STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas

Setting Rele Diferensial Bus High Impedance Pada Sistem Distribusi Ring 33 kv di PT. Pertamina RU V Balikpapan

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Sidang Tugas Akhir (Genap ) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS

JURNAL TEKNIK ELEKTRO Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8

Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500kV PT PLN (PERSERO) di Kediri

Rifgy Said Bamatraf Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng.

Setting Rele Diferensial Bus High Impedance Pada Sistem Distribusi Ring 33 kv di PT. Pertamina RU V Balikpapan

Evaluasi Ground Fault Relay Akibat Perubahan Sistem Pentanahan di Kaltim 1 PT. Pupuk Kaltim

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

BAB III PEMBAHASAN RELAY DEFERENSIAL DAN RELEY DEFERENSIAL GRL 150

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu penentu kehandalan sebuah sistem. Relay merupakan

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3)

PENGARUH PENGETANAHAN SISTEM PADA KOORDINASI RELE PENGAMAN PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

Presentasi Sidang Tugas Akhir (Ganjil 2013) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS. Nama : Rizky Haryogi ( )

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

GT 1.1 PLTGU Grati dan Rele Jarak

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI

Analisa Rele Proteksi pada Sistem Kelistrikan Industri Peleburan Nikel PT. Aneka Tambang Operasi Pomaala ( Sulawesi Tenggara )

Koordinasi Proteksi Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Sympathetic Trip Di Kawasan Tursina, PT. Pupuk Kaltim

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

1.3. Current Transformer (CT)

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

PENGUJIAN RELAY DIFFERENSIAL GI

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT)

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU EMBALUT, PT. CAHAYA FAJAR KALTIM

BAB II LANDASAN TEORI

INSTRUMENT TRANSFORMERS. 4.1 Pendahuluan

STUDI SISTEM PROTEKSI RELE DIFERENSIAL PADA TRANSFORMATOR PT. PLN (PERSERO) KERAMASAN PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan,

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN INDUSTRI NABATI

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Pembangkit UP GRESIK (PLTG dan PLTU)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA TROUBLE DIFFERENTIAL RELAY TERHADAP TRIP CB ( CIRCUIT BREAKER ) 150 KV TRANSFORMATOR 30 MVA PLTGU PANARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PROTEKSI DIFFERENSIAL DIJITAL PADA TRANSFORMATOR DAYA TIGA FASA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI HILBERT LAPORAN TUGAS AKHIR

Studi Koordinasi Rele Pengaman Sistem Tenaga Listrik di PT. Plaza Indonesia Realty Tbk.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No 1, (2013) 1-6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI KOORDINASI PROTEKSI PADA PT PERTAMINA JOB MEDCO ENERGI TOMORI FIELD SENORO

Pendekatan Adaptif Multi Agen Untuk Koordinasi Rele Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Industri

PENGGUNAAN RELAY DIFFERENSIAL. Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI INDONESIA, GRESIK JAWA TIMUR. Studi Kasus Sistem Kelistrikan PT.

SISTEM TENAGA LISTRIK

Studi Proteksi Gangguan Hubung Tanah Stator Generator 100% Dengan Metode Tegangan Harmonisa Ketiga

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

Rimawan Asri/ Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. Dimas Fajar Uman Putra ST., MT.

BAB II LANDASAN TEORI


BAB II LANDASAN TEORI

Koordinasi Proteksi Tegangan Kedip dan Arus Lebih pada Sistem Kelistrikan Industri Nabati

BAB II LANDASAN TEORI

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI, GRESIK JAWA TIMUR

Hendra Rahman, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

Evaluasi Koordinasi Proteksi pada Pabrik III PT. Petrokimia Gresik Akibat Penambahan Current Limiter

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

Analisis Studi Rele Pengaman (Over Current Relay Dan Ground Fault Relay) pada Pemakaian Distribusi Daya Sendiri dari PLTU Rembang

ABSTRAK Kata Kunci :

Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

EVALUASI KEGAGALAN SETTING RELE DIFERENSIAL PADA BUS 18 KV DI SISTEM KELISTRIKAN PLTU UP PAITON UNIT 1

Analisis Implementasi Saturated Iron Core Superconducting Fault Current Limiter pada Jaring Distribusi PT. PERTAMINA RU V BALIKPAPAN

