PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PEMBAGIAN HARTA WARISAN (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

GALIH PRIYONO C

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN PERKARA WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

(Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta) NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PROSES PENYELESAIAN PERKARA WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

TINJAUAN YURIDIS PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN. (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta) NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PROSES PENYELESAIAN PERKARA JUAL BELI HAK ATAS TANAH YANG DI MILIKI LEBIH DARI SATU ORANG (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah. budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada.

Oleh: GALIH PRIYONO C

TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SETELAH PERCERAIAN (Studi Kasus di Pengadilan Agama Salatiga)

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PENGOSONGAN RUMAH YANG DITEMPATI OLEH ORANG LAIN SECARA MELAWAN HUKUM (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang

SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN DENGAN AKTA JUAL BELI FIKTIF. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten No.50/PDT.G/2012/PN.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN UTANG PIUTANG ANTARA DEBITUR DENGAN KOPERASI SERBA USAHA SARI JAYA

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

P E N E T A P A N Nomor 0074/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN SEPIHAK OLEH PEMBELI TERKAIT PEMBELIAN SEPERANGKAT GAMELAN

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur agar kepentingan-kepentingan yang berbeda antara pribadi, masyarakat dan negara

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat. Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

SKRIPSI PENYELESAIAN SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG MASIH MENJADI HAK MILIK BERSAMA NAMUN DIJADIKAN JAMINAN HUTANG DI BANK

CARA MENGAJUKAN GUGATAN DAN PERUBAHAN GUGATAN DALAM PRAKTEK PERADILAN HUKUM ACARA PERDATA

PUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

HAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

PROSES PENYELESAIAN PERKARA UTANG- PIUTANG ANTARA DEBITUR DENGAN KREDITUR (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO)

P E N E T A P A N Nomor 0220/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRROHMANIRROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PROSES PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN BAGI ANAK YANG TERLAMBAT MENDAFTARKAN KELAHIRANNYA DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

PENYELESAIAN SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN OLEH AHLI WARIS YANG PEWARISNYA MASIH HIDUP (STUDI KASUS DI LBH-HPP-PETA)

P E N E T A P A N. Nomor 0154/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ANALISIS AKTA PEMBAGIAN WARISAN YANG DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

JAMINAN. Oleh : C

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH

P U T U S A N. Nomor 793/Pdt.G/2010/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan kerukunan dalam keluarga tetap terjaga. Pewarisan merupakan salah satu

PENETAPAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

KAJIAN YURIDIS JUAL BELI HAK WARIS ATAS WARISAN YANG BELUM TERBAGI MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PENGOSONGAN RUMAH YANG DITEMPATI OLEH ORANG LAIN SECARA MELAWAN HUKUM (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. patut, dinyatakan sebagai penyalahgunaan hak. 1 Salah satu bidang hukum

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

P U T U S A N. Nomor : 203/PDT/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA "

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEKUATAN YURIDIS METERAI DALAM SURAT PERJANJIAN

- 1 - P U T U S A N NOMOR : 176 / PDT / 2013 /PT - MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 903/Pdt.G/2010/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK JANDA DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT HUKUM ADAT JAWA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sukoharjo) PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

P E N E T A P A N Nomor 0087/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor xxx/pdt.g/2011/pa.prg.

P U T U S A N. Nomor 908/Pdt.G/2010/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 1591/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

Transkripsi:

PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PEMBAGIAN HARTA WARISAN (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: TRI PRASTYO WAHYU SANTOSO C100120048 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 i

HALAMAN PERSETUJUAN PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PEMBAGIAN HARTA WARISAN (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) PUBLIKASI ILMIAH Yang ditulis oleh: TRI PRASTYO WAHYU SANTOSO C100120048 Telah diperiksa dan disetujui oleh: Pembimbing (Nuswardhani, S.H., S.U.) i

ii

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam makalah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya. Surakarta, 29 Oktober 2016 Penulis Tri Prastyo Wahyu Santoso C100120048 iii

PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PEMBAGIAN HARTA WARISAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) TRI PRASTYO WAHYU SANTOSO C.100.120.048 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta triprastyows03@yahoo.com ABSTRAK Terjadi suatu perkara pembagian harta warisan yang dilakukan satu orang di mana penggugat meminta haknya sebagai ahli waris tetapi tergugat tidak mau membagi harta warisan kepada ahli waris yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembagian warisan menurut hukum Islam adat dan KUHPerdata, untuk mengetahui hakim dalam menentukan pembuktian atas perkara pembagian harta warisan, untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan atas perkara pembagian harta warisan. Metode penelitian menggunakan metode pendekatan deskriptif. Menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui studi kepustakaan, dokumentasi, daftar pertanyaan dan wawancara. Dengan menggunakan analisis data secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggugat dan tergugat merupakan ahli waris yang sah, proses pembagian harta warisan dilakukan oleh penggugat dan tergugat, pertimbangan hakim terlihat pada proses pembuktian di persidangan, dalam persidangan penggugat dapat membuktikan dalil gugatannya, maka gugatan penggugat dikabulkan untuk sebagian, tergugat dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum, dihukum untuk membagi harta warisan sesuai dengan isi dari surat wasiat. Kata kunci: pembagian harta warisan, penyelesain sengketa di pengadilan negeri ABSTRACT There was a division of the inheritance was one in which the plaintiff to assert their rights as heirs but the defendant refused to divide the inheritance to the heirs of the other. This study aims to determine the inheritance according to Islamic law and customs of the Civil Code, to find evidence of the judge in determining the distribution of the estate, to find out the considerations judges in decisions on the distribution of the estate. The research method using descriptive approach. Using the data type of the primary and secondary data. Data collection techniques used by library research, documentation, questionnaires and interviews. Using qualitative data analysis. The results showed that the plaintiff and the defendant was the rightful heir, the division of the estate is done by the plaintiff and the defendant, judgment judge looks at the evidence in the trial, during the trial the plaintiff can prove the argument of the lawsuit, the plaintiff's claim is granted in part, the defendant declared committed acts against the law, was sentenced to divide the estate in accordance with the contents of the will. Keywords: Buy sell land rights, Projected in State Court Lawsuit 1

1. PENDAHULUAN Warisan adalah suatu cara penyelesaian perhubungan-perhubungan hukum dalam masyarakat, yang melahirkan sedikit banyaknya kesulitan akibat meninggalnya seseorang. 1 Penyelesaian hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai akibat meninggalnya seseorang diatur oleh hukum waris. Menurut Ali Afandi hukum waris adalah suatu rangkaian ketentuan-ketentuan di mana berhubung dengan meninggalnya seseorang, akibat-akibatnya di dalam bidang kebendaan, diatur yaitu: akibat dari beralihnya harta peninggalan dari seorang yang meninggal kepada ahli waris, baik di dalam hubungannya antara mereka sendiri, maupun dengan pihak ketiga. 2 Sistem hukum Indonesia masih terjadi kemajemukan tatanan hukum. Masalah pewarisan pun ada tiga sistem hukum waris yang berlaku dan diterima oleh masyarakat Indonesia, yaitu bagi warganegara Indonesia asli masih tetap berlaku hukum waris adat yang diatur menurut susunan masyarakat adat, yang bersifat patrilinial, matrilineal, dan parental/bilateral. Di samping itu bagi keluarga-keluarga Indonesia yang mentaati hukum agamanya, melaksanakan pewarisan sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing. Bagi keturunan eropa dan timur asing masih tetap berlaku hukum waris perdata yang diatur dalam KUHPerdata/BW Buku II Bab XXII sampai dengan Bab XVIII. 3 Mengenai ketentuan hukum waris dapat kita lihat dalam Pasal 830 KUHPerdata, bahwa Pewarisan hanya berlangsung karena kematian. Dengan demikian pengertian hukum waris menurut KUHPerdata, ialah tanpa adanya orang yang mati dan meninggalkan harta kekayaan, maka tidak ada masalah pewarisan. 4 Menurut ketentuan Pasal 833 ayat (1) KUHPerdata, semua ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala harta kekayaan peninggalan pewaris. Menurut ketentuan Pasal 874 KUHPerdata juga 1 Oemarsalim, 1991, Dasar-Dasar Hukum Waris Di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, Hal 1. 2 Ali Afandi, 1986, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, Jakarta: Bina Aksara, Hal 7. 3 Hilman Hadikusuma, 1991, Hukum Waris Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, Hal 2. 4 Ibid., Hal. 5. 2

