Potensi Hasil dan Mutu Beras Sepuluh Galur Harapan Padi untuk Lahan Rawa Pasang Surut

dokumen-dokumen yang mirip
Produktivitas Galur Harapan Padi di Lahan Pasang Surut dan Rawa Lebak. Bambang Kustianto

LAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009)

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

Penampilan Fenotipik Karakter Hasil Galur Harapan Padi Rawa di Lahan Pasang Surut Karang Agung, Sumatera Selatan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.

Keragaan Varietas Inpari Pada Lahan Lebak Tengahan di Desa Epil Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004)

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan

Ana Tri Lestari, Jaenudin Kartahadimaja *, dan Nurman Abdul Hakim

HUBUNGAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA KULTIVAR PADI LOKAL PADA TANAH GAMBUT DENGAN PEMBERIAN DOLOMIT

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.

Lampiran 1 Deskripsi varietas Inpari 6 Jete

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU ABSTRAK

Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Varietas Unggul Baru Padi Gogo Toleran Naungan untuk Budidaya Padi sebagai Tanaman Sela di Perkebunan

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 130/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian

PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERAKITAN DAN PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI TOLERAN RENDAMAN AIR INPARA 4 DAN INPARA 5 UNTUK DAERAH RAWAN BANJIR

Sumber : Deskripsi Varietas Padi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SISTEM RATUN DI LAHAN PASANG SURUT

UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A

PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

SKRIPSI OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG PEMULIAAN TANAMAN

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

Padi ketan varietas lokal yang banyak ditanam

POTENSI HASIL GALUR-GALUR PADI SAWAH DATARAN RENDAH KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

: Kasar pada sebelah bawah daun

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64

UJI DAYA HASIL 10 GALUR PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU DENGAN 2 VARIETAS PEMBANDING DI CIANJUR RENDRA PRATAMA YUSUF

UJI DAYA HASIL LANJUTAN BEBERAPA GENOTIP PADI (Oryza sativa L.) HIBRIDA DI DATARAN MEDIUM

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU (PTB) IPB DI KABUPATEN LEBAK DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS A

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

DAYA HASIL TIGA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI KEBON AGUNG BANTUL THE POTENTIAL YIELD OF THREE NEW PADDY VARIETIES AT KEBON AGUNG BANTUL

Stabilitas Hasil dan Daya Adaptasi Lima Padi Hibrida di Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

Kata kunci : pertumbuhan dan hasil, galur harapan dan produksi beras

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

Pembentukan Galur Padi Sawah Tipe Baru

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA

KORELASI DAN SIDIK LINTAS KARAKTER FENOTIPIK GALUR- GALUR PADI HAPLOID GANDA HASIL KULTUR ANTERA

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

PENGUJIAN 10 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU IPB DI DRAMAGA, BOGOR DALAM RANGKA UJI MULTILOKASI ISKANDAR ZULKARNAEN

SELEKSI LANJUT KULTIVAR PADI SAWAH LOKAL KALIMANTAN TIMUR

Agrivet (2015) 19: 30-35

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

Transkripsi:

