METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

dokumen-dokumen yang mirip
METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

METODE PENELITIAN. Jumlah sampel dalam kecamatan (KK) Nama Desa. KK tidak

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizinya (BKP, 2013). Menurut Suhardjo dalam Yudaningrum (2011), konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

PERENCANAAN KEBUTUHAN PANGAN PADA REPELITA VI DI TIGA PROPINSI DI INDONESIA (Penerapan Pedoman Pola Pangan Harapan)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

Kata Pengantar. Assalamu alaikum Wr. Wb.

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

DINAMIKA POLA DAN KERAGAMAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA ANALISISS KERAGAAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN PROVINSI BANTEN

Zulfadly Urufi, Salahudin, Tofan Dwi Rahardjo. Abstrak

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1)

TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi Pangan dan Faktor yang Mempengaruhinya

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

DINAMIKA KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING BERBASIS PALAWIJA

V. DINAMIKA PANGSA PENGELUARAN PANGAN DI INDONESIA. pangan dan konsumsi individu di tingkat rumah tangga. Informasi tentang

ANALISIS SITUASI DAN KEBUTUHAN KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI RIAU MAHYUNI

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara)

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Butir Kegiatan Analisis Ketahanan Pangan Bidang Ketersediaan Pangan

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate. Neraca Bahan Makanan (NBM) & PPH Ketersediaan Kota Ternate Tahun 2017

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH


II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN MALANG (PROVISION OF FOOD ANALYSIS IN MALANG REGENCY)

ANALISIS KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN DALAM RANGKA PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS DIANI OLYVIA SARI

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

ANALISIS PERKEMBANGAN KONSUMSI PANGAN PENDUDUK KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN DIAN KARTIKASARI

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BAB I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

DAMPAK PROGRAM KRPL (KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI) TERHADAP POLA PANGAN HARAPAN (PPH) ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,

BAB I PENDAHULUAN. sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Pangan berfungsi sebagai sumber tenaga

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR

Peran Perempuan Pada Upaya Penganekaragaman Pangan Di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan

Edisi 2 ROADMAP DEPTAN.indb 1 2/15/2013 7:35:34 PM

BAB I PENDAHULUAN. dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun , yang bertujuan untuk

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

POLA KONSUMSI PANGAN

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH

Transkripsi:

17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yang didasarkan pada konsumsi pangan penduduk yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi energi penduduk di Provinsi Riau pada tahun 2010 yaitu 1903,59 kkal/kapita/hari (BPS 2010). Konsumsi energitersebut berada di bawah konsumsi energi yang dianjurkan WNPG VIII yaitu 2000 kkal/kapita/hari. Kegiatan penelitian ini mencakup interpretasi data, rekapitulasi data, pengolahan dan analisis data yang dilakukan di Bogor, Jawa Barat, mulai dari bulan Mei- November 2012. Jenis dan Cara Pengambilan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang meliputi data karakteristik wilayah, data konsumsi pangan, dan data jumlah penduduk Provinsi Riau.Data karakteristik wilayah dan jumlah penduduk diperoleh dari badan pusat statistik (BPS). Data konsumsi pangan menurut jenis dan kelompok pangan penduduk di Provinsi Riau tahun 2008-2010 diperoleh dari data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) dari BPS. Data rumahtanggasampel Susenas merupakan rumahtangga yang sama setiap periode selama tiga tahun, sehingga disebut Susenas panel. Susenas panel Maret 2010 merupakan sampel Susenas tahun ketiga Susenas Panel periode 2008-2010, sehingga rumah tangga sampelnya adalah rumah tangga yang sama pada pelaksanaan panel Maret 2008 (BPS 2010). Data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan sumber data No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan Data susenas 2008, 2009, 2010 2 Jumlah penduduk Laporan Sensus penduduk 2008,2009,2010 3 Karakteristik Wilayah Keadaan umum wilayah BPS, Jakarta BPS, Provinsi Riau BPS,Provinsi Riau