menentukan bahwa segala harta kekayaan peninggalan pewaris adalah milik semua ahli waris sesudah dikurangi wasiat berdasar pada ketetapan yang sah. 5 Terdapat unsur-unsur hukum waris dalam KUHPerdata, yakni pewaris, ahli waris dan harta warisan. 6 Pewaris adalah orang yang telah meninggal dan memiliki harta peninggalan. Harta warisan adalah harta benda peninggalan dari pewaris, harta benda tersebut dapat berupa harta kekayaan, hak kekayaan intelektual, merek dagang/perusahaan, dan hak kebendaan. 7 Ketentuan tentang pembagian warisan (boedel-scheiding) sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1069 KUHPerdata, sesungguhnya bukan sematamata menyangkut pembagian warisan, tetapi juga berarti pemisahan harta boedel, yaitu harta kekayaan bersama yang belum terbagi, yaitu berupa harta bersama perkawinan, harta warisan. Dalam hal pewarisan, apabila semua ahli waris dapat bertindak bebas dengan harta benda mereka dan para waris itu semua berada di tempat, maka pembagian harta warisan itu dilakukan dengan cara sedemikian rupa oleh para waris sendiri. 8 Masalah waris sering kali menimbulkan masalah dalam kehidupan seharihari. Masalah ini sering kali muncul karena adanya salah satu ahli waris yang merasa tidak puas dengan pembagian warisan yang diterimanya Hal ini timbul dari sifat serakah manusia yang berkeinginan untuk selalu mendapatkan yang lebih dari apa yang telah diperoleh. Untuk mendapatkan harta warisan sesuai dengan jumlah yang diinginkan, para ahli waris menempuh segala cara yang dapat dilakukan guna mencapai tujuanya, baik melalui jalan hukum maupun dengan jalan melawan hukum. Jika perolehan harta waris dilakukan dengan jalan melawan hukum, sudah tentu ada sanksi hukum yang menanti para pihak yang melakukan perbuatan tersebut. Proses penyelesaian perkara pembagian harta warisan, apabila ada salah satu diantara ahli waris lainnya untuk mendapatkan harta warisan sesuai dengan 5 Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, Hal 212. 6 Anisistus Amanat, 2000, Membagi Warisan Berdasarkan Pasal-Pasal Hukum Perdata,Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Hal 6. 7 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., Hal 193. 8 Hilman Hadikusuma, Op.Cit., Hal 214. 3

jumlah yang diinginkan dengan menempuh jalan yang melawan hukum yaitu dalam hal ini salah satu di antara ahli waris telah menguasai harta waris berupa peruasahaan anggur merk Wan Nen Cap Lontjeng dan bersama-sama dengan ahli waris lainnya menikmati hasil dari perusahaan anggur tersebut namun ada salah satu dari ahli waris yang tidak menerima hasil dari perusahaan anggur tersebut sehingga merasa dirugikan. Ahli waris yang merasa dirugikan agar dapat memperoleh hak warisnya dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri. Sebagaimana telah dijelaskan dalam KUHPerdata Pasal 834 yang berbunyi: Tiap-tiap waris berhak mengajukan gugatan guna memperjuangkan hak warisnya, terhadap segala mereka, yang baik atas dasar hak yang sama, baik tanpa dasar sesuatu hak pun menguasai seluruh atau sebagian harta peninggalan, seperti pun terhadap mereka yang licik telah menghentikan penguasaannya. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana proses pembagian harta warisan menurut hukum Islam, adat, dan KUHPerdata/BW? (2) Bagaimanakah hakim menentukan atas perkara pembagian harta warisan? (3) Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan atas perkara pembagian harta warisan? Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui proses pembagian harta warisan menurut hukum Islam, adat, dan KUHPerdata/BW. (2) Untuk mengetahui Hakim menentukan pembuktian atas perkara pembagian harta warisan. (3) Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan atas perkara pembagian harta warisan. Manfaat penelitian ini adalah: (1) Manfaat bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum, khususnya hukum yang mengatur proses penyelesaian sengketa dalam perkara pembagian harta warisan. (2) Manfaat bagi pribadi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan penambahan wawasan bagi pribadi penulis, khususnya agar penulis lebih memahami dengan baik mengenai proses penyelesaian sengketa dalam perkara pembagian harta warisan. (3) Manfaat bagi masyarakat, penelitian 4

ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, penambahan wawasan dan pencerahan kepada masyarakat luas dan khususnya dapat memberikan informasi dan pengetahuan hukum yang bisa dijadikan pedoman untuk warga masyarakat dalam menyelesaikan sengketa pembagian harta warisan. 2. METODE PENELITIAN Metodologis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian menggunakan metode normatif. Hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah /norma merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. 9 Dalam penelitian ini, penulis akan mencari dan menganalisis kaidah-kaidah hukum yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses penyelesaian sengketa pembagian harta warisan. Jenis kajian dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Penelititan deskriptif ini pada umumnya bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu obyek tertentu. 10 Yang dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan mengenai proses penyelesaian sengketa pembagian harta warisan. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah: Data sekunder yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Data primer merupakan data-data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, yaitu dengan melakukan penelitian langsung di lapangan. Penulis menggunakan metode analisis data secara kualitatif. Dengan menganalisis data sekunder yang dihubungkan data primer, kemudian dilakukan pengumpulan dan penyusunan data secara sistematis serta menguraikannya dengan kalimat yang teratur sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan. 9 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal 118. 10 Bambang Sunggono, 2012, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal 35. 5

