwa masalah teratasi. 9

Strategi pelaksanaan 2 pada tanggal 12 Maret 2014, Ny. L mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap- cakap orang lain, sehingga dianalisis bahwa masalah teratasi. Pada strategi pelaksanaan 3 dan 4 pada tanggal 13 Maret 2014, Ny. L mampu melakukan aktivitas sesuai jadwal yang telah dibuat, dan mau minum obat sesuai dengan dosis dan minum teratur, sehingga dianalisis bahwa masalah teratasi. SIMPULAN dan SARAN Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada tahap pengkajian dalam kasus ini ditemukan data yang menjadi fokus dalam gangguan persepsi sensori: halusinasi adalah pola kognitif perseptual dengan keluhan klien sering mendengar suara- suara yang menyuruhnya membuang makanan dan jangan sholat. Faktor presipitasinya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan pernah dirawat di RSJD Surakarta 7 kali dan di RS di daerah Malang 4 kali. 2. Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian. Sedangkan diagnosa yang penulis angkat pada kasus Ny. L adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran. 3. Intervensi yang dilakukan pada Ny. L dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran ditujukan untuk membina hubungan saling percaya, mengenal dan mengontrol halusinasinya, melakukan aktivitas terjadwal dan dapat memanfaatkan obat dengan benar. 4. Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana penerapan yang telah disusun pada tahapan perencanaan. Pada diagnosa gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran penulis melakukan tindakankeperawatan yang telah disusun, adapun tindakan yang telah dilakukan adalah SP 1 SP 4 klien yaitu mengenal dan mengontrol halusinasi, berbicara/ bercakap- cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, melakukan 10

aktivitas dan menganjurkan klien untuk minum obat secara teratur. 5. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada Ny. L diagnosa utama adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran yang dilakukan selama tiga hari secara keseluruhan SP untuk klien yang ada di diagnosa utama tercapai dan SP untuk keluarga tidak dapat dilakukan karena penulis tidak dapat bertemu dengan keluarga Ny. L.B. Saran Berdasarkan temuan dalam asuhan keperawatan maka penulis dapat memberikan saran untuk: 1. Rumah Sakit Hendaknya menyediakan dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan klien untuk penyembuhan. Selain itu hendaknya pihak rumah sakit melibatkan keluarga dalam proses perawatan klien dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa. 2. Pasien Hendaknya sering berlatih dan melaksanakan interaksi sosial secara bertahap. Perlunya pengetahuan bagi klien dan keluarga tentang informasi penyakit yang diderita, khususnya pencegahan supaya tidak terjadi kekambuhan dan rutinitas dalam minum obat. 3. Keluarga Perlunya keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam memperbaiki kesehatan keluarga yang menderita gangguan jiwa sehingga pemecahan masalah yang dihadapi pasien dapat ditingkatkan. 4. Perawat Hendaknya perawat mampu membina hubunngan saling percaya dan menggunakan komunikasi terapeutik pada klien, dan lebih bersabar dalam menghadapi klien. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2014. Pelatihan Praktik Keperawatan Jiwa Terkini. Azizah, Lilik Ma rifahtul. 2011. Keperawatan Jiwa Amplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graham Ilmu. Dermawan, Deden dan Rusdi.Keperawatan Jiwa: Kerangka dan Konsep Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing. 11

Direja, A.H.S. 2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Keliat, Budi. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Mamnu ah. 2010. Stres dan Strategi Koping Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Mengalami Halusinasi. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta: Stikes Aisyiyah Yogyakarta. Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga. Stuart, Gail Wiscarz. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta: EGC. Townsend, Mary C. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Alih bahasa, Novi Helena C. Daulima: editor, Monica Ester. Edisi 5. Jakarta: EGC Ulpa, Delia. 2013. Dukungan dengan Beban Keluarga Mengikuti Regimen Terapeutik Anggota Keluarga yang Mengalami Halusinasi. Jurnal Keperawatan Jiwa. Sumatera Utara.Universitas Sumatera Utara. Medan Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Jakarta: Refika Aditama. 12