Bab V Perancangan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab V Perancangan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK"

Transkripsi

1 79 Bab V Perancangan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK Kerangka kerja merupakan perwujudan dari sebuah model, dengan maksud memberikan panduan terhadap pengerjaan sesuatu. Pada penelitian ini, kerangka kerja yang dibangun dimaksudkan untuk membantu melakukan analisis kebutuhan SPPK dalam situasi kompleks pembuatan keputusan. Dengan demikian, dibutuhkan analisis mulai dari memahami problem kompleks yang dihadapi hingga mendapatkan spesifikasi kebutuhan SPPK yang dapat dikontibusikan pada rangkaian aktivitas pembuatan keputusan tersebut. Komponen yang menjadi construct pada kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya. V.1 Prasyarat Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK dikembangkan dengan latar belakang kompleksitas yang semakin meningkat. Berdasarkan hal ini, prasyarat kerangka kerja yang dihasilkan akan berperan dalam memandu analis untuk mengetahui kontribusi SPPK yang dapat diberikan pada rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam membuat keputusan untuk problem kompleks. Kapabilitas yang harus dimiliki oleh kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK, diantaranya: a) dapat diterapkan pada situasi kompleks pembuatan keputusan i. diperlukan identifikasi karakteristik yang dapat membedakan problem kompleks dan bukan b) membantu memahami problem kompleks yang ditangani i. menunjukkan isu-isu pada problem yang diamati ii. menangani banyak perspektif iii. memperlihatkan subsistem pada problem iv. memperlihatkan keterhubungan antarsubsistem v. adanya gambaran terhadap problem c) memudahkan dalam mendefinisikan kontribusi SPPK i. mendapatkan deskripsi rangkaian aktivitas ii. kemudahan menentukan kontribusi SPPK yang sesuai

2 80 iii. memperlihatkan keterhubungan aktivitas dengan kemungkinan kontribusi SPPK iv. mengetahui pengontrol variabel pada SPPK yang didefinisikan d) menghasilkan spesifikasi kebutuhan SPPK i. mendeskripsikan alur proses setelah memanfaatkan SPPK ii. terdapat acuan kebutuhan SPPK secara konseptual V.2 Penelusuran Prasyarat pada Komponen Pembangun Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK Verifikasi pemenuhan prasyarat pada perangkat lunak dapat dilakukan dengan 4 metode (Linton, 2007), yaitu: a) inspection adalah observasi dengan menggunakan satu atau lebih dari 5 indera, manipulasi fisik sederhana, dan mengukur secara mekanis dan elektrik serta pengukuran untuk memastikan bahwa item sesuai dengan prasyarat yang ditentukan b) demonstration adalah operasi sebenarnya dari item dengan membuktikan pemenuhan fungsi yang dibutuhkan sesuai dengan skenario c) test adalah aplikasi dari prinsip dan prosedur saintifik untuk menentukan properti atau kapabilitas fungsional dari item d) analysis adalah penggunaan model teknis atau matematis yang ditetapkan atau berupa simulasi, algoritma, dan prinsip serta prosedur lainnya sebagai bukti bahwa item memenuhi prasyarat yang ditetapkan Pada penelitian, verifikasi pemenuhan prasyarat tersebut akan diadopsi untuk melakukan verifikasi terhadap kerangka kerja yang diusulkan. Seluruh prasyarat kerangka kerja yang diberikan pada Tabel V.1 akan diverifikasi dengan demonstration, dimana pemenuhan fungsi dibuktikan sesuai dengan skenario. Ketiga metoda lainnya tidak sesuai untuk diterapkan, karena kerangka kerja bersifat konseptual dan tidak sesuai untuk diverifikasi dengan keterlibatan 5 indera (inspection), verifikasi tidak digunakan untuk menentukan kapabilitas fungsional dari item (test), dan tidak adanya model teknis atau matematis untuk membuktikan pemenuhan prasyarat (analysis).

3 81 Tabel V.1 Prasyarat kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK Id Prasyarat Kerangka Kerja R.1 dapat diterapkan pada situasi kompleks pembuatan keputusan R.2 membantu memahami problem kompleks yang ditangani R.3 memudahkan dalam mendefinisikan kontribusi SPPK R.4 menghasilkan spesifikasi kebutuhan SPPK Verifikasi prasyarat merupakan bagian dari pengujian, yang salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan tabel penelusuran (traceability table). Traceability adalah kemampuan menelusuri representasi perancangan atau komponen program aktual kembali pada prasyaratnya (Pressman, 2001). Traceability termasuk dalam manajemen prasyarat, yaitu sekumpulan aktivitas yang membantu dalam mengidentifikasi, mengontrol, dan menelusuri prasyarat serta perubahannya. Tabel penelusuran (traceability table) menghubungkan prasyarat yang teridentifikasi dengan satu atau lebih aspek pada sistem. Tabel penelusuran dapat berupa features traceability table menunjukkan bagaimana hubungan prasyarat dengan fitur produk/sistem, source traceability table menunjukkan identifikasi sumber dengan setiap prasyarat, dependency traceability table menunjukkan bagaimana prasyarat terhubung antara satu dengan lainnya, subsystem traceability table menunjukkan kategorisasi prasyarat oleh subsistem yang dikelola, dan interface traceability table menunjukkan bagaimana prasyarat berhubungan dengan antarmuka internal dan eksternal. Pada penelitian, kemampuan menelusuri tersebut diadopsi untuk mengetahui keterhubungan prasyarat dan pemenuhannya pada kerangka kerja yang diusulkan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, digunakan tabel penelusuran untuk menunjukkan bagaimana prasyarat terhubung dengan komponen kerangka kerja yang diusulkan. Dimana baris pada tabel penelusuran dalam penelitian ini dibentuk dari prasyarat kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK, sedangkan kolomnya menyatakan komponen pada kerangka kerja.

4 82 Komponen-komponen yang dinyatakan pada tabel penelusuran berasal dari hasil analisis, yang mencakup: a. Karakteristik kompleksitas: karakteristik yang menunjukkan problem termasuk kompleks, yaitu adanya keterlibatan banyak stakeholder, banyak subsistem beserta keterhubungan antar subsistemnya, melintasi berbagai domain, dan seringkali memperlihatkan konflik dalam mencapai tujuan yang sama. Komponen ini berasal dari hasil analisis karakteristik kompleksitas pembuatan keputusan, yang digunakan pada kerangka untuk dapat membedakan problem yang kompleks dan tidak. b. Boundary: batasan yang menunjukkan sistem yang diamati. Dengan menyatakan boundary sistem, dapat ditentukan bagian mana yang akan menjadi objek pengamatan. c. Lingkungan: sesuatu yang berada di luar sistem yang diamati. Isu-isu yang berada di luar konteks problem akan membangun lingkungan sistem. Lingkungan tersebut dapat mempengaruhi sistem yang diamati karena adanya interaksi sistem dengan lingkungannya. d. Isu-isu yang terlibat: menunjukkan berbagai isu yang tercakup dalam problem. Problem yang diamati mencakup berbagai isu yang membangun problem dan isu-isu tersebut didaftarkan pada bagian ini. e. Problem owners: orang yang menyatakan tujuan dari penanganan problem. Identifikasi terhadap problem owners dilakukan untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap proses sekaligus sebagai pengawas dalam pencapaian tujuan. Problem owners juga seringkali berperan sebagai problem actors. f. Problem actors: orang yang memutuskan pada problem. Problem actors adalah peran yang dijalankan dalam pembuatan keputusan, dimana setiap subsistem dalam problem yang diamati memiliki penanggung jawabnya. g. Problem customers: orang yang terkena dampak dari problem. Customer dapat memperoleh keuntungan ataupun kerugian disebabkan oleh penanganan problem dari para actors. Customers dianggap sebagai objek yang terlibat dalam problem.

