Oleh Yulia Prastianingsih, 1 A.Aziz Alimul H, 2 Gita Marini 3 1 Mahasiswa S1 Keperawatan 2,3

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

STUDI KOMPARASI PHBS WARGA SEKOLAH DASAR DI KOTA DAN DI DESA TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

ABSTRACT ABSTRAK. Kata kunci : Pendidikan Kesehatan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

Departemen Kesehatan Lingkungan 2 Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP PERSONAL HYGIENE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN TLOGOMAS 2 MALANG ABSTRAK

Tino Adi Prasetyawan 1, Mas Imam Ali Affandi 2, Heni Maryati 3 ABSTRAK

*Mulyo Aji Sulistyo,**Imam Fathoni,***Leo Yosdimyati R

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

Perbedaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat... (Celien Mamengki)

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

Yulisetyaningrum ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) BERDASARKAN KARAKTERISTIK SISWA SDN KROBOKAN SEMARANG TAHUN 2015

Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Kata Kunci : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Pengetahuan, Sikap, Tindakan

STIKES NGUDI WALUYO ARTIKEL

PENGARUH PENYULUHAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS V SDN SRIBITAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manao. Kata kunci: PHBS, PHBS Sekolah, Pengetahuan, Sikap, Tindakan.

BAB I PENDAHULUAN. psikis, sosial dan spiritual, yang paling menentukan bagi keberhasilan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

KARYA TULIS ILMIAH IMPLEMENTASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK SEKOLAH. Di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI PONDOK PESANTREN AS AD DAN PONDOK PESANTREN AL HIDAYAH

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

Oleh : Suharno ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU UKS TERHADAP PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN SEKOLAH DASAR (SD)

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

Kata Kunci : PHBS, Peran Guru, Peran Orang Tua, Pengetahuan, Sikap, Sarana Prasarana

PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS SATU DI SD SAWUNGGALING IV SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BAMBANGLIPURO KABUPATEN BANTUL TAHUN 2017

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

1,2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT SCABIES DI SMA PERSIAPAN STABAT TAHUN 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN SISWA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH DI SMA KATOLIK ST.THOMAS AQUINO MANADO

PENDIDIKAN KESEHATAN: MEDIA KWARTET TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI SEKOLAH DASAR

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH ABSTRAK

Oleh: Erlanda Bayu Pratama, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

Kata kunci : PHBS,Tatanan Sekolah

Mido Ester J. Sitorus, SKM, M. Kes Dosen Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara Indonesia ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : INDRIYANI

Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I. PENDAHULUAN UKDW. hidup seoptimal mungkin (Depkes RI, 2006). Di bidang pencegahan dan

Hubungan Pendidikan di Playgroup dengan Perkembangan Emosional Anak di TK Hidayah Desa Kembangbilo Tuban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ISNAINI FITRA UTAMI

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI SUROKARSAN II YOGYAKARTA

TINGKAT PENGETAHUAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI SAMBIROTO 2 KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB III METODE PENELITIAN

PENCAPAIAN PROGRAM PHBS DI PUSKESMAS SWAKELOLA DEMPO PALEMBANG TAHUN 2007

PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK)

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN SIKAP KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI RT 3 RW 07 KELURAHAN PAKUNCEN WIROBRAJAN YOGYAKARTA

Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat 44 43

Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang

Transkripsi:

65 PERBEDAAN TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SEKOLAH DASAR SWASTA DI KECAMATAN KENJERAN Oleh Yulia Prastianingsih, 1 A.Aziz Alimul H, 2 Gita Marini 3 1 Mahasiswa S1 Keperawatan 2,3 Bagian keperawatan Anak Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya Abstract Behavior of Healthy and Clean Life ( PHBS) in Education Institution represent effort that used to behavior of healthy and clean life to student and teacher especially in Education Institution to recognize the problem and health level, and also can overcome, looking after, improving and protecting health by their selves. The aim of this research is to know the existence at Difference of Behavior Level of Healthy and Clean Life (PHBS) [in] Elementary School Country and Elementary School Private in District of Kenjeran. Research design was used in this research by using observational. Population used all Elementary School Country and Elementary School Private which enlist in District of Kenjeran in the year 2010. While it used sample counted 18 respondents (school). Data collecting used observation sheet / questioner and then it was analyzed statistically with test of MannWhitney U with level meaning α 0.05 Result got from statistical test of MannWhitney U that was ρ = 0.001, this shows Ho refused so that means there was difference of behavior level of Healthy and Clean Life ( PHBS) in Elementary School Country and Elementary School Private sector in District of Kenjeran Conclusion of this research explained that 50% Elementary School Country that used Behavior of Healthy and Clean Life (PHBS) excellently, while Elementary School Private sector which have executed Behavior of Healthy and Clean Life (PHBS) enough counted 70 %. Keyword: Behavior Level of Healthy and Clean Life (PHBS) PENDAHULUAN Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan caracara hidup sehat dalam rangka menjaga,

