BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius, menduduki peringkat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana manusia akan kehilangan daya imunitasnya

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. seimbang akan mempengaruhi rasio lingkar pinggang pinggul menjadi

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. Serat dibutuhkan untuk mendukung tingkat kesehatan yang optimal. Serat merupakan komponen makanan yang penting terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN VITAMIN E DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONERRAWAT JALAN DI RSUD Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta. dengan minyak jelantah rasa yang dihasilkan lebih gurih.

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol yang meningkat dapat memfasilitasi proses penyempitan pembuluh. terjadinya penyakit jantung dan stroke (Davey, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

Jl.Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk Jakarta Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit kelas A. RSUD Dr. Moewardi ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan wilayah Eks Karesidenan Surakarta dan sekitarnya, juga jawa bagian timur dan jawa bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program pelayanan kesehatan, salah satunya adalah Pelayanan Jantung Terpadu (PJT). PJT ditangani oleh 5 orang dokter spesialis jantung, 1 orang dokter spesialis intervensi non bedah, 2 orang dokter spesialis bedah kardiovaskuler, 2 orang dokter spesialis Anestesi Kardiovaskuler, 1 orang dokter Spesialis Perfusi dan 6 Perawat yang terlatih di bidangnya. Sedangkan untuk ahli gizi di RSUD Dr. Moewardi berperan dalam pemberian terapi diit pada pasien jantung. Pemberian terapi diit pada pasien penyakit jantung koroner tersebut yaitu dengan mengatur kebutuhan energi pasien sebesar 1700 kkal/hari, lemak 25% dari kebutuhan energi total, 10% lemak jenuh dan 10-15% lemak tak jenuh untuk kolesterol dibatasi <300 mg/hari. Meskipun sudah diatur diitnya oleh ahli gizi, sebanyak 38,8% dari 44 pasien jantung jantung masih mengonsumsi asupan kolesterol >300 mg/ hari. 30

B. Karakteristik Sampel Penelitian Sampel penelitian ini adalah pasien PJK yang melakukan rawat inap di ruang Aster 5 RSUD Dr. Moewardi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel penelitian adalah 44 pasien. 1. Distribusi Sampel Menurut Karakteristik Umur Distribusi responden tentang karakteristik umur dari hasil penelitian yaitu umur minimal 33 tahun dan umur maksimal 80 tahun. Subjek paling banyak berumur 60 tahun (11,4%). Menurut Siregar (2005) umur merupakan faktor PJK dimana penambahan faktor usia akan meningkatkan faktor risiko 2 kali lebih besar untuk terjadi PJK, karena semakin bertambahnya umur maka ketebalan plak di dalam pembuluh darah juga semakin bertambah ketebalannya. Terjadinya PJK lebih tinggi pada kelompok usia 60 tahun. Umur akan membawa perubahan struktur jaringan tubuh manusia termasuk sistem kardiovaskuler. Bertambahnya umur seseorang sering diikuti bertambahnya berat badan, peningkatan kolesterol, kurang aktivitas dan kemungkinan menjadi faktor yang berpengaruh terjadinya risiko PJK pada usia lanjut (Kusmana, 2006). Penyakit jantung akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia baik pada wanita maupun pria. Angka kejadian pada wanita sebesar 0,1-1% pada wanita usia 45-54 tahun dan 10-20% pada wanita usia 65-74 tahun. Pada pria umur 45-54 tahun angka kejadian PJK sekitar 2,5% dan meningkat tajam menjadi 10-20% pada usia 65-74 tahun. Berdasarkan data tersebut, tampak bahwa semakin tua usia seseorang akan meningkatkan risiko terjadinya PJK (Wirawan, 2011). 31

2. Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%) Laki-Laki Perempuan 39 5 88,6 11,4 Jumlah 44 100 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin laki-laki 88,6% dari keseluruhan sampel dalam penelitian dan perempuan sebesar 11,4%. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Candra Rahmawaty dkk (2009) mengatakan bahwa laki-laki mempunyai risiko lebih besar menderita penyakit jantung koroner dibandingkan dengan perempuan. Pada perempuan didapatkan risiko absolut PJK meningkat secara subtansial pada usia pertengahan karena setelah menopouse terjadi perubahan metabolisme lemak. Anwar (2004) menyebutkan di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3 kali lebih besar dari perempuan. Wanita mulai menyusul pria dalam hal risiko penyakit jantung setelah mengalami menopause. Meskipun tidak dapat dicegah meningkatnya risiko penyakit jantung setelah menopause dapat dimodifikasi melalui terapi pembaharuan estrogen (Gowan, 2001). 32

