Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Bab V Perancangan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK

Bab IV Analisis Kasus Perencanaan Transportasi untuk Penanganan Kemacetan

Bab III Analisis Teoretis

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

(Studi Kasus : Perencanaan Transportasi untuk Penanganan Kemacetan) TESIS

1.1 Latar Belakang Masalah

Bab II Kajian Pustaka

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. (intelligent system) adalah sistem yang dibangun dengan menggunakan

Decision Support System. by: Ahmad Syauqi Ahsan

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

Bab IV Perancangan IV.1 Objek Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. STMIK merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di bawah naungan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir manusia yang disebut sebagai artificial intelligence atau lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I-1

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi yang ada,

*) Sumber: 1. Wikipedia.com 2. Burstein and Holsaple ; (2008)Handbook on Decision Support System 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTRODUCTION TO DECISION ANALYSIS

Research Model in Information Systems

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MANAGEMENT INFORMATION SYSTEMS RESEARCH : WHAT S THERE IN A METHODOLOGY

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat cepat dan pesat, terutama pada bidang teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah knapsack adalah permasalahan optimasi yang mendasar. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibuat menjadi sistem pakar. Gangguan-gangguan kesehatan ini

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

I R A P R A S E T Y A N I N G R U M

Sistem Pengambilan Keputusan, Pemodelan dan Pendukung. Tri, 2017

Pengenalan Kecerdasan Buatan (KB)

ARTIFICIAL INTELLIGENCE / AI (Kecerdasan Buatan)

BAB I PENDAHULUAN. akan diderita. Setiap orang wajib menjaga kesehatannya masing-masing, tetapi

Part 2. Management Support System (MSS)

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini sangat berdampak

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. legal di bawah Direktorat Jenderal Perdagangan dalam Negri Departemen

Sistem Pendukung Keputusan. Oleh: Ade Sarah H., M.Kom

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #10 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

P4 Terminologi, Framework & Tujuan. A. Sidiq P. Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

P9 Perancangan SPK. SQ Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian tugas akhir, lingkup penelitian tugas

TUGAS AKHIR APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN KERUSAKAN PADA PERANGKAT MONITOR DENGAN METODE FORWARD CHAINING OLEH :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Fakulas Ilmu Komputer Program Studi Teknik Informatika. Knowledge Discovery in Databases (KDD)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN. Sistem Informasi Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) 2005 PRENTICE HALL, DECISION SUPPORT SYSTEMS AND INTELLIGENT SYSTEMS, 7TH EDITION, TURBAN, ARONSON, AND LIANG

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI

BAB V PERANCANGAN MOXIE

BAB I PENDAHULUAN I-1

Ila Fitrotin Rosyidah 1, Agus Winarno, M.Kom 2 Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi 1, Dosen Pembimbing 2 Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Sistem Pakar Dasar. Ari Fadli

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi merupakan istilah yang digunakan untuk mengilustrasikan suatu karya

Kegagalan dalam Pengembangan maupun Penerapan Sistem Informasi di Organisasi (Merujuk Pendapat Rosemary Cafasso)

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini sangat berdampak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup besar dalam arus informasi yang beredar dalam dunia ini. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. E-learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

P5 Tingkatan dan Karakteristik SPK. A. Sidiq P. Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat dan persaingan yang semakin

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

Apa itu Penelitian Kualitatif???

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang bisnis. Salah satu

10. Berikut ini adalah proses-proses pada pemodelan, Kecuali? a. Trial and error dengan sistem Simulasi. b. Optimisasi c. Heuristic.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cepat dan akurat menjadi sesuatu yang berharga bagi perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM INFORMASI. Oleh Iwan Sidharta, MM NFORMASI

BAB III METODOLOGI. Pemberdayaan Masyarakat dibawah Kementerian Pekerjaan Umum. Penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Seorang Database Designer sering kali diharuskan untuk membuat model schema

BAB I PENDAHULUAN. komputasi dan komunikasi untuk melakukan tugas-tugas informasi sehingga arus

I. PENDAHULUAN. beragam konteks. Cultural Studies, istilah ini diciptakan oleh Richard

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan peradaban manusia dewasa ini, seiring dengan