5 83 h. Root-definition: pendefinisian problem sebagai sistem yang diamati dalam bentuk suatu sistem X yang melakukan Y dalam rangka Z. Problem yang diamati didefinisikan dalam bentuk kalimat, yang mencakup pernyataan problem yang dihadapi (sistem X) dengan melaksanakan sesuatu (Y) untuk mencapai tujuan tertentu (Z). i. Model konseptual: gambaran problem dalam bentuk diagram alir akivitas. Representasi dalam bentuk diagram yang memperlihatkan alur aktivitas dalam menangani problem yang dinyatakan. Model konseptual memperlihatkan sistem yang sebenarnya dihadapi menurut cara pandang para pembuat keputusan yang terlibat di dalamnya. j. Pembandingan root definition VS model konseptual: mencari kesesuaian antara model yang terbentuk dengan situasi nyata yang dihadapi. Komponen yang menyatakan proses pencarian kesesuaian antara model dengan definisi yang telah dinyatakan. k. Aktivitas: kegiatan pada proses pembuatan keputusan untuk menangani problem. Pendefinisian rangkaian aktivitas yang terjadi pada proses pembuatan keputusan dilakukan untuk mempermudah identifikasi kontribusi SPPK yang memungkinkan. Rangkaian aktivitas yang dinyatakan berasal dari model konseptual yang terbentuk. l. Pelaksanaan aktivitas saat ini: kondisi pelaksanaan rangkaian aktivitas. Pelaksanaan saat ini menunjukkan deskripsi baik berupa metoda, tools ataupun teknik pada aktitivas yang dimaksud. m. Kontribusi SPPK untuk aktivitas: definisi kemungkinan SPPK yang dapat diberikan untuk mendukung aktivitas. Identifikasi kontribusi SPPK yang dapat diberikan harus sesuai dengan aktivitas yang akan didukungnya. Penentuan kontribusi tersebut akan menentukan spesifikasi kebutuhan yang dihasilkan. n. Variabel keputusan: faktor yang dapat dikontrol oleh stakeholder berdasarkan SPPK yang dikembangkan. Variabel diturunkan dari kriteria dan faktor yang berpengaruh pada keputusan, dimana masing-masing subsistem memiliki variabel yang dapat dikontrol beserta pengontrol variabelnya. o. Stakeholder yang mengontrol: menyatakan peran pada proses pembuatan keputusan yang mengontrol variabel. Stakeholder pada sistem umumnya

6 84 berperan memutuskan pada subsistem yang ditanganinya. Dengan demikian, mungkin saja satu stakeholder mengontrol lebih dari satu variabel. p. Pengguna: user yang akan berinteraksi dengan SPPK. Pengguna menyatakan user yang berhubungan langsung dengan SPPK, tidak harus stakeholder. Pengguna boleh siapa saja yang memiliki kapabilitas minimal untuk menjalankan aplikasi SPPK yang didefinisikan. q. Process flow: alur pembuatan keputusan yang melibatkan SPPK. Alur pada proses pembuatan keputusan dapat berubah dengan adanya dukungan SPPK. Process flow menunjukkan keterhubungan dari komponen pada aplikasi SPPK yang terdiri atas antarmuka pengguna, manajemen data, dan manajemen model. r. Perangkat keras: komponen perangkat yang berinteraksi langsung dengan SPPK. Perangkat keras seringkali dianggap sebagai peripheral yang berhubungan langsung dengan pengguna, dimana pengguna dapat memberikan input dan menerima output dari perangkat tersebut. Prasyarat pada Tabel V.1 yang telah dirinci seperti pada subbab V.1 digunakan untuk keperluan pemetaan dengan komponen pada kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK. Penelusuran prasyarat terhadap komponen kerangka kerja diberikan pada Tabel V.2. Tanda checklist pada tabel menunjukkan bahwa prasyarat pada baris dipenuhi dengan adanya komponen pada kerangka kerja di kolom tertentu. Selain itu, pemenuhan prasyarat juga ditunjukkan dengan adanya penerapan kerangka kerja pada kasus yang diberikan pada subbab V.4.

7 85 Tabel V.2 Tabel penelusuran (traceability table) prasyarat terhadap komponen Requirement Komponen Karakteristik kompleksitas Boundary Lingkungan Isu-isu terkait Problem owners Problem users Problem customers Root-definition Model konseptual Pembandingan root definition VS model konseptual Aktivitas Pelaksanaan aktivitas saat ini Kontribusi SPPK untuk aktivitas Variabel keputusan Stakeholder yang mengontrol Pengguna Process flow Perangkat keras R.1 dapat membedakan problem kompleks dan bukan menunjukkan isu-isu pada problem yang diamati menangani banyak perspektif memperlihatkan subsistem pada R.2 problem memperlihatkan keterhubungan antarsubsistem adanya gambaran terhadap problem mendapatkan deskripsi rangkaian aktivitas kemudahan menentukan kontribusi SPPK yang sesuai R.3 memperlihatkan keterhubungan aktivitas dengan kemungkinan kontribusi SPPK mengetahui pengontrol variabel pada SPPK yang didefinisikan mendeskripsikan alur proses R.4 setelah memanfaatkan SPPK terdapat acuan kebutuhan SPPK secara konseptual

8 86 V.3 Model Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK Analisis mengenai aktivitas yang critical lebih sering dipilih sebagai titik awal perancangan SPPK dan SPPK lebih dibutuhkan untuk mendukung aktivitas keputusan daripada perancangannya (Sen, 1983). Dengan demikian, kerangka kerja yang dibangun pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendukung aktivitas pembuatan keputusan pada situasi kompleks hingga analisis spesifikasi kebutuhan SPPK. Diharapkan dengan memanfaatkan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK akan dihasilkan deskripsi kebutuhan SPPK yang sesuai untuk menangani problem pembuatan keputusan yang dihadapi. Pada Gambar V.1 diperlihatkan kerangka kerja yang diusulkan untuk melakukan analisis kebutuhan SPPK.

9 87 Gambar V.1 Usulan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK

10 88 V.4 Metode pada Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK Metode pada kerangka kerja atau yang dinamakan method dalam IT artifact dari Hevner (2004) terdiri atas enam tahapan sesuai dengan model yang diberikan pada subbab V.3. Cara penggunaan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK berurut dari atas ke bawah, dimana hasil dari setiap tahapannya dialirkan untuk mengerjakan tahap berikutnya. Adapun metode pada kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Isu-isu, dinamakan seperti itu karena pada tahap ini mulai dilakukan identifikasi isu-isu yang beredar di organisasi dan dianggap menimbulkan problem. Dari berbagai problem yang dihadapi, fokuskan pada situasi problem kompleks, yaitu problem yang memiliki karakteristik: (a) melibatkan banyak pihak dalam pembuatan keputusan serta banyaknya subsistem dari problem yang ditangani; (b) komponen-komponen subsistem pada problem yang diamati memiliki keterhubungan yang membangun sistem tertentu; (c) adanya persinggungan antar subsistem pada problem, misalnya berupa konflik kepentingan dalam menawarkan solusi untuk mencapai tujuan dari pembuatan keputusan; dan (d) terdapatnya sifat dinamis pada problem yang diamati ditambah dengan ketidakpastian kemunculan problem dan pola keputusan dari solusi. Setelah menentukan satu situasi problem kompleks yang akan ditangani, tentukan hal-hal berikut ini: a. boundary, merupakan unsur penting yang menentukan bagian mana termasuk dalam lingkup problem dan bagian mana yang menjadi lingkungan problem. b. Kenali dan identifikasi isu-isu yang mungkin berkaitan dengan problem kompleks yang didefinisikan. 2) Stakeholders, merupakan tahapan mengenali peran-peran yang dijalankan oleh para pembuat keputusan yang terlibat dalam problem yang dipilih.