18 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data konsumsi pangan dilakukan dengan menggunakanmicrosoft Exel dan program Perencanaan pangan dan Gizi Wilayah yang dikembangkan oleh Heryatno, Martianto, dan Baliwati (2007). Analisis data dilakukan secara deskriptif.analisis situasi dan kebutuhan konsumsi pangan penduduk di Provinsi Riau dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Analisis Situasi Konsumsi Pangan Analisis situasi konsumsi pangan penduduk diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis konsumsi pangan penduduk di Provinsi Riau secara kuantitatif dilakukan dengan mengukur tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein terhadap angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004 menganjurkan konsumsi energi penduduk Indonesia adalah 2000kkal/kapita/hari sedangkan konsumsi protein adalah 52 g/kapita/hari. Jumlah konsumsi tersebut harus dipenuhi agar setiap orang dapat hidup sehat, aktif, dan produktif. Perhitungan tingkat kecukupan gizi dirumuskan sebagai berikut: a. Tingkat kecukupan energi TKE = [(Konsumsi energi aktual)/ (Angka kecukupan energi)] x 100% b. Tingkat kecukupan protein TKP = [(Konsumsi protein aktual)/ (Angka kecukupan protein)] x 100% Berdasarkan perhitungan tersebut, tingkat kecukupan energi dan protein dikelompokkan menurut kriteria Departemen Kesehatan tahun 1996 sebagai berikut : a. Kurang dari 70% AKE : defisit berat b. 70-79% AKE : defisit tingkat sedang c. 80-89% AKE : defisit tingkat ringan d. 90-119% AKE : normal (tahan pangan) e. 120% ke atas AKE : kelebihan/diatas AKE Kemudian dilakukan analisis konsumsi pangan secara kualitatif yang dicerminkan dari konsumsi pangan yang beragam secara seimbang. Ukuran keseimbangan dan keragaman pangan dapat dilakukan dengan pendekatan skor pola pangan harapan (PPH). Pola pangan harapan (PPH) merupakan jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan dikatakan terpenuhi apabila sesuai PPH. Semakin tinggi skor PPH maka konsumsi pangan

19 semakin beragam dan seimbang. Apabila skor PPH mencapai 100 maka wilayah tersebut dikatakan tahan pangan. Skor mutu pangan yangideal dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Skor Pola Pangan Harapan ideal No Kelompok Pangan Komposisi PPH Ideal Berat Skor Bobot % AKE (gram) maksimum 1 Padi-padian 0,5 50 25 275,0 2 Umbi-umbian 0,5 6 2,5 90,0 3 Pangan hewani 2 12 24 140,0 4 Minyak & lemak 0,5 10 5 25,0 5 Buah/ biji berminyak 0,5 3 1 10,0 6 Kacang-kacangan 2 5 10 35,0 7 Gula 0,5 5 2,5 30,0 8 Sayur & buah 5 6 30 230,0 9 Lain-lain 0 3 0 15,0 Jumlah 100 100 Sumber: BKP (2006) Adapun langkah-langkah perhitungan skor PPHadalah sebagai berikut: 1. Melakukan perhitungan energi total yang diperoleh dari semua bahan pangan untuk seluruh kelompok pangan dengan bantuan daftar komposisi bahan makanan (DKBM). Perhitungan dilakukan dengan mengkonversi bentuk, jenis, dan satuan pangan yang dikonsumsi perkapita dalam satuan dan jenis komoditas yang disepakati dan dikelompokkan menjadi 9 kelompok, meliputi : a. Padi-padian (beras, jagung, terigu, dan hasil olahannya) b. Umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, sagu dan hasil olahannya) c. Pangan hewani (daging ruminansia, daging unggas, telur, susu, ikan, dan hasil olahannya) d. Minyak dan lemak (minyak kacang tanah, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan lemak) e. Buah dan biji berminyak (kelapa, kemiri, kenari, mete, coklat) f. Kacang-kacangan (kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kacau merah, kacang lain serta hasil olahannya) g. Gula (gula pasir, gula merah, sirup) h. Sayuran dan buah-buahan (semua sayur dan buah dan hasil olahannya) i. Lain-lain (bumbu dan minuman) 2. Menghitung kontribusi konsumsi energi berupa persentase energi dari setiap kelompok pangan terhadap konsumsi energi total. Langkah ini