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process

BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, lingkup tugas akhir, metodologi pengerjaan tugas akhir,

MENINGKATKAN MUTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN UNTUK PERUSAHAAN DIGITAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. mengumpulkan (input), memanipulasi (process), menyimpan, dan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melakukan pengaturan lalu lintas pada persimpangan jalan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendukung keputusan (SPK) menggunakan CBIS (Computer Based Information

Transkripsi:

1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Systems thinking merupakan pendekatan dengan cara pandang yang menganggap bahwa suatu problem merupakan satu kesatuan sistem dalam dunia yang luas. Prinsip systems thinking adalah tidak memecah problem menjadi bagianbagiannya karena dapat menghasilkan kondisi yang berbeda dari problem yang sebenarnya dihadapi. Karakteristik lain pendekatan systems thinking adalah melakukan investigasi dan penilaian terhadap problem dengan cara sistemik, dimana penilaian problem dan fungsi solusi dianggap sebagai sistem pembelajaran dengan sistem sebagai lensa dalam melihat problem. Dengan demikian, systems thinking merupakan bentuk sederhana pendekatan sistem yang memiliki banyak kelebihan dan bukan sesuatu yang rumit (Edson, 2008). Sebagai sebuah pendekatan, systems thinking dianggap mampu menangani problem yang kompleks. Pernyataan tersebut didukung dengan berbagai penelitian yang menunjukkan keberhasilan penerapan systems thinking menangani problem dalam organisasi seperti pada Ford Motor Company (Seligman, 2005). Dalam artikel tersebut dideskripsikan pengalaman Departemen TI pada Ford yang telah berhasil memanfaatkan systems thinking untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Namun pada disiplin ilmu Sistem Informasi (SI), dalam salah satu penelitian dinyatakan bahwa systems thinking is currently under-emphasized in a field that is ostentsibly about system (Alter, 2004). Systems thinking dianggap terlalu abstrak dan sangat jarang digunakan dalam mendeskripsikan komponen, batasan, input, output, dan lingkungan suatu sistem. Berbagai disiplin ilmu dalam SI lebih menekankan pada tool thinking dan mengesampingkan systems thinking, padahal systems thinking dapat mengurangi kemungkinan munculnya kegagalan dalam proyek SI. Oleh karena itu, bahasan pada penelitian akan mengangkat topik mengenai pendekatan systems thinking yang dimanfaatkan pada salah satu bentuk SI yang berperan sebagai pendukung pembuatan keputusan.

2 Berdasarkan teori pembuatan keputusan, keputusan seringkali diartikan sebagai respon terhadap pilihan. Sedangkan pembuatan keputusan itu sendiri merupakan proses yang melibatkan beragam aktivitas, dimana sebagian besar berkaitan dengan penanganan informasi (McNurlin dan Sprague, 2006). Suatu keputusan yang baik akan menghasilkan pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, hal terpenting dari dukungan SI adalah kemampuan dalam menyediakan informasi yang benar di saat yang tepat untuk para pengambil keputusan. Adapun salah satu bentuk dukungan SI yang ditawarkan adalah Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan (SPPK), yaitu suatu bentuk sistem informasi berbasis komputer yang menggabungkan model dan data dalam rangka memecahkan problem semi terstruktur dan beberapa problem yang tidak terstruktur, dengan melibatkan peran user secara intensif (Turban, 2008). Seiring dengan meluasnya pemanfaatan komputer dan Internet, tidaklah sulit untuk menyatakan bahwa SPPK telah mencapai masa kejayaannya (Alter, 2007). Namun, hal tersebut tidak mengurangi makna dari SPPK itu sendiri pada masa kini, terbukti dengan berlanjutnya berbagai penelitian dari para peneliti dan praktisi mengenai pembuatan keputusan dalam organisasi serta berkembangnya tools dan metode seperti OLAP, expert systems, dan intelligent agents. Sumber peningkatan pendukung pembuatan keputusan agar lebih baik tidak hanya mencakup aspek teknologi, bisa saja berasal dari aspek informasi, layanan, dan lain sebagainya. Penggunaan istilah SPPK dalam penelitian ini dianggap lebih sesuai dibandingkan dengan sistem pendukung keputusan atau yang lebih dikenal sebagai Decision Support System (DSS), karena memberikan perspektif yang lebih luas dengan mempertimbangkan cara pandang profesional bisnis dalam proses pembuatan keputusan. Pada awal kemunculannya, SPPK berfokus pada pemanfaatan komputer secara interaktif pada pembuatan keputusan semi terstruktur. Namun, perubahan lingkungan seringkali mempengaruhi problem yang dihadapi, dengan semakin besarnya unsur ketidakpastian dalam kemunculan problem maupun kemungkinan solusinya. Bahkan Ho dan Sculli (1994) menyatakan dalam penelitiannya bahwa