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam, Hukum Adat dan KUHPerdata/BW Hukum waris menurut KUH Perdata berlaku asas apabila seseorang meninggal dunia, maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beralih kepada sekalian ahli warisnya. Hak-hak dan kewajiban dimaksud, yang beralih kepada ahli waris adalah termasuk ruang lingkup harta kekayaan atau hanya hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang. 11 Menurut Ali Afandi hukum waris adalah suatu rangkaian ketentuanketentuan dimana berhubung dengan meninggalnya seseorang, akibat-akibatnya di dalam bidang kebendaan, diatur yaitu: akibat dai beralihnya harta peninggalan dari seorang yang meninggal kepada ahli waris, baik di dalam hubungannya antara mereka sendiri, maupun dengan pihak ketiga. 12 Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Pengadilan Negeri Surakarta, dengan melakukan wawancara terhadap salah satu Hakim yang bernama Bapak Subur Susatyo, SH. Beliau menyebutkan bahwa proses pewarisan itu terjadi apabila terdapat seseorang yang meninggal dunia, maka itu juga segala hak dan kewajibannya beralih kepada sekalian ahli warisnya. Selain itu, apabila membicarakan masalah warisan maka akan sampai pada empat masalah pokok dimana yang satu dengan yang lainnya tidak dapat terpisahkan. Masalah pokok tersebut adalah: pertama adanya seseorang yang meninggal dunia, kedua ia meninggalkan harta peninggalan, masalah pokok yang ketiga adalah meninggalkan orang-orang yang mengurusi dan berhak atas harta peninggalan tersebut (ahli waris), dan masalah pokok yang keempat yang tidak kalah pentingnya adalah keharusan adanya hukum kewarisan yang menentukan siapa saja ahli waris dan berapa bagian masing-masing. 13 Dalam sistem hukum Indonesia masih terjadi kemajemukan tatanan hukum. Mengenai masalah pembagian warisan ada tiga sistem hukum waris 11 Zainudin Ali, 2008, Pelaksaaan Hukum Waris Di Indonesia,Jakarta: Sinar Grafika, Hal 81. 12 Ali Afandi, 1986, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, Jakarta: Bina Aksara, Hal 7. 13 Subur Susatyo, Hakim Pengadilan Negeri Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta, Rabu, 29 Juni 2016, Pukul 11.00 WIB. 6

yang berlaku dan diterima oleh masyarakat Indonesia, yaitu: pembagian harta warisan menurut hukum Islam, pembagian harta warisan menurut hukum adat dan pembagian harta warisan menurut hukum perdata/bw. Pembagian harta waris dalam islam telah ditetukan dalam Al-Quran surat An-Nisa secara gamblang, dapat kita simpulkan bahwa ada 6 tipe persentase pembagian harta waris, ada pihak yang mendapatkan setengah (1/2), seperempat (1/4), seperdelapan (1/8), duapertiga (2/3), sepertiga (1/3), dan seperenam (1/6). Pembagian warisan dalam hukum adat, yaitu sistem kewarisan kolektif, kewarisan mayorat, dan kewarisan individual. 14 Sistem Kolektif, apabila para ahli waris mendapat harta peninggalan yang diterima mereka secara kolektif (bersama) dari pewaris yang tidak terbagi secara perseorangan, maka kewarisan demikian disebut kewarisan kolektif. Menurut sistem kewarisan ini para ahli waris tidak boleh memiliki harta peninggalan secara pribadi, melainkan diperbolehkan untuk memakai, mengusahakan atau mengolah dan menikmati hasilnya (Minangkabau: ganggam bauntui ). Sistem Kewarisan Mayorat, Apabila harta pusaka yang tidak terbagi-bagi dan hanya dikuasai anak tertua, yang berarti hak pakai, hak mengolah dan memungut hasilnya dikuasai sepenuhnya oleh anak tertua dengan hak dan kewajiban mengurus dan memelihara adik-adiknya yang pria dan wanita sampai mereka dapat berdiri sendiri, maka sistem kewarisan tersebut disebut kewarisan mayorat. Sistem Individual, apabila harta warisan dibagi-bagi dan dapat dimiliki secara perorangan dengan hak milik, yang berarti setiap waris berhak memakai, mengolah dan menikmati hasilnya atau juga mentransaksikannya, terutama setelah pewaris wafat, maka kewarisan demikian disebut kewarisan individual. Sistem kewarisan ini yang banyak berlaku di kalangan masyarakat yang parental. Menurut KUH Perdata, ahli waris dibagi menjadi 4 (empat) golongan I, golongan II, golongan III dan golongan IV. Pembagian warisan menurut KUH Perdata pada prinsipnya diutamakan golongan pertama. 14 Perbandingan Pembagian Harta Warisan, Diakses di http://gadjaonline.blogspot.co.id/2014/01/ perbandingan-pembagian-harta-warisan.html, Pada tanggal 12 Mei 2016, Pukul 17.25 WIB. 7

