BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

BAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.

BAB 4 METODE PENELITIAN

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

Sularti* Abi Muhlisin**

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara

SUMMARY NURLAILA GAIB NIM :

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food

BAB 1 : PENDAHULUAN. pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka

I. PENDAHULUAN. kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat dan tarap hidup manusia. Penggunaan pestisida di bidang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI BAWANG MERAH DI DESA KEDUNGUTER KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

FIFI AZISYAH NIM : S

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak


BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian (survei) analitik, yang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode case control dilakukan terlebih dahulu kemudian pengambilan data

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

Oleh : Dra. Hj. Syarifah, M.Kes. ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak, bahkan orang dewasa pun menyukainya. Tempat tujuan utama yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PESTISIDA, PENDIDIKAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETANI BAWANG MERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. masyarakat pada saat tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

3. METODOLOGI. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Target Populasi pada penelitian ini adalah perempuan yang tinggal di daerah Paseban.

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB III METODE PENELITIAN. survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan metode

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan hewan atau tumbuhan pengganggu seperti binatang pengerat, termasuk

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kematian mencapai korban jiwa. 3 Sekitar 80% keracunan. dilaporkan terjadi di negara-negara sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pestisida semakin lama semakin tinggi terutama di negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Latin. Negara-negara berkembang ini hanya menggunakan 25% dari total penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian akibat pestisida 99% dialami oleh negara-negara di wilayah tersebut. Menurut WHO (World Health Organization), hal ini disebabkan rendahnya tingkat edukasi petani-petani di negara tersebut sehingga cara penggunaannya cenderung tidak aman atau tidak sesuai dengan aturan yang ada. WHO dan Program Lingkungan PBB memperkirakan ada 3 juta orang yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida dan sekitar 18.000 orang diantaranya meninggal setiap tahunnya (Miller dalam Ashnagar, 2009). Di Cina diperkirakan setiap tahunnya ada setengah juta orang keracunan pestisida dan 500 orang diantaranya meninggal (Lawrence, 2007). Di Indonesia sendiri banyak terjadi kasus keracunan. Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap 550 sampel darah petani di Magelang Jawa Tengah menunjukkan 18,2% (100 orang) keracunan berat, 72,73% (401 orang) keracunan sedang, 8,9% (48 orang) keracunan ringan sedangkan yang normal 2% (1 orang) (Catur, 2006). 1

2 Dalam beberapa kasus keracunan pestisida langsung, Djojosumarto (2008) menyatakan bahwa pekerjaan yang paling sering menimbulkan kontaminasi adalah saat mengaplikasikan terutama menyemprotkan pestisida. Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan mengakibatkan banyak dampak, di antaranya dampak kesehatan bagi manusia yaitu timbulnya keracunan pada petani itu sendiri (Djafaruddin, 2008). Dalam hal ini para petani dalam melakukan penyemprotan hama harus menggunakan alat pelindung diri agar terhindar dari paparan pestisida, namun menurut Djojosumarto (2008) petani pengguna cenderung menganggap enteng bahaya pestisida sehingga mereka tidak mematuhi syarat-syarat keselamatan dalam penggunaan pestisida termasuk di dalamnya menggunakan alat pelindung diri. Keracunan pestisida yang sering tidak terasa dan akibat yang sulit diramalkan mendorong mereka untuk tetap mengaplikasikan pestisida dengan cara mereka karena tidak merasa terganggu. Desa Pendem Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar merupakan sebuah desa dimana 75% penduduknyaadalah petani serta 80% petaninya menggunakan pestisida dengan metode aplikasi penyemprotan (spraying) yang merupakan pekerjaan yang paling sering menimbulkan kontaminasi, baik kontaminasi melalui kulit, inhalasi ataupun yang lainnya. Menurut Djojosumarto (2008), kontaminasi pestisida pada manusia yang masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan tanda dan gejala yang dapat dirasakan oleh penderita dan dapat diamati oleh orang lain. Namun, masyarakat pada umumnya menganggap enteng gejala-gejala yang timbul