66 memelihara dan meningkatkan kesehatan (Dinkes Jatim, 2001). Saat ini di Surabaya terdapat 969 sekolah dasar negeri dan swasta. Baik Sekolah Dasar Negeri maupun Sekolah Dasar Swasta tersebut akan berbeda penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Hal ini tergantung dari sarana dan prasarana yang memfasilitasi sekolah tersebut. Berdasarkan Rakernas Usaha Kesehatan Sekolah (2002) di Mojokerto dan Solo (2004) memberikan rekomendasi yaitu diperlukannya syarat kesehatan pada sarana dan prasarana. Syarat pada sarana dan prasarana dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan status kesehatan lingkungan di sekolah. Dari permasalahan utama yang dihadapi hampir sebagian besar sekolah di Surabaya mempunyai persoalan yang sama yaitu penyediaan fasilitas sanitasi dasar seperti penyediaan air bersih (baik dari segi kualitas maupun kuantitas), penyediaan jamban, dan pengelolaan sampah. tiga faktor sanitasi tersebut sangat berpengaruh terhadap aspek kesehatan lingkungan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di Kecamatan Pagu, Yogyakarta menunjukkan bahwa sebanyak 23 (38 %) sekolah status kesehatan lingkungannya tergolong buruk dan sekitar 19 (31 %) status kesehatan lingkungan sekolah tergolong baik dari 61 sekolah yang diteliti (Rossa, 2007). Dapat kita ketahui bahwa saat ini sebagian besar sekolahsekolah di Surabaya menerapkan fullday school sehingga waktu anakanak banyak dihabiskan di sekolah dengan berbagai macam kegiatan mulai dari kegiatan belajar sampai ekstrakulikuler (Latihan Tari, Pramuka, Olahraga, dll). Hal ini mengindikasikan bahwa pembentukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) akan lebih efektif diajarkan di sekolah. Anakanak sekolah merupakan investasi bangsa sehingga patut kita jaga kesehatannya. Melalui promosi kesehatan inilah kita dapat mengajarkan mereka untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan sekolah. Ada 8 indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilakukan di sekolah, yaitu pakaian dan badan bersih serta kuku siswa bersih dan pendek, tersedia/menggunakan air bersih (PDAM/sumber air bersih lainnya), penggunaan jamban, tersedia bak penampungan air bebas jentik, ruangan dan halaman sekolah dalam keadaan bersih (tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah), kader UKS malaksanakan kegiatan di lingkungan sekolah, siswa tidak merokok, dan siswa menjadi peserta JPKM (JPKM, Askes, Astek, dan asuransi kesehatan lainnya) (Dinkes Jatim, 2001). Anakanak sekolah ini sangat rentan terhadap perilaku yang tidak bersih dan sehat. Karena kebanyakan anakanak mengadopsi perilaku dari lingkungan sekitar mereka. Sebut saja perilaku anak dalam hal membuang sampah masih di

