BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatakan bahwa setiap orang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang

1 dari 8 26/09/ :15

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan yang wajar sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku dan normanorma

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan perdamaian dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik. makhluk Tuhan, individu dan anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. haknya. Bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

Institute for Criminal Justice Reform

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUHAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa dengan seperangkat hak yang menjamin derajatnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB II. Perlindungan Hukum Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika Di Lembaga. Pemasyarakatan Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Salah satu tujuan negara Indonesia sebagaimana termuat dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. maupun dewasa bahkan orangtua sekalipun masih memandang pendidikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. penyiksaan dan diskriminatif secara berangsur-angsur mulai ditinggalkan melalui

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. membentuk norma yang hidup di masyarakat. Sebagai ultimum remedium,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Merebaknya kasus kejahatan dari tahun ke tahun memang bervariasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Anak dalam Konsideran Undang-Undang Nomor 11 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya warga Binaan Pemasyarakatan sebagai insan dan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Kualitas Pelayanan Kesehatan..., Keynes,FISIP UI, 2009

Institute for Criminal Justice Reform

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4, yaitu melindungi. perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB II PERLINDUNGAN HAK ATAS KESEHATAN ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN MENURUT PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA

NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

PP 32/1999, SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah menentukan cita-cita dan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah manajemen pengolahan arsip-arsip dokumennya. rekam medis. Menurut Permenkes No. 269 / MENKES / PER / III /

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bisa terjadi pada anak dimana apabila anak terkena pidana. Adapun pelaksanaan

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

PP 58/1999, SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kesehatan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. dan martabat manusia, terutama masalah Hak Asasi Manusia. Hak Asasi

I. PENDAHULUAN. Wakil Kepala Badan Reserse.Kriminal Polri Jendral Polisi Saud Usman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

BAB III TINJAUAN TEORITIS

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMASYARAKATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. boleh merampas hak hidup dan merdeka tersebut.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Asimilasi. Pembebasan Bersyarat.

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi merupakan isu pesat berkembang pada akhir abad ke-20 dan pada permulaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya, kesehatan merupakan hak setiap manusia. Hal tersebut sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kesehatan juga memiliki peranan penting dalam rangka pembangunan nasional. Pada perkembangan masyarakat Internasional, kesehatan menjadi salah satu indikator utama kesejahteraan suatu bangsa, oleh karena itu Negara Indonesia sebagai negara yang bertujuan mensejahterakan masyarakatnya telah mencantumkan landasan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 [ ] Pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial [ ]. Dalam rangka mewujudkan tujuan Negara Indonesia, Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya guna meningkatkan pelayanan kesehatan. Pasal 34 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah menegaskan bahwa negara juga bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Dapat dikatakan bahwa tidak hanya orang yang berkecukupan atau yang memiliki finansial cukup yang dapat memperoleh

2 pelayanan kesehatan, karena negara sesungguhnya bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum bagi setiap warga negara. Cara untuk meningkatkan kesehatan dan mengatasi berbagai macam penyakit yang berkembang di masyarakat, dapat dilakukan berbagai macam upaya kesehatan, sebagaimana tercantum dalam pasal 47 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa upaya kesehatan yang dilakukan dibagi menjadi beberapa cara yaitu berupa pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), peningkatan kesehatan (promotif), dan juga pemulihan kesehatan (rehabilitatatif). Pembangunan kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia, diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang menyebutkan bahwa asas pembangunan kesehatan di Indonesia dapat diartikan sebagai berikut : a. Asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membedakan golongan agama dan bangsa. b. Asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilandaskan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta antara material dan spiritual. c. Asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dam perikehidupan yang sehat bagi warga negara.

