BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

dokumen-dokumen yang mirip
AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

Telepon: , , Faksimili: ,

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

II. TINJAUAN PUSTAKA

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BERITA GUNUNGAPI JANUARI APRIL 2009

G. TALANG, SUMATERA BARAT

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Selasa, 26 Mei 2009

ERUPSI G. KARANGETANG 2007 DAN PERKIRAAN KEDALAMAN SUMBER TEKANAN BERDASARKAN DATA ELECTRONIC DISTANCE MEASUREMENT (EDM)

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB III METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

MITIGASI BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI KARANGETANG, KABUPATEN SITARO, SULAWESI UTARA

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Senin, 27 April 2009

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

.4. G. LOKON, Sulawesi Utara

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Kamis, 28 Mei 2009

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Minggu, 31 Mei 2009

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

G. KERINCI, SUMATERA BARAT

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Minggu, 24 Mei 2009

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Rabu, 25 Maret 2009

4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Minggu, 14 Juni 2009

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Rabu, 10 Juni 2009

4.19. G. ILI WERUNG, Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BADAN GEOLOGI - ESDM

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Kamis, 04 Juni 2009

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Jum at, 12 Juni 2009

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Kamis, 18 Juni 2009

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu.

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Minggu, 21 Juni 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Sabtu, 06 Juni 2009

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Kamis, 30 April 2009

Gempa mikro sebagai indikasi amblesnya Kawah Tompaluan, Gunung Lokon, Sulawesi Utara

Beda antara lava dan lahar

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

Transkripsi:

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008 ESTU KRISWATI Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Selama Januari - Maret 2008 terdapat 2 gunungapi berstatus Siaga (level 3) dan 11 gunungapi berstatus Waspada (level 2). Dari ke-13 gunungapi tersebut, 7 gunungapi dievaluasi secara rinci. Berita Gunungapi ini merangkum kegiatan 6 gunungapi yang saat ini berstatus Waspada dari segi kegempaan, deformasi, dan visual. Gunungapi Talang, Sumatera Barat G. Talang di Kecamatan Kota Anau, Kabupaten Solok, Sumatera Barat mempunyai catatan sejarah letusan yang cukup panjang dengan interval antara letusan 2 40 tahun. Letusan magmatik pernah terjadi pada tahun 1833, 1843, 1845 dan 1883. Setelah itu beberapa kali terjadi peningkatan kegiatan vulkanik, diantaranya terjadi pada tahun 1963, 1967, 1972, 1980 1981, 2001, 2003, 2006, dan 2007. Letusan terakhir berupa letusan freatik terjadi tanggal 12 April 2005. Peningkatan aktivitas vulkanik G. Talang biasanya dipicu oleh gempa tektonik terasa bermagnitude di atas 5 SR. Selama tahun 2007, terjadi 2 kali peningkatan kegiatan, yaitu pada Januari dan November. Pada 27 Januari 2007 status G. Talang menjadi Waspada (level 2) dan 6 Maret 2007 statusnya naik menjadi Siaga, tetapi peningkatan aktivitasnya tidak diikuti oleh letusan. Pada tanggal 23 April 2007 statusnya kembali menjadi Waspada. Beberapa saat setelah gempa terasa pada 28 Nopember 2007, aktifitas vulkanik G. Talang meningkat dengan terekamnya 14 kali gempa vulkanik dan gempa tremor menerus selama 1.5 jam, dan teramati adanya kepulan asap dari kawah utama berwarna coklat kehitaman setinggi 100-1200 m. Pada 29 Nopember 2007 status kegiatan vulkanik G. Talang dinaikkan dari Waspada menjadi Siaga. Peningkatan berlangsung hanya beberapa hari dan kegiatannya terus menurun. Pada 14 Desember 2007 PVMBG memutuskan status kegiatan G. Talang diturunkan dari Siaga menjadi Waspada. Pemeriksaan kawah dan pengukuran suhu solfatara yang dilakukan pada Februari Maret 2008 menunjukkan tidak ada perubahan yang mencolok di beberapa titik kegiatan vulkanik di G. Talang, kecuali pada lokasi mata air panas Gabuo Atas terdapat perubahan suhu dan visual yang cukup signifikan. Suhu mata air panas Gabuo Atas sebelumnya berkisar antara 95.5º - 96.4ºC, saat ini mencapai 104ºC. Bualan lumpur yang sebelumnya terdapat di lokasi ini Hal-77-