3 SPPK akan memiliki desain dan arsitektur yang semakin kompleks dikarenakan semakin tidak terstrukturnya keputusan dalam organisasi. Kondisi tersebut menuntut penyesuaian dalam mengembangkan SPPK agar tetap dapat memenuhi kebutuhan informasi organisasi. Dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh systems thinking, diduga bahwa kompleksitas dalam mengembangkan SPPK tersebut dapat disederhanakan. Sebelum melangkah lebih jauh, sebaiknya terdapat gambaran awal yang dapat mendeskripsikan seperti apakah yang dimaksud dengan kompleksitas itu sendiri. Menurut Ashby (Daellenbach dan McNickle, 2005), salah satu pemikir dalam systems thinking modern, kompleksitas adalah kuantitas informasi yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan sesuatu. Hal tersebut mencakup jumlah komponen yang terlibat beserta keterhubungannya dalam menyusun sesuatu, sebagai holistic. Sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa sesuatu yang terdiri dari banyak elemen, memiliki banyak keterhubungan, dinamis serta berada pada lingkungan yang terus berubah, menunjukkan kompleksitas yang tinggi. Terkait dengan kompleksitas pembuatan keputusan organisasi, maka dapat dikatakan bahwa pembuatan keputusan akan lebih kompleks jika melibatkan lebih banyak informasi kuantitatif dan kualitatif, serta tingginya unsur ketidakpastian yang terlibat dalam pertimbangan keputusan. Soft Systems Methodology (SSM) sebagai salah satu metodologi systems thinking merupakan bagian dari konsep systems thinking yang digunakan pada penelitian. SSM tersebut sesuai untuk diterapkan pada situasi dimana para stakeholder memiliki ketertarikan yang serupa namun menggunakan cara pandang yang menekankan dan merinci hal berbeda, tanpa mengubah substansinya. Sehingga metodologi ini dianggap tepat untuk mengakomodasi pandangan para stakeholder. SSM akan digunakan dalam rangka memperjelas situasi problem yang dihadapi, khususnya pada pembahasan ini akan berada dalam domain situasi kompleks pembuatan keputusan.

4 Selain itu, systems thinking juga menawarkan analytical tool framework yang dapat mempermudah pemahaman mengenai kesisteman (systems view) dengan melibatkan 3 aspek, yaitu sintesis, analisis, dan inquiry. Tool tersebut dinamakan Conceptagon. Menurut Edson (2008), Conceptagon tersebut berisi pemahaman yang lengkap mengenai sistem, situasi problem, dan kemungkinan solusi. Terkait dengan penelitian, cara pandang kesisteman yang holistic tersebut akan digunakan untuk analisis kebutuhan SPPK. Diharapkan usulan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK yang dihasilkan dari penelitian dapat membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan SPPK sesuai dengan kebutuhan informasi organisasi. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, ditemukan belum adanya pendekatan dalam bentuk kerangka kerja yang digunakan untuk melakukan analisis kebutuhan SPPK pada situasi kompleks pembuatan keputusan. Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa pertanyaan penelitian (research questions) terkait dengan rumusan masalah tersebut, yaitu: a) Apa yang menjadi karakteristik kompleksitas pembuatan keputusan? b) Bagaimana cara SSM menstrukturkan situasi kompleks pembuatan keputusan? c) Bagaimana memanfaatkan Conceptagon Analytical Tools untuk melakukan analisis terhadap SPPK? d) Bagaimana kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK dan cara menerapkannya? I.3 Tujuan Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yang telah didefinisikan, dapat dirumuskan beberapa tujuan dari penelitian, diantaranya: a) Mendefinisikan karakteristik kompleksitas pembuatan keputusan b) Melakukan analisis terhadap cara SSM dalam menstrukturkan situasi kompleks. c) Melakukan analisis SPPK dengan memanfaatkan Conceptagon Analytical Tools. d) Mengusulkan dan menerapkan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK.