3 pada diri mereka setelah melakukan aplikasi pestisida. Mereka tidak mengecek atau periksa ke rumah sakit atau tenaga kesehatan terkait dengan gejala-gejala yang timbul yang mengakibatkan tidak terdeteksinya kasus keracunan pestisida di masyarakat sehingga efek kronis tidak dapat dicegah. Tingkat keracunan pestisida akan berpengaruh terhadap status kesehatan petani di desa Pendem yang selanjutnya berdampak pada produktivitas baik pada tingkat individu maupun daerah. Pada tingkat individu, munculnya penyakit selain berarti adanya biaya pengobatan dan pengurangan hari kerja efektif. Mengingat mayoritas penduduknya adalah petani, maka status kesehatan yang rendah menyebabkan membengkaknya anggaran kesehatan disamping turunnya produktivitas. Sektor kesehatan ini merupakan komponen utama dalam indeks pembangunan manusia (IPM). Dari hasil survei yang dilakukan pada tanggal 25 Desember 2011 menunjukkan bahwa petani padi di desa Pendem rata-rata melakukan 6 kali penyemprotan per musim (3 bulan). Kegiatan penyemprotan dilakukan sepanjang tahun, sehingga tingkat paparan petani terhadap pestisida sangat tinggi, hal ini selanjutnya menggambarkan tingkat resiko petani terhadap keracunan pestisida maupun penyakit terkait pestisida juga tinggi. Informasi dasar tentang terjadinya keracunan pestisida dan pengaplikasian pestisida secara spesifik di desa Pendem belum tersedia. Oleh karena itu penting untuk diteliti tingkat pengetahuan bahaya pestisida dan kebiasaan pemakaian alat pelindung diri dilihat dari munculnya tanda gejala keracunan pada kelompok tani di Karanganyar.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan bahaya pestisida dan kebiasaan pemakaian alat pelindung diri dilihat dari munculnya tanda gejala keracunan pada kelompok tani di Karanganyar? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan bahaya pestisida dan kebiasaan pemakaian alat pelindung diri dilihat diri munculnya tanda gejala keracunan pada kelompok tani di Karanganyar. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kelompok tani tentang bahaya pestisida. b. Untuk mengetahui kebiasaan kelompok tani dalam pemakaian alat pelindung diri. c. Untuk mengetahui munculnya tanda gejala keracunan pestisida pada kelompok tani. d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan bahaya pestisida dilihat dari munculnya tanda gejala keracunan pada kelompok tani. e. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan pemakaian alat pelindung diri dilihat dari munculnya tanda gejala keracunan pada kelompok tani.

5 f. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh diantara pengetahuan dan kebiasaan pemakaian APD terhadap munculnya tanda gejala keracunan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian Sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah kesehatan mengenai dampak pestisida bagi kesehatan dan sebagai bahan informasi dalam mengoptimalkan program PHT (Pemberantasan Hama Terpadu). 2. Bagi Masyarakat Setempat Diharapkan dapat menjadi informasi dan bermanfaat bagi masyarakat khususnya petani yang melakukan penyemprotan pestisida untuk dapat mengerti pentingnya mengetahui tentang pestisida dan pemakaian alat pelindung diri serta munculnya tanda gejala keracunaan pada dirinya. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat menjadi penyediaan data dasar yang bisa digunakan untuk penelitian lebih lanjut khususnya mengenai pestisida. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian.

6 E. Keaslian Penelitian Penelitian ini belum pernah dilakukan, namun penelitian yang mirip dengan Tingkat Pengetahuan Bahaya Pestisida dan Kebiasaan Pemakaian Alat Pelindung Diri dilihat dari Munculnya Tanda Gejala Keracunan pada Kelompok Tani di Karanganyar adalah : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rapael Ginting (2010) dengan judul Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Keracunan Pestisida pada Petani Penyemprot Jeruk di desa Cinta Rakyat kecamatan Merdeka kabupaten Karo. Penelitian ini studi analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh petani jeruk berumur 19-60 tahun, yang melakukan penyemprotan dengan pestisida. Jumlah sampel 120 orang dan pengambilan sampel secara purposive. Data diperoleh dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner tertutup dan analisis dengan univariat, bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitiannya ada hubungan yang bermakna yaitu umur muda (RP= 1,86; p=0,00) pendidikan rendah (RP= 2,52; p=0,03), lama paparan 2 jam (RP= 2,23; p=0,00), dan alat pelindung diri (APD) kurang baik (RP= 1,69; p= 0,03) terhadap kejadian keracunan pestisida. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan penulis, perbedaan tersebut terletak pada populasi penelitian, jumlah sampel, tempat penelitian, jenis penelitian serta variabel bebasnya. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis populasinya adalah petani padi yang termasuk dalam anggota kelompok tani di desa Pendem, variabel bebasnya adalah pengetahuan dan kebiasaan petani dalam