11 89 Berdasarkan sudut pandang stakeholders inilah akan didapatkan pandangan menyeluruh sehingga diharapkan menghasilkan struktur problem secara utuh. Para stakeholders yang didefinisikan adalah: a. Problem owners, dapat dianggap sebagai pengontrol berbagai aspek dalam pembuatan keputusan. b. Problem users, adalah para pelaku yang melaksanakan pilihan keputusan yang ditetapkan. c. Problem customers, merupakan pihak yang terkena dampak dari problem, baik diuntungkan maupun dirugikan. 3) Definisi problem keputusan, merupakan pendefinisian problem yang dihadapi. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah: a. Mendeskripsikan dalam bentuk rangkaian kalimat, apa yang menjadi problem dengan mengaitkan isu-isu yang terlibat didalamnya. b. Mengembangkan model konseptual berdasarkan deskripsi pada poin a, lengkap dengan isu-isu yang dimonitor dan dievaluasinya. c. Pembandingan antara model dengan real world, ditujukan untuk mencari kesepakatan mengenai problem pembuatan keputuan yang sebenarnya dihadapi. Dengan menjalankan tahapan 1, 2, dan 3 akan dihasilkan deskripsi mengenai problem yang dihadapi, sehingga mendapatkan ilustrasi problem dan dapat ditindaklanjuti untuk menentukan spesifikasi SPPK yang dikembangkan untuk membantu menangani problem tersebut. 4) Identifikasi kontribusi SPPK, merupakan tahapan dalam mendefinisikan kemungkinan SPPK yang dapat disediakan. Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa hal yang perlu diidentifikasi, yaitu: a. Aktivitas, menunjukkan rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembuatan keputusan. Bagian ini dilengkapi dengan merujuk pada model konseptual yang telah didefinisikan.

12 90 b. Pelaksanaan saat ini, mendefinisikan situasi pada aktivitas-aktivitas dalam poin (a) dilaksanakan, baik tools, metode, maupun teknik yang digunakan pada setiap aktivitas tersebut. c. Kontribusi SPPK yang mungkin, berisi identifikasi kemungkinan SPPK yang dapat disediakan untuk mendukung pelaksanaan rangkaian aktivitas tersebut. Hasil dari tahapan ini berbentuk tabel yang berisi definisi kontribusi SPPK pada aktivitas-aktivitas pembuatan keputusan. 5) Definisi pengontrol variabel, merupakan tahap mengenali variabel yang dikontrol dalam pembuatan keputusan. Pada tahap ini akan didefinisikan berbagai variabel dan stakeholder yang mengontrolnya. 6) Spesifikasi kebutuhan SPPK, merupakan tahapan yang mendefinisikan SPPK dari segi perangkat yang dibutuhkan beserta alur prosesnya, yang terdiri atas: a. Pengguna, mendefinisikan spesifikasi pengguna yang mengoperasikan SPPK yang akan dikembangkan b. Process flow, berisi rangkaian/alur proses pembuatan keputusan yang direncanakan jika menerapkan SPPK. Susunan SPPK yang didefinisikan terdiri atas: i. data management, berisi mengenai data yang terlibat dalam proses pembuatan keputusan. ii. analytical modeling, menentukan bentuk pembuatan keputusan yang diberlakukan, umumnya berupa metode seperti AHP, ANP, dan lain sebagainya. Metode AHP dilakukan dengan memodelkan problem kompleks dan tidak terstruktur ke dalam bentuk bertingkat, kemudian memberikan penilaian secara kualitatif subyektif terhadap elemen-elemen pada setiap tingkat. iii. user interface, menunjukkan antarmuka berupa dialog dengan pengguna. c. Perangkat keras, identifikasi kebutuhan peralatan seperti komputer, dan lain sebagainya.

13 91 Hingga tahapan ini akan didapatkan spesifikasi SPPK yang dapat mendukung penanganan problem kompleks pada pembuatan keputusan sesuai dengan struktur problemnya. Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK ditujukan bagi para stakeholder dan pengembang SPPK. Untuk melaksanakan tahapan yang dinamakan isu-isu, stakeholder, dan definisi problem keputusan dibutuhkan peran keduanya, namun tahapan identifikasi kontribusi SPPK, definisi pengontrol variabel, dan spesifikasi kebutuhan SPPK cukup dilakukan oleh para analis yang akan mengembangkan SPPK. V.5 Penerapan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK yang dihasilkan dimaksudkan untuk digunakan pada situasi kompleks pembuatan keputusan. Untuk melengkapi artifact yang dihasilkan, perlu ditunjukkan instantiation dari model kerangka kerja yang dihasilkan. Subbab ini mewakili instantiation, sebagai bentuk penerapan kerangka kerja dengan menggunakan kasus tertentu. Untuk mempermudah penerapan, digunakan kasus perencanaan transportasi untuk penanganan kemacetan pada Lampiran A. V.5.1 Skenario Penerapan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK diterapkan dengan menggunakan skenario. Pengembangan skenario dimaksudkan untuk menguji penggunaan kerangka kerja seolah berada pada lingkungan penerapan yang sebenarnya. Skenario yang digunakan untuk menerapkan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK, yaitu:

14 92 Skenario Penerapan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK diujikan pada contoh situasi kompleks pembuatan keputusan, yaitu perencanaan transportasi untuk penanganan kemacetan. Penentuan kasus yang memenuhi untuk dijadikan lingkungan penerapan dilakukan dengan menggunakan karakteristik situasi kompleks yang telah didefinisikan. Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK diterapkan pada kasus yang dipilih dengan mengikuti metode pada kerangka tersebut. Berdasarkan pelaksanaan penerapan kerangka kerja, dirumuskan temuan yang berupa pengalaman maupun catatan yang mungkin diperlukan bagi pihak yang akan memanfaatkan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK di kemudian hari. V.5.2 Tahapan Penerapan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK Penerapan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK dilakukan mengikuti skenario yang dikembangkan. Langkah awal yang dilakukan adalah menentukan kasus yang memenuhi karakteristik situasi kompleks, dimana telah tercakup dalam kerangka kerja di bagian isu-isu. Dengan demikian, kasus yang akan diujikan harus memenuhi tahapan isu-isu terlebih dahulu sebelum melaksanakan tahapan lainnya. Contoh setiap tahapan penerapan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK adalah: 1) Isu-isu Pada domain yang diamati, yaitu transportasi, terdapat berbagai penelitian yang mencari penyebab maupun isu-isu yang bermunculan terkait dengan hal tersebut. Berbagai penemuan tersebut dicatat dan dibentuk menjadi bagan seperti yang diperlihatkan pada Gambar V.2.