5 I.4 Batasan Masalah Permasalahan yang dibahas dalam penelitian memiliki batasan-batasan diantaranya: a) SPPK yang dimaksudkan pada penelitian ini bertujuan untuk membantu pembuatan keputusan pada organisasi, bukan individu. b) Penelitian ini tidak mencakup pembahasan mengenai pembuatan keputusan dari aspek psikologis ataupun perspektif pribadi stakeholder. c) Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK akan dicoba diterapkan sesuai dengan skenario yang didefinisikan. d) Pembahasan pada penelitian tidak menekankan pada penerapan teknologi implementasi SPPK seperti artificial intelligence, data mining dan lain sebagainya. I.5 Kegunaan Hasil Hasil penelitian adalah berupa usulan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK yang dikembangkan dengan memanfaatkan SSM dan Conceptagon Analytical Tools. Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK diharapkan dapat menyumbangkan body of knowledge dalam menangani situasi kompleks pembuatan keputusan hingga mendefinisikan kebutuhan SPPK yang berkenaan dengan problem. Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK dapat dimanfaatkan oleh para stakeholder dalam menstrukturkan kompleksitas proses pembuatan keputusan dan juga para analis dalam mengidentifikasi kontribusi SPPK dan spesifikasinya berdasarkan cara pandang yang sistemik. I.6 Metodologi Bahasan pada penelitian menekankan pada identifikasi kompleksitas pembuatan keputusan serta pengembangan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK untuk situasi kompleks tersebut dengan memanfaatkan SSM dan Conceptagon Analytical Tools. Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif, yang pada dasarnya bersifat interpretive dengan context-dependent, berarti bahwa penelitian didasarkan pada hasil interpretasi peneliti dengan memperhatikan konteks pengamatannya. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan

6 dalam penelitian kualitatif. Adapun observasi dilakukan tanpa partisipan, atau dikenal dengan non-participant observation. Sedangkan teknik pengumpulan data atau empirical materials menggunakan archival research dengan jenis analisis (modes of analysis) yang berkaitan dengan analisis tekstual, yaitu content analysis yang mengasumsikan bahwa pemahaman sesuatu terbentuk pada konteksnya (Myers, 1997). I.6.1 Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian bersumber dari kumpulan studi yang pernah dilakukan oleh pihak lain. Sebagian besar sumber yang digunakan dalam penelitian bertemakan teori pembuatan keputusan dan sistem pendukung keputusan sebagai objek yang diteliti, systems thinking sebagai pendekatan untuk memandang objek sebagai sesuatu yang holistic, serta berbagai penelitian mengenai kompleksitas. Data berupa penelitian-penelitian yang membahas mengenai kompleksitas diperlukan untuk melakukan analisis dalam rangka mendefinisikan karakteristik umum kompleksitas. Dalam proses pembuatan keputusan, kompleksitas dapat berada pada sistem yang diamati, faktor yang terlibat dalam pembuatan keputusan ataupun pada dampak yang diakibatkan dari pembuatan keputusan. Pendefinisian kompleksitas yang dimaksudkan pada penelitian perlu didefinisikan di awal karena beragam pemahaman mengenai kompleksitas dapat menimbulkan persepsi yang berbeda. Data selanjutnya yang diperlukan adalah berbagai penelitian yang membahas pendekatan systems thinking dalam menangani problem. Sumber yang digunakan berasal dari jurnal-jurnal, buku pedoman, serta artikel untuk mendapatkan sari dari penelitian yang telah dilakukan, khususnya mengenai cara SSM dan Conceptagon digunakan dalam menangani problem. Terakhir, data yang dibutuhkan adalah berbagai penelitian mengenai pembuatan keputusan dan SPPK. Domain penelitian mengenai keputusan bersifat lintas