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Studi Koordinasi Pengaman Rele Arus Lebih Akibat Adanya Proses Integrasi Sistem Kelistrikan Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

EVALUASI KOORDINASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN 150kV DAN 20Kv PT.PLN (PERSERO) APJ GILIMANUK

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS CADANGAN GAS TURBIN GENERATOR PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK II

Pendekatan Adaptif Multi Agen Untuk Koordinasi Rele Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Industri

Transkripsi:

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK Nama : Sandi Agusta Jiwantoro NRP : 2210105021 Pembimbing : 1. Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 2. Dr. Dedet Candra Riawan, ST. M.Eng Sidang Tugas Akhir (Genap 2011-2012) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS

Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Batasan Masalah

Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan kegiatan operasionalnya, PT. Linde Indonesia Gresik akan mengoperasikan 4 unit kompresor baru, yaitu kompresor GC-1A, GC-1B, GC-1C sebesar 350 kw, dan kompresor BC sebesar 240 kw. Untuk melayani beban beban tersebut PT. Linde mengekspansi bus eksisting dengan cara menambahkan bus baru. Pada pengoperasiannya busbar mengalami gangguan dan sistem proteksi gagal mengamankan. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan penggunaan proteksi diferensial pada busbar. Proteksi ini berguna untuk melindungi bagian busbar yaitu bagian yang berada di dalam zona pengaman diferensial. Sehingga bila terjadi gangguan dapat diisolasi dan tidak mengganggu sistem bagian yang lain serta kerusakan peralatan dapat dihindari

Tujuan 1.Memodelkan, mensimulasikan, dan menganalisis kelistrikan PT. Linde Indonesia Gresik. sistem 2.Memperoleh nilai knee point yang tepat pada current transformer agar CT dapat membaca gangguan dengan baik sehingga tidak terjadi kesalahan pada sistem proteksi diferensial. 3.Memperoleh setting proteksi diferensial yang tepat pada busbar sehingga gangguan dapat diisolasi dan tidak mengganggu bagian sistem yang lain serta kerusakan peralatan dapat dihindari.

Batasan Masalah 1.Bagaimana menentukan knee point dari current transformer agar CT dapat membaca gangguan dengan baik sehingga tidak terjadi kesalahan pada sistem proteksi diferensial 2.Bagaimana setting proteksi diferensial pada busbar yang terhubung dengan 4 unit kompresor baru.

Teori Penunjang Transformator Arus Rele Diferensial Rele Diferensial Tegangan (Impedansi Tinggi) Prinsip Kerja Rele diferensial

Transformator arus Transformator arus / Current Transformer (CT), digunakan untuk mengukur aliran arus pada jaringan sistem tenaga listrik. Kumparan primer trafo dihubungkan seri dengan rangkaian atau jaringan yang akan diukur arusnya sedangkan kumparan sekunder dihubungkan dengan meter atau dengan rele proteksi. Pada transformator arus biasa dipasang burden pada bagian sekunder yang berfungsi sebagai impedansi beban. Gambar 1 Rangkaian Kontruksi Transformator Arus

Rele diferensial Rele diferensial merupakan suatu rele yang prinsip kerjanya berdasarkan kesimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus sekunder transformator arus (CT) terpasang pada terminal-terminal peralatan atau instalasi listrik yang diamankan. Rele diferensial digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada busbar bila terjadi suatu gangguan. Rele ini sangat selektif dan sistem kerjanya sangat cepat.

Rele diferensial teganggan (Impedansi tinggi) Rele differensial tegangan bekerja menggunakan respon tegangan atau impedansi tinggi. Transformator arus diperlukan dalam setiap line yang tersambung dengan bus seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Proteksi diferensial tegangan pada bus tidak terbatas pada jumlah sumber dan load feeder yang terhubung pada bus, serta memiliki fitur sebagai berikut : [4] Bekerja dengan kecepatan tinggi dari 1 cycle hingga 3 cycle. Mempunyai sensifitas tinggi dapat bekerja pada gangguan arus phasa atau arus gangguan ke tanah dengan besaran yang kecil (low value). Membedakan antara gangguan eksternal dan internal.

