Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

Disampaikan Oleh : BADAN PPSDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN. Jakarta 12 Maret Materi 1. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN SAM MEDIKO LEGAL

PERAN DAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/126/2017 TENTANG KOMITE PERLINDUNGAN KESEHATAN TENAGA KERJA INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

Oleh SUHARDJONO, SE. MM. BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

PERENCANAAN STRATEGIS, PENGEMBANGAN & BISNIS PEMASARAN PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pembangunan kesehatan nasional adalah mewujudkan Indonesia

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DAN PEMERINTAH KAB/KOTA BIDANG KESEHATAN (GIZI DAN KIA)

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

Implementasi Tahap-Tahap Sinkronisasi RPJMD-RPJMN Subbidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Tim Sinkronisasi PKMK FK UGM

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

UNIVERSITAS INDONESIA

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

Rencana Aksi Kegiatan

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

B A B P E N D A H U L U A N

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/76/2015 TENTANG TIM KOORDINASI PASCA KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

UNIVERSITAS INDONESIA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Rencana Aksi Kegiatan Tahun

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG

Dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK 1

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA BERPRESTASI

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANDAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

BISMILLAHIRRAHMANNIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PERCEPATAN PEMBANGUNAN KESEHATAN PAPUA

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 439/MENKES/PER/VI/2009 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Rencana Kerja Tahun 2014 (Revisi) 1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/95/2017 TENTANG TIM KOORDINASI PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA

Ringkasan eksekutif sasaran strategis

Transkripsi:

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Sejalan dengan RPJMN 2010-2014 Kementerian Kesehatan telah menetapkan Visi : Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan, dengan Misi ; 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat mandiri, 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, 3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan, 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Adapun strategi Kementerian Kesehatan meliputi 1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan regional, 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti ; dengan mengutamakan pada upaya promotif dan preventif, 3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional, 4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu, 5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, 6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan berhasil guna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab.

Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2010-2014 difokuskan pada delapan fokus prioritas, yaitu : 1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita; 2. Perbaikan status gizi masyarakat; 3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan; 4. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan; 5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan; 6. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas); 7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan; 8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

Untuk menindaklanjuti hal tersebut maka Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan menetapkan Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Tahun 2011 2014. 1. Meningkatkan pembinaan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain 2. Meningkatkan peningkatan mutu pelayanan rujukan 3. Meningkatkan pengembangan pelayanan spesialistik dan sub spesialistik 4. Menguatkan regulasi pelayanan keperawatan, kebidanan dan KMKF menjamin kualitas pelayanan dan perlindungan bagi masyarakat (penerima pelayanan) dan perawat, bidan dan tenaga KMKF (pemberi pelayanan). 5. Meningkatkan advokasi, koordinasi, konsultasi dan bimbingan teknis serta evaluasi pelayanan keperawatan, kebidanan dan KMKF secara berjenjang. 6. Meningkatkan manajemen pelayanan keperawatan, kebidanan dan KMKF yang efektif dan efisien. 7. Meningkatkan peran perawat, pelayanan di fasilitas kesehatan. bidan dan tenaga KMKF dalam memberikan 8. Meningkatkan kualitas jejaring kerja guna mendukung pelayanan keperawatan, kebidanan dan KMKF yang bermutu.

9. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, dalam pembangunan kesehatan di bidang laboratorium kesehatan, radiologi, sarana, prasarana dan peralatan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global. 10. Meningkatkan pelayanan kesehatan di bidang laboratorium kesehatan, radiologi, sarana, prasarana dan peralatan kesehatan yang merata terjangkau, bermutu, dan berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif. 11. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM di bidang laboratorium kesehatan, radiologi, sarana, prasarana dan peralatan kesehatan kesehatan yang merata dan bermutu 12. Pemetaan dan penyusunan perundangan tentang kesehatan jiwa. 13. Meningkatkan upaya kesehatan jiwa dilakukan melalui upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif pada semua kelompok usia.

14. Integrasi pelayanan kesehatan jiwa dan NAPZA di pelayanan kesehatan umum dan fasilitas kesehatan dasar. 15. Melakukan sosialisasi program kesehatan jiwa dan advokasi kepada pengambil kebijakan tentang kesehatan jiwa. 16. Memfasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama antar institusi dari berbagai pihak terkait dalam penanganan kesehatan jiwa. 17. Meningkatkan kemampuan tenaga profesional di bidang kesehatan dan tenaga profesional lainnya baik tingkat pusat maupun daerah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa. 18. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa.