3. Distribusi Sampel Menurut Asupan Vitamin E Rata-rata asupan vitamin E adalah asupan vitamin E yang dikonsumsi oleh sampel yaitu sebesar 7,27 mg/hari atau 24,23% dari asupan vitamin E yang seharusnya dikonsumsi oleh pasien penyakit jantung koroner per hari. Tabel 7 Distribusi Sampel Menurut Asupan Vitamin E Asupan Jumlah (n) Pesrentase (%) Vitamin E Baik Tidak Baik 0 44 0 100 Jumlah 44 100 Berdasarkan tabel 7 yang merupakan tabel distribusi sampel menurut asupan vitamin E menyatakan bahwa sebagian besar sampel penelitian memiliki asupan vitamin E yang tergolong tidak baik yaitu sebesar 100%. Sebagian besar subjek mengkonsumsi vitamin E <30 mg/ hari. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Nikmah (2014) yang menyatakan bahwa sebagian besar penderita penyakit jantung koroner mengkonsumsi vitamin E <30mg/ hari. Vitamin E melindungi sel dari paparan radikal larut dalam lemak yang berbahaya bagi kesehatan pembuluh darah. Penderita hiperkolesterolemia, kecukupan vitamin E sangat diperlukan untuk mencegah kerusakan arteri oleh peroksida lipid yang memicu arterosklerosis (Lingga,2012). Kecukupan konsumsi vitamin E bagi orang dewasa di Indonesia adalah 15 mg/ hari dan untuk orang yang sakit adalah 30 mg/hari (Muchtadi, 2013). Angka kecukupan gizi (AKG) vitamin E berdasarkan Widyakara Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) pada lansia pria berusia 50-64 tahun dan di atas 65 tahun 33

adalah sebesar 15 mg/hari, sedangkan pada lansia wanita sebesar 15 mg/hari. Defisiensi vitamin E dapat terjadi apabila tidak mengkonsumsi vitamin E dalam jangka waktu yang lama, misalnya jika selama 1 tahun tidak mengkonsumsi vitamin E, maka akan menyebabkan degenerasi membran sel, antara lain mudah pecahnya membran sel darah merah (Fatmah, 2010). 4. Distribusi Sampel Menurut Asupan Kolesterol Asupan kolesterol dikatakan baik apabila <300 mg/hari. Sedangkan rata-rata asupan kolesterol sampeldengan kategori baik yaitu 212,6 mg/hari dan rata-rata asupan kolesterol dari sampel dengan kategori asupan kolesterol tidak baik sebesar 318,59 mg/hari. Asupan kolesterol antara masing-masing sampel berbeda-beda. Distribusi asupan kolesterol dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Distribusi Sampel Menurut Asupan Kolesterol Asupan Jumlah (n) Presentase (%) Kolesterol Baik Tidak Baik 27 17 61,4 38,6 Jumlah 44 100 Berdasarkan tabel 8 yang merupakan tabel distribusi sampel menurut asupan kolesterol menyatakan bahwa sebagian besar sampel penelitian memiliki asupan kolesterol yang tergolong baik yaitu sebesar 61,4%. Persentase asupan kolesterol dalam satu hari berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) anjuran dikatakan kurang apabila kurang dari 90% AKG, cukup apabila asupan kolesterol antara 90 sampai dengan 100% AKG, dan dikatakan lebih apabila asupan kolesterol 34

dalam jumlah lebih dari 100% AKG (Waspadji, 2003). Sebaiknya asupan kolesterol sehari <300 mg/hari (Apriyanti 2013). 5. Distribusi Sampel Menurut Kadar HDL Rata-rata kadar HDL sampel dengan kategori tidak normal sebesar 29,45 mg/dl sedangkan rata-rata kadar HDL yang dimiliki sampel dengan kategori normal adalah 49 mg/dl. Kadar HDL antara sampel yang satu dengan subjek yang lain berbeda. Distribusi sampel menurut kadar HDL dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi Sampel Menurut Kadar HDL Kadar HDL Jumlah (n) Presentase (%) Tidak Normal 42 95.5 Normal 2 4,5 Jumlah 44 100 Berdasarkan tabel 9 yang merupakan tabel distribusi sampel menurut kadar HDL menyatakan bahwa sebagian besar sampel memiliki kadar HDL tidak normal sebesar 95,5%. Kadar HDL dinyatakan normal apabila kadar HDL >45mg/dl dan dinyatakan tidak normal apabila <45mg/dl. HDL dibentuk oleh sel hati dan usus, mentransport kolesterol dari perifer ke hati dimana zat tersebut dimetabolisme dan diekskresi. HDL dapat menembus tunica intima, tetapi tidak melekat pada dinding pembuluh darah, sehingga dapat kembali kealiran darah, HDL mengangkut cholesterol yang ditimbun pada pembuluh darah darah oleh LDL. HDL mempunyai fungsi yang dapat membersihkan depost cholesterol pada dinding pembuluh darah yang ditimbun oleh HDL dan mencegah terjadinya aterioklerosis (Almatsier,2003). Rendahnya 35