Gambar 2 Rele Diferensial Tegangan. Prinsip kerja Rele diferensial tegangan (Impedansi tinggi) Pertama, tidak bekerja / trip untuk setiap gangguan yang berada di luar zona pengaman. Kedua, harus dapat bekerja untuk semua gangguan yang berada di dalam zona pengaman. Dengan mempertimbangkan persyaratan pertama, lihat Gambar 2. Asumsikan bus tiga buah pemutus dengan gangguan pada lokasi yang ditunjukkan pada F 3. Untuk gangguan F 3, arus gangguan I 3 mengalir melalui circuit breaker 3 kemudian mengalir melalui circuit breaker 3 dan circuit breaker 2. Dengan nilai setiap arus yang mengalir pada circuit breaker 1 dan circuit breaker 2 lebih kecil dengan jumlah yang sama dengan I 3. Assumsikan bahwa CTs memiliki sifat ideal. Maka arus CT sekunder yang dihasilkan dari circuit breaker 1 sama dengan jumlah arus yang dihasilkan dari circuit breaker 1 dan circuir breaker 2. Arus ini mengalir pada sirkuit sekunder dan menghasilkan tegangan pada titik A dan titik B.

Skema impedansi tinggi Gambar 3 Skema Impedansi Tinggi Skema diferensial impedansi tinggi, impedansi pada diferensial memiliki resistansi tinggi yaitu 1000 ohm sampai dengan 2000 ohm. Titik persimpangan (junction point) setiap rangkaian CTs terhubung ke elemen impedansi tinggi. Untuk gangguan internal dan eksternal, semua CTs harus mampu mengalirkan arus yang melalui impedansi tinggi dan dimana terdapat stabilizing resistor yang menimbulkan tegangan untuk dibaca oleh rele overvoltage (59). Skema diatas menggunakan varistor logam-oksida (MOV) secara paralel dengan stabilizing resistensi. Sebuah MOV dipilih untuk untuk menahan tegangan pada level safety maksimum. Peralatan 50 digunakan untuk memberi sinyal yang dibutuhkan selama arus diferensial mengalir misalnya untuk inisialisasi kegagalan pemutus (breaker failure initiate). Peralatan 86 digunakan untuk memberikan sinyal trip pada breaker

ANALISA Pemilihan Transformator Arus Berdasarkan Kurva Saturasinya. Skema Diferensial Impedansi Tinggi Pada Bus 31. Setting Diferensial Impedansi Tinggi.

Ruang Lingkup Pengaman Diferensial Gambar 4 Single Line Diagram Bus 31 dan Bus 1APD-MCC-1

Pemilhan transformator arus Ada beberapa transformator arus yang digunakan pada pengaman busbar yaitu CT 38, CT 39, CT 40, CT 41 dan CT 42. CT disini memiliki fungsi yang sangat penting dimana akurasinya dibutuhkan agar tidak salah dalam membaca arus gangguan. CT akan mengirim besaran ke rele sehingga rele dapat membaca dan mengolah data untuk memberikan perintah ke pemutus sirkuit (circuit breaker). Akurasi CT berhubungan dengan karakteristik saturasinya. Untuk itu diperlukan perhitungan untuk dibandingkan dengan nilai knee point yang ada pada Gambar 5 agar akurasi CT terjaga.

Gambar 5 Kurva Eksitasi untuk Transformator Arus Multi-Ratio Kelas C [3]

Tabel 1 Data Current Transformer

Agar current transformer bisa mendeteksi adanya gangguan dengan baik dibutuhkan CT dengan nilai knee point minimal dua kali.[1] Keterangan : = Setting tegangan minimum = Arus Gangguan maksimum lewat primary ampere = Ratio lilitan CT = Resistansi dari sekunder CT = Total Resistansi dari kawat timah antara CT dan Rele

Gangguan di bus 31

Tabel 2 Hasil Perhitungan dengan Gangguan di Bus 31 Elemen Arus Kontribusi Gangguan (A) Tegangan Terbangkit (V) Setting Knee Point (V) I CT38 378 1.116 2.233 I CT39 13420 39.639 79.278 I CT40 549 1.621 3.242 I CT41 549 1.621 3.242 I CT42 549 1.621 3.242 90 80 70 Gangguan di Bus 31 Tegangan (V) 60 50 40 30 20 10 Tegangan Terbangkit Setting Knee Point knee point IEEE 0 Ict38 Ict39 Ict40 Ict41 Ict42