67 sembarang tempat termasuk membuang sampah di jalan, sungai dan tempattempat umum lainnya. Berdasarkan data Susenas (survey sosial ekonomi nasional) tahun 2004 menyebutkan bahwa sekitar 3% anakanak mulai merokok sejak kurang dari usia 10 tahun. Persentase orang merokok tertinggi (64%) berada pada kelompok usia remaja (1019 tahun) (Fafah & Adi, 2003). Dan sebagian besar (82%), penduduk yang berusia 10 tahun ke atas kurang melakukan aktivitas fisik, dengan kategori (73%) kurang bergerak dan (9%) tidak terbiasa melakukan aktifitas fisik (Fakhrudin, 2009). Belum lagi persoalan keamanan makanan yang dijual di sekitar sekolah yang belum menerapkan prinsipprinsip Hygiene. Bila perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ini tidak dilakukan dengan baik maka akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan yaitu munculnya berbagai penyakit. Hal ini dapat dilihat melalui hasil survey Subdit diare tahun 2002 dan 2003 pada 40 SD di 10 propinsi menunjukkan prevalensi kecacingan berkisar antara 2,2 % 6,3 % (Diskes Jabar, 2006). Berdasarkan hasil pengamatan tahun 2008, ditemukan kasus diare sebanyak 12.253 (38,11 %) (Dinkes, 2009). Gambaran kejadian tersebut di atas, sangat perlu untuk diperhatikan oleh segala pihak, mengingat usia mereka masih relatif muda dan masa depan mereka masih sangat panjang. Oleh karena itu, pembinaan kesehatan anakanak sekolah baik jasmani, rohani, dan sosial merupakan suatu investment dalam bidang man power dalam negara dan bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan UU No. 9 Tahun 1960 tentang PokokPokok Kesehatan Bab I pasal 3 yang berbunyi : a) Pertumbuhan anak yang sempurna dalam lingkungan yang sehat adalah penting untuk mencapai generasi yang sehat dan bangsa yang kuat, b) Pengertian dan kesadaran rakyat tentang pemeliharaan dan perlindungan kesehatan adalah sangat penting untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas untuk mengetahui adanya perbedaan status kesehatan lingkungan antara Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta. METODE Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif mengenai Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Dasar Swasta di Kecamatan Kenjeran. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi dan cross sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

68 Dasar Swasta yang terdaftar di Kecamatan Kenjeran pada tahun 2010. Dan sampel yang diambil 18 responden (sekolah). Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling yaitu total sampling. Semua data terkumpul dianalisis menggunakan uji statistik MannWhitney U. HASIL Tabel 1 Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Dasar Swasta di Kecamatan Kenjeran No Tingkat PHBS di SDN dan SD SDN SD Swasta Swasta n % n % 1. 2. 3. 4. Kurang Cukup Baik Sangat Baik 4 4 50 50 1 7 2 10 70 20 Total 8 100 10 100 Hasil Uji MannWhitney U, ρ = 0,001 x = 6,75 x = 3,7 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Dasar Swasta yang didapat dari 18 responden (sekolah) yang diteliti didapatkan hasil analisis statistik dengan uji MannWhitney U yaitu ρ = 0,001 α = 0,05 sedangkan x untuk SDN 6,75 dan x SD Swasta 3,7 ini menunjukkan ho ditolak yang berarti terdapat Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta. PEMBAHASAN Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri sebagian baik dan sebagian lagi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa Sekolah Dasar Negeri sudah menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara maksimal sesuai dengan tujuan dari promosi kesehatan yaitu untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri terutama dalam hal kesehatan (Dinkes Jatim, 2001). Menurut teori Green dalam buku Notoatmodjo tahun 2007, faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku yaitu : 1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor). Yaitu faktorfaktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat terhadap apa yang dilakukan. Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

69 masyarakat terhadap halhal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial, ekonomi dan sebagainya. 2. Faktor Pemungkin (Enabing Factor). Faktor pemungkin atau pendorong ini mencakup sarana dan prasarana atau fasilitas yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. 3. Faktor Penguat (Reinforsing Factor). Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia, kadangkadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku tersebut. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Swasta. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Swasta sebagian besar cukup. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah dasar swasta belum menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara maksimal. Tim kerja dari WHO dalam buku Notoatmodjo tahun 2003 menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah : 1. Pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. 2. Kepercayaan. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. 3. Sikap. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau subjek lain. Sikap positif terhadap nilainilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : a. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain. c. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau

70 sedikitnya pengalaman seseorang. d. Nilai (value), di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilainilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat. 4. Orang Penting Sebagai Referensi. Perilaku orang, lebihlebih perilaku anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orangorang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. Untuk anakanak sekolah misalnya, maka urulah yang menjadi penutan perilaku mereka. Orangorang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (Reference Group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan sebagainya. 5. SumberSumber Daya (Resources). Sumber daya disini mencakup fasilitasfasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumbersumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif. 6. Perilaku normal, kebiasaan, nilainilai, dan penggunaan sumbersumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa banyak alasan seseorang untuk berperilaku. Oleh sebab itu perilaku yang sama di antara beberapa orang dapat disebabkan oleh sebab atau latar belakang yang berbedabeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh pemikiran dan perasaan seseorang, adanya orang lain yang dijadikan referensi, dan sumbersumber atau fasilitasfasilitas yang dapat mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat. Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Dasar Swasta di Kecamatan Kenjeran. Berdasarkan hasil penelitian di Dasar Swasta di Kawasan Kecamatan Kenjeran pada bulan Juli 2010 dengan jumlah 18 responden (sekolah) pada tabel 1 didapatkan bahwa sebagian Sekolah Dasar Negeri menerapkan PHBS dengan baik dan sebagian lagi sangat baik sedangkan untuk sekolah Dasar Swasta yang menerapkan PHBS sebagian besar cukup. Dan selanjutnya dilakukan penelitian dengan menggunakan uji Mann Whitney U yaitu ρ = 0,001 α = 0,05, sedangkan x untuk SDN 6,75 dan x SD Swasta 3,7. Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan

71 Sehat (PHBS) di sekolah dasar negeri dan Sekolah Dasar Swasta. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Skolah Dasar Negeri sudah menerapkan PHBS secara maksimal sedangkan Sekolah Dasar Swasta belum maksimal. Menurut Teori Stimulus Organisme (SOR) berasumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber informasi misalnya kredibilitas kepemimpinan, dan gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Dan berdasarkan Rakernas Usaha Kesehatan Sekolah (2002) di Mojokerto dan Solo (2004) memberikan rekomendasi yaitu diperlukannya syarat kesehatan pada sarana dan prasarana yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan status kesehatan lingkungan di Sekolah. Sarana dan prasarana itu meliputi adanya air bersih (baik dari segi kualitas maupun kuantitas), tersedianya jamban yang memadai, adanya tempat penampungan air bebas jentik, dan lain sebagainya. Untuk itu pihak sekolah akan sulit merubah perilaku warga sekolah (terutama siswa) untuk berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kalau tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang cukup misalnya jumlah bak sampah yang memadai, tempat penampungan air yang bersih, jamban yang bersih, adanya ruang UKS, dan kualitas maupun kuantitas air bersih yang memadai yang dipergunakan oleh warga sekolah (siswa). Tetapi hampir 50% lebih dari sekolah yang diteliti sudah menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, hal ini mengindikasikan bahwa tujuan promosi kesehatan dapat tercapai sehingga masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri terutama dalam hal kesehatan. KESIMPULAN Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kenjeran adalah sebagan baik sebanyak 50%, dan sebagian sangat baik sebanyak 50%. Sedangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Kenjeran sebagian besar cukup sebanyak 70%. Sehingga terdapat Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Kenjeran yang didapat dari 18 responden (sekolah) yang diteliti didapatkan hasil analisis statistik dengan uji MannWhitney U yaitu ρ = 0,001 α = 0,05, x untuk SDN 6,75 dan x SD Swasta 3,7 ini menunjukkan ho ditolak yang berarti terdapat Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di Dasar Swasta di Kecamatan Kenjeran.

72 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, (2006), Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta. A.Aziz Alimul H, (2007), Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta. Dinkes, (2009), Pengembangan PHBS di Tempat Kerja, Lampung, Dinas Kesehatan Lampung. Dinkes Jatim, (2001), Buku Saku Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Bagi Masyarakat di Wilayah Kecamatan, Surabaya, Dinas Kesehatan Surabaya. Diskes Jabar, (2006), PHBS di Sekolah, http://diskesjabarprov.go.id, 17 Februari 2010. Fatah, M Zaenal & Adi, Anis, (2003), FaktorFaktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa di Sekolah SD Negeri Sukomanunggal I Surabaya.Laporan Penelitian, FKMUA, Surabaya. Nasrul, Fakhrudin, (2009), Hubungan Tingkat Pengetahuan Sehat Sakit dengan Sikap Mahasiswa UM Surakarta Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), http://etd.eprints.ums.ac.id, 17 Februari 2010. Notoatmodjo S, (2003), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo S, (2007), Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. Nursalam, (2003), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Rossa, (2007), Keterlibatan Stakeholder Pada Status Kesehatan Lingkungan Sekolah di sungai Pagu, http://irc.kmpk.ugm.ac.id, 19 Februari 2010.