3 d. Asas perlindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima pelayanan kesehatan. e. Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa pembangunan kesehatan dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum. f. Asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau. g. Asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki. h. Asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus memperhatikan dan menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut masyarakat. Dengan demikian asas pembangunan kesehatan nasional, terutama pada asas perlindungan, asas penghormatan dan asas keadilan sesungguhnya telah memberikan kepastian hukum terkait pelayanan kesehatan terhadap setiap manusia tanpa memandang status sosialnya. Salah satu identitas dari negara hukum adalah adanya jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia yang harus dihormati dan dijunjung tinggi oleh penyelenggara negara beserta segenap warga negaranya tanpa kecuali. Ketentuan mengenai Hak Asasi Manusia diatur antara lain dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya

4 yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat martabat manusia, namun dalam pelaksanaannya hak seseorang dapat dibatasi seperti yang tercantum dalam Pasal 28 J Ayat (2) Undang-Undang Negara Republik Indonesia 1945 menyatakan bahwa dalam menjalankan dan melindungi hak asasi dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum. Apabila seseorang telah melakukan suatu kejahatan maupun pelanggarangan dengan mengurangi hak orang lain serta bertentangan dengan kepentingan umum, maka hak-hak dalam dirinya dapat dicabut atau dikurangi melalui suatu hukuman berdasarkan putusan pengadilan berupa penghilangan kemerdekaan dan di tempatkan di lembaga pemasyarakatan. Orang yang menjalani hukuman perampasan kemerdekaan tersebut dapat disebut sebagai Narapidana. Selama narapidana berada di dalam lembaga pemasyarakatan ada hak-hak narapidana yang tetap sama seperti manusia lain, selama masa pemidanaan yang dijalani oleh narapidana itu, bukan berarti hak-hak narapidana dicabut dan tetap dilindungi oleh pemerintah Indonesia seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 14 yaitu : a. melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; b. mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; c. mendapatkan pendidikan dan pengajaran;

5 d. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; e. menyampaikan keluhan; f. mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang; g. mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan; h. menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya; i. mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi); j. mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga; k. mendapatkan pembebasan bersyarat; l. mendapatkan cuti menjelang bebas; dan m. mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sudah semestinya para narapidana tetap dihargai dan dipenuhi apa yang menjadi hak-haknya, hak asasi manusia merupakan hak esensial yang dimiliki manusia, termasuk terhadap narapidana. Narapidana hanyalah seseorang yang dirampas hak atas kebebasannya, namun hak-hak lain yang melekat pada dirinya sebagai manusia harus tetap diberikan selama narpidana tersebut menjalani masa pemidanaan, walaupun undang-undang yang mengatur tentang hak-hak narapidana telah diberlakukan, namun pada kenyataannya hak-hak narapidana, khususnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, masih banyak yang terabaikan. Isu pemenuhan hak narapidana masih menjadi hal yang terabaikan dari perhatian publik. Hal ini terjadi karena masih adanya anggapan di masyarakat

6 bahwa narapidana hanyalah seseorang yang telah melakukan suatu kejahatan dan berhak untuk mendapatkan pengekangan kebebasan dan pengurangan hak-hak yang sebelumnya dimiliki, sehingga perlakuan yang tidak manusiawi terhadap narapidana juga merupakan hal yang wajar, padahal narapidana juga merupakan bagian dari masyarakat yang tetap memiliki hak-haknya sebagai manusia dan warga negara Indonesia tanpa suatu diskriminasi, Pasal 5 Ayat (1) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Penghuni lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi, yaitu berjumlah 1.929 orang, sehingga ada beberapa lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan yang di huni oleh narapidana tersebut melebihi kuota yang disediakan, seperti Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Sleman memiliki total penghuni 273 orang dengan kapasitas untuk 163 orang, Rumah Tahanan Kelas II A Yogyakarta memiliki total penghuni 164 orang dengan kapasitas 152 orang, dan Rumah Tahanan Kelas II B Wates memiliki total penghuni 56 dengan kapasitas 55 orang. Tingkat kepadatan penghuni dalam suatu lembaga pemasyarakatan secara langsung akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan terhadap narapidana dalam lembaga pemasyarakatan tersebut. Semakin padat suatu lembaga pemasyarakatan pastinya juga akan meningkatkan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh lembaga pemasyarakatan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