berubah menjadi lubang hembusan asap berwarna putih sedang tebal dengan tinggi hembusan berkisar antara 50 hingga 100 m, bau belerang tercium sedang, dan suara blazer terdengar sedang serta tumbuhan disekitarnya tampak masih subur. Fenomena ini diikuti oleh terekamnya gempa Tipe T/Tornelo (monocromatik) sejak Januari 2008 yang mengindikasikan bahwa sistim hidrotermal di bawah G. Talang sangat aktif (Iyan Mulyana, 2008). Dalam keadaan status Waspada, diinformasikan bahwa bagi masyarakat dan wisatawan yang bermaksud mendaki puncak G.Talang, PVMBG (2007) merekomendasikan agar : 1. Tetap Waspada dan tidak mendaki G.Talang dan tidak mendekati Kawah Gabuo Atas dan Gabuo Bawah dalam radius 2 km, mengingat kawah tersebut merupakan pusat letusan dan hembusan gas-gas vulkanik yang bisa membahayakan bagi kehidupan. 2. Saat ini sedang berlangsung musim penghujan, masyarakat agar waspada terhadap aliran lahar sepanjang Sungai Batang Ampuan, Sungai Anak Kadok yang berlokasi di kecamatan G. Talang serta sungai - sungai yang berhulu di puncak G.Talang. 3. Selalu berkoordinasi dengan SATLAK PB dan SATKORLAK PB serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melalui Pos Pengamatan G. Talang di Desa Batu Bajanjang, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok. Gunungapi Lokon, Sulawesi Utara Interval letusan G. Lokon sejak tahun 1949 bervariasi antara 1-4 tahun, rata-rata 3 tahun. Letusan besar terakhir terjadi tahun 1991, sedangkan letusan - letusan yang terjadi pada tahun 2001, 2002, dan 2003 relatif kecil dibandingkan letusan tahun 1991. Pada umumnya letusan G. Lokon adalah magmatis, yaitu letusan abu disertai lontaran batu pijar, ada kalanya mengeluarkan lava pijar dan awan panas. Lama letusannya berlangsung beberapa hari. Potensi bahaya letusan tersebut sewaktu - waktu dapat mengancam penduduk yang bermukim di sekitar G. Lokon yang berjarak hanya 3 km dari Kawah Tompaluan, serta mengancam kegiatan penambangan di S.Pasahapen. Pemantauan kegempaan dilakukan dengan menggunakan 5 stasiun seismik yang dipasang sekitar G. Lokon. Data kegempaan dikirim melalui radio pancar dari tiap stasiun ke Pos Pengamatan G. Lokon yang berjarak sekitar 5 km dari Kawah Tompaluan. Peningkatan kegempaan dimulai pada tanggal 6 Desember 2007 dengan meningkatnya jumlah dan energi gempa vulkanik yang mencapai puncaknya pada 9 Desember 2007. Hasil pemantauan secara visual menunjukkan adanya perubahan warna air kawah yang dalam kondisi normal berwarna hijau menjadi abu abu dan suara desisan gas di Kawah Hal-78-