Hakim dalam Menentukan Pembuktian Atas Perkara Pembagian Harta Warisan Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Pengadilan Negeri Surakarta, dengan melakukan wawancara terhadap salah satu Hakim yang bernama Bapak Subur Susatyo, SH. Beliau menyebutkan bahwa Pembuktian mempunyai arti yuridis yaitu memberi dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkara bersangkutan guna memberi kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan. Sesuai dengan asas pembuktian yang berlaku dalam hukum acara perdata, berlaku ketentuan yang menyatakan barang siapa yang menggugat dia yang punya kewajiban membuktikan. Jadi hakim itu mengabulkan tidaknya gugatan itu tergantung pembuktian dari penggugat lewat alat bukti surat maupun saksi. Hal tersebut sudah diatur dan dijelaskan dalam ketentuan Pasal 163 HIR/283 RBg yang menyatakan bahwa Barang siapa menyatakan mempunyai suatu hak, atau mengatakan suatu perbuatan untuk meneguhkan haknya atau untuk membantah hak orang lain, haruslah membuktikan hak itu atau adanya perbuatan itu. 15 Berdasarkan pada Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor: 17/Pdt.G/2013/PN. Ska mengenai proses penyelesaian sengketa dalam perkara pembagian harta warisan dalam sidang pemeriksaan Majelis Hakim telah memeriksa dan meneliti alat-alat bukti yang diajukan oleh Penggugat dan Tergugat. Setelah majelis hakim memeriksa dan meneliti gugatan Penggugat dan Jawaban/Bantahan dari Tergugat serta setelah dihubungkan dengan bukti-bukti tertulis yang diajukan baik oleh Penggugat maupun Tergugat di persidangan, maka berdasarkan pada pemeriksaan persidangan tersebut dapat diambil kesimpulan tentang hasil pembuktian dan telah diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut: Pertama, benar berdasarkan bukti P 3 berupa Akta Kelahiran Angka 604/1957 tanggal 26 Oktober 1957 yang dikeluarkan Pegawai Luar Biasa Tjatatan Sipil Surakarta disebutkan pada tanggal 16 Agustus 1957 telah lahir HIOE, LIONG TUNG anak laki-laki dari suami isteri Hioe Haij Jan dan Lie, 15 Subur Susatyo, Hakim Pengadilan Negeri Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta, Rabu, 29 Juni 2016, Pukul 11.00 WIB. 8

Joe Moy, dan P 4 berupa Kartu Keluarga No. 3372041103086039 atas nama Hioe Liong Tung dalam kolom nama orang tua tertera nama ayah Hioe Haij Jan dan nama ibu Lie Joe. Sehingga Penggugat merupakan anak sah serta merupakan salah satu ahli waris dari orang tua bernama Hioe Haij Jan dan Lie Joe Moy. Kedua, benar berdasarkan bukti P 7 yang berupa Surat Wasiat Akta Notaris Nomor 21 tanggal 13 Maret 1972 yang dibuat oleh alm. Hioe Hoy Jan telah diwasiatkan Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lonceng akan diberikan kepada istrinya Lie Joe Moy dan keempat anak laki-lakinya bernama Hioe Liong Hiang (Tergugat I), Hioe Liong Fen, Hioe Liong Wie dan Hioe Liong Tung (Penggugat). Ketiga, benar berdasarkan bukti P. 13 yang dikuatkan keterangan saksi Penggugat bernama The Hin Ti dan Alandriek Tjandra ternyata sejak tahun 1982 sampai dengan sekarang perusahaan hanya dikelola oleh Tergugat I dan hasilnya dinikmati bersama oleh Tergugat I, II, III, IV dan V, sedangkan untuk Penggugat sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk bersama-sama mengelola perusahaan tersebut dan hanya diberikan hasil dari perusahaan ala kadarnya yang sangat merugikan Penggugat, karenanya perbuatan Tergugat I yang mengelola sendiri perusahaan dan menikmati hasilnya bersama Tergugat II, III, IV dan V sejak tahun 1982 sampai dengan sekarang tergolong dalam perbuatan melawan hukum yang merugikan Penggugat. Keempat, atas bantahan Tergugat I, II, III, IV dan V yang menyatakan perusahaan adalah milik Tergugat I secara perorangan ternyata dari bukti yang diajukan tidak ada satupun yang menerangkan atas kepemilikan perusahaan tersebut oleh Tergugat I. Kelima, Tergugat I, II, III, IV dan V tidak dapat membuktikan dalil bantahannya yang menyatakan Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lontjeng adalah perusahaan miliknya sendiri, karenanya Majelis Hakim berpendapat Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lontjeng adalah harta peninggalan alm. Hioe Hoy Jan. 9

Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Atas Perkara Pembagian Harta Warisan Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Pengadilan Negeri Surakarta, dengan melakukan wawancara terhadap salah satu Hakim yang bernama Bapak Subur Susatyo, SH. Beliau mengatakan bahwa apabila dalam pemeriksaan perkara telah selesai, maka sebelum menjatuhkan putusan terhadap suatu perkara Majelis Hakim berkewajiban untuk merumuskan pertimbangan-pertimbangan hukumnya yang dimana nantinya pertimbangan hukum itu akan dijadikan sebagai dasar utama dalam pengambilan atau penjatuhan putusan dari perkara tersebut. 16 Hakim telah memberikan pertimbangan-pertimbangan hukumnya yang akan dijadikan pedoman dalam menjatuhkan putusan mengenai proses penyelesaian perkara pembagian harta warisan sebagaimana yang tertuang dalam Putusan Nomor: 17/Pdt.G/2013/PN. Ska. Berdasarkan pada pemeriksaan persidangan tersebut dapat diambil Kesimpulan tentang Hasil Pembuktian dan telah diperoleh Fakta-Fakta Hukum bahwa terbukti telah terjadi peristiwa Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana sesuai dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Adapun inti pertimbangan hukum tersebut adalah sebagai berikut: Berdasarkan keseluruhan pertimbangan alat bukti yang diajukan Penggugat dan Tergugat I, II, III, IV dan V tersebut diatas Majelis Hakim berkesimpulan pemilik Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lontjeng berdasarkan bantahan Tergugat I, II, III, IV dan V yang menyatakan perusahaan adalah milik Tergugat I secara perorangan ternyata dari bukti yang diajukan tidak ada satupun yang menerangkan atas kepemilikan perusahaan tersebut oleh Tergugat I, karena dari bukti TI-V.2 yang menyatakan Hioe Hay Jien (Jan) adalah pemilik Perusahaan Pabrik Anggur merek JAN NEN Tjap Lontjeng begitu pula dengan bukti TI-V. 3 sampai dengan TI-V. 5 dan TI-V. 8 sampai dengan TI-V. 21 yang hanya berupa perijinan perusahaan tersebut dan tidak ada satupun yang menerangkan kepemilikan Perusahaan Anggur tersebut merupakan milik pribadi Tergugat I, dengan demikian Tergugat I, II, 16 Subur Susatyo, Hakim Pengadilan Negeri Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta, Rabu, 29 Juni 2016, Pukul 11.00 WIB. 10

III, IV dan V tidak dapat membuktikan dalil bantahannya karenanya Majelis Hakim berpendapat Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lontjeng adalah harta peninggalan alm. Hioe Hoy Ja. Pertimbangan hukum di atas telah terbukti secara jelas bahwa Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lonceng adalah harta peninggalan alm. Hioe Hoy Jan (ayah Penggugat dan Tergugat I) dan berdasarkan bukti P. 7 yang berupa Surat Wasiat Nomor 21 tanggal 13 Maret 1972 perusahaan tersebut telah diwasiatkan akan diberikan kepada isterinya (Lie Joe Moy) dan keempat anak laki-lakinya bernama Hioe Liong Hiang, Hioe Liong Fen, Hioe Liong Wie dan Hioe Liong Tung dengan bagian yang sama, dan oleh karena Lie Joe Moy sudah meninggal dunia maka perusahaan tersebut adalah hak dari keempat anak laki-laki tersebut. Berdasarkan bukti-bukti tersebut Majelis Hakim berpendapat Penggugat (Hioe Liong Tung) adalah anak sah pasangan Hioe Hoy Jan dan Lie Yoe Moy dan oleh karena kedua orang tuanya tersebut telah meninggal dunia, maka Penggugat adalah ahli waris sah dari Hioe Hoy Jan dan Lie Yoe Moy dan berhak atas warisan sebagaimana yang tertuang dalam Surat Wasiat Akta Notaris Nomor 21 tanggal 13 Maret 1972. Pada intinya menyatakan bahwa Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lonceng merupakan harta peninggalan alm. Hioe Hoy Jan, dan karena telah terbukti Penggugat adalah ahli waris alm Hioe Hoy Jan, maka ia juga berhak atas harta peninggalan alm. Hioe Hoy Jan tersebut yang berupa Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lonceng tersebut. Berdasarkan hasil analisis di atas dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Putusan Nomor: 17/Pdt.G/2013/PN. Ska pada pokoknya Penggugat dapat membuktikan atas dalil gugatan yang diajukannya bahwa Penggugat merupakan salah satu ahli waris sah HIOE HOY JAN dan LIE JOE MOY dan berhak atas harta peninggalan berupa Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lonceng. Sehingga terbukti telah terjadi peristiwa Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana dalam Pasal 1365 KUHPerdata, yang dilakukan oleh Para Tergugat yaitu dengan menghilangkan hak dari Penggugat sebagai ahli waris atas harta warisan yaitu 11

Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lonceng, yang dikelola oleh Tergugat I dan hasilnya dinikmati bersama oleh Tergugat I, II, III, IV dan V, sedangkan untuk Penggugat sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk bersama-sama mengelola perusahaan tersebut dan hanya diberikan hasil dari perusahaan ala kadarnya yang sangat merugikan Penggugat. 4. PENUTUP Kesimpulan Pertama, pembagian harta warisan menurut Hukum Islam, Hukum Adat dan KUHPerdata/BW. Sistem hukum Indonesia masih terjadi kemajemukan tatanan hukum. Masalah pembagian warisan ada tiga sistem hukum waris yang berlaku dan diterima oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan pada Putusan Nomor 17/Pdt.G/2013/PN.Ska mengenai sengketa pembagian harta warisan milik orang tua yang bernama HIOE HOY JAN dan LIE JOE MOY yang keduanya sudah meninggal dunia, meninggalkan 4 (empat) orang anak lakilaki. Berdasarkan pembagian harta warisan menurut hukum islam, adat, maupun perdata harta warisan tersebut harus dibagi sama rata kepada 4 (empat) orang anaknya dengan bagian yang sama besarnya. Kedua, hakim dalam menentukan pembuktian atas perkara pembagian harta warisan. Berdasarkan pada pemeriksaan persidangan tersebut telah diperoleh fakta-fakta hukum bahwa pada intinya Penggugat mampu membuktikan dalil-dalil gugatannya dan Para Tergugat tidak mampu membuktikan dalil-dalil bantahannya. Dengan demikian dari fakta-fakta hukum tersebut, Majelis Hakim dapat mengambil Kesimpulan tentang Hasil Pembuktian yaitu terbukti telah terjadi peristiwa Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana sesuai dalam Pasal 1365 KUHPerdata, yang dilakukan oleh Para Tergugat yaitu dengan menghilangkan hak dari Penggugat sebagai ahli waris atas harta warisan yaitu Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lonceng, yang dikelola oleh Tergugat I dan hasilnya dinikmati bersama oleh Tergugat I, II, III, IV dan V, sedangkan untuk Penggugat sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk bersama-sama mengelola perusahaan tersebut dan hanya diberikan hasil dari perusahaan ala kadarnya yang sangat merugikan Penggugat. 12