7 disiplin ilmu, karena banyaknya topik mengenai keputusan yang berasal dari ilmu manajemen, sistem informasi, dan lain sebagainya. Dari berbagai penelitian tersebut, dilakukan analisis terhadap sumber-sumber yang membahas mengenai SPPK dengan mencakup seluruh konsep yang dimiliki oleh Conceptagon Analytical Tools. Dengan demikian, diharapkan dapat menghasilkan analisis kebutuhan SPPK secara menyeluruh. I.6.2 Kerangka Kerja Penelitian Dalam rangka memudahkan pencapaian tujuan penelitian, diberikan suatu kerangka yang memperlihatkan guidelines penelitian sehingga terdapat acuan yang jelas dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diberikan pada rumusan masalah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab dengan melaksanakan observasi. Adapun penelitian yang dilakukan termasuk kategori Design Science Research (DSR), dimana terdapat usaha untuk mengembangkan sesuatu yang baru dan diperlukan cara berpikir yang kreatif (Vaishnavi dan Kuechler., 2008). Design science research memiliki suatu kerangka yang terdiri atas 5 tahapan, yaitu awareness of problem, suggestion, development, evaluation, dan conclusion (Hevner, 2004). Kerangka tersebut kemudian dimodifikasi dan dirancang untuk melaksanakan penelitian, yang ditunjukkan pada Gambar I.1. Adapun hasil dari penelitian adalah berupa kerangka kerja, sebagai representasi dari suatu model. Menurut Hevner (2004), suatu IT artifact digunakan untuk menangani problem, yang terdiri atas: construct untuk memikirkan (to think) problem yang dinyatakan dalam bentuk vocabulary dan simbol, models untuk merepresentasikan dan mengeksplorasi problem dalam bentuk abstrak dan representasi, methods untuk menganalisis dan optimasi problem berupa algoritma dan practice, serta instantiations untuk menunjukkan bagaimana pengaruhnya pada problem yang dinyatakan dalam implementasi. Pendefinisian masing-masing IT artifact dilakukan dengan mengikuti kerangka kerja.

8 TAHAPAN PENELITIAN Pembuatan keputusan - Proses pembuatan keputusan - SPPK PENGKAJIAN PUSTAKA Systems thinking - Systems view - Conceptagon Analytical Tools - SSM Kompleksitas - Complex systems - Kasus sistem kompleks METODE YANG DILAKUKAN Library research ANALISIS Content Analysis Case Study Karakteristik kompleksitas Karakteristik situasi kompleks pembuatan keputusan Soft Systems Methodology Situasi kompleks pembuatan keputusan Pemetaan SSM dan Conceptagon Analytical Tools pada proses analisis kebutuhan SPPK Structuring Kompleksitas Pembuatan Keputusan Conceptagon Analytical Tools Analisis kebutuhan SPPK Construct Kerangka Kerja Frameworks and conceptual model methodology PERANCANGAN KERANGKA KERJA ANALISIS KEBUTUHAN SPPK Model dan Method Kerangka Kerja Skenario PENERAPAN KERANGKA KERJA Kasus: Perencanaan Transportasi Instantiation Kerangka Kerja PEMBUATAN KESIMPULAN DESIGN SCIENCE RESEARCH Gambar I.1 Kerangka kerja penelitian

9 Berdasarkan Gambar I.1, penelitian dilakukan melewati 5 tahapan dengan menggunakan metode/teknik sesuai dengan tujuan dari setiap tahap tersebut, beberapa metode tersebut adalah: a) penelitian kepustakaan (library research), dilakukan berdasarkan tinjauan terhadap literatur ataupun penelitian terdahulu yang menunjang tercapainya tujuan penelitian ini. b) frameworks and conceptual model, yaitu penelitian yang mengarah pada pengembangan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK. c) skenario dengan studi kasus, dilakukan untuk memperlihatkan penerapan usulan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK yang dihasilkan. Sedangkan penjelasan dari kelima tahapan pada kerangka kerja penelitian, yaitu: Pertama, mengkaji penelitian yang sudah ada dan dianggap dapat mendukung penelitian yang dilakukan. Pada tahapan ini dipaparkan berbagai penelitian mengenai kompleksitas, teori umum pembuatan keputusan dan SPPK, serta berbagai penelitian mengenai systems thinking, terutama SSM dan Conceptagon Analytical Tools. Tahapan ini disertai dengan latar belakang dan rumusan masalah akan mewakili awareness of problem dari DSR. Kedua, tahap analisis terbagi menjadi 3 tema analisis yaitu analisis yang bertujuan untuk menentukan karakteristik kompleksitas pembuatan keputusan, analisis kapabilitas SSM dalam menstrukturkan problem, dan analisis kebutuhan SPPK dengan memanfaatkan Conceptagon Analytical Tools. Tahapan ini akan menjawab pertanyaan penelitian (a), (b), dan (c) dengan menerapkan library research. Tahap analisis dilaksanakan dengan menjalankan analisis teoretis dan analisis kasus. Adapun skema pelaksanaan analisis diberikan pada Gambar I.2. Hasil pada tahapan ini berupa construct, karena akan memunculkan kebutuhan pengembangan kerangka kerja. Jika dikembalikan pada DSR, tahap tersebut merupakan suggestion.