Adapun maksud dari Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Tahun 2011 2014 adalah : 1. Penjabaran dari program dan kegiatan Ditjen Bina Upaya Kesehatan yang terdapat dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010 2014. 2. Sebagai pedoman dan arah dari kegiatan tiap unit eselon II di lingkungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan. 3. Sebagai bahan informasi baik untuk internal maupun eksternal Ditjen Bina Upaya Kesehatan

Dalam mencapai sasaran dan tujuan dari Program Pembinaan Upaya Kesehatan, maka sesuai Permenkes nomor 1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan memiliki tugas yaitu :

Pasal 105 Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan upaya kesehatan.

PASAL 106 DALAM MELAKSANAKAN TUGAS SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 105, DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN MENYELENGGARAKAN FUNGSI : A. PERUMUSAN KEBIJAKAN DI BIDANG PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN; B. PELAKSANAAN KEBIJAKAN DI BIDANG PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN; C. PENYUSUNAN NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN; D. PEMBERIAN BIMBINGAN TEKNIS DAN EVALUASI DI BIDANG PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN;DAN E. PELAKSANAAN ADMINISTRASI DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN.

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan terdiri atas : 1.Sekretariat Direktorat Jenderal; 2.Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar; 3.Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan; 4.Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik; 5.Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan; dan 6.Drektorat Bina Kesehatan Jiwa.

STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN RUJUKAN DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN DAN KETEKNISIAN MEDIK DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN DIREKTORAT BINA KESEHATAN JIWA

Landasan hukum tata kelola upaya kesehatan 1. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 3. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. 4. Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 5. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Deskripsi terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional yang memerlukan peran serta aktif bersama Pemerintahan Daerah dalam merealisasikannya

Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional Kondisi Saat Ini 2 1 Kebijakan Kementerian? Kesehatan Terkait Peningkatan Upaya Kesehatan 3 Kebijakan Pembangunan Kesehatan Daerah Tidak Sinkron 4 5 Perda Pembangunan Kesehatan Daerah kab/kota Program Pembangunan Kesehatan Daerah Kab/kota

Masalah yang timbul Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional Tidak disikapi dengan tanggung jawab akan pengelolaan dan penyelenggaraan oleh daerah sehingga kurang sesuai dengan sasaran yang digariskan. Tidak Sinkronnya Aturan Hukum Terhadap Pembangunan Kesehatan Nasional dan Daerah. Banyaknya Perbedaan Persepsi yang Mendasar dalam mengartikan Otonomi Daerah.

Kondisi Yang Diinginkan 2 Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional Kebijakan Kementerian Kesehatan Terkait Peningkatan Upaya Kesehatan 1 3 Kebijakan Pembangunan Kesehatan Daerah 4 Perda Pembangunan Kesehatan Daerah Kab/Kota Sinkron dua arah 5 Program Pembangunan Kesehatan Daerah Kab/Kota

Yang diharapkan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional Harus disikapi dengan tanggung jawab akan pengelolaan dan penyelenggaraan oleh daerah sehingga akan sesuai dengan sasaran yang digariskan. Terjadi Sinkronisasi Aturan Hukum Terhadap Pembangunan Kesehatan Nasional dan Daerah. Terdapat Pemahaman dan Persepsi yang sama antara Pusat dan Daerah dalam mengartikan Otonomi Daerah.

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Mempunyai 8 (Delapan) Urusan Yang Dalam Pelaksanaannya Harus Dibagi antara Pemerintah, Pemerintahan provinsi Dan Pemerintahan Kabupaten/Kota Yaitu :

Sub Bidang Upaya Kesehatan Sub-Sub Bidang Pelayanan Kesehatan Perorangan dan Masyarakat Pemerintah Pemerintahan Provinsi Pemerintahan Kab/Kota 1.Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan perorangan dan masyarakat Tingkat II dan III. 1.Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan perorangan dan masyarakat Tingkat III. 1.Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan perorangan dan masyarakat Tingkat I dan II. 1

Sub Bidang Sub-Sub Bidang Pemerintah Pemerintahan Provinsi Pemerintahan Kab/Kota 2.Pengelolaan Pelayanan Kesehatan rujukan Tingkat Nasional. 2.Pengelolaan dan Penyelenggaraan pelayanan kesehatan rujukan Tingkat provinsi. 2.pengelolaan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan Tingkat kabupaten/kota. 2

Sub Bidang Sub-Sub Bidang Pemerintah Pemerintahan Provinsi Pemerintahan Kab/Kota 3.Pengelolaan Upaya 3.Pengelolaan upaya Kesehatan pada daerah kesehatan pada daerah Tertinggal, Perbatasan dan Tertinggal, Perbatasan dan kepulauan,bencana tingkat kepulauan tingkat provinsi. nasional. 3.Pengelolaan dan Penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah tertinggal, Perbatasan dan kepulauan tingkat Kabupaten. 3

