BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) menyatakan setiap menit seorang wanita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. serta kualitas pelayanan kesehatan (Majumdar, et al., 1998; Steinert, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

KESIAPAN MAHASISWA UNTUK BELAJAR KERJASAMA INTERPROFESI DALAM PERAWATAN ANTENATAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terfragmentasi dan kebutuhan kesehatan masyarakat tidak terpenuhi. Tenaga

BAB I PENDAHULUAN orang meninggal pertahun akibat medication error. Medication error

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, di Amerika Serikat penyebab kematian nomer tiga pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan di era global. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional yang berbasis silo dimana setiap tenaga kesehatan tidak mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. medical error antara % dari jumlah pasien dengan %. Medical

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif non-eksperimental

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kinerja setelah lepas dari institusi pendidikan (Barr, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem pelayanan kesehatan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan

PERSEPSI DOSEN STIKES AISYIYAH SURAKARTA TERHADAP INTER PROFESIONAL EDUCATION (IPE)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antar profesi kesehatan (IPE) pada bulan September 2013 setelah melalui

BAB I PENDAHULUAN. pengajar dan peserta didik dalam mencapai tujuan learning outcome.

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta (UMY). Semua responden adalah mahasiswa tahap klinik (coass)

Relation Between Cognitive Ability With Interprofession Teamwork Skills In Profession Stage Students At FKIK UMY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mereka untuk melakukan tugas dan fungsinya dalam kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pharmaceutical care menggeser paradigma praktik kefarmasian dari drug

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang terjadi saat ini menunjukan bahwa peran masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. rahim ibu. Lamanya hamil adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan mempelajari peran masingmasing

Pendekatan Interprofessional Collaborative Practice dalam Perawatan Pasien Katastropik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Interprofessional Education: Sebuah Ulasan Singkat. Zakka Zayd Zhullatullah Jayadisastra. Staff Kajian Medical Education and Profession (MEP) ISMKI

PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA TAHAP PROFESI DI FKIK UMY TENTANG INTERPROFESSIONAL EDUCATION DI ASRI MEDICAL CENTER YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tingkat diploma. Pemikiran dasar jenjang pendidikan ini adalah untuk

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerawanan terjadi kesalahan medik (medical error). Kasus kematian akibat

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan keterkaitan antara kategori attachment, patient-centered

BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INTISARI

PERSEPSI DAN KESIAPAN DOSEN TERHADAP PEMBELAJARAN INTERPROFESIONAL.

BAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

Patria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan tempat bidan bekerja (Soepardan & Hadi, 2008).

ABOUT PARTOGRAPH WITH APPLICATION IN DIII STUDY PROGRAM OF MIDWIFERY AT STIKES A. YANI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. MDG dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

PERSEPSI DAN KESIAPAN MAHASISWA TAHAP AKADEMIK TERHADAP INTERPROFESSIONAL EDUCATION DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GAJAH MADA

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional yaitu dengan mengkaji hubungan kesiapan IPE dan kemampuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DALAM MERAWAT PASIEN JIWA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KESIAPAN MAHASISWA FKIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA MENGHADAPI INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa

Persepsi Mahasiswa Profesi Kesehatan Universitas Padjadjaran terhadap Interprofessionalism Education

PROPOSAL TRAINING Basic Obstetric Neonatal Life Support (BONeLS) untuk Bidan Bandung, Maret dan PT Proemergency

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu tidak hanya dari dosen. Metode Pembelajaran SCL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kredensial merujuk pada proses verifikasi pendidikan, lisensi, dan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpusat pada pasien dan keluarga ( patient-and family-centered care) untuk

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. negara terus menerus melakukan berbagai upaya internasional untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadikan perawat sebagai satu-satunya profesi dengan intensitas

MENTORING KOLABORASI INSTRUKTUR KLINIK BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI TERHADAP PENDIDIKAN INTERPROFESI

Etika Profesi dan Pendidikan Interprofesional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).