Tompaluan menjadi lebih kuat. Hembusan asap berwarna putih dengan tinggi 20-40 m dari bibir Kawah Tompaluan terlihat dari Pos Pengamatan G. Lokon di Desa Kaskasen. Hembusan asap tersebut bertekanan dan bersuhu tinggi sehingga mengakibatkan tumbuhan mati di sekitar kawah pada radius ±0.5 km dari Kawah Tompaluan. Dari data pengukuran deformasi EDM, terjadi pemendekan jarak baseline POS - BMLava (700 m sebelah tenggara Kw. Empung) sebesar -24.3 mm. Sedangkan baseline POS-BM Emp (200 m timur laut Kw. Tompaluan) memanjang +19 mm. Demikian juga hasil pengukuran deformasi tiltmeter di stasiun G. Lokon (300 m dari Kawah Tompaluan) menunjukkan terjadi inflasi di Kawah Tompaluan sebesar +5 mikro radian pada komponen tangensial maupun radial. Mulai 9 Desember 2007 status G. Lokon dinaikkan dari Waspada (level 2) menjadi Siaga (level 3). Sejak itu jumlah dan energi gempa vulkanik mengalami penurunan tetapi meningkat kembali tanggal 22 Januari 2008, dan mencapai puncaknya tanggal 3 Februari 2008. Sejak 3 Februari hingga 26 Februari 2008 terjadi penurunan energi gempa vulkanik. Komponen radial dan komponen tangensial tiltmeter hingga 27 Februari 2007 menunjukkan nilai konstan, tidak terjadi inflasi maupun deflasi. Secara visual setelah 3 hari berstatus Siaga, asap putih tebal hingga kelabu tebal keluar dengan ketinggian berkisar 50-125 m dari bibir Kawah Tompaluan, tetapi setelah hingga 26 Februari 2008, tinggi asap terus menurun dan akhirnya terhenti pada 27 Februari 2008. Pada 28 Februari 2008 PVMBG menurunkan status aktivitas vulkanik G. Lokon menjadi Waspada (PVMBG, 2008). Dalam status Waspada direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut : 1. Masyarakat di sekitar G. Lokon diharap tetap tenang, tidak terpancing isyu-isyu yang tidak jelas tentang letusan G. Lokon dan harap selalu mengikuti arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB setempat. 2. Hembusan asap bertekanan dan bersuhu tinggi masih mungkin berlangsung di kawah G. Lokon di masa mendatang. Hembusan asap bersuhu tinggi berpotensi mengandung gas-gas beracun yang berbahaya bagi kehidupan, oleh karena itu masyarakat tetap dilarang memasuki wilayah dalam radius 1 km dari kawah. 3. Masih banyak endapan material vulkanik lepas hasil letusan terdahulu di sekitar kawah, sehingga pada musim penghujan mendatang masyarakat yang bermukim di bantaran sungai dan yang mempunyai kegiatan di Sungai Pasahapen harap waspada terhadap ancaman bahaya aliran lahar. 4. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan selalu berkoordinasi dengan Bakornas PB, Satkorlak PB Sulawesi Utara dan Satlak PB (Kabupaten Minahasa dan Hal-79-

Kotamadya Tomohon) dalam memberikan informasi tentang aktivitas G. Lokon. Gunungapi Bromo, Jawa Timur Sejak tercatat adanya letusan tahun 1804, sudah terjadi setidaknya 53 kali letusan G.Bromo dengan interval antar letusan terpendek 1 tahun dan terpanjang 16 tahun. Secara umum periode letusannya lebih dicirikan oleh aktivitas letusan yang berdurasi hanya 1 tahun. Pada umumnya letusan-letusan ini berkarakter Stromboli yang produk letusannya didominasi oleh endapan jatuhan piroklastik dari produk letusan freatik. Setelah letusan freatik 8 Juni 2004, aktifitas vulkanik G. Bromo mengalami peningkatan beberapa kali, terutama dicerminkan oleh terekamnya Gempa Tremor Vulkanik menerus. Pada tanggal 5 September 2006, PVMBG merubah status kegiatan G. Bromo dari level II (Waspada) menjadi level III (Siaga) dengan terekamnya gempa Tremor Vulkanik menerus dengan amplitudo maksimum mencapai 30 mm. Status tersebut tidak bertahan lama, pada 16 September 2006 diturunkan kembali menjadi Waspada hingga kini. Pengukuran deformasi dengan metode GPS (Global Positioning System) dilakukan beberapa kali. Pengukuran terakhir Maret 2007 diperoleh lokasi sumber tekanan berada pada kedalaman 7 km di bawah kaldera (Kriswati, 2007), sedangkan pengukuran dengan metode EDM (Electronic Distance Measurement) tidak diperoleh hasil yang cukup signifikan. Saat ini secara visual teramati asap berwarna abu - abu tipis, tinggi asap berkisar 50-100 m dengan tekanan gas lemah. Kegempaan yang tercatat didominasi oleh gempa tektonik, sedangkan gempa vulkanik jarang terekam, rata-rata 3 5 kejadian/bulan. Gunungapi Dukono, Maluku Utara Kegiatan G. Dukono dalam mingguminggu ini masih berstatus Waspada. Secara visual teramati hembusan asap berwarna putih tipis kelabu, tinggi berkisar antara 25-450 m di atas puncak dan sinar api teramati samarsamar. Aktivitas kegempaan masih didominasi oleh Gempa Letusan. Gempa Tremor masih terekam menerus dengan amplitudo maksimum 0.5 18 mm. Gunungapi Ibu, Maluku Utara G. Ibu secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Propinsi Maluku Utara, pada posisi geografi 1 29' Lintang Selatan dan 127 38' Bujur Timur. Berdasarkan sejarah letusannya, G. Ibu diketahui meletus pertama kali pada Agustus - September 1911 berupa letusan eksplosif di kawah pusat. Letusan berikutnya terjadi pada Desember 1998 setelah 87 tahun beristirahat yang diakhiri dengan pembentukan sumbat lava pada dasar kawah bagian dalam. Hal-80-

