BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Nasional: Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan belajar manusia dapat berkembang dan berubah dalam sikap dan

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya dapat hidup berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan

I. PENDAHULUAN. menjadi kegiatan pokok bagi setiap manusia beradap. Berhasil atau tidaknya

BAB II LANDASAN TOERI

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas.

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyelesaikan pendidikan di sekolah. Ketentuan ini mengacu pada Undang-

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu sarana mendidik anak bangsa untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan selalu berkaitan dengan pendidik dan peserta didik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. budaya di negara kita sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat. Menurut Kartini Kartono (2010: 21) pada umumnya bentuk perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

Skala Prokrastinasi Akademik. Ciri-Ciri Prokrastinasi Ferrari (dalam Ghufron 2014: ) menyatakan bahwa perilaku prokrastinasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan di bidang pendidikan telah dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB II KAJIAN TEORI. mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan

Pengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja

I. PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama. Usia sekolah menengah atas pada umumnya berada pada rentang usia remaja yaitu berkisar antara 15-18 tahun. Sarwono (2011:160) mengemukakan bahwa remaja akan dihadapkan pada berbagai pilihan yang tidak jarang menimbulkan pertentangan batin di dalam diri remaja itu sendiri. Melalui pendidikan diharapkan pertentangan batin yang dialami remaja dapat diatasi. Sarwono (2011:162) mengemukakan bagaimana sistem pendidikan yang berlaku disuatu daerah tertentu dapat mempengaruhi aktivitas remaja secara umum di daerah itu. pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa menyiapkan masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan dituntut memberikan respon lebih cermat terhadap perubahanperubahan tengah berlangsung di masyarakat. Paparan diatas dapat dimaknai bahwa pendidikan merupakan bagian yang penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pembelajaran di sekolah. Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan: Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (bab I ketentuan umum,pasal I UU guru dan dosen)

Penjelasan di atas dapat dimaknai bahwa seorang guru dikatakan berhasil dalam melaksanakan tugasnya jika fungsinya sebagai pendidik dan juga berfungsi sebagai pembimbing. Pembimbing adalah seorang yang memiliki sarana dan serangkaian usaha dalam memajukan pendidikan dan membantu untuk mengatasi kesulitan yang dialami oleh peserta didik. Menurut Natawidjaja (Sukardi, 2008:36) menyatakan bimbingan yang diberikan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak didik sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk di dalamnya ikut memecahkan masalah persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didik. Kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik beranekaragam seperti terlambat dalam mengumpulkan tugas, mengerjakan tugas sehari sebelum dikumpulkan, belajar sehari sebelum ujian dilaksanakan, lebih senang melakukan kegiatan lain yang tidak ada kaitannya dengan tugas sekolah, melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian tugas, melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan. Hal ini dikategorikan ke dalam prokrastinasi belajar yang sering dilakukan peserta didik. Jefferi Combs (2012:25) mendefinisikan prokrastinasi adalah suatu bentuk penundaan yang cendrung menghindari komitmen, penciptaan keputusan,

ketidaknyamanan, kepedihan, kegagalan, dan terutama kesuksesan. William Knaus (2002:16) menjelaskan alasan prokrastinasi adalah fisik yang tidak mampu, tidak tahu, tertipu, ingin menjauhi hal-hal yang tidak disukai, dan keraguan. Ketidakmampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri akan mempengaruhi munculnya ketegangan dan konflik dalam diri individu yang dapat memicu munculnya perilaku prokrastinasi belajar. Semakin tinggi penyesuaian diri maka akan semakin rendah prokrastinasi belajar, dan sebaliknya semakin rendah penyesuaian diri maka akan semakin tinggi prokrastinasi belajar. Pada kenyataannya berdasarkan pengamatan pada peserta didik SMA Negeri 1 Berastagi masih sering dijumpai permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah para peserta didik yang masih banyak menunda-nunda dalam pengerjaan tugas. Banyak peserta didik yang berpikiran bahwa dalam keadaan terdesak atau di bawah tekanan oleh jangka waktu pengumpulan tugas, mereka akan cepat dalam menyelesaikan tugas. Padahal tindakan tersebut tidak efektif bahkan hasil yang diperoleh tidak akan optimal karena terbatasnya waktu yang dimiliki dalam pengerjaan tugas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa siswa SMA Negeri 1 Berastagi dapat diketahui bahwa telah terjadi prokrastinasi belajar dimana banyak siswa yang sering mengerjakan tugas sehari sebelum tugas dikumpul, belajar sehari sebelum ujian dilaksanakan, lebih senang melakukan kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan tugas sekolah. Wawancara yang dilakukan terhadap guru juga diperoleh hasil bahwa telah terjadi prokrastinasi belajar pada siswa dimana siswa sering terlambat dalam pengumpulan tugas, melakukan kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan tugas sekolah, siswa