Potensi Hasil dan Mutu Beras Sepuluh Galur Harapan Padi untuk Lahan Rawa Pasang Surut Yield and Grain Quality of Ten Promising Rice Breeding Lines for Tidal Swamp Areas Aris Hairmansis 1*, Hajrial Aswidinnoor 2*, Supartopo 1, Willy Bayuardi Suwarno 2, Bambang Suprihatno 3, dan Suwarno 1 1 Kebun Percobaan Muara, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Jl. Raya Ciapus 25C Muara, Bogor, Indonesia 2 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 3 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Jl. Raya Sukamandi 9, Subang, Indonesia Diterima 26 Juli 2012/Disetujui 9 Januari 2013 ABSTRACT Breeding programs to improve rice varieties for tidal swamp areas have successfully developed a number of promising breeding lines. The objectives of this study were to evaluate the performance of ten advance breeding lines in multilocation yield trials and to analyze grain quality of the lines. The lines and two check rice varieties, IR42 and Batanghari, were evaluated in replicated yield trials in six different tidal swamp environments. Grain quality of these lines were analyzed to determine physical and chemical properties of the milled and cooked rice. Result from multilocation yield trials showed that the breeding lines had higher yield potential compared to popular variety IR42 and their yields were comparable to the control variety Batanghari. The lines showed different adaptability against different environments; some of the lines demonstrated wide adaptability while the others showed specific adaptation ability. All of the lines had good grain quality while they had different shape and texture which made them potential to be accepted in different regions. The result from this study indicated that all of the lines have potential to be commercially cultivated in tidal swamp areas. In addition, data obtained from this study have been used in the registration of three lines as new varieties for swampy area namely IPB 1R Dadahup, IPB 2R Bakumpai and Inpara 6. Keywords: adaptation, grain quality, multilocation trials ABSTRAK Sejumlah galur harapan padi rawa telah dihasilkan melalui program pemuliaan padi rawa pasang surut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penampilan agronomi sepuluh galur harapan padi rawa dalam uji multilokasi serta menganalisis mutu beras dan nasinya. Galur-galur harapan tersebut diuji bersama dengan varietas pembanding IR42 dan Batanghari di enam lingkungan yang berbeda. Analisis mutu dilakukan untuk menentukan sifat-sifat fisik dan kimia beras. Hasi uji multilokasi menunjukkan bahwa galur-galur harapan padi rawa memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan varietas IR42 dan sebanding dengan varietas Batanghari. Galur-galur tersebut menunjukkan perbedaan daya adaptasi terhadap lingkungan yang berbeda. Seluruh galur memiliki kulitas beras yang baik dengan bentuk dan tekstur yang beragam sehingga potensial untuk dikembangkan di wilayah dengan selera konsumen yang berbeda. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semua galur berpotensi untuk dikembangkan secara komersial di lahan rawa pasang surut. Tiga galur dari penelitian ini telah dilepas sebagai varietas unggul baru padi rawa yaitu IPB 1R Dadahup, IPB 2R Bakumpai dan Inpara 6. Kata kunci: daya adaptasi, mutu beras, uji multilokasi PENDAHULUAN Lahan rawa memiliki potensi yang besar untuk pengembangan produksi padi yang meliputi 20 juta ha lahan rawa pasang surut dan 13.4 juta ha lahan rawa lebak (Sudana, * Penulis untuk korespondensi. e-mail: aris-hairmansis@litbang. deptan.go.id 2005; Suprianto et al., 2010). Salah satu teknologi penting untuk mendukung program tersebut adalah ketersediaan varietas unggul yang mampu beradaptasi dengan agroekosistem rawa (Harahap et al., 1984; Suriadikarta, 2005). Oleh karenanya diperlukan usaha perakitan varietas padi unggul yang berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap cekaman lingkungan yang menjadi kendala di lahan rawa. Sejumlah varietas unggul padi rawa telah dilepas ke petani di lahan rawa, namun masih banyak petani di lahan Potensi Hasil dan Mutu Beras...