20 dilakukan dengan membagi energi masing-masing kelompok pangan dengan jumlah konsumsi energi total kemudian dikalikan 100%. 3. Menghitung kontribusi TKE berupa persentase energi masing-masing kelompok pangan terhadap AKE yang dianjurkan WNPG VIIItahun 2004 yaitu 2000 kkal. 4. Mengalikan % TKE dengan bobot sehingga diperoleh skor untuk setiap kelompok pangan. Apabila skor melebihi skor maksimum maka digunakan skor maksimal. Apabila skor lebih rendah dari skor maksimum maka yang diambil adalah skor yang lebih rendah tersebut. 5. Menjumlahkan skor semua kelompok pangan sehingga diketahui skor PPH konsumsi pangan. Contoh perhitungan skor PPH konsumsi pangan disajikan dalam Tabel 2 berikut. Tabel 3 Contoh perhitungan skor PPH konsumsi pangan penduduk di Provinsi Riau tahun 2010 No Kelompok Pangan Kalori % % Skor Skor Bobot TKE Maksimum PPH 1 Padi-padian 1083,1 56,9 54,2 0,5 25,0 25,0 2 Umbi-umbian 35,3 1,9 1,8 0,5 2,5 0,9 3 Pangan hewani 213,6 11,2 10,7 2,0 24,0 21,4 4 Minyak dan lemak 266,0 14,0 13,3 0,5 5,0 5,0 5 Buah/biji berminyak 64,6 3,4 3,2 0,5 1,0 1,0 6 Kacang-kacangan 35,3 1,9 1,8 2,0 10,0 3,5 7 Gula 104,1 5,5 5,2 0,5 2,5 2,5 8 Sayur dan buah 75,5 4,0 3,8 5,0 30,0 18,9 9 Lain-lain 26,0 1,4 1,3 0,0 0,0 0,0 Total 1904 100 82,6 100,0 78,2 % TKE = {(konsumsi energi aktual)/ake} x 100% = Kkal/2000 x 100% Skor PPH = % TKE x bobot Proyeksi Konsumsi dengan Pendekatan Skor PPH Pada penelitian ini, target pencapaian skor PPH konsumsi adalah 90 pada tahun 2015 sesuai dengan SPM. Tahun dasar yang digunakan adalah hasil perhitungan skor PPH aktual tahun 2010. Sedangkan untuk acuan sasaran yaitu skor PPH 90 pada tahun 2015 dengan acuan ideal skor PPH 100. Penyusunan target skor PPH konsumsi pangan sampai tahun 2015, dihitung menggunakan teknik interpolasi linear dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: S t = skor mutu pangan tahun t S t = S 0 + d t ((S 2015 S 0 )/n

21 S 0 = skor mutu pangan tahun awal S 2015 = skor mutu pangan tahun 2015 n = selisih tahun antara tahun 2015 dengan tahun awal d t = selisih waktu antara tahun yang dicari dengan tahun awal Analisis Proyeksi Kebutuhan Konsumsi Pangan Berdasarkan PPH di Provinsi Riau Analisis proyeksi kebutuhan konsumsi pangan penduduk di Provinsi Riau pada tahun 2011-2015 dihitung dengan cara mengalikan proyeksi konsumsi pangan pada tahun 2011-2015 dengan jumlah penduduk proyeksi pada tahun tersebut. Adapun perhitungannya yaitu dengan menggunakan rumus: Kebutuhan konsumsi pangan = gram kebutuhan konsumsi x 365 penduduk (kg/kapita/tahun) 1000 Kebutuhan konsumsi pangan = kg/tahun kebutuhan konsumsi x jumlah penduduk wilayah (ribu ton/tahun) 1000 proyeksi Jumlah penduduk proyeksi Jumlah penduduk proyeksi dihitung dengan pendekatan ekstrapolasi atau trend berdasarkan perkembangan pertumbuhan penduduk untuk meramalkan jumlah penduduk pada tahun t, dengan rumus sebagai berikut : P t = P 0 x (1 + L) (t 0) Keterangan : P 0 = jumlah penduduk tahun dasar 0 = tahun dasar L = laju pertumbuhan penduduk T = tahun yang dicari

22 Definisi Operasional Konsumsi Pangan adalah sejumlah makanan dan atau minuman yang dimakan atau diminum oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hayatinya. Pola konsumsipangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi penduduk Provinsi Riau. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah komposisi atau susunan pangan yang didasarkan pada kontribusi energinya dalam memenuhi kebutuhan gizi secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, dan citarasa (FAO-RAPA 1989). Skor PPH (Skor PPH) adalah angka yang menunjukkan mutu pangan yang dikonsumsi penduduk di Provinsi Riau berdasarkan data Susenas. Konsumsi energi adalah sejumlah energi pangan yang dinyatakan dalam kalori yang dikonsumsi penduduk Provinsi Riau rata-rata per orang per hari. Angka kecukupan energi adalah sejumlah energi pangan yang diperlukan oleh seseorang atau rata-rata kelompok orang untuk memenuhi kebutuhannya. Tingkat konsumsi energi adalah proporsi konsumsi energi aktual penduduk terhadap angka kecukupan energi yang dianjurkan WNPG VIII tahun 2004 (2000 kkal/kapita/hari) untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Proyeksi konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dibutuhkan untuk konsumsi secara normatif pada tahun 2011-2015 sesuai skor PPH dengan teknik interpolasi linier. Kebutuhan konsumsi pangan jenis dan jumlah pangan yang diperlukan untuk dimakan oleh seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu sesuai dengan PPH. Kebutuhan konsumsi pangan Wilayah adalah banyaknya pangan menurut jenis yang harus disediakan oleh Provinsi Riau untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan penduduk dan mengacu pada target skor PPH konsumsi pangan pada tahun 2015.