15 93 Gambar V.2 Penyebab problem transportasi dan isu-isu yang ditimbulkannya Dari beberapa isu yang terdapat pada problem lalu lintas dan angkutan, dalam penelitian ini akan dibahas isu mengenai keterpaduan antara pengembangan tata kota dan sistem transportasi kota. Alasan dipilihnya isu tersebut dilandasi oleh beberapa hal, diantaranya perencanaan sistem transportasi yang tidak terlepas dari pengembangan tata kota, sehingga diperlukan kerja sama antara stakeholder yang merencanakan transportasi dengan tata guna tanah. Selain itu, pengembangan tata kota dan sistem transportasi tidak dapat dilakukan secara independen dan sekuensial karena ketidakterpaduan antara keduanya dapat mengakibatkan problem lain, sehingga kedua aspek tersebut perlu ditinjau dalam satu kajian.

16 94 2) Stakeholders Stakeholder yang terlibat dalam pembuatan keputusan perencanaan transportasi untuk penanganan kemacetan terdiri atas para perencana kota, ahli lalu lintas, ahli jalan raya, pengelola angkutan, dan pengguna kendaraan pribadi. Setiap stakeholder memiliki wewenang dalam hal yang berbeda dalam merencanakan transportasi kota. 3) Definisi problem keputusan Definisi problem keputusan pada problem yang dihadapi dinyatakan sebagai suatu sistem yang memadukan antara pengembangan tata kota dan sistem transportasi kota dengan mendefinisikan regulasi yang akan ditetapkan dalam rangka menangani peningkatan volume kendaraan pribadi. Adapun model konseptual dari definisi tersebut diperlihatkan pada Gambar V.3. Gambar V.3 menunjukkan model konseptual dari root definition. Gambar V.3 Model konseptual dari root definition

17 95 4) Identifikasi kontribusi SPPK Aplikasi SPPK dapat dipilah-pilah sejalan dengan tingkat dukungannya terhadap pemecahan problem. Ada enam jenis dukungan aplikasi SPPK, yaitu: a) Mengambil elemen-elemen informasi; ini adalah dukungan terendah yang dap.at diberikan oleh aplikasi SPPK yakni berupa akses selektif terhadap informasi. b) Menganalisis seluruh file; dalam tahap ini para manajer diberikan akses untuk melihat dan menganalisa file secara lengkap. c) Menyiapkan laporan dari berbagai file; dukungan seperti ini cenderung dibutuhkan mengingat para manajer berhubungan dengan banyak aktifitas dalam satu momen tertentu. d) Memperkirakan dari akibat keputusan; dalam tahap ini manajer dimungkinkan untuk melihat dampak dari setiap keputusan yang mungkin diambil. e) Mengusulkan. keputusan; dukungan di tahap ini sedikit lebih maju lagi. Suatu alternatif keputusan dapat disodorkan ke hadapan manajer untuk dipertimbangkan. f) Membuat keputusan; ini adalah jenis dukungan yang menghasilkan keputusan terbaik menurut model dan data pada aplikasi SPPK. Pada Tabel V.3 ditunjukkan identifikasi kontribusi SPPK untuk setiap aktivitas pada pembuatan keputusan dalam kasus perencanaan transportasi untuk penanganan kemacetan, dengan asumsi bahwa penanganan pada sistem yang diamati belum memanfaatkan dukungan SPPK.

18 96 Tabel V.3 Hasil analisis kontribusi SPPK pada perencanaan transportasi untuk penanganan kemacetan Aktivitas Pelaksanaan saat ini Kontribusi SPPK yang mungkin Tentukan tingkat taraf Berdasarkan analisis data kependudukan dan penilaian Menyediakan database kependudukan beserta analisis dan hidup para stakeholder (perencana kota). pengelolaannya. Menyajikan dalam bentuk laporan berdasarkan analisis. Tentukan kebutuhan Berdasarkan analisis data sebaran penduduk. Analisis informasi secara cepat dengan menggunakan model mobilitas penduduk Definisikan data peruntukkan lahan dan kontur Ukur perkiraan peningkatan pemilikan kendaraan pribadi Definisikan data Matriks Asal Tujuan Definisikan data arus lalu lintas Penentuan model trip generation Persepsi para pengendara mengenai pilihan rute terbaik Berdasarkan data perencanaan tata kota. Tidak ada sistem yang menghitung perkiraan peningkatan kepemilikan. Pengukuran dilakukan berdasarkan data yang tersedia jika dibutuhkan. Berdasarkan prioritas dan penilaian para stakeholder. Berdasarkan hasil survey dan perkiraan. Mengembangkan model berdasarkan data arus lalu lintas dan Matriks Asal Tujuan dan penilaian para pembuat keputusan. Berdasarkan penilaian para pengguna jalan, yang dilakukan dengan melakukan survey langsung ke lapangan. yang sesuai. Melengkapi data rencana tata kota dengan GIS. Menyajikan informasi kondisi lahan dan kontur. Analisis data dengan memanfaatkan data mining. Menggunakan model untuk mengukur perkiraan pemilikan kendaraan di masa mendatang (forecasting). Menyajikan informasi perkiraan peningkatan yang akan terjadi. Analisis data pusat-pusat kegiatan. Menentukan prioritas pengamatan berdasarkan histori dan knowledge base of expertise. Menyajikan informasi matriks asal tujuan. Menyediakan akses terhadap informasi arus, pergerakan, serta kepadatan lalu lintas. Menyajikan informasi kondisi lalu lintas. Analisis data matriks asal tujuan dan arus lalu lintas. Melakukan simulasi model trip generation. Melengkapi dengan GIS. Menyajikan informasi model trip generation yang paling akurat. Menyediakan survey online untuk para pengendara dan berdasarkan data tersebut dianalisis membentuk model. Menyediakan knowledge base berdasarkan pengalaman dan expertise.

19 97 Tabel V.3 Hasil analisis kontribusi SPPK pada perencanaan transportasi untuk penanganan kemacetan (lanjutan) Aktivitas Pelaksanaan saat ini Kontribusi SPPK yang mungkin Tidak ada sistem yang konsisten memantau dan menyediakan informasi kesesuaian dengan perkiraan. Pantau kesesuaian antara jumlah transportasi pada setiap ruas jalan setiap tahun Tentukan tingkat kapasitas jaringan jalan Peramalan pergerakan pada setiap ruas jalan Tentukan tingkat ketersediaan sarana transportasi massal Pendefinisian regulasi yang akan ditetapkan Perencanaan jalan raya prasarana Berdasarkan pencarian data jaringan jalan dan pemilikan kendaraan. Berdasarkan pada penilaian para pembuat keputusan, analisis data, serta analisis skenario. Menyiapkan action plan untuk para pelaksana. Berdasarkan jenis dan jumlah sarana transportasi massal yang disediakan. Mendefinisikan secara manual regulasi apa yang akan ditetapkan sesuai dengan hasil analisis. Jika regulasi yang ditetapkan tidak mampu menangani kemacetan, disusun rencana jangka panjang untuk membangun infrastruktur jalan raya. Menyediakan dan mengelola database dengan akses pada informasi dengan volume yang besar. Mendukung query yang mudah dan efisien serta update database. Menyediakan monitoring yang berkelanjutan terhadap informasi pada ruas jalan yang dipilih. Menghasilkan laporan. Menyediakan pelaporan yang cepat dan terotomatisasi. Menyediakan data pergerakan dilengkapi dengan teknologi GIS. Analisis ruas jalan tertentu dengan kepadatan yang berlebihan. Menyiapkan dan melakukan simulasi beberapa skenario rekayasa lalu lintas. Menyediakan data sarana transportasi massal yang sudah ada dan tingkat efektifitasnya. Menyediakan alternatif regulasi yang dapat didefinisikan. Menunjukkan bobot dari alternatif regulasi yang sebaiknya didefinisikan. Menyediakan penilaian regulasi berdasarkan pelaksanaan di lapangan. Menentukan titik-titik kemacetan dan ruas jalan yang dapat dibangun. Menyesuaikan rencana pembangunan jalan dengan rencana tata kota.