kadar HDL dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kebiasaan merokok, obesitas dan aktivitas fisik (Soeharto, 2004). C. Hubungan Asupan Vitamin E dengan Kadar HDL Rata-rata asupan vitamin E adalah 7,27 mg/hari dengan Standar Deviation 3,15 sedangkan nilai minimum 3 mg/hari dan nilai maximum 15,4 mg/hari. Rata-rata kadar HDL adalah 30.32 m/dl dengan Standar Deviation 8,02 sedangkan nilai minimum 16 mg/dl dan nilai maximum sebesar 50 mg/dl. Hubungan asupan vitamin E dengan kadar HDL dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hubungan Asupan vitamin E dengan Kadar HDL Mean±SD Nilai p Kadar HDL (mg/dl) Vitamin E (mg/hari) 30.32±8.02 7.27±3.15 0,510 Hasil analisis statistik uji hubungan dengan menggunakan uji Pearson Product Moment pada uji hubungan asupan vitamin E dengan kadar HDL diperoleh nilai p = 0,510. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa nilai p value 0,05, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara asupan vitamin E dengan kadar HDL. Sesuai dengan penelitian Rimm dkk (2009) tidak ada hubungan antara tingginya asupan vitamin E dengan kadar HDL pada kejadian PJK, sehingga perlu penelitian yang lebih lanjut. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Krisnansari dkk (2011) yaitu sampel yang diberi suplementasi vitamin E selama 30 hari mempunyai kadar LDL 36

menurun dan kadar HDL cenderung meningkat. Vitamin E mempunyai kemampuan menetralisir intermediat peroxidase (radikal bebas) dan mencegah kerusakan molekul-molekul vital dengan cara mengubah radikal menjadi hydroperoxide. Reaksi ini sangat penting untuk mencegah terjadinya lipid peroksidasi yang dapat merusak sel membran. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2003), pemberian vitamin E belum mempengaruhi pengurangan penumpukan kolesterol di dalam pembuluh arteri, yang mana penumpukan tersebut merupakan hasil dari kelebihan kolesterol LDL yang tidak dapat diangkut lagi oleh kolesterol HDL. Vitamin E juga banyak terdapat pada buah-buahan. Ayat di dalam Al-Qur an tentang buah-buahan terdapat di dalam QS Abasa (80): 24-32 yang berbunyi Maka hendaklah manusia memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya. Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayursayuran, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenangan kamu dan untuk binatang ternakmu. D. Hubungan Asupan Kolesterol dengan kadar HDL Rata-rata asupan kolesterol adalah 253,55 mg/hari dengan Standar Deviation 70,99 sedangkan nilai minimum 35 mg/hari dan nilai maximum 369,6 mg/hari. Rata-rata kadar HDL adalah 30.32 m/dl dengan Standar Deviation 8,02 sedangkan nilai minimum 16 mg/dl 37

dan nilai maximum sebesar 50 mg/dl. Hubungan asupan kolesterol dengan kadar HDL dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Hubungan Asupan Kolesterol dengan Kadar HDL Kadar HDL (mg/dl) Asupan kolesterol (mg/hari) Mean±SD 30.32±8.02 253.55±70.99 Nilai p 0,042 Hasil analisis statistik uji hubungan dengan menggunakan uji Pearson Product Moment pada uji hubungan asupan kolesterol dengan kadar HDL diperoleh nilai p = 0,042. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa nilai p value 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara asupan kolesterol dengan kadar HDL. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sani Rachmawati (2014) yang menyatakan bahwa asupan kolesterol yang tinggi berhubungan dengan kadar HDL dalam darah dan penelitian yang dilakukan oleh Septi (2011), menyatakan bahwa asupan kolesterol berlebih mempengaruhi profil lipid dalam darah. Waspadji (2003) dalam penelitiannya menyebutkan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak yang tinggi dapat mempengaruhi tingkat kesehatan. Penyakit yang disebabkan karena konsumsi lemak berlebih adalah obesitas, dislipidemia, hiperkolesterolemia, dan lainlain. Dislipidemia dan hiperkolestrolemia merupakan faktor penting patofisiologis arterosklerosis, yang mana arterosklerosis itu sendiri merupakan faktor resiko terjadinya PJK. Hal yang terpenting untuk mencegah terjadinya PJK adalah kadar HDL harus lebih tinggi dibandingkan dengan kadar LDL. Kadar HDL dianggap sebagai 38

pelindung terhadap kejadian PJK (Soeharto, 2004). Konsumsi tinggi lemak jenuh menyebabkan kadar LDL meningkat sedangkan kadar HDL rendah sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung koroner (Frank,2009). Salah satu ayat di dalam Al-Qur an telah memberikan peringatan untuk tidak makan dengan berlebihan. Surat Al A raaf Ayat 31 menjelaskan seperti berikut : Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. E. Keterbatasan Penelitian 1. Pengambilan kadar HDL dengan recall makanan 24 jam seharusnya waktunya tepat karena perubahan kadar HDL baru dapat dilihat dalam waktu paruh yaitu 2 bulan. 2. Penelitian ini tidak menganalisis secara mendalam faktor risiko lain seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik dan gen yang juga dapat mempengaruhi penyakit jantung koroner. 3. Waktu recall makanan 24 jam 3 hari secara berturut-turut cenderung membuat pasien sudah mempersiapkan jawaban apabila diwawancara mengenai asupan makannya. 39