Implementasinya dalampbl. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KOMPETENSI ASUHAN KEHAMILAN MAHASISWA D III KEBIDANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PADA PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN

BAB I PENDAHULUAN. sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk

PENINGKATAN PERAWATAN KEHAMILAN MELALUI KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan setiap menit seorang wanita meninggal selama persalinan atau melahirkan. Nour (2008) dalam jurnal Review in Obstetric and Gynecology juga menyatakan bahwa sekitar 529.000 perempuan meninggal akibat kondisi yang berhubungan dengan kehamilan setiap tahunnya dan hampir semua yaitu 99% dari kematian ibu, terjadi di negara berkembang. Indonesia sebagai berkembang masih memiliki angka kematian ibu (AKI) yang cukup tinggi (Sukmawati, 2012). Penyebab tersering kematian ibu adalah perdarahan postpartum, eklampsia, persalinan macet, dan sepsis. Kematian ibu masih disebabkan karena masalah terkait keterlambatan mengambil keputusan, keterlambatan mengakses pelayanan kesehatan dan keterlambatan dalam melakukan tindakan di sarana pelayanan kesehatan (Armiatin, 2013) Upaya menurunkan angka kematian ibu salah satunya melalui peningkatan pelayanan kesehatan neonatal dan ibu melalui program pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Perawatan selama kehamilan atau perawatan antenatal sebagai salah satu bentuk pelayanan KIA yang aman dan bermutu bagi ibu hamil dan janin/bayi dapat terwujud bila sistem mikro pelayanan KIA yang diberikan oleh klinisi (dokter, SpOG, bidan, perawat dan tenaga klinis lain) berjalan dengan baik (DEPKES, 2008). Pelayanan dikatakan baik apabila tata kelola pelayanan dalam memberikan perawatan tidak terjadi fragmentasi atau tumpang tindihnya peran 1

2 dan fungsi sebagai pemberi pelayanan dengan latar belakang profesi yang berbeda (Susilaningsih, 2011). Pelayanan yang tumpang tindih antar profesi terjadi karena kurangnya komunikasi antar tenaga kesehatan dalam kerjasama tim. Saat ini, pada pelayanan antenatal masih sering terjadi overlapping kompetensi, dimana tidak ada pembagian atau batasan peran yang jelas dalam memberikan pelayanan perawatan antara profesi dokter, perawat dan bidan dimana hal tersebut dapat memicu ketegangan antar profesi yang menghambat terjadinya bentuk kerjasama yang efektif. Dampak dari kurangnya kerjasama antar tenaga kesehatan yang baik menjadikan pemanfaatan fasilitas pelayanan yang harus diterima masyarakat tidak efektif dan efisien. Hal tersebut didukung oleh Chopra et al, 1992 dalam penelitiannya menyatakan bahwa komunikasi, kerjasama, dan kegagalan sistem pemberi pelayanan kesehatan adalah faktor yang berkontribusi besar dalam terjadinya kesalahan pelayanan. Melalui kerjasama yang baik antar profesi kesehatan dalam pelayanan kesehatan, maka pasien akan ditangani secara holistik sehingga outcome perawatan dan kepuasan pasien akan meningkat (Remington, 2006). Kerjasama antara dokter dan perawat adalah hal yang sangat penting dalam mengoptimalkan pelayanan kepada pasien (Liaw, 2013; Way et al., 2000). Melalui kerjasama yang baik dapat memfasilitasi adanya suatu solusi yang tepat dan mampu menyelesaikan permasalahan bagi pasien (Drinka et al., 1996). Kemampuan bekerjasama secara interprofesi (interprofessional teamwork) tidak muncul begitu saja, melainkan harus ditemukan dan dilatih sejak dini mulai dari tahap perkuliahan agar mahasiswa mempunyai bekal pengetahuan dan

3 pengalaman mengenai cara bekerjasama secara tim yang baik dengan profesi lain sebelum mereka terjun ke dunia kerja (Wagner, 2011). Model pembelajaran pendidikan interprofesi atau interprofessional education yang selanjutnya disebut IPE dapat dijadikan suatu media pembelajaran bagi mahasiswa untuk belajar dan melatih kemampuan bekerjasama dengan profesi lain. IPE merupakan proses dimana sekelompok peserta didik atau tenaga kesehatan dengan latar belakang berbeda belajar bersama dalam jangka waktu tertentu pada masa pendidikan, dengan interaksi sebagai tujuan utamanya, untuk kolaborasi dalam menyediakan pelayanan preventif, promotif, rehabilitataif, dan pelayanan kesehatan lainnya (WHO, 2010). IPE memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang mempunyai latar belakang yang bervariasi (misal: dokter, perawat, bidan, gizi klinik, tenaga sosial) untuk bekerja bersama secara aktif dalam memecahkan permasalahan (problem solving). Pembelajaran ini berpotensi untuk menyiapkan mahasiswa dalam menghadapi praktik klinik, membantu meningkatkan hubungan profesional yang kuat dengan menghargai perannya masing-masing (Mires et al., 1999; Fraser et al., 2000). Di Inggris, pelaksanaan IPE telah diperkenalkan dalam kurikulum kebidanan (midwifery), seperti pada penelitian Mires et al. (1999) dan Fraser et al. (2000) keduanya menjelaskan tentang pembelajaran bersama yang melibatkan antara mahasiswa dokter dan mahasiswa kebidanan. Kualitas IPE akan lebih terlihat jika dilakukan dalam masa studi akademik dari pada diterapkan dalam pendidikan tingkat lanjut (Hammick et. al., 2007). Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian Carpenter dan Hewstone (1995)