Ketiga, hakim dalam menjatuhkan putusan atas perkara pembagian harta warisan. Berdasarkan pada pemeriksaan persidangan tersebut diperoleh Fakta- Fakta Hukum dan Hakim telah memperoleh kesimpulan tentang hasil pembuktian yang pada intinya Penggugat mampu membuktikan dalil-dalil gugatannya, maka selanjutnya Hakim akan memberikan pertimbangan-pertimbangan hukumnya yang akan dijadikan pedoman dalam menjatuhkan putusan mengenai proses penyelesaian perkara pembagian harta warisan sebagaimana yang tertuang dalam Putusan Nomor: 17/Pdt.G/2013/PN. Ska. Majelis Hakim telah mengambil pertimbangan hukum bahwa Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lonceng adalah harta peninggalan alm. Hioe Hoy Jan (ayah Penggugat dan Tergugat I) dan berdasarkan bukti P. 7 yang berupa Surat Wasiat Nomor 21 tanggal 13 Maret 1972 perusahaan tersebut telah diwasiatkan akan diberikan kepada isterinya (Lie Joe Moy) dan keempat anak laki-lakinya bernama Hioe Liong Hiang, Hioe Liong Fen, Hioe Liong Wie dan Hioe Liong Tung dengan bagian yang sama, dan oleh karena Lie Joe Moy sudah meninggal dunia maka perusahaan tersebut adalah hak dari keempat anak laki-laki tersebut, karenanya perbuatan Tergugat I yang mengelola sendiri perusahaan dan menikmati hasilnya bersama Tergugat II, III, IV dan V sejak tahun 1982 sampai dengan sekarang tergolong dalam perbuatan melawan hukum sebagaimana sesuai dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang merugikan Penggugat. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, dengan ini Majelis Hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut: (1) Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian; (2) Menyatakan Tergugat I, II, III, IV dan V secara bersama-sama telah melakukan perbuatan melawan hukum; (3) Menyatakan secara hukum Penggugat merupakan ahli waris sah HIOE HOY JAN dan LIE JOE MOY dan berhak atas harta peninggalan berupa Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lonceng sesuai Akta Notaris No. 21 tanggal 13 Maret 1972 dan atau hasil usaha dari Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lonceng tersebut; (4) Menghukum Tergugat I, II, III, IV dan V (Para Tergugat) memasukkan Penggugat secara hukum dan mencatatkan Penggugat 13

secara Notariil dan atau bagian seperempat atas Perusahaan Anggur WAN NEN Cap Lonceng yang berdomisili di Surakarta; (5) Menghukum kepada Tergugat I, II, III, IV dan V secara tanggung renteng untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp. 1.771.000 (satu juta tujuh ratus tujuh puluh satu ribu rupiah). Saran Pertama, untuk Penggugat dalam mengajukan gugatan atas pembagian harta warisan harus berdasarkan bukti-bukti yang sah dan dapat dipertanggung jawabkan. Karena dalam hal ini Penggugat dalam pemeriksaan pembuktian di persidangan harus bisa membuktikan dalil-dalil gugatannya. Sehingga apabila Penggugat dapat membuktikan dalil-dalilnya, maka gugatan Penggugat akan dikabulkan. Kedua, untuk Tergugat apabila membantah dalil gugatan Penggugat dan menyatakan bahwa tidak melakukan perbuatan melawan hukum atas pembagian harta warisan maka harus didasarkan pada bukti-bukti yang kuat, sehingga dalam pemeriksaan pembuktian dipersidangan dapat membuktikan dalil-dalil bantahan/sangkalannya. Ketiga, untuk Hakim Pengadilan Negeri Surakarta yang memeriksa dan mengadili perkara gugatan atas pembagian harta warisan, diharapkan harus cermat dan teliti dalam memeriksa perkara tersebut. Sehingga dalam proses pembuktian dipersidangan Majelis Hakim dapat melihat apakah Penggugat bisa membuktikan dalil gugatannya atau tidak. Keempat, untuk masyarakat secara umum diharapkan apabila dalam melakukan pembagian harta warisan sebaiknya dilakukan sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan/diwasiatkan oleh pewaris dengan ahli waris. Sehingga dalam pembagian tersebut masing-masing ahli waris mendapatkan bagian harta warisan sesuai dengan haknya dan terpenuhi rasa keadilan bagi sesama ahli waris. 14

Persantunan Skripsi ini, penulis persembahkan kepada: Orang tua saya tercinta atas doa, dukungan yang penuh dan juga penantiannya. Dosen-dosen Fakultas Hukum yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, Kakak dan adikku tersayang atas dukungan, doa dan semangatnya. Sahabat-sahabatku, atas motivasi, dukungan dan doanya selama ini. 5. DAFTAR PUSTAKA Afandi, Ali, 1986, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, Jakarta: PT Bina Aksara. Amanat, Anisistus 2000, Membagi Warisan Berdasarkan Pasal-Pasal Hukum Perdata,Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Amiruddin dan Asikin, Zainal, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dimyati, Khudzaifah dan Wardiono, Kelik, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Fakultas Hukum UMS. Hadikusuma, Hilman, 1991, Hukum Waris Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Muhammad, Abdulkadir, 2010, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Oemarsalim, 1991, Dasar-Dasar Hukum Waris Di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta. Suratman dan Dillah, Philips, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta. Arham, Ulul, 2012, Studi Komparasi Terhadap Pembagian Harta Waris Ditinjau dari Hukum Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Skripsi Tidak Diterbitkan) Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Perbandingan Pembagian Harta Warisan, Diakses di http://gadjaonline.blogspot.co.id/2014/01/perbandingan-pembagianharta-warisan.html, Pada tanggal 12 Mei 2016, Pukul 17.25 WIB. 15