10 Gambar I.2 Skema analisis Ketiga, merancang kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK atau merupakan development pada DSR. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan metode frameworks and conceptual model. Rancangan kerangka kerja akan menjawab sebagian pertanyaan penelitian (d) dengan menunjukkan model dalam bentuk kerangka kerja yang dibangun berdasarkan construct yang telah didefinisikan, beserta method untuk menjalankannya. Keempat, mencoba menerapkan kerangka kerja tersebut untuk menganalisis kebutuhan SPPK pada kasus yang dapat menunjukkan kompleksitas situasi pembuatan keputusan. Contoh penerapan tersebut dianggap sebagai instantiation kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK, sekaligus sebagai evaluation pada DSR.

11 Dengan demikian, hasil dari tahapan penerapan kerangka kerja akan melengkapi jawaban terhadap pertanyaan penelitian (d). Terakhir, membuat kesimpulan berdasarkan keseluruhan proses penelitian dan juga mendefinisikan peluang penelitian selanjutnya. I.7 Sistematika Laporan penelitian tersusun atas enam bab, mencakup: Bab I Berisi tentang uraian latar belakang, rumusan, tujuan, dan batasan masalah, serta kegunaan hasil, dilengkapi dengan metodologi yang digunakan, dan sistematika penulisan laporan. Bab II Kajian pustaka berisi penelitian-penelitian mengenai teori pembuatan keputusan dan sistem pendukung pembuatan keputusan, pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis problem yaitu systems thinking, serta penelitian mengenai kompleksitas. Beberapa konsep systems thinking yang digunakan adalah pengertian sistem, cara pandang kesisteman termasuk multiple perspectives dan Conceptagon Analytical Tools, SSM, serta contoh penerapan systems thinking. Bab III Berisi analisis teoretis mengenai kompleksitas dengan maksud mendefinisikan karakteristik umum kompleksitas, identifikasi pemanfaatan SSM dalam menstrukturkan proses pembuatan keputusan, serta analisis kebutuhan SPPK dengan Conceptagon Analytical Tools. Hasil analisis teoretis digunakan pada tahap selanjutnya, yaitu analisis kasus dan perancangan kerangka kerja. Bab IV Berisi analisis kasus perencanaan transportasi untuk penanganan kemacetan, untuk mendefinisikan karakteristik kompleksitas berdasarkan kesesuaian karakteristik umum dan temuan pada kasus, juga memperjelas cara SSM dalam menangani kompleksitas pembuatan keputusan pada kasus, serta mengidentifikasi kebutuhan SPPK spesifik dengan Conceptagon Analytical Tools.

12 Bab V Berisi kebutuhan kerangka kerja kebutuhan SPPK yang dirancang serta komponen yang sesuai untuk memenuhinya, dan model kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK yang diusulkan untuk menangani situasi kompleks pembuatan keputusan. Kerangka kerja dibangun dari construct yang dihasilkan pada tahapan analisis. Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK dikontribusikan sebagai alat bantu dalam mendeskripsikan SPPK yang dapat mendukung aktivitas pada proses pembuatan keputusan dalam situasi kompleks. Pada bab ini juga diberikan contoh penggunaan kerangka kerja (instantiation) berdasarkan skenario. Bab VI Berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran untuk pengembangan selanjutnya.