Gangguan di bus 14

Tabel 3 Hasil Perhitungan dengan Gangguan di Bus 14 komponen Arus Kontribusi Gangguan Tegangan Terbangkit Setting Knee Point (A) (V) (V) I CT38 352 1.039 2.078 I CT39 12589 37.184 74.368 I CT40 515 1.521 3.042 I CT41 515 1.521 3.042 I CT42 13971 41.266 82.532 Tegangan (V) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Gangguan di Bus 14 Ict38 Ict39 Ict40 Ict41 Ict42 Tegangan Terbangkit Setting Knee Point knee point IEEE

Gangguan di bus 17

Tabel 4 Hasil Perhitungan dengan Gangguan di Bus 17 komponen Arus Kontribusi Gangguan Tegangan Terbangkit Setting Knee Point (A) (V) (V) I CT38 352 1.039 2.078 I CT39 12589 37.184 74.368 I CT40 515 1.521 3.042 I CT41 13971 41.266 82.532 I CT42 515 1.521 3.042 Tegangan (V) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Gangguan di Bus 17 Ict38 Ict39 Ict40 Ict41 Ict42 Tegangan Terbangkit Setting Knee Point knee point IEEE

Gangguan di bus 20

Tabel 5 Hasil Perhitungan dengan Gangguan di Bus 20 komponen Arus Kontribusi Gangguan Tegangan Terbangkit Setting Knee Point (A) (V) (V) I CT38 352 1.039 2.078 I CT39 12589 37.184 74.368 I CT40 13971 41.266 82.532 I CT41 515 1.521 3.042 I CT42 515 1.521 3.042 Tegangan (V) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Gangguan di Bus 20 Ict38 Ict39 Ict40 Ict41 Ict42 Tegangan Terbangkit Setting Knee Point knee point IEEE

Gangguan di bus 22

Tabel 6 Hasil Perhitungan dengan Gangguan di Bus 20 komponen Arus Kontribusi Gangguan Tegangan Terbangkit Setting Knee Point (A) (V) (V) I CT38 14125 41.721 83.442 I CT39 12589 37.184 74.368 I CT40 515 1.521 3.042 I CT41 515 1.521 3.042 I CT42 515 1.521 3.042 Tegangan (V) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Gangguan di Bus 22 Ict38 Ict39 Ict40 Ict41 Ict42 Tegangan Terbangkit Setting Knee Point knee point IEEE

Skema diferensial impedansi tinggi pada bus 31 1APD-MCC-1 CT 39 BUS 31 3.3 kv Junction box High impedance bus differential scheme CT 38 CT 40 CT 41 CT 42 Rs 59 86 50 MOV BUS 22 BUS 20 BUS 17 BUS 14

Data elemen yang digunakan pada skema diferensial impedansi tinggi Tabel 7 Data Elemen Pada Skema Diferensial Impedansi Tinggi. R L R CT R S 0.0363 ohm 0.2 ohm 2000 ohm nct 400/5 Gambar 6 Karakteristik Arus dan Tegangan dari MOV

Setting diferensial impedansi tinggi 1. Level Arus Hubung Singkat Tabel 8 Arus Kontribusi Gangguan Maksimum Pada Bus 31 Arus Kontribusi Arus Kontribusi Komponen Gangguan Gangguan Maksimum 3 Phasa Maksimum Single (A) Line to Ground (A) I CT38 378 3 I CT39 13420 182 I CT40 549 5 I CT41 549 5 I CT42 549 5 Arus gangguan maksimum 3 phasa : I CT38 + I CT39 + I CT40 + I CT41 + I CT42 378 A + 13420 A + 549 A + 549 A+549 A = 15445 A Arus gangguan maksimum single line to ground I CT38 + I CT39 + I CT40 + I CT41 + I CT42 3 A + 182 A + 5A + 5A + 5A = 200 A

Tabel 9 Arus Kontribusi Gangguan Minimum Pada Bus 31 Komponen Arus Kontribusi Gangguan Minimum 3 Phasa (A) Arus Kontribusi Gangguan Minimum Single Line to Ground (A) I CT38 0 0 I CT39 9100 200 I CT40 0 0 I CT41 0 0 I CT42 0 0 Arus gangguan minimum 3 phasa = 9100 A Arus gangguan minimum single line to ground = 200 A