20 98 5) Definisi pengontrol variabel Pendefinisian yang dimaksud pada bagian ini adalah menentukan siapa yang mengontrol variabel apa pada sistem yang diamati. Pada Tabel V.4 ditunjukkan variabel dan pengontrolnya pada SPPK yang akan dikontribusikan. Tabel V.4 Pengontrol variabel dan variabel yang dikontrolnya Variabel Pusat kegiatan (yang diamati) Alternatif ruas jalan baru Skenario rekayasa lalu lintas Model trip generation Ruas jalan (yang diamati) Forecasting jumlah kendaraan Efektifitas sarana transportasi massal Pilihan rute terbaik User Pengontrol Ahli penataan kota Ahli lalu lintas Ahli jalan raya Pengelola angkutan Pengguna kendaraan pribadi 6) Spesifikasi kebutuhan SPPK Bagian terakhir ini lebih bersifat teknis dibandingkan dengan bagian-bagian sebelumnya. Untuk melakukan tahapan ini hingga mendetail, diperlukan studi yang cukup mendalam mengenai transportasi dan juga kemampuan teknis tertentu. Oleh sebab itu, pada penelitian ini yang diperlihatkan berupa gambaran awalnya saja. a. Pengguna Pengguna yang mengoperasikan perangkat lunak pendukung keputusan bisa stakeholder yang memang berwenang membuat keputusan tertentu pada perencanaan transportasi atau orang yang ditugaskan untuk menjalankan perangkat lunak sesuai dengan perintah dari stakeholder. Kriteria pengguna yang dibutuhkan untuk menjalankan perangkat lunak yang dikembangkan untuk setiap aktivitasnya diberikan pada Tabel V.5.

21 99 Tabel V.5 Prasyarat minimal pengguna Kontribusi SPPK yang mungkin Menyediakan database kependudukan beserta analisis dan pengelolaannya. Menyajikan dalam bentuk laporan berdasarkan analisis. Analisis informasi secara cepat dengan menggunakan model yang sesuai. Melengkapi data rencana tata kota dengan GIS. Menyajikan informasi kondisi lahan dan kontur. Analisis data dengan memanfaatkan data mining. Menggunakan model untuk mengukur perkiraan pemilikan kendaraan di masa mendatang (forecasting). Menyajikan informasi perkiraan peningkatan yang akan terjadi. Analisis data pusat-pusat kegiatan. Menentukan prioritas pengamatan berdasarkan histori dan knowledge base of expertise. Menyajikan informasi matriks asal tujuan. Menyediakan akses terhadap informasi arus, pergerakan, serta kepadatan lalu lintas. Menyajikan informasi kondisi lalu lintas. Prasyarat Pengguna Mampu mengoperasikan database serta melakukan query dan analisis terhadap data, misalnya data mining. Mampu mengoperasikan reporting tools berkenaan dengan data kependudukan yang akan ditampilkan. Mampu mengolah data untuk dianalisis Mampu menyajikan data sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Memahami teknologi GIS yang akan digunakan serta mampu menginterpretasikan informasi yang ditampilkan pada peta Memberikan input parameter yang dapat dipengaruhi untuk menjalankan simulasi Menginterpretasikan hasil simulasi berbagai skenario Menjalankan (input, update) database yang tersambung dengan GIS Memahami dan dapat mengoperasikan teknologi data warehouse dan data mining Membangun keterhubungan tabel pada data warehouse Memahami model data mining yang sesuai untuk menganalisis data Mampu mengoperasikan reporting tools berkenaan dengan penyajian data forecasting Memahami dan dapat mengelola database tata kota Mampu menganalisis pergerakan berdasarkan data yang dimiliki Mampu menyajikan data dengan reporting tools sesuai dengan kebutuhan para pembuat keputusan Mampu menganalisis data histori untuk mendapatkan prioritas pusat kegiatan yang diamati Mampu menyediakan dan mengelola database lalu lintas Dapat menghubungkan database lalu lintas dan mengupdate secara real-time Mampu menyajikan data kepadatan lalu lintas pada pengatur lalu lintas Mampu menganalisis model untuk memperkirakan pergerakan pada waktu-waktu tertentu berdasarkan data histori

22 100 Tabel V.5 Prasyarat minimal pengguna (lanjutan) Kontribusi SPPK yang mungkin Analisis data matriks asal tujuan dan arus lalu lintas. Melakukan simulasi model trip generation. Melengkapi dengan GIS. Menyajikan informasi model trip generation yang paling akurat. Menyediakan survey online untuk para pengendara dan berdasarkan data tersebut dianalisis membentuk model. Menyediakan knowledge base berdasarkan pengalaman dan expertise. Menyediakan dan mengelola database dengan akses pada informasi dengan volume yang besar. Mendukung query yang mudah dan efisien serta update database. Menyediakan monitoring yang berkelanjutan terhadap informasi pada ruas jalan yang dipilih. Menghasilkan laporan. Menyediakan pelaporan yang cepat dan terotomatisasi. Menyediakan data pergerakan dilengkapi dengan teknologi GIS. Analisis ruas jalan tertentu dengan kepadatan yang berlebihan. Menyiapkan dan melakukan simulasi beberapa skenario rekayasa lalu lintas. Menyediakan data sarana transportasi massal yang sudah ada dan tingkat efektifitasnya. Menyediakan alternatif regulasi yang dapat didefinisikan. Menunjukkan bobot dari alternatif regulasi yang sebaiknya didefinisikan. Menyediakan penilaian regulasi berdasarkan pelaksanaan di lapangan. Menentukan titik-titik kemacetan dan ruas jalan yang dapat dibangun. Menyesuaikan rencana pembangunan jalan dengan rencana tata kota. Prasyarat Pengguna Mampu melakukan simulasi terjadinya pergerakan antar pusat kegiatan Mampu mengoperasikan teknologi GIS Menyajikan dan dapat menginterpretasikan informasi hasil simulasi model trip generation Masyarakat yang dapat mengoperasikan komputer untuk mengisi kuesioner dari para perencana transportasi Para ahli yang sudah mendalami bidang transportasi sejak lama dan memiliki prediksi yang akurat terhadap persepsi jalur terbaik Mampu mengoperasikan dan mengelola database beserta analisisnya Memahami dan dapat menjalankan teknologi dengan jumlah data yang besar seperti data warehouse dan data mining Memahami dan dapat menginterpretasikan data yang ditampilkan dengan GIS Mampu mengoperasikan reporting tools dan menentukan bentuk pelaporan yang sesuai dengan kebutuhan stakeholder Memahami teknologi GIS yang digunakan Mampu menyajikan data kepadatan ruas jalan Mampu memberikan input untuk simulasi rekayasa lalu lintas sesuai dengan skenario Mampu mengoperasikan database transportasi massal Mampu menganalisis tingkat efektifitas sarana transportasi sesuai dengan ruas jalan yang diamati Mampu mengoperasikan reporting tools untuk menyajikan penilaian terhadap alternatif regulasi yang dipertimbangkan Memahami teknologi GIS yang akan digunakan Memiliki wewenang menentukan prioritas titik kemacetan yang akan ditangani Menganalisis alternatif ruas jalan yang dapat dibangun berdasarkan rencana tata kota terkait dengan problem kemacetan di wilayah tertentu