rawa yang membudidayakan varietas lokal yang berdaya hasil rendah (Humairil dan Khairullah, 2000; Sabran et al., 2000; Sutami et al., 2003). Hal tersebut antara lain diduga disebabkan kurangnya pilihan ragam varietas unggul yang sesuai untuk wilayah yang berbeda. Hal ini diindikasikan dari jumlah varietas unggul padi rawa yang tersedia yang tidak sebanyak varietas unggul padi sawah (Suprihatno et al., 2010). Oleh karena itu, peluang perbaikan varietas padi rawa masih terbuka lebar dengan memanfaatkan berbagai sumber genetik seperti padi lokal, varietas unggul dan galurgalur introduksi. Potensi dan stabilitas hasil merupakan kriteria utama dalam seleksi untuk mendapatkan varietas unggul baru (Khush, 2003; Peng et al., 2008). Evaluasi potensi hasil dan daya adaptasi galur-galur harapan dilakukan dengan pengujian daya hasil di berbagai lokasi yang mewakili wilayah target (Samonte et al., 2005; Blanche et al., 2009). Melalui uji multilokasi, dapat diidentifikasi galur-galur yang memiliki potensi hasil tinggi dan daya adaptasi yang baik. Selain potensi hasil, komponen penting lain yang berperan penting menentukan penerimaan suatu varietas adalah mutu beras dan nasi (Fitzgerald et al., 2009). Oleh karenanya varietas unggul yang dirakit harus memiliki mutu yang sesuai dengan selera konsumen di wilayah target pengembangan. Hingga saat ini belum ada kriteria baku yang dapat menentukan mutu beras di tingkat pasar dan penerimaan konsumen terhadap mutu beras sangat beragam antar daerah. Secara umum, mutu beras meliputi mutu giling dan penampilan fisik beras, mutu rasa dan mutu tanak, serta mutu gizi (Rachmat et al., 2006; Fitzgerald et al., 2009; Champagne et al., 2010). Standar yang sering digunakan dalam transaksi perdagangan beras didasarkan pada mutu giling dan mutu rasa, seperti keutuhan beras kepala, kebeningan beras dan tingkat kepulenan nasi (Suismono et al., 2003). Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi hasil dan daya adaptasi sepuluh galur harapan padi rawa di berbagai lokasi yang mewakili wilayah rawa pasang surut dan untuk mengevaluasi keragaman mutu beras dan nasi kesepuluh galur harapan padi rawa. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam proses pelepasan galur-galur harapan menjadi varietas unggul. BAHAN DAN METODE Pengujian dilakukan terhadap 10 genotipe padi rawa yang berasal dari program pemuliaan padi rawa di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi dengan dua varietas pembanding (Tabel 1). Pengujian Potensi Hasil dan Daya Adaptasi Sepuluh Genotipe Padi Rawa Penelitian dilaksanakan di enam lingkungan yang mewakili agroekosistem lahan rawa pasang surut sulfat masam potensial pada musim hujan (MH) 2008/2009 dan musim kemarau (MK) 2009. Pengujian pada MH 2008/2009 dilaksanakan di Karang Agung (Banyuasin, Sumatera Selatan), Sungai Solok (Pelalawan, Riau), dan Rumbaijaya (Indragiri Hilir, Riau). Uji multilokasi pada MK 2009 dilaksanakan di Karang Agung (Banyuasin, Sumatera Selatan), Jejangkit Muara (Barito Kuala, Kalimantan Selatan), dan Banua Kupang (Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan). Percobaan pada masing-masing lingkungan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok lengkap dengan empat ulangan. Masing-masing genotipe ditanam pada petak berukuran 4 m x 5 m, dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan 150 kg urea ha -1, 100 kg SP36 ha -1 dan 100 KCl kg ha -1. Pengamatan dilakukan terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah anakan produktif per rumpun, umur panen, jumlah gabah isi dan jumlah gabah hampa per malai, bobot 1,000 butir gabah (kadar air 14%), dan hasil gabah kering giling (kadar air 14%) (IRRI, 1996). Tabel 1. Galur dan varietas padi yang digunakan dalam uji multilokasi padi rawa Kode Genotipe Tetua persilangan Asal G1 IPB106-F-20-DJ-1 Siam Mutiara/ Fatmawati IPB G2 IPB106-F-25-DJ-1 Siam Mutiara/ Fatmawati IPB G3 IPB106-F-47-DJ-1 Siam Mutiara/ Fatmawati IPB G4 IPB106-F-82-DJ-1 Siam Mutiara/ Fatmawati IPB G5 IPB106-F-85-DJ-2 Siam Mutiara/ Fatmawati IPB G6 BP1027F-PN-1-2-1-KN-MR-3-3 Pucuk/IR64 BB Padi G7 B10528F-KN-35-2-2 IR64/IRBB21// IR51672 BB Padi G8 B10891B-MR-3-KN-4-1-1-MR-1 Sundari/IR71031 BB Padi G9 B11586F-MR-11-2-2 Mesir/ IR600-80-23 BB Padi G10 B10387F-MR-7-6-KN-3-KY-2 B5565-13G-SM-87-3 *3/ Memberamo BB Padi G11 IR42 Varietas unggul pembanding BB Padi G12 Batanghari Varietas unggul pembanding BB Padi 2 Aris Hairmansis, Hajrial Aswidinnoor, Supartopo, Willy Bayuardi Suwarno, Bambang Suprihatno, dan Suwarno