7 Tabel 1. Data Jumlah Penghuni pada Kanwil Daerah Istimewa Yogyakarta Wilayah TTD TTA TT TND TNA TN Tt K K (%) Lapas Kelas II A Narkotika 35 35 168 168 203 474 43 Yogyakarta Lapas Kelas II A 41 41 291 291 332 800 42 Yogyakarta Lapas Kelas II B 96 96 175 2 177 273 163 167 Sleman Rutan Kelas II A 126 126 38 38 164 152 108 Yogyakarta Rutan Kelas II B 49 49 71 1 72 121 175 69 Bantul Rutan Kelas II B 17 17 39 39 56 55 102 Wates Rutan Kelas II B 18 18 57 14 71 89 110 81 Wonosari Sumber : Sistem database pemasyarakatan tahun 2014 1 Keterangan data jumlah penghuni pada kanwil Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut: TTD (Total Tahanan Dewasa); TTA (Total Tahanan Anak); TT (Total Tahanan); TND (Tota Narapidana Dewasa); TNA (Total Narapidana Anak); TN (Total Narapidana); Tt (Total); K (Kapasitas); K(%) (Kapasitas dalam persen). Total penghuni lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 1.929 orang. Permasalahan kesehatan di lembaga pemasyarakatan berkaitan dengan masalah pelayanan kesehatan dan minimnya fasilitas kesehatan dengan kondisi lembaga pemasyarakatan yang penuh sesak dapat memicu permasalahan kesehatan antar narapidana, karena banyaknya penyakit yang dapat dengan cepat menular. Permasalahan kesehatan di 1 Sistem database pemasyarakatan, www. smslap.ditjenpas.go.id, Diakses Kamis 1 Desember 2014, Jam 18.30.

8 lembaga pemasyarakatan juga berkaitan erat dengan perlindungan hukum terhadap pasien yang berstatus narapidana. Permasalahan pelayanan kesehatan dan perlindungan hukum bagi narapidana perlu mendapatkan perhatian serius, berdasarkan latar belakang diatas tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, guna memberikan suatu gambaran nyata mengenai Perlindungan Hukum dalam Perjanjian Terapeutik bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta, sehingga dapat memberikan pemikiran dan gagasan bagaimana seharusnya perlindungan hukum terhadap narapidana tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelayanan kesehatan dan pelaksanaan perjanjian terapeutik antara narapidana dengan dokter di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi narapidana dalam perjanjian terapeutik di Lembaga Pemasyarakatan II A Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka hal-hal yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui dan mengkaji pelayanan kesehatan dan pelaksanaan perjanjian terapeutik antara narapidana dengan dokter di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta.

9 b. Untuk mengetahui dan mengkaji perlindungan hukum bagi narapidana dalam perjanjian terpeutik di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta. 2. Tujuan Subjektif a. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. b. Untuk melatih dan menambah pengetahuan di bidang keperdataan, khususnya terkait dengan hukum kesehatan. D. Keaslian Penulisan Berdasarkan penelusuran dan pemeriksaan kepustakaan yang telah peneliti lakukan, penelitian yang pernah dilakukan dan ada hubungannya dengan hukum kesehatan dan penelitian ini, beberapa hasil penelitian tersebut antara lain : 1. Pemberian Hak-Hak Narapidana Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Yogyakarta. Karya Hendro Pranowo. Rumusan Masalah : 2 1) Bagaimanakah pelaksanaan pemberian hak-hak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Yogyakarta? 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya pemberian hak-hak narapidana? Penulisan Hukum karya Hendro Pranowo lebih menitikberatkan pada pelaksanaan pemberian hak-hak yang dimiliki oleh narapidana di 2 Hendro Pranowo, 2010, Pemberian Hak-Hak Narapidana Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Yogyakarta, Penulisan Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm.13.