Kondisi Gangguan Eksternal (Gangguan Pada Bus 14, Bus 17, Bus 20, Bus 22) Tabel 10 Arus Kontribusi Gangguan Maksimum Pada Bus 14 Arus Kontribusi Arus Kontribusi Komponen Gangguan Gangguan Maksimum 3 Maksimum Single Phasa (A) Line to Ground (A) I CT38 352 3 I CT39 12589 181 I CT40 515 5 I CT41 515 5 I CT42 13971 194 Arus gangguan maksimum 3 phasa : I CT38 + I CT39 + I CT40 + I CT41 352 A + 12589 A + 515 A + 515A = 13971A Arus gangguan maksimum single line to ground I CT38 + I CT39 + I CT40 + I CT41 3 A + 181 A + 5A + 5A = 194 A

Tabel 11 Arus Kontribusi Gangguan Maksimum Pada Bus 17 Arus Kontribusi Arus Kontribusi Komponen Gangguan Gangguan Maksimum 3 Maksimum Single Phasa (A) Line to Ground (A) I CT38 352 3 I CT39 12589 181 I CT40 13971 5 I CT41 515 194 I CT42 515 5 Arus gangguan maksimum 3 phasa : I CT38 + I CT39 + I CT40 + I CT42 352 A + 12589 A + 515 A + 515A = 13971A Arus gangguan maksimum single line to ground I CT38 + I CT39 + I CT40 + I CT42 1 A + 181 A + 5A + 5A = 194 A

Tabel 12 Arus Kontribusi Gangguan Maksimum Pada Bus 20 Arus Kontribusi Arus Kontribusi Komponen Gangguan Gangguan Maksimum 3 Phasa Maksimum Single (A) Line to Ground (A) I CT38 352 3 I CT39 12589 181 I CT40 13971 194 I CT41 515 5 I CT42 515 5 Arus gangguan maksimum 3 phasa : I CT38 + I CT39 + I CT41 + I CT42 352 A + 12589 A + 515 A + 515A = 13971A Arus gangguan maksimum single line to ground I CT38 + I CT39 + I CT41 + I CT42 3 A + 181 A + 5A + 5A = 194 A

Tabel 13 Arus Kontribusi Gangguan Maksimum Pada Bus 22 Arus Kontribusi Arus Kontribusi Komponen Gangguan Gangguan Maksimum 3 Phasa Maksimum Single (A) Line to Ground (A) I CT38 14125 196 I CT39 12580 181 I CT40 515 5 I CT41 515 5 I CT42 515 5 Arus gangguan maksimum 3 phasa : I CT39 + I CT40 + I CT41 + I CT42 12580 A + 515 A + 515 A + 515A = 14125A Arus gangguan maksimum single line to ground I CT39 + I CT40 + I CT41 + I CT42 181 A + 5 A + 5A + 5A = 196 A

2. Stabilitas Pada Gangguan Eksternal (security check) Dimana k adalah 1 untuk gangguan tiga phasa, dan k adalah 2 untuk gangguan single line to ground Tabel 14 Tegangan terbangkit di rele diferensial Gangguan VR_3PH VR_SLG Bus 14 41.27 0.25 Bus 17 41.27 0.25 Bus 20 41.27 0.25 Bus 22 41.71 0.26

Dengan CTs yang dibebani gangguan eksternal yang berbeda - beda pada beberapa elemen jaringan, maka perlu dipertimbangkan tegangan rele tertinggi. Dalam hal ini, tegangan tertinggi pada gangguan eksternal adalah 41.71 V. Dengan asumsi margin perlindungan pengaman (protection security margin) 1,6 ketika melakukan setting pickup dari actuator tegangan (59) dengan perhitungan di bawah ini. VPKP = 1.6 41.71V = 66.73V Aktuator arus (50) yang digunakan dalam skema, setting pickup yang diperlukan berada di bawah arus gangguan minimum. Dengan asumsi margin keandalan 0.5 maka : IPKP =

3. Verifikasi dari Rating Tegangan CT (check keandalan) Dengan rekomendasi di bawah 0.67 sampai 0.5 dari akurasi tegangan kelas untuk mempertahankan respon dengan kecepatan tinggi untuk gangguan internal maka : 66.73V < 67 V = (0.67 100V)