Analisis ragam dilakukan dengan menggunakan uji F dan perbandingan nilai tengah antar genotipe dilakukan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf a = 5%. Analisis stabilitas hasil dilakukan dengan menggunakan pendekatan regresi antara hasil setiap galur di masingmasing lingkungan terhadap indeks lingkungan (Finlay danwilkinson, 1963). Indeks lingkungan merupakan ratarata hasil semua genotipe di masing-masing lingkungan yang dapat dijadikan sebagai indikator tingkat produktivitas lingkungan pengujian (Finlay dan Wilkinson, 1963). Analisis Mutu Beras dan Tekstur Nasi Analisis mutu dilakukan dengan menggunakan sampel gabah yang dipanen dari perbanyakan benih di lahan sawah pada MH 2008/2009 di Sukamandi. Analisis dilaksanakan di Laboratorium Mutu Beras Kelompok Peneliti Pemuliaan BB Padi di Muara Bogor, mengikuti metode analisis yang digunakan oleh Suismono et al. (2003). Analisis dilakukan terhadap karakter mutu giling, ukuran dan bentuk beras, tingkat pengapuran, kadar amilosa dan tekstur nasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Agronomi Galur Padi Rawa Hasil analisis ragam gabungan menunjukkan bahwa nilai tengah karakter-karakter agronomi galur padi rawa berbeda sangat nyata antar genotipe (Tabel 2). Keragaan sifat-sifat agronomi galur-galur harapan padi rawa dan varietas pembanding ditampilkan pada Gambar 1. Galurgalur harapan padi rawa memiliki fenotipe tanaman yang lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding IR42. Varietas-varietas unggul padi rawa umumnya memiliki tipe tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas padi yang dikembangkan di lahan sawah irigasi (Harahap dan Silitonga, 1998). Namun demikian tanaman yang terlalu tinggi umumnya rentan mengalami rebah apabila tidak didukung oleh batang yang kuat (Kashiwagi et al., 2005). Rata-rata jumlah anakan galur-galur padi rawa dari seluruh lokasi pengujian berkisar antara 10-13 batang per rumpun. Jumlah tersebut lebih sedikit apabila dibandingkan dengan galur pembanding IR42. Sifat jumlah anakan yang banyak juga menjadi salah satu sifat yang diinginkan dalam perakitan varietas padi untuk lahan rawa pasang surut (Harahap et al., 1984). Sifat ini menjadi penting khususnya apabila tanam pindah di persemaian dilakukan lebih dari sekali untuk mendapatkan bibit yang sesuai dengan ketinggian permukaan air rawa. Umur panen kesepuluh galur padi rawa yang diuji tergolong genjah (<120 hari). Lama masa pertanaman galurgalur tersebut lebih genjah jika dibandingkan dengan varietas IR42 yang tergolong berumur sedang. Galur G1, G2, G3, G4 dan G5 menunjukkan umur tanaman yang relatif sama atau lebih genjah dibandingkan kelima galur yang lain. Galurgalur tersebut merupakan hasil persilangan antara varietas lokal Siam Mutiara yang berumur dalam (9 bulan) dengan varietas Fatmawati yang berumur genjah (110 hari) untuk mempersingkat masa pertanamannya. Umur tanaman yang lebih genjah memungkinkan peningkatan indeks pertanaman padi di lahan rawa (Saragih dan Nurzakiah, 2011). Bobot 1,000 butir gabah bernas galur-galur yang diuji beragam antara 22-26 g. Galur G1, G2, G3, G4 dan G5 memiliki bobot 1,000 butir gabah yang relatif sama dengan IR42, namun lebih rendah dibandingkan galur-galur lainnya. Hal ini disebabkan galur-galur tersebut diseleksi untuk bentuk biji yang kecil dan ramping seperti tetuanya Siam Mutiara. Bobot butiran gabah merupakan salah satu komponen hasil penting yang mendukung hasil (Liu et al., 2010) namun seleksi terhadap sifat ini biasanya lebih ditekankan untuk mendapatkan bentuk beras yang sesuai dengan selera konsumen di suatu wilayah. Karakter jumlah gabah galur-galur padi rawa sangat bervariasi antar lingkungan yang ditunjukkan dengan besarnya simpangan baku dari rata-rata semua lingkungan. Jumlah gabah isi maupun gabah total galur-galur yang diuji sebagian besar lebih baik dibandingkan varietas IR42 dan Batanghari. Jumlah gabah isi merupakan salah satu komponen hasil penting yang mendukung potensi hasil tanaman padi, sehingga galur dengan jumlah gabah isi yang lebih banyak berpeluang memberikan hasil yang lebih tinggi (Hairmansis et al., 2010; Kato, 2010). Tabel 2. Rekapitulasi analisis ragam gabungan karakter agronomi dan daya hasil Karakter KT genotipe KT genotipe x lingkungan KK (%) Tinggi tanaman 2,526.18** 542.81** 7.67 Jumlah anakan 59.82** 7.63** 15.73 Umur panen 343.53** 63.56** 1.19 Bobot 1,000 butir 60.93** 11.82** 6.30 Jumlah gabah isi 2,026.01** 1,091.24** 15.14 Jumlah gabah hampa 202.55** 158.44** 27.23 Jumlah gabah total 2,988.74** 1,391.22** 12.88 Hasil gabah 1.71** 1.35** 10.77 Keterangan: ** nyata pada taraf 1%; KT = Kuadrat tengah; KK = koefisien keragaman Potensi Hasil dan Mutu Beras... 3