4 yang menyebutkan bahwa seorang mahasiswa akan lebih lancar dalam berkomunikasi antar profesi, karena mereka masih dalam area konsep belum berhadapan dengan realita. Penerapan IPE pada masa akademik berhubungan dengan perubahan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa mengenai peran dan tanggung jawab, memahami kerjasama tim dan kolaborasi dengan profesi kesehatan lain (Finch, 2000). Dengan adanya pendidikan yang terintegrasi, mahasiswa mampu memahami bagaimana bekerja secara interprofesi, sehingga menumbuhkan kesiapan mahasiswa untuk ditempatkan sebagai anggota tim kolaboratif (WHO, 2010). Kompetensi dalam IPE salah satunya adalah kerjasama (teamwork) dimana kemampuan bekerja sama (teamwork skill) menjadi komponen yang penting dalam keefektifan pelaksanaan kolaborasi interprofesi dalam memberikan pelayanan. Menurut Norgaard (2011) kesiapan untuk kerjasama interprofesi merupakan salah satu pencapaian dari pendidikan interprofessional (Shrader, 2012). Kesiapan merupakan suatu sikap psikologis yang dimiliki seseorang sebelum melakukan sesuatu. Pengembangan kemampuan kerjasama interprofesi dapat dilakukan pada tahap akademik maupun tahap pendidikan profesi. Pada tahap akademik dapat dilakukan dengan memberikan perkuliahan, diskusi tutorial, pelatihan serta mengadakan simulasi tentang komunikasi interprofesi, sedangkan pada tahap pendidikan profesi dapat dilakukan dengan mengadakan simulasi interprofesi ditatanan pendidikan profesi Bentuk pelatihan yang dilengkapi dengan simulasi merupakan cara yang efektif untuk mahasiswa dalam meningkatkan kesiapan mahasiswa dalam ranah

5 kognitif, afektif dan psikomotor terkait dengan kemampuan bekerjasama. Kesiapan untuk kerjasama interprofesi merupakan cara untuk menggambarkan keefektifan pelatihan IPE yang telah diterima oleh profesi kesehatan. Melalui pelatihan memungkinkan peserta untuk mengeksplorasi cara-cara bekerja secara tim untuk meningkatkan aspek komunikatif perawatan pasien. Banyak penelitian menunjukkan bahwa melalui simulasi akan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkolaborasi atau bekerjasama secara tim, salah satunya penelitian Liaw, S.Y., et al (2011) dalam jurnal yang berjudul An interprofessional communication training using simulation to enhance safe care for a deteriorating patient, menjelaskan bahwa pelatihan interprofesional berbasis simulasi dalam program sarjana telah memberikan kesempatan mahasiswa kedokteran dan keperawatan sebagai pengembangan awal keterampilan komunikasi dan kerjasama interprofesi. Titzer (2012) menyatakan bahwa simulasi interprofessional dikembangkan untuk meningkatkan kerjasama dan kemampuan memecahkan masalah antara mahasiswa keperawatan, radiologi, respiratori dan terapi okupasi. Simulasi digunakan sebagai strategi mengajar yang berkembang pesat karena memiliki potensi untuk menciptakan pengalaman klinis yang sangat mendekati dunia nyata tanpa menyebabkan kerugian bagi pasien. Tujuan akhir dari simulasi adalah untuk mengurangi kesalahan, dengan demikian akan meningkatkan pelayanan pasien (Zhang, 2011). Selain aplikasi praktis, pengalaman simulasi memberikan kesempatan mahasiswa untuk mengintegrasikan pengetahuan, menerapkannya, dan memeriksa hasil dari tindakan mereka (Baker et al., 2008). Konsep simulasi untuk mempromosikan praktik interprofesi yang lahir dari kebutuhan untuk