10 dalam Lembaga Pemasyarakatan, tidak fokus mengenai hak tentang pelayanan kesehatan, namun keseluruhan hak yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan kepada narapidana. Hasil penelitian tersebut menerangkan secara umum pelaksanaan pemberian hak-hak narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan Yogyakarta berdasarkan ketentuan perundangundangan dapat dikatakan telah di implementasikan dengan baik, walaupun belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Belum sepenuhnya pelaksanaan pemberian hak-hak narapidana dapat dilihat dari perlakuan petugas pemasyarakatan yang belum menunjukkan sifat mengayomi dan kurangnya pemahaman narapidana atas hak-hak mereka. Faktor over kapasitas, minimnya anggaran, dan belum ditetapkannya sistem pemantauan dan evaluasi merupakan faktor yang mempengaruhi upaya pemberian hak-hak kepada narapidana tersebut. Perbedaaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu objek penelitian karya Hendro Pranowo membahas tentang seluruh hak-hak narapidana secara umum beserta upaya pemenuhan hak-hak tersebut di Lembaga Pemasyarakatan Yogyakarta, sedangkan objek penelitian peneliti fokus pada perlindungan hukum dan hubungan hukum yang terjadi antara pasien narapidana, dokter, dan penyelenggara kesehatan di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta. 2. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Pasien Penderita TBC di Lembga Pemasyarakatan Kelas II A Bogor. Karya Audrey Jiwajennie.

11 Rumusan Masalah : 3 1) Bagaimanakah pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi pasien penderita TBC paru di Lembaga Pemasyarakatan Bogor? 2) Kendala apa saja yang dialami petugas kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Bogor, dalam upaya penanggulangan terhadap penyakit TBC paru? Secara garis besar, penelitian karya Audrey Jiwajennie tersebut lebih menekankan pada pelayanan kesehatan bagi para narapidana yang menderita TBC Paru. Hasil penelitian tersebut menerangkan bahwa pelayanan kesehatan yang di berikan pada pasien penderita TBC paru di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Bogor cukup baik dilihat dari tingkat keberhasilan pengobatan terhadap pasien TBC, namun masih memiliki kekurangan serta kendala yang menyebabkan sulitnya pencegahan terhadap penyebaran penyakit tersebut. Kendala yang dihadapi disebabkan oleh masalah over kapasitas, rendahnya pengetahuan penghuni akan penyakit, dan kualitas gizi yang buruk. Keterbatasan sarana dan prasarana serta perilaku penghuni yang tidak sehat juga merupakan faktor penghambat upaya penanggulangan terhadap penyakit TBC paru di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Bogor. Penulisan tersebut memiliki perbedaan objek penelitian dengan peneliti, dimana objek penelitian peneliti tidak hanya pada pelayanan masalah kesehatan dan penyakit tertentu di lembaga pemasyarakatan, namun peneliti akan membahas keseluruhan pelaksanaan pelayanan kesehatan 3 Audrey Jiwajennie, 2009, Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Pasien Penderita TBC di Lembga Pemasyarakatan Kelas II A Bogor, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok, hlm. 15.

12 berserta perlindungan hukum terhadap narapidana yang dilakukan di Lembaga Pemasyaraktan Kelas II A Yogyakarta. Dengan demikian, maka Penulisan Hukum yang berkaitan dengan Perlindungan Hukum dalam Perjanjian Terapeutik bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta dianggap belum pernah dilakukan dan memiliki perbedaan dengan Penulisan Hukum lainnya. Akan tetapi jika terdapat penelitian serupa di luar sepengetahuan peneliti, diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti sendiri maupun bagi pihak lain, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan kontribusi atau sumbangsih bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya penerapan ilmu hukum dalam aspek kesehatan. b. Dapat memberikan acuan atau refrensi bagi penulisan selanjutnya yang terkait dengan penulisan ini. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan yang nyata dan memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan. b. Memberikan masukan kepada pihak-pihak dan instansi yang terlibat.

13 c. Dapat digunakan sebagai media pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum, terutama di dalam ranah hukum kesehatan.