Gambar 1. Rata-rata dan simpangan baku karakter agronomi galur-galur harapan padi rawa dan varietas pembanding dari seluruh lingkungan pengujian. (A) Tinggi tanaman, (B) Jumlah anakan produktif, (C) Umur panen, (D) Bobot 1,000 butir gabah bernas, (E) Jumlah gabah isi, gabah hampa dan gabah total per malai Potensi Hasil dan Daya Adaptasi Galur Padi Rawa Hasil gabah kering giling galur-galur harapan padi rawa di masing-masing lingkungan pengujian ditunjukkan pada Tabel 3. Pengujian di Sungai Solok (MH 2008/2009) mendapatkan dua galur yang menunjukkan hasil nyata lebih tinggi dibandingkan varietas IR42, namun tidak ada galur yang menghasilkan gabah lebih tinggi dari varietas Batanghari. Hasil pengujian di Rumbaijaya (MH 2008/2009) dan Karang Agung (MH 2008/2009) mengindikasikan potensi hasil sebagian besar galur-galur harapan baru yang diuji sebanding dengan varietas unggul IR42 dan Batanghari. Galur-galur yang diuji menunjukkan beda hasil yang nyata dengan kedua varietas pembanding pada pengujian di Karang Agung (MK 2009). Berdasarkan rata-rata dari semua lingkungan terlihat bahwa hampir semua galur memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dibanding varietas IR42 (Tabel 3). Jika dibandingkan dengan varietas Batanghari potensi hasil galur-galur yang diuji tidak berbeda nyata. IR42 merupakan varietas unggul lama yang dilepas tahun 1980, namun masih populer di lahan rawa, sementara Batanghari merupakan varietas unggul yang dilepas tahun 1999 (Suprihatno et al., 2010). Hasil pengujian mengindikasikan bahwa peningkatan potensi hasil padi rawa dari varietas unggul baru yang sudah ada seperti Batanghari cukup sulit dilakukan. Peluang perbaikan sifat lainnya seperti toleransi terhadap cekaman abiotik dan biotik serta perbaikan mutu beras masih memungkinkan namun memiliki banyak tantangan. Analisis stabilitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan regresi antara hasil dan indeks lingkungan (Finlay dan Wilkinson, 1963). Gambar 2 merupakan plot yang diturunkan dari nilai rata-rata masing-masing genotipe dari semua lingkungan (Tabel 3) terhadap nilai koefisien regresi antara hasil dan indeks lingkungan. Berdasarkan metode regresi yang diajukan oleh Finlay dan Wilkinson (1963) genotipe yang stabil adalah genotipe dengan koefisien regresi 1. Selanjutnya genotipe yang memiliki nilai koefisien regresi lebih rendah dari 1 merupakan galurgalur yang dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan 4 Aris Hairmansis, Hajrial Aswidinnoor, Supartopo, Willy Bayuardi Suwarno, Bambang Suprihatno, dan Suwarno