7 pemakaian alat pelindung diri, serta merupakan penelitian deskriptif korelatif. 2. Subakir (2008), dengan judul penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Pestisida pada Petani sayur di Kota Jambi. Penelitian bersifat deskriptif analitik menggunakan metode observasional dengan desain penelitian kasus control dengan jumlah responden 134 petani untuk kasus dan 134 petani untuk control. Hasil penelitian menunjukkan beberapa variabel yang berhubungan signifikan atau bermakna adalah variabel umur (p-value = 0,009), perilaku petani (p-value = 0,001), penggunan APD (p-value = 0,000), lama penyemprotan perjam perhari (pvalue = 0,006), dan lama penanganan (p-value = 0,037) dengan kejadian keracunan sebagai variabel dependen, sedangkan untuk hubungan yang tidak signifikan atau bermakna adalah variabel jenis kelamin, lama pendidikan, pengetahuan, luas lahan, frekuensi menyemprot hari per minggu, teknik penyemprotan dan jenis pestisida dengan kejadian keracunan pestisida sebagai variabel dependen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah populasi, wilayah, jenis, metode penelitian, dan jumlah variabelnya. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis populasinya adalah petani padi yang termasuk dalam anggota kelompok tani di desa Pendem, jenis penelitian cross sectional dengan desain penelitian diskriptif korelatif, dan terdiri dari tiga variabel.

8 3. Assti (2008), dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Pestisida Organofosfat, Karbamat, dan Kejadian Anemia pada Petani Hortikultura di desa Tejosari kecamatan Ngablak kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan studi observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 78 orang. Pengukuran data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan kadar kolinesterase dan hemoglobin darah. Hasil penelitian menunjukkan petani yang menderita keracunan sebanyak 75 orang (96,2%) dan menderita anemia sebanyak 63 orang (80,8%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara masa kerja (p = 0,953), status gizi (p = 1,000), kelengkapan alat pelindung diri (p = 0,355), lama waktu penyemprotan (p = 1,000), pengelolaan pestisida (p = 0,316), suhu lingkungan dan toksisitas pestisida (p = 0,307) dengan keracunan akibat pestisida serta tidak ada hubungan antara keracunan pestisida dengan kejadian anemia (p = 1,000), ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia (p = 0,030) pada petani hortikultura di desa Tejosari kecamatan Ngablak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan penulis adalahpopulasi, wilayah, metode penelitian, dan jumlah variabel. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis populasinya adalah petani padi yang termasuk dalam anggota kelompok tani di desa Pendem, desain penelitian diskriptif korelatif, dan terdiri dari tiga variabel.

9 4. Penelitian yang dilakukan oleh Pawukir dan Mariyono (2002), Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Jember dengan judul Hubungan antara Penggunaan Pestisida dan Dampak Kesehatan: Studi Kasus di Dataran Tinggi Sumatra Barat. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan surveillance aktif. Subjek penelitiannya adalah petani di dataran tinggi Sumatra Barat yang melakukan penyemprotan pestisida. Tehnik sampling yang digunakan adalah simple random yaitu sebanyak 100 petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya racun pestisida, jumlah pestisida, dan tingkat pemajanan pestisida secara signifikan menimbulkan dampak kesehatan. Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan terletak pada populasi, cara pengambilan sampel, wilayah, metode penelitian, dan variabel bebasnya. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis populasinya adalah petani padi yang termasuk dalam anggota kelompok tani di desa Pendem, pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, desain penelitian diskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional, dan terdiri dari tiga variabel.