Sejak 18 Januari 1999 kegempaan G. Ibu diamati dengan menggunakan sistem telemetri radio (RTS). Seismometer ditempatkan pada ketinggian 770 m berjarak 2 km sebelah barat daya puncak atau pada posisi geografi 127 37.315 BT & 01 30.23 LU, sedangkan perekamnya dioperasikan di Pos PGA Gamkonora. Rekaman gempa G. Ibu didominasi oleh gempa-gempa letusan, rata-rata 50 kejadian per-hari dengan amplitudo berkisar antara 5-40 mm dan interval antara letusan terpendek adalah 2 menit dan rata-rata interval adalah 15 menit. Apabila disesuaikan dengan pengamatan visual, maka gempa letusan yang beramplitudo >15 mm akan menghasilkan hembusan asap hingga melampaui bibir kawah dan bila kurang dari itu, kegiatan letusannya hanya terbatas di dalam kawah (Kriswati, 2005). Setelah letusan 1998 hingga sekarang status G. Ibu berada pada Level 2 (Waspada). Penentuan tingkat kegiatan ini atas dasar masih terus terekamnya gempa letusan, selain itu didukung oleh pertumbuhan kubah lava di dalam kawah pusat. Kubah Lava G. Ibu Februari 2007 (Iyan Mulyana, 2007) a b a) Kubah lava G. Ibu Desember 1998 b) Kubah lava G. Ibu September 2005 Gunungapi Kerinci, Jambi G. Kerinci secara geografis berada pada posisi 1 41,5' LS dan 101 16' BT dengan tinggi puncaknya 3800 m dpl, terletak dalam dua wilayah kabupaten dan dua propinsi, yaitu Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi, dan Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat. G. Kerinci pada status Normal hampir selalu mengeluarkan asap dari kawah, dengan warna putih tipis dan ketinggian maksimum 300 m dari atas kawah. Sejak 9 September 2007 status kegiatan G. Kerinci dinaikan menjadi Waspada (Level 2) karena asap hitam pekat teramati keluar dari kawah dengan ketinggian ±800 m, namun setelahnya berangsur menurun. Beberapa minggu terakhir hembusan asap teramati berwarna putih sedang dengan ketinggian 50 300 m di atas puncak. Meskipun demikian status kegiatan G. Kerinci masih tetap pada level Waspada. Jumlah kegempaan sejak Januari - Maret 2008 tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Hanya kadang teramati gempa Hal-81-

hembusan yang menerus dengan amplitudo maksimum 1.5 mm. Sehubungan dengan status G. Kerinci berstatus Waspada (level 2), maka PVMBG merekomendasikan (PVMBG, 2008): 1. Masyarakat di sekitar G.Kerinci dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah G. Kerinci, atau dalam radius 1 km dari kawah aktif. 2. Jika terjadi hujan abu cukup deras, diharapkan masyarakat menggunakan masker penutup hidung dan mulut, karena abu vulkanik yang terhirup dapat mengganggu saluran pernapasan. 3. Adanya penumpukan material lepas (abu, lapili, bom vulkanik) hasil letusan G.Kerinci, perlu kiranya penduduk yang berada di sekitar lereng yang daerahnya dilalui aliran sungai yang berhulu di puncak harus tetap waspada terhadap ancaman bahaya sekunder yaitu berupa banjir lahar. Terutama apabila terjadi hujan lebat di sekitar puncak. 4. Masyarakat di sekitar G. Kerinci diharap tenang, tidak terpancing isu-isu tentang letusan G. Kerinci. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan SATKORLAK PB dan SATLAK PB tentang aktivitas G.Kerinci. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB. Daftar Pustaka Kriswati, E., dkk, 2005, Pemantauan Kegiatan G. Ibu September 2005, PVMBG, tidak terbit Kriswati, E., 2007, Deformasi Gunungapi Bromo Pada Peningkatan Aktivitas Vulkanik 2006 2007, PVMBG, belum terbit Mulyana, I., 2007, Laporan Pemantauan Kegiatan G. Ibu Februari 2007, PVMBG Mulyana, I., 2008, Laporan Singkat Peringatan Dini G. Talang Februari Maret 2008, tidak terbit Hal-82-