Tabel 3. Hasil gabah kering giling (ton ha -1 ) galur-galur harapan padi rawa dan varietas pembanding Kode Genotipe Lingkungan 1 2 3 4 5 6 Rata-rata... Hasil gabah kering giling (ton ha -1 )... G1 IPB 106-F-20-DJ-1 4.66 2.51 4.44 4.54* 3.26 4.49** 3.98* G2 IPB 106-F-25-DJ-1 4.48 2.97 4.72 4.71* 3.79* 3.96** 4.10* G3 IPB 106-F-47-DJ-1 4.68 2.64 4.68 4.56* 4.02* 4.11** 4.12* G4 IPB 106-F-82-DJ-1 4.93 2.74 4.58 4.46* 3.18 3.95** 3.97* G5 IPB 106-F-85-DJ-2 5.06 2.35 4.62 4.94* 3.78* 4.60** 4.22* G6 BP1027F-PN-1-2-1-KN-MR-3-3 5.31 3.15 5.7 4.56* 2.35 5.02** 4.35* G7 B10528F-KN-35-2-2 5.98* 2.96 5.13 5.03* 4.11* 4.86** 4.68* G8 B10891B-MR-3-KN-4-1-1-MR-1 5.77 2.44 4.9 4.13* 3.24 4.71** 4.20* G9 B11586F-MR-11-2-2 5.34 2.35 6.08** 4.45* 2.83 5.65** 4.45* G10 B10387F-MR-7-6-KN-3-KY-2 6.05* 2.68 4.63 3.9 3.09 3.15 3.92 G11 IR42 5.1 3.12 5.43 3.2 2.76 2.43 3.67 G12 Batanghari 6.23 2.56 5.38 5.3 4.03 3.02 4.42 Rata-rata 5.3 2.71 5.02 4.48 3.37 4.16 4.17 KK (%) 10.4 13.89 5.61 11.68 13.05 13.53 10.77 BNT (5%) 0.79 0.64 0.4 0.75 0.67 0.85 0.27 Keterangan: 1 = Sungai Solok MH 2008/2009; 2 = Rumbaijaya MH 2008/2009; 3 = Karang Agung MH 2008/2009; 4 = Jejangkit Muara MK 2009; 5 = Banua Kupang MK 2009; 6 = Karang Agung MK 2009. * = nyata lebih tinggi dari salah satu varietas pembanding dengan uji BNT pada taraf 5%. ** = nyata lebih tinggi dari kedua varietas pembanding dengan uji BNT pada taraf 5%. KK = koefisien keragaman yang suboptimal, sementara genotipe yang memiliki nilai koefisien regresi lebih dari 1 merupakan galur-galur yang hanya beradaptasi dengan baik di lingkungan tumbuh yang optimal (Finlay dan Wilkinson, 1963). Gambar 2 menunjukkan galur G2 dan G3 memiliki nilai koefisien regresi yang lebih rendah dibandingkan galur-galur yang lain mengindikasikan bahwa kedua galur tersebut adaptif pada daerah-daerah yang memiliki produktivitas rendah seperti di Rumbaijaya (MH 2008/2009) dan Banua Kupang (MK 2009). Sementara G9 dan varietas Batanghari (G12) yang memiliki nilai koefisien regresi lebih tinggi secara spesifik hanya dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan yang produktivitasnya tinggi seperti di Sungai Solok (MH 2008/2009) dan Karang Agung (MH 2008/2009). Selanjutnya Finlay dan Wilkinson (1963) mengemukakan bahwa genotipe yang stabil (b=1) dan memiliki hasil yang tinggi menunjukkan bahwa genotipe tersebut dapat beradaptasi dengan baik di semua lingkungan. Genotipe yang stabil (b=1), namun memiliki hasil yang rendah mengindikasikan bahwa genotipe tersebut tidak mampu beradaptasi dengan baik di semua lingkungan. Nilai rata-rata umum (µ) digunakan sebagai pembatas untuk membedakan galur yang memiliki hasil di atas dan di bawah rata-rata (Gambar 2). Plot antara rata-rata hasil galur dan koefisien regresinya menunjukkan bahwasanya galur G7 merupakan galur yang dapat beradaptasi dengan baik di semua lingkungan, sementara varietas IR42 terlihat secara konsisten menunjukkan hasil yang rendah di semua lokasi. Mutu Beras dan Tekstur Nasi Hasil analisis mutu beras dan tekstur nasi galur-galur harapan padi rawa beserta varietas pembanding ditunjukkan pada Tabel 4. Persentase beras pecah kulit galur-galur harapan yang diuji berkisar antara 71-79%, sementara beras giling atau beras putih yang dihasilkan setelah dilakukan penyosohan berkisar antara 61-67%. Persentase beras kepala atau beras utuh yang dihasilkan oleh galur-galur harapan dari proses penggilingan juga beragam dan terlihat bahwa persentasenya lebih baik dibandingkan varietas IR42 dan Batanghari. Besarnya rendemen beras pecah kulit dan beras giling yang dihasilkan sangat menentukan kuantitas beras yang bisa dipasarkan, sementara rendemen beras kepala sangat penting sebagai salah satu standar mutu beras yang baik (Rachmat et al., 2006; Fitzgerald et al., 2009). Berdasarkan ukurannya, semua galur yang dianalisis tergolong sebagai beras yang panjang dengan bentuk beras beragam antara ramping sampai medium. Galur G1, G2, G3, G4 dan G5 yang merupakan perbaikan dari varietas Siam Mutiara terlihat memiliki bentuk beras ramping yang sesuai dengan selera konsumen di daerah Kalimantan. Selain itu butiran kapur galur-galur tersebut juga relatif sedikit yang mengindikasikan kualitas beras dari galur-galur tersebut yang cukup baik (Cheng et al., 2005; Liu et al., 2009) Hasil analisis kadar amilosa beras menunjukkan sebagian besar galur harapan yang diuji memiliki kadar amilosa yang sedang (antara 20%-25%) (Suismono et al., Potensi Hasil dan Mutu Beras... 5

2003). Kadar amilosa ini menentukan tekstur atau kekerasan nasi sehingga sebagian besar galur harapan memiliki tekstur nasi yang sedang. Terdapat dua galur yang tergolong pulen yaitu G5 dan G8, sementara galur yang tergolong pera antara lain G9 dan G10. Tesktur nasi juga merupakan salah satu faktor utama yang menentukan kualitas rasa, meskipun karakter ini lebih ditentukan faktor subjektif seperti daerah, suku bangsa, pendidikan dan strata sosial konsumen Gambar 2. Plot antara rata-rata hasil 12 genotipe padi rawa dari seluruh lingkungan dan nilai koefisien regresi (b) hasil dan indeks lingkungan. µ = rata-rata hasil seluruh genotipe di semua lingkungan Tabel 4. Mutu beras dan tekstur nasi galur-galur harapan padi rawa dan varietas pembanding Kode Genotipe Beras pecah kulit (%) Beras giling (%) Beras kepala (%) Ukuran Bentuk Butir kapur Kadar amilosa (%) Tekstur nasi G1 IPB106-F-20-DJ-1 72 62 84 Panjang Ramping Sedikit 21 Sedang G2 IPB106-F-25-DJ-1 72 61 90 Panjang Ramping Sedikit 23.8 Sedang G3 IPB106-F-47-DJ-1 72 61 87 Panjang Ramping Sedikit 22.47 Sedang G4 IPB106-F-82-DJ-1 74 63 85 Panjang Ramping Sedikit 22.82 Sedang G5 IPB106-F-85-DJ-2 71 61 80 Panjang Ramping Sedikit 20.86 Pulen G6 BP1027F-PN-1-2-1- KN-MR-3-3 78 67 75 Panjang Medium Medium 23.17 Sedang G7 B10528F-KN-35-2-2 78 65 73 Panjang Medium Medium 24.78 Sedang G8 B 1 0 8 9 1 B - M R - 3 - KN-4-1-1-MR 77 66 95 Panjang Ramping Sedikit 19.25 Pulen G9 B11586F-MR-11-2-2 76 63 74 Panjang Ramping Medium 28.63 Pera G10 B10387F-MR-7-6- KN-3-KY-2 79 66 80 Panjang Medium Medium 24.71 Pera G11 IR42 77 67 67 Panjang Medium Sedikit 28.63 Pera G12 Batanghari 77 65 66 Panjang Medium Medium 26.31 Pera 6 Aris Hairmansis, Hajrial Aswidinnoor, Supartopo, Willy Bayuardi Suwarno, Bambang Suprihatno, dan Suwarno