23 101 Gambar V.4 Process flow yang menunjukkan keterhubungan manajemen data, manajemen model, dan manajemen antarmuka b. Process flow Adapun setiap perangkat lunak pendukung pembuatan keputusan akan terdiri atas data management, analytical modeling, dan user interface. Keterhubungan antarelemen tersebut diperlihatkan pada Gambar V.4. i. data management, diantaranya menentukan data yang terlibat untuk melakukan aktivitas tersebut, yaitu peta kota, data ruas jalan, data kapasitas maksimum jalan, data perkiraan pemilikan kendaraan pribadi, data demografi, dan data pemilihan rute. ii. analytical modeling, menyatakan model yang dipergunakan untuk memperkirakan/meramal pergerakan pada ruas jalan. Model ini disusun berdasarkan pemilikan kendaraan pribadi dan persepsi pemilihan rute terbaik. iii. user interface, menentukan seperti apa tampilan yang tepat untuk menjadi antarmuka dengan pengguna.

24 102 c. Perangkat keras Perangkat yang digunakan untuk mendukung aktivitas tersebut diantaranya komputer sebagai antarmuka dengan pengguna, scanner untuk menginputkan data pada peta, dan teknologi lain seperti ponsel untuk menyampaikan output pada stakeholder. Hasil penerapan kerangka kerja pada kasus perencanaan transportasi untuk penanganan kemacetan diberikan pada Gambar V.5.

25 103 Aktivitas Pelaksanaan saat ini Kontribusi SPPK yang mungkin Tentukan tingkat taraf Berdasarkan analisis data kependudukan dan penilaian Menyediakan database kependudukan beserta analisis dan hidup para stakeholder (perencana kota). pengelolaannya. Menyajikan dalam bentuk laporan berdasarkan analisis. Tentukan kebutuhan Berdasarkan analisis data sebaran penduduk. Analisis informasi secara cepat dengan menggunakan model mobilitas penduduk yang sesuai. Variabel Pusat kegiatan (yang diamati) Alternatif ruas jalan baru Skenario rekayasa lalu lintas Model trip generation Ruas jalan (yang diamati) Forecasting jumlah kendaraan Efektifitas sarana transportasi massal Pilihan rute terbaik User Pengontrol Ahli penataan kota Ahli lalu lintas Ahli jalan raya Pengelola angkutan Pengguna kendaraan pribadi Kontribusi SPPK yang mungkin Prasyarat Pengguna Menyediakan database kependudukan beserta analisis dan Mampu mengoperasikan database serta melakukan query dan analisis terhadap pengelolaannya. Menyajikan dalam bentuk laporan data, misalnya data mining. berdasarkan analisis. Mampu mengoperasikan reporting tools berkenaan dengan data kependudukan yang akan ditampilkan. Analisis informasi secara cepat dengan menggunakan model Mampu mengolah data untuk dianalisis yang sesuai. Mampu menyajikan data sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Perangkat yang digunakan untuk mendukung aktivitas tersebut diantaranya komputer sebagai antarmuka dengan pengguna, scanner untuk menginputkan data pada peta, dan teknologi lain seperti ponsel untuk menyampaikan output pada stakeholder. Gambar V.5 Penerapan kerangka kerja pada kasus perencanaan transportasi untuk penanganan kemacetan

26 104 V.5.3 Temuan Berdasarkan penggunaan kerangka kerja pada situasi kompleks pembuatan keputusan dengan skenario seperti yang diberikan pada Lampiran A, ditemukan beberapa hal berikut: a) Pada pendefinisian problem keputusan membutuhkan pemahaman mengenai konteks sistem yang diamati. Jika tidak memperhatikan batasan sistem, kemungkinan besar akan terjadi perluasan terhadap sistem yang diamati. Hal ini dapat dikontrol dengan menentukan apa yang menjadi isu dan apa yang menjadi lingkungan bagi sistem tersebut. b) Pendefinisian rangkaian aktivitas pada proses pembuatan keputusan akan mempengaruhi jenis kontribusi yang dapat diberikan oleh SPPK. Penentuan jenis kontribusi SPPK harus dikomunikasikan antara penanggungjawab aktivitas dengan analis yang menguasai aspek teknis. c) Dalam mendefinisikan stakeholder dan definisi pengontrol variabel terdapat keterhubungan, dimana pihak yang menjadi stakeholder juga akan menjadi pihak yang mengontrol variabel-variabel yang terlibat dalam proses pembuatan keputusan. d) Pada akhir penerapan kerangka kerja, yaitu mendeskripsikan spesifikasi kebutuhan SPPK, dibutuhkan pengetahuan teknis yang cukup agar mampu menentukan data dan model yang digunakan untuk menuntaskan aktivitas pada proses pembuatan keputusan. V.6 Kesimpulan Hasil Perancangan Berdasarkan hasil perancangan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK dapat disimpulkan bahwa: a) Tahap 1 sampai 3 pada kerangka kerja berperan dalam menstrukturkan kompleksitas pembuatan keputusan dimana dibutuhkan peran stakeholder sebagai pembuat keputusan dan analis sistem yang mengamati aktivitas dalam proses tersebut, sedangkan tahap 4 sampai 6 berperan dalam menentukan kebutuhan SPPK dan dibutuhkan peran analis sebagai pihak yang akan mengembangkan SPPK

27 105 b) Hasil penerapan kerangka kerja bergantung pada pelaksanaan seluruh tahapan, dikarenakan terdapatnya aliran hasil dari setiap tahapan. c) Usulan kerangka kerja yang pada penelitian diberikan untuk mempermudah analisis kebutuhan SPPK yang dapat menunjang aktivitas pada proses pembuatan keputusan. Kerangka kerja yang dikembangkan dengan memanfaatkan SSM dan conceptagon ini, menangani kompleksitas pembuatan keputusan dengan cara menstrukturkan problem. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan gambaran situasi yang dihadapi dalam proses pembuatan keputusan, sehingga stakeholder mengetahui bagaimana keterkaitan antarsubsistem dalam problem yang ditanganinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerangka kerja dikembangkan bukan untuk menyelesaikan ataupun menghasilkan solusi dalam menghadapi kompleksitas pembuatan keputusan, namun memberikan gambaran situasi kompleks yang dihadapi yang kemudian akan diidentifikasi kontribusi apa saja yang dapat diberikan SPPK untuk mendukung aktivitas pada proses memutuskan terhadap problem yang dihadapi.