6 mendukung perubahan staf dan memfasilitasi penerapan model kolaboratif perawatan interprofessional. Pengembangan kurikulum IPE belum dikembangkan secara merata di instansi pendidikan. WHO (2010) mengeluarkan data tentang penerapan IPE dibeberapa negara, yaitu pada tatanan institusi sebanyak 10, 2% dokter, 16% perawat/bidan, 5,7% ahli gizi, serta tenaga kesehatan lainnya telah menerima pembelajaran berbasis IPE. Pada tatanan universitas hasil dari survei dari 42 negara menyatakan bahwa sebanyak 24,6% sudah mendapatkan kurikulum IPE pada tahap akademik. Sementara di Indonesia belum termasuk didalamnya, untuk itu perlu adanya sosialisasi tentang metode pembelajaran IPE ini secara menyeluruh di seluruh instansi pendidikan mengingat sekolah tinggi ilmu kesehatan merupakan penyedia utama calon tenaga kesehatan yang nantinya diharapkan mempunyai kompetensi yang baik terutama kemampuan untuk bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya. STIKES Karya Husada Kediri merupakan institusi pendidikan tinggi swasta yang menyelenggarakan pendidikan formal untuk sarjana dan diploma yang terdiri dari program studi S1 Ilmu Keperawatan dan diploma keperawatan, kebidanan dan gizi belum terpapar dengan metode pembelajaran IPE, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 26 Juli 2013 dalam penyelenggaraan pembelajaran antara keperawatan, kebidanan dan gizi belum dilakukan secara interprofesi, sedangkan didalam kurikulum pembelajaran terdapat kompetensi kolaborasi yang harus dicapai oleh mahasiswa dengan profesi lain, namun dalam konteks pembelajaran belum ada salah satu prodi yang menyelenggarakan

7 kegiatan proses belajar dengan melibatkan profesi lain. Hasil wawancara dengan 6 dosen pengajar yang ditemui dari ketiga program studi (keperawatan, kebidanan dan gizi), menyatakan belum mengetahui tentang pembelajaran IPE. Melihat permasalahan tersebut maka perlu adanya sosialisasi tentang pembelajaran IPE pada institusi ini karena mempunyai kesempatan untuk dikembangkannya program tersebut. Sehingga perlunya inisisasi untuk mencapai hal tersebut salah satunya dengan melakukan pelatihan pendidikan interprofesi yang dilakukan pada mahasiswa keperawatan, kebidanan dan gizi di STIKES Karya Husada Pare Kediri. Melalui kegiatan tersebut peneliti ingin mengetahui kesiapan mahasiswa untuk kerjasama interprofesi dalam memberikan perawatan antenatal melalui pelatihan dan simulasi. B. Rumusan Masalah Angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi, Hal tersebut merupakan indikator kuat mutu pelayanan dan pembangunan kesehatan yang ada. Permasalahan ini dapat dicegah apabila perawatan kesehatan pada saat kehamilan atau perawatan antenatal dapat dilakukan dengan baik dengan memberikan suatu program yang terintegrasi, terkoordinir dengan baik antar tim kesehatan. Kurangnya kerjasama antar profesi berdampak pada kurang efektif dan efisiennya fasilitas pelayanan yang harus diterima masyarakat. Saat ini peran dokter, perawat, bidan dan gizi kesehatan belum menunjukkan batasan kompetensi yang jelas, sehingga sering muncul adanya tumpang tindih peran yang menjadikan pelayanan tidak efektif. Untuk itu perlu dipikirkannya adanya suatu

8 program pengembangan sikap interprofessional collaborative practice (IPCP) ditingkat pelayanan kesehatan dimana hal tersebut harus dimulai dari tingkat pendidikan melalui pengembangan kemampuan bekerjasama dengan profesi lain melalui pelatihan dan simulasi interprofessional education (IPE) untuk meningkatkan kesiapan mahasiswa untuk belajar bekerjasama secara interprofesi sehingga mahasiswa pengalaman sebagai persiapan untuk berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada pasien. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pelatihan interprofessional education (IPE) dengan metode simulasi terhadap kesiapan mahasiswa untuk belajar kerjasama interprofesi dalam perawatan antenatal. C. Tujuan Penelitian Menganalisa pengaruh pelatihan interprofessional education dengan metode simulasi terhadap kesiapan mahasiswa untuk belajar kerjasama interprofesi dalam perawatan antenatal di STIKES Karya Husada Kediri. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan keperawatan dengan mengembangkan IPE melalui pembelajaran praktek kolaborasi interprofesi.