(Rachmat et al., 2006; Champagne et al., 2010; Sar et al., 2012). Adanya keragaman tekstur nasi galur-galur harapan yang dihasilkan dapat lebih banyak memberikan pilihan pada konsumen yang sangat berbeda seleranya antar wilayah. Registrasi Varietas Unggul Baru Padi Rawa Hasil uji multilokasi dan uji mutu beras yang diperoleh dari penelitian ini menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam proses registrasi galur menjadi varietas unggul baru. Evaluasi terhadap keunggulan sifat lain seperti ketahanan terhadap hama penyakit dan toleransi terhadap cekaman abiotik menjadi kriteria penting lain sebelum suatu galur dilepas sebagai varietas komersial. Di antara kesepuluh galur yang diuji, tiga galur yakni IPB106-F-25-DJ-1 (G2), IPB106-F-85-DJ-2 (G5), dan B10528F-KN-35-2-2 (G7) telah didaftarkan sebagai varietas unggul baru masingmasing dengan nama IPB 1R Dadahup, IPB 2R Bakumpai dan Inpara 6 karena memiliki keunggulan spesifik lain disamping potensi hasil yang tinggi dan mutu beras yang baik. Galur IPB106-F-25-DJ-1 agak tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 1, galur IPB106-F-85-DJ-2 agak tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 2 dan 3, dan galur B10528F-KN-35-2-2 agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain IV (BB Padi, 2010). KESIMPULAN Potensi hasil, daya adaptasi dan mutu beras yang dimiliki oleh sepuluh galur harapan padi rawa yang diuji menunjukkan bahwa galur-galur tersebut berpotensi untuk dikembangkan di lahan rawa pasang surut. Karakterisasi yang lebih mendalam terkait ketahanan galur terhadap hama penyakit dan cekaman abiotik di lahan rawa sangat dibutuhkan untuk mengetahui keunggulan spesifik dari masing-masing galur sehingga arah pengembangan dari setiap galur menjadi lebih jelas. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupakan bagian dari Konsorsium Penelitian Padi yang merupakan kerjasama antara Badan Litbang Pertanian dan Institut Pertanian Bogor yang didanai melalui DIPA BB Padi. Apresiasi yang sangat besar penulis sampaikan kepada almarhum Ir. Bambang Kustianto, MS, pemulia galur padi rawa dari BB Padi. DAFTAR PUSTAKA [BB Padi] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010. Usulan Pelepasan Varietas Padi Rawa IPB 106-F-25- DJ-1, IPB 106-F-85-DJ-2, B10528F-KN-35-2-2. BB Padi, Sukamandi. Blanche, S.B., H.S. Utomo, I. Wenefrida, G.O. Myers. 2009. Genotype x environment interactions of hybrid and varietal rice cultivars for grain yield and milling quality. Crop Sci. 49:2011-2018. Champagne, E.T., K.L. Bett-Garber, M.A., Fitzgerald, C.C. Grimm, J. Lea, K. Ohtsubo, S. Jongdee, L. Xie, P.Z. Bassinello, A. Resurreccion, R. Ahmad, F. Habibi, R. Reinke. 2010. Important sensory properties differentiating premium rice varieties. Rice 3:270-281. Cheng, F.M., L.J. Zhong, F. Wang, G.P. Zhang. 2005. Differences in cooking and eating properties between chalky and translucent parts in rice grains. Food Chem. 90:39-46. Finlay, K.W., G.N. Wilkinson. 1963. The analysis of adaptation in a plant-breeding programme. Aust. J. Agric. Res. 14:742-754. Fitzgerald, M.A., S.R. McCouch, R.D. Hall. 2009. Not just a grain of rice: the quest for quality. Trends Plant Sci. 14:133-139. Hairmansis, A., B. Kustianto, Supartopo, Suwarno. 2010. Correlation analysis of agronomic characters and grain yield of rice for tidal swamp areas. Indonesian J. Agric. Sci. 11:11-15. Harahap, Z., T.S. Silitonga. 1998. Perbaikan varietas padi. hal. 335-361. Dalam M. Ismunadji, M. Syam, Yuswadi (Eds.). Padi, Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Harahap, Z., S. Partohardjoso, G.S. Khush. 1984. Strategies for varietal improvement in tidal swamp rice. p. 175-181. In W.H. Smith (Ed.). Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice. Banjarmasin 22-25 June 1981. Humairil, R., I. Khairullah. 2000. Potensi galur-galur padi rawa pasang surut menunjang ketahanan pangan. Bul. Agron. 28:73-76. [IRRI] International Rice Research Institute. 1996. Standard Evaluation System for Rice. 4 th Ed. IRRI, Manila, Phillippines. Kashiwagi, T., H. Sasaki, K. Ishimaru. 2005. Factors responsible for decreasing sturdiness of the lower part in lodging of rice (Oryza sativa L.). Plant Prod. Sci. 8:166-172. Kato, T. 2010. Variation and association of the traits related to grain filling in several extra-heavy panicle type rice under different environments. Plant Prod. Sci. 13:185-192. Potensi Hasil dan Mutu Beras... 7