Bab IV Analisis Kasus Perencanaan Transportasi untuk Penanganan Kemacetan

Bab IV Analisis Kasus Perencanaan Transportasi untuk Penanganan Kemacetan 57 Bab IV Analisis Kasus Perencanaan Transportasi untuk Penanganan Kemacetan Proses analisis kasus dimaksudkan untuk memperjelas penelitian berdasarkan kenyataan (reality) dengan maksud menerapkan hasil

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Systems thinking merupakan pendekatan dengan cara pandang yang menganggap bahwa suatu problem merupakan satu kesatuan sistem dalam dunia yang luas. Prinsip systems

Lebih terperinci

Bab III Analisis Teoretis

Bab III Analisis Teoretis 33 Bab III Analisis Teoretis Seperti yang telah dijelaskan pada subbab I.6 mengenai metodologi, pelaksanaan analisis pada penelitian dibagi menjadi dua jenis, yaitu analisis teoretis dan analisis kasus.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Rancang Bangun, teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pengambilan suatu keputusan guna memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan yang membutuhkan alternatif yang tepat, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan

Lebih terperinci

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM ANALISA & PERANCANGAN SISTEM Analisis System Mulyadi, S.Kom, M.S.I Analisa Sistem Analisis sistem - teknik pemecahan masalah yang menguraikan sistem ke dalam beberapa komponen dengan tujuan mempelajari

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon Terbaik dalam pelayanan servis di bengkel.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon Terbaik dalam pelayanan servis di bengkel. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian di Bengkel Trijaya Motor Bandung yang berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon 022-70221812 3.1.1. Sejarah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan mengenai langkah yang harus diterapkan agar penelitian dan proses perancangan sistem informasi dapat dilakukan secara terarah dan memudahkan dalam analisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Menurut Herlambang dan Tanuwijaya (2005: 116) definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. teknis yang dikosentrasikan untuk produk atau layanan yang spesifik. Helpdesk

BAB II LANDASAN TEORI. teknis yang dikosentrasikan untuk produk atau layanan yang spesifik. Helpdesk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Helpdesk Menurut Donna Knapp (2004), definisi helpdesk adalah sebuah alat untuk mengatasi persoalan yang didesain dan disesuaikan untuk menyediakan layanan teknis yang dikosentrasikan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dan juga menjelaskan aplikasi yang digunakan pada kerja praktek ini. 1.1 Restoran Menurut

Lebih terperinci

c. Pembangunan sistem Berdasarkan analisa sistem yang telah dilakukan, dibuat rancangan/desain sistem yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk

c. Pembangunan sistem Berdasarkan analisa sistem yang telah dilakukan, dibuat rancangan/desain sistem yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tujuan sistem perencanaan pembangunan adalah untuk mendukung koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat ditunjukkan dengan munculnya beragam perangkat teknologi yang mempermudah manusia dalam memonitor perkembangan usahanya

Lebih terperinci

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen 69 Bab IV Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen IV.1 Perancangan Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Berdasarkan Perspektif Zachman Pada bab IV, telah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam sebuah penelitian, diperlukan perencanaan yang rapi, pengelolaan yang benar, pengolahan berbagai kebutuhan penelitian dan penggunaan metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan 1. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Menurut Alter (dalam Kusrini, 2007), Sistem pendukung keputusan merupakan sistem informasi interaktif yang

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

Outline. Definisi SPK Tujuan SPK Fitur SPK Karakteristik dan Kemampuan SPK Komponen SPK

Outline. Definisi SPK Tujuan SPK Fitur SPK Karakteristik dan Kemampuan SPK Komponen SPK Tinjauan SPK Outline Definisi SPK Tujuan SPK Fitur SPK Karakteristik dan Kemampuan SPK Komponen SPK Definisi Menurut Keen dan Scoot Morton : Sistem Pendukung Keputusan merupakan penggabungan sumber sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tahap Awal Tahap Analisis Merumuskan Masalah Studi Literatur Data Penelitian Tahap Perancangan Desain Sistem Implementasi TOPSIS 1. Matriks Keputusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Landasan Teori merupakan dasar tentang pendapat dalam melakukan penelitian atau penemuan yang didukung oleh data data dan argumentasi penulis. Fungsi dari landasan teori adalah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mengacu pada latar belakang penelitian dan rumusan masalah serta tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Mengacu pada latar belakang penelitian dan rumusan masalah serta tujuan BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Metode Penelitian Mengacu pada latar belakang penelitian dan rumusan masalah serta tujuan penelitian maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal.

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal. 2. BAB II LANDASAN TEORI Dalam merancang dan membangun aplikasi, sangatlah penting untuk mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar teori yang digunakan. Dasar-dasar teori tersebut digunakan sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB V PERANCANGAN MOXIE

BAB V PERANCANGAN MOXIE BAB V PERANCANGAN MOXIE Bab ini berisi penjabaran dari hasil perancangan Moxie. Pembahasan pada bab ini mencakup perancangan arsitektur dan model skenario untuk Moxie. Model skenario merupakan produk dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi merupakan langkah-langkah sistematis yang dipergunakan untuk mempermudah dalam mengembangkan Sistem Pendukung Keputusan. Metodologi penelitian adalah cara yang

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan.

Sistem Pendukung Keputusan. Sistem Pendukung Keputusan http://www.brigidaarie.com Pengertian Definisi awalnya adalah suatu sistem yang ditujukan untuk mendukung manajemen pengambilan keputusan. Agar berhasil mencapai tujuannya maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pusat bisnis di Ibukota

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pusat bisnis di Ibukota BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kotamadya Jakarta Pusat yang terletak di tengah-tengah Provinsi DKI Jakarta dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pusat bisnis di Ibukota Jakarta, merupakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 3.1.1 Sistem Menurut Sari Murdowati (1998; 1), definisi sistem merupakan sekumpulan komponen terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan

Lebih terperinci

Ratna Wardani. Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University

Ratna Wardani. Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University Ratna Wardani Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University Hirarki Materi Pemodelan Sistem Rekayasa Informasi Rekayasa Perangkat Lunak Konsep dan Prinsip Analisis Analisis persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu bentuk kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu bentuk kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) atau yang biasa dikenal masyarakat dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Pada bab ini dijelaskan mengenai prosedur yang berjalan dan yang diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010 STMIK GI MDP Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010 SISTEM PENGOLAHAN TRANSAKSI PADA PT SUKSES CITRA PANGAN PALEMBANG Afandi 2005240234 Abstrak Tujuan penulisan

Lebih terperinci

Nama : Rendi Setiawan Nim :

Nama : Rendi Setiawan Nim : Nama : Rendi Setiawan Nim : 41813120188 Pemodelan Data Pemodelan Data dalam rekayasa perangkat lunak adalah proses menciptakan sebuah model data dengan menerapkan model deskripsi formal data menggunakan

Lebih terperinci

Mia Fitriawati, M.Kom

Mia Fitriawati, M.Kom Mia Fitriawati, M.Kom Kebutuhan dianggap oleh pengguna sebagai suatu hal yang sederhana dalam pengembangan sistem baru. Di sisi lain kebutuhan adalah aspek paling bermasalah yang seringkali tidak terdefinisi

Lebih terperinci

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA )

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) Disusun Oleh : MUKHAMAT JAFAR 41813120014 MATA KULIAH : REKAYASA PERANGKAT LUNAK DOSEN : WACHYU HARI HAJI, S.KOM, MM UNIVERSITAS MERCUBUANA 2015 Mukhamat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision Support Sistem (DSS) adalah sistem komputer yang saling berhubungan dan menjadi alat bantu bagi seorang

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS SISTEM

BAB IV. ANALISIS SISTEM BAB IV. ANALISIS SISTEM IV.1 DESKRIPSI SISTEM Perencanaan distribusi dan transportasi merupakan sebuah sistem kompleks yang diperlukan perusahaan untuk melengkapi manajemen rantai pasoknya. Distribusi

Lebih terperinci

BAB III 3 LANDASAN TEORI

BAB III 3 LANDASAN TEORI BAB III 3 LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Menurut Jogiyanto HM (2003), sistem Informasi merupakan suatu sistem yang tujuannya menghasilkan informasi sebagai suatu sistem, untuk dapat memahami sistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. RIWAYAT HIDUP PENULIS Abstrak Abstract Lembar Pengesahan KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH..