9 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai salah satu bahan pertimbangan institusi terhadap pengembangan pembelajaran IPE di STIKES Karya Husada sebagai langkah awal menuju kurikulum IPE terutama dibidang maternitas, sehingga mahasiswa lulusan mampu berkolaborasi dalam dunia kerja dan memberikan pelayanan ke masyarakat dengan terutama dalam kesehatan ibu dan anak. b. Bagi Penulis Mengembangkan kemampuan penulis dalam melakukan riset keperawatan baik dalam pengetahuan, sikap ataupun keterampilan dalam bidang keperawatan, sehingga proses penyusunan dan hasil yang didapatkan dari penelitian ini akan menjadi langkah awal bagi peneliti untuk mengembangkan IPE di institusi tempat bekerja. c. Bagi Mahasiswa Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam belajar secara interprofesi, sehingga mempunyai kesiapan untuk berkolaborasi dengan profesi lain saat terjun diluar pendidikan akademik.

10 E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Berbagai penelitian yang ditemukan oleh peneliti terkait dengan Pembelajaran Interprofessional Education (IPE) No Pengarang Tahun Judul Metode Hasil Perbedaan dengan penelitian sekarang 1. Scherer, Y. K., et al 2. Azis, Z., Teck, L.C., Yen, P.Y 3. Kenaszchuk, et al 4. Coster, S et al 2013 Interprofessional Simulation to foster Collaboration between nursing and medical Student 2011 The Attitudes of Medical, Nursing and Pharmacy Student to Inter-Professional Learning 2011 Interprofessional simulated learning: short-term association between simulation and interprofessional collaboration 2008 Interprofessional attitudes amongst undergraduate students in the health profession: a longitudinal questionnaire Quasy-Experimental Mahasiswa yang mengikuti kelompok simulasi interprofessional secara signifikan mempunyai pengetahuan dan kesiapan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Cross sectional Single group Longitudinal self-and proxy-report survey Longitudinal survey Mahasiswa perawat dan farmasi secara signifikan mempunyai keinginan untuk terlibat dalam interprofessional learning dibandingkan dengan mahasiswa kedokteran. Terdapat perbedaan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah dilakukan training. Mahasiswa kedokteran mempunyai kemampuan kolaboratif yang lebih tinggi dibandingkan dengan perawat dan tenaga kesehatan lain. Rata-rata mahasiswa siap dalam menerapkan interprofessional learning dalam pembelajaran di universitas. Ada hubungan yang - Respondennya adalah mahasiswa keperawatan, kebidanan dan gizi - Penelitian ini untuk mengetahui kesiapan melalui sikap dan keterampilan secara berkelompok. Rancangan pre-post test tanpa kontrol. - Respondennya adalah mahasiswa keperawatan, kebidanan dan gizi - Instrument yang digunakan Readiness Interprofessional Learning Scale (RIPLS) dan Teamwork Score (TWS). - Desain penelitian time series design - Variabel yang di teliti adalah kesiapan mahasiswa untuk belajar kerjasama interprofesi - Responden adalah mahasiswa diploma kebidanan, keperawatan dan gizi. - Desain penelitian time series design - Instrument yang digunakan Readiness Interprofessional Learning Scale (RIPLS) dan Teamwork Score (TWS).

11 No Pengarang Tahun Judul Metode Hasil Perbedaan dengan penelitian sekarang 5. Shrader, D et al 6. Curran, R et al 2013 Interprofessional Teamwork Skills as Predictors of Clinical Outcomes in a Simulated Healthcare Setting 2010 A longitudinal study of the effect of an interprofessional education curriculum on student satisfaction and attitudes towards interprofessional teamwork and education tidak terlalu signifikan antara identitas professional mahasiswa dengan kesiapan dalam menerapkan interprofesional learning dalam pembelajaran. A quasi-experimental Interdisciplinary Education Perceptions Scale (IEPS) score tidak signifikan sebagai predictor clinical outcome scores (COS) (p=0.054), tetapi teamwork score (TWS) signifikan sebagai predictor COS (p<0.001). Hasil tersebut menyarankan bahwa simulasi dengan setting klinik dan kemampuan mahasswa dalam melakukan teamwork dapat dijadikan sebagai predictor clinical outcomes. A time series study design Terdapat perbedaan signifikan terhadap sikap mahasiswa dari berbagai profesi dan mereka merasa puas berpartisipasi dalam aktivitas kurikulum IPE. - Instrument yang digunakan Readiness Interprofessional Learning Scale (RIPLS) dan Teamwork Score (TWS). - Desain penelitian time series design - Setting penelitian di tahap pre klinik - Instrument yang digunakan adalah Teamwork Score (TWS), Readiness Interprofessional Learning Scale (RIPLS). - Responden meliputi mahasiswa bidan, perawat dan gizi