Sensivitas Pada Gangguan Internal. Untuk memenuhi sensivitas pada gangguan internal maka diperlukan nilai operasi minimum dalam primary ampere untuk sistem proteksi bus ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut: Eksitasi arus pada setting tegangan dibaca dari kurva-eksitasi CT dengan asumsi 0,08 A pada 66.73 V. Karena ada lima CTs, I EX adalah 5 0,08 A = 0,4 Arus MOV pada pengaturan tegangan diperoleh dari karakteristik MOV. Karakteristik MOV diberikan dalam volt peak dan amp peak sehingga perlu dikonversi ke nilai RMS. 66.73V 2 = 133.46 V. Dengan tegangan 133.46 V arus MOV memiliki nilai yang sangat kecil sehingga dapat diabaikan karena tidak signifikan dalam perhitungan. Impedansi beban arus pada pengaturan tegangan adalah 66.73 V/2000 Ω = 0,0334 A. Iop = (0.4+ 0.0 + 0.0334) 80 = 34.67 A PRIMARY

Setting Waktu Untuk setting waktu berdasarkan rekomendasi dari IEEE [4], rele diferensial beroperasi dari 1 cycle hingga 3 cycle. Dengan frekuensi 50 Hz maka akan diperoleh setting waktu sebagai berikut. Perhitungan untuk 1 cycle Perhitungan untuk 3 cycle Dari perhitungan diatas maka setting waktu yang di rekomendasikan yaitu 20 ms sampai 60 ms. Pada skema diferensial impedansi tinggi ini dibutuhkan respon waktu yang cepat agar peralatan dapat terlindungi sehingga dipilih setting waktu rele sebesar 20 ms.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk setting pengaman rele differensial pada bus 31 yang terhubung dengan 4 kompresor baru, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan penambahan bus 31 yang rentan terhadap gangguan maka perlu dipertimbangkan penggunaan proteksi diferensial. 2. Zona proteksi diferensial berada di daerah bus 31. Sehingga bus 31 berada pada zona internal proteksi diferensial dan bus yang lain yaitu bus 14, bus 17, bus 20 dan bus 22 berada di zona eksternal proteksi diferensial. 3. Pada gangguan di zona internal proteksi differensial bus impedansi tinggi yaitu gangguan pada bus 31 menunjukkan bahwa beban paling besar ditanggung oleh CT 39. 4. Untuk gangguan di zona eksternal proteksi differensial bus impedansi tinggi yaitu gangguan pada bus 14, bus 17, bus 20 dan bus 22. Beban paling besar yang ditanggung oleh CT dimana gangguan itu terjadi

KESIMPULAN (2) 5. Setting knee point CT diperoleh dengan mempertimbangkan beban maksimum yang ditanggung oleh masing masing CT ketika mengalami gangguan baik di zona internal maupun zona Eksternal proteksi diferensial bus impedansi tinggi. 6. Dengan membandingkan Setting knee point dengan kurva eksitasi untuk transformator arus kelas C pada IEEE Guide for the Application of Current Transformer Used for Protective Relaying Purposes, IEEE Standard C37. 110-1996, maka pemilihan rasio CT 400:5 sesuai dengan kebutuhan. 7. Untuk memenuhi kriteria keandalan dengan mempertimbangkan sensitivitas pada gangguan internal maka nilai arus operasi minimum berada dibawah nilai arus hubung singkat minimum. 8. Dengan mempertimbangkan rekomendasi dari IEEE maka dipilih setting waktu sebesar 20 ms.

Sekian & Terima kasih

Daftar pustaka [1]R.M. Rifaat, Considerations in Applying Power Bus Protection Scheme to Industrial and IPP Systems, IEEE Trans. Ind. Applicat., vol. 40, no.6, Nov/Dec. 2004. [2]IEEE Guide for Protective Relay Application to Power System Buses, IEEE Standard C37.234-2009. [3]IEEE Guide for the Application of Current Transformer Used for Protective Relaying Purposes, IEEE Standard C37. 110-1996. [4]IEEE Recommended Practice for Protection and Coordination of Industrial and Commercial Power Systems, IEEE Standard 242-2001.