Sub Bidang Sub-Sub Bidang Pemerintah Pemerintahan Provinsi Pemerintahan Kab/Kota 4.Registrasi,Akreditasi,Serti fikasi,blu/ BLUD,penetapan, perizinan,fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan. 4.Akreditasi,Sertifikasi,BLU/ BLUD,perizinan,Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai peraturan perundangundangan. 4.Akreditasi,Sertifikasi,B LU/ BLUD,perizinan,Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan. 4

Sub Bidang Sub-Sub Bidang Pemerintah Pemerintahan Provinsi Pemerintahan Kab/Kota 5.Pengelolaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara berkesinambungan. 5. Pengelolaan dan Penyelenggaraan peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara berkesinambungan. 5. Pengelolaan dan Penyelenggaraan peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara berkesinambungan. 5

Sub Bidang Sub-Sub Bidang Pemerintah Pemerintahan Provinsi Pemerintahan Kab/Kota 6.Penetapan Kebijakan dan Pengelolaan Kesehatan Jiwa. 6.Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa. 6.Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa. 6

Sub Bidang Sub-Sub Bidang Pemerintah Pemerintahan Provinsi Pemerintahan Kab/Kota 7.Penetapan Kebijakan dan Pengelolaan Pemeriksaan kesehatan CTKI tingkat Nasional. 7.penetapan kebijakan dan pengelolaan pemeriksaan kesehatan Calon Tenaga Kerja Indonesia Tingkat Provinsi. 7. penetapan kebijakan dan pengelolaan pemeriksaan kesehatan Calon Tenaga Kerja Indonesia Tingkat Kabupaten/Kota. 7

Sub Bidang Sub-Sub Bidang Pemerintah Pemerintahan Provinsi Pemerintahan Kab/Kota 8. Penetapan kebijakan dan 8.Pengelolaan dan Pengelolaan Pencatatan penyelenggaraan Pencatatan penyebab Kematian penyebab Kematian di Tingkat Nasional. tingkat Provinsi. 8.Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pencatatan penyebab Kematian ditingkat Kabupaten/Kota. 8

Rekap Usulan Masukan revisi PP 38/2007 -BUK Sub Bidang Sub-Sub Bidang Pemerintah Pemerintahan Provinsi Pemerintahan Kab/Kota Upaya Kesehatan Pelayanan Kesehatan Perorangan dan Masyarakat 1.Pengelolaan Pelayanan Kesehatan perorangan dan masyarakat Tingkat III. 2.Pengelolaan Pelayanan Kesehatan rujukan Tingkat Nasional. 1.Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pelayanan 1.Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kesehatan perorangan dan masyarakat Tingkat Pelayanan Kesehatan perorangan dan II dan III. masyarakat Tingkat I dan II. 2.Pengelolaan dan Penyelenggaraan pelayanan kesehatan rujukan Tingkat provinsi. 2.pengelolaan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan Tingkat kabupaten/kota. 3.Pengelolaan Upaya Kesehatan pada daerah Tertinggal, Perbatasan dan kepulauan tingkat nasional. 3.Pengelolaan upaya kesehatan pada daerah Tertinggal, Perbatasan dan kepulauan tingkat provinsi. 3.Pengelolaan dan Penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah tertinggal, Perbatasan dan kepulauan tingkat Kabupaten. 4.Registrasi,Akreditasi,Sertifikasi,BLU/ BLUD,penetapan, perizinan,fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan. 4.Akreditasi,Sertifikasi,BLU/ BLUD,perizinan,Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan. 4.Akreditasi,Sertifikasi,BLU/ BLUD,perizinan,Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan. 5.Pengelolaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara berkesinambungan. 5. Pengelolaan dan Penyelenggaraan peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara berkesinambungan. 5. Pengelolaan dan Penyelenggaraan peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara berkesinambungan. 6.Penetapan Kebijakan dan Pengelolaan Kesehatan Jiwa. 7.Penetapan Kebijakan dan Pengelolaan Pemeriksaan kesehatan CTKI tingkat Nasional. 8. Penetapan kebijakan dan Pengelolaan Pencatatan penyebab Kematian Tingkat Nasional. 6.Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa. 7.penetapan kebijakan dan pengelolaan pemeriksaan kesehatan Calon Tenaga Kerja Indonesia Tingkat Provinsi. 8.Pengelolaan dan penyelenggaraan Pencatatan penyebab Kematian di tingkat Provinsi. 6.Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa. 7. penetapan kebijakan dan pengelolaan pemeriksaan kesehatan Calon Tenaga Kerja Indonesia Tingkat Kabupaten/Kota. 8.Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pencatatan penyebab Kematian ditingkat Kabupaten/Kota.

DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Terima Kasih