Khush, G. 2003. Productivity improvements in rice. Nutr. Rev. 61:S114-S116. Liu, T., D. Shao, M.R. Kovi, Y. Xing. 2010. Mapping and validation of quantitative trait loci for spikelets per panicle and 1,000-grain weight in rice (Oryza sativa L.). Theor. Appl. Genet. 120:933-942. Liu, Q., X. Zhou, L. Yang, T. Li. 2009. Effects of chalkiness on cooking, eating and nutritional qualities of rice in two indica varieties. Rice Sci. 16:161-164. Peng, S., G.S. Khush, P. Virk, Q. Tang, Y. Zou. 2008. Progress in ideotype breeding to increase rice yield potential. Field Crop. Res. 108:32-38. Rachmat, R., R. Thahir, M. Gummert. 2006. The empirical relationship between price and quality of rice at market level in West Java. Indonesian J. Agric. Sci. 7:27-33. Sabran, M., S. Sulaiman, I. Khairullah, M. Imberan, M. Saleh. 2000. Interaksi genotipe-lingkungan galur harapan padi rawa. Bul. Agron. 28:22-26. Samonte, S.O.P.B., L.T. Wilson, A.M. McClung, J.C. Medley. 2005. Targeting cultivars onto rice growing environments using AMMI and SREG GGE biplot analyses. Crop Sci. 45:2414-2424. Sar, S., R.G. Gilbert, G.C. Marks. 2012. Household rice choice and consumption behaviour across agroclimatic zones of Cambodia. J. Hunger Environ. Nutr. 7:333-346. Saragih, S., S. Nurzakiah. 2011. Peluang meningkatkan indeks pertanaman padi dengan IP 300 di lahan rawa pasang surut. Agroscientiae 18:38-43. Sudana, W. 2005. Potensi dan prospek lahan rawa sebagai sumber produksi pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian 3:141-151. Suismono, A. Setyono, S.D. Indrasari, P. Wibowo, I. Las. 2003. Evaluasi Mutu Beras Berbagai Varietas Padi di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Padi, Bogor. Suprianto, H., E. Ravaie, S.G. Irianto, R.H. Susanto, B. Schultz, F.X. Suryadi, A.V.D. Eelaart. 2010. Land and water management of tidal lowlands: Experiences in Telang and Saleh, South Sumatra. Irrig. Drain. 59:317-335. Suprihatno, B., A.A. Darajat, Satoto, S.E. Baehaki, Suprihanto, A. Setyono, S.D. Indrasari, I.P. Wardana, H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi. BB Padi, Subang. Suriadikarta, D.A. 2005. Pengelolaan lahan sulfat masam untuk usaha pertanian. J. Litbang Pertanian 24:36-45. Sutami, F. Azzahra, M. Imberan. 2003. Penampilan dua belas galur padi terpilih hasil persilangan dan introduksi di lahan pasang surut bergambut. Bul. Agron. 31:89-93. 8 Aris Hairmansis, Hajrial Aswidinnoor, Supartopo, Willy Bayuardi Suwarno, Bambang Suprihatno, dan Suwarno