mengerjakan tugas di sekolah sebelum tugas dikumpulkan. Hasil wawancara yang diperoleh dari siswa dan guru SMA Negeri 1 Berastagi dapat memperkuat bahwa telah terjadi prorastinasi belajar yang dilakukan oleh peserta didik. Syaiful Djamarah (2008:27) menjelaskan bahwa selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal baik pelajar maupun mahasiswa, tidak akan terlepas dari keharusan mengerjakan tugas-tugas studi. Peserta didik harus memakai rentang waktu dalam 24 jam dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugastugas studinya sampai pada batas waktu pengumpulan tugas tersebut. Masalah pengaturan waktu inilah yang menjadi persoalan bagi peserta didik, Syaiful Bahri Djamarah (2008:27) menemukan banyak peserta didik mengeluh karena tidak dapat membagi waktu dengan baik, saat memulai dan mengerjakan tugas. Adanya kecendrungan untuk tidak segera memulai ketika menghadapi suatu tugas merupakan indikasi dari perilaku menunda dan kelalaian dalam mengatur waktu dan merupakan faktor penting yang menyebabkan individu melakukan penundaan dalam menyelesaikan tugas. Sekolah yang besar, terutama yang mempunyai peserta didik lebih dari 500-1000 orang peserta didik, kemungkinan tidak menyediakan iklim personal yang memungkinkan sistem kontrol sosial yang efektif. Peserta didik akan merasa asing dan tidak memiliki tanggung jawab terhadap perilaku. Hal tersebut merupakan gejala umum yang banyak terjadi di sekolah, peserta didik lebih senang melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan tugas sekolah. Akhirnya banyak tugas sekolah yang terbengkalai, tertunda dan tidak terselesaikan sesuai waktunya. Gejala umum yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi belajar juga terjadi di SMA Negeri 1 Berastagi.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa masalah penundaan tugas yang dilakukan oleh para peserta didik merupakan suatu masalah yang kompleks yang membutuhkan suatu penanganan khusus dari pihak sekolah untuk memberi bantuan berupa bimbingan agar dapat mengatasi perilaku prokrastinasi belajar yang dilakukan peserta didik. Konselor sekolah memiliki peranan penting membantu mengatasi prokrastinasi belajar pada peserta didik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan konselor untuk membantu mengatasi prokrastinasi belajar pada peserta didik yaitu dengan pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa. Menurut Tohirin (2012:164) bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri. Winkel dan Sri Hastuti (2004:547) tujuan bimbingan kelompok adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan. Ada beberapa jenis teknik bimbingan kelompok menurut Tohirin (2012:273) yaitu program home room, karyawisata, diskusi, kegiatan kelompok, organisasi siswa, sosiodrama, psikodrama, dan pengajaran remedial. Penelitian ini menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi untuk mengurangi kasus prokrastinasi. Dengan menggunakan teknik

diskusi siswa dibina memperhatikan kepentingan orang lain, menghargai pendapat orang lain dan menerima keputusan bersama menurut Sukardi (2008:222). Menurut Tohirin (2012:275) teknik diskusi merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Dengan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat membantu siswa dalam mengatasi prokrastinasi dalam belajar karena tujuan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi adalah untuk pengembangan kemampuan berkomunikasi peserta didik untuk menyumbangkan pikiran dalam memecahkan suatu masalah. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dalam rangka mengatasi prokrastinasi belajar pada peserta didik SMA Negeri 1 Berastagi, maka penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang memungkinkan beberapa individu peserta didik dapat melakukan dinamika kelompok memecahkan masalahnya. Layanan bimbingan kelompok tersebut dilaksanakan dengan menggunakan teknik diskusi yang dapat memberikan stimulus pada peserta didik dalam upaya mengatasi prokrastinasi belajar. Berdasarkan paparan tersebut peneliti mengajukan judul Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Untuk Meminimalisir Terjadinya Perilaku Prokrastinasi Belajar Pada Siswa Di Kelas X SMA Negeri 1 Berastagi Tahun Ajaran 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada siswa sering mengalami keterlambatan mengumpulkan tugas. 2. Banyak siswa yang mengerjakan tugas sehari sebelum tugas dikumpul. 3. Banyak siswa yang belajar sehari sebelum ujian dilaksanakan. 4. Ada siswa yang lebih senang melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan tugas sekolah sehingga tugas sekolah tertunda dan tidak terselesaikan sesuai waktunya. 5. Banyak siswa yang melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas 6. Ada siswa yang dengan sengaja melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan seperti menonton dan jalan-jalan sehingga menyita waktu yang dimiliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya. 7. Ada siswa yang mengerjakan tugas (PR) di sekolah sebelum tugas (PR) tersebut dikumpul. 8. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok masih kurang maksimal. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan untuk mencegah luasnya permasalahan, maka penulis hanya membatasi pokok permasalahan tentang pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk meminimalisir terjadinya perilaku prokrastinasi belajar pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Berastagi Tahun Ajaran 2013/2014.

D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk meminimalisir terjadinya perilaku prokrastinasi belajar pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Berastagi Tahun Ajaran 2013/2014? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh antara pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk meminimalisir terjadinya prokrastinasi belajar pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Berastagi Tahun Ajaran 2013/2014. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, yang dapat ditinjau dari dua segi berikut ini, yaitu: 1. Manfaat Teoritis a. Menambah pengetahuan dan wawasan serta teori tentang bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik diskusi untuk mengatasi prokrastinasi belajar pada peserta didik. b. Hasil penelitian ini sebagai alternatif untuk meminimalisir terjadinya penundaan pada kegiatan belajar peserta didik. c. Sebagai bahan masukan dan sumber referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian di bidang yang sama.

2. Manfaat Praktis a. Bagi konselor, sebagai masukan kepada konselor untuk melaksanakan layanan secara kelompok atau memberi perhatian khusus pada peserta didik yang mengalami prokrastinasi belajar. b. Bagi konselor, sebagai bukti empiris kepada guru bimbingan konseling bahwa penerapan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi dapat membantu mengatasi prokrastinasi belajar. c. Bagi siswa, sebagai motivasi kepada peserta didik untuk dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dan tidak melakukan prokrastinasi dalam belajar. d. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan tata tertib sekolah yang berkaitan dengan prokrastinasi belajar dan membuat program yang dapat meminimalisir terjadinya prokrastinasi akademik.