DAFTAR ISI.. RIWAYAT HIDUP PENULIS Abstrak Abstract Lembar Pengesahan KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP PENULIS Abstrak Abstract Lembar Pengesahan KATA PENGANTAR.... UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR..... DAFTAR TABEL.. DAFTAR SIMBOL.... Hal. i ii iv vii ix x BAB I

Lebih terperinci

BAB III. Landasan Teori

BAB III. Landasan Teori BAB III Landasan Teori Dalam bab ini akan dijelaskan berbagai macam landasan teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan laporan kerja praktek. Landasan teori yang dibahas meliputi permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB III. Landasan Teori

BAB III. Landasan Teori BAB III Landasan Teori 3.1. Aplikasi Aplikasi adalah software yang dibuat oleh suatu perusahaan komputer untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu, misalnya Microsoft Word, Microsoft Excel (Yazid, 2009:50).

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 75 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Dyna

Lebih terperinci

MODEL DESAIN & DOKUMENTASI DESAIN

MODEL DESAIN & DOKUMENTASI DESAIN MODEL DESAIN & DOKUMENTASI DESAIN Tugas ke 9 Rekayasa Perangkat Lunak Dibuat oleh : Dekha Sundhawati (41813120217) Dosen Pengampu : Wachyu Hari Haji, S.Kom,MM JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrated Distance Education Application atau biasa disebut dengan IDEA merupakan sebuah sarana pembelajaran elektronik berbasis website yang dimiliki oleh Telkom University.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Koperasi merupakan suatu wadah yang dapat membantu masyarakat terutama

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Koperasi merupakan suatu wadah yang dapat membantu masyarakat terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Koperasi merupakan suatu wadah yang dapat membantu masyarakat terutama masyarakat kecil dan menengah. Koperasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek.

BAB III LANDASAN TEORI. aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek. 13 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen Proyek Menurut PMBOK (Project Management Body of Knowledge) dalam buku Budi Santoso (2009:3) manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges), keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Kendaraan di Kota Bandung pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Kendaraan di Kota Bandung pada Tahun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan kota besar di Indonesia. Sebagai ibukota Jawa Barat, Kota Bandung menjadi kota yang terkenal kemacetan kedua di Indonesia. Kota Bandung juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori teori yang digunakan sebagai landasan dalam desain dan. implementasi dari sistem ini adalah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. Teori teori yang digunakan sebagai landasan dalam desain dan. implementasi dari sistem ini adalah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI Teori teori yang digunakan sebagai landasan dalam desain dan implementasi dari sistem ini adalah sebagai berikut : 2.1. Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang

BAB II LANDASAN TEORI. Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Data Pengertian data adalah : Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang tidak mempunyai makna atau tidak berpengaruh langsung

Lebih terperinci

Analysis Modeling 4/10/2018. Focus on What not How. Kenapa Analisis Kebutuhan. Definisi Analisis Kebutuhan. Langkah-Langkah Analisis Kebutuhan

Analysis Modeling 4/10/2018. Focus on What not How. Kenapa Analisis Kebutuhan. Definisi Analisis Kebutuhan. Langkah-Langkah Analisis Kebutuhan Kenapa Analisis Kebutuhan Analysis Modeling 1 Definisi Analisis Kebutuhan Definisi Analisis Kebutuhan Penguraian kebutuhan-kebutuhan yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan panduan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Pada bab ini akan dikemukakan landasan teori yang terkait dengan permasalahan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE Pada bab ini akan dibahas hasil dari perencanaan dan analisis pengembangan Moxie. Moxie merupakan sebuah knowledge library yang dikembangkan dengan studi kasus yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Langkah awal dalam pembuatan sistem adalah mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang disajikan dalam

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ARDUINO DALAM PENGEMBANGAN SISTEM RUMAH PINTAR BERBASIS MOBILE DAN WEB (Studi Kasus : Penjadwalan Lampu Rumah)

PEMANFAATAN ARDUINO DALAM PENGEMBANGAN SISTEM RUMAH PINTAR BERBASIS MOBILE DAN WEB (Studi Kasus : Penjadwalan Lampu Rumah) PEMANFAATAN ARDUINO DALAM PENGEMBANGAN SISTEM RUMAH PINTAR BERBASIS MOBILE DAN WEB (Studi Kasus : Penjadwalan Lampu Rumah) TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Program Strata 1,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Aktivitas kolaborasi memberikan dampak yang signifikan dalam usaha kolektif manusia. Aktivitas ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari sejumlah besar area

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK I.1 Pendahuluan Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini membuat banyak pihak merasakan manfaat yang luar biasa. Bukan hanya sebagai pelengkap kebutuhan manusia, namun keberadaan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI. Oleh Iwan Sidharta, MM NFORMASI

SISTEM INFORMASI. Oleh Iwan Sidharta, MM NFORMASI SISTEM INFORMASI Oleh Iwan Sidharta, MM NFORMASI Jenis-jenis Keputusan Menurut Herbert A. Simon, ahli manajemen pemenang Nobel dari Carnegie-Mellon University, keputusan berada pada suatu rangkaian kesatuan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Menurut Herlambang (2005:116), terdapat dua pendekatan untuk mendefinisikan sistem, yaitu pendekatan secara prosedur dan komponen. Berdasarkan pendekatan prosedur, sistem

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai topik penulisan dalam rangka menyusun suatu laporan penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan produksi akan memerlukan persediaan bahan baku. Dengan tersedianya persediaan bahan baku maka diharapkan perusahaan

Lebih terperinci

B6 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2016

B6 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2016 B6 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2016 PERANCANGAN MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES MANAJEMEN RESIKO KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN ISO 27005 DAN ISO 33020. Studi Kasus: PUSAT KOMUNIKASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa perangkat lunak dan perancangan atau desain perangkat lunak.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa perangkat lunak dan perancangan atau desain perangkat lunak. BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa perangkat lunak dan perancangan atau desain perangkat lunak. 3.1 ANALISA SISTEM Analisa aplikasi ini meliputi 3 (tiga)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai struktur rancangan desain penelitian disertai metode penelitian beserta alat dan bahan yang akan digunakan dalam mengerjakan tugas akhir.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Berdasarkan pendekatan prosedur, sistem didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. client dengan menyediakan analisis berita finansial yang profesional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. client dengan menyediakan analisis berita finansial yang profesional dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman era globalisasi saat ini begitu cepat. Kebutuhan informasi yang tepat dan akurat sangat penting. Berbagai macam instansi perusahaan baik besar maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan suatu sarana dalam proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada lingkungan belajar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT PLN (Persero) adalah BUMN yang menangani aspek kelistrikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. PT PLN (Persero) adalah BUMN yang menangani aspek kelistrikan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT PLN (Persero) adalah BUMN yang menangani aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Penyaluran tenaga listrik ke pelanggan merupakan tugas pokok dari PT PLN

Lebih terperinci

Decision Support System (DSS)

Decision Support System (DSS) Decision Support System (DSS) source : http://nextgeneration.web.id/?p=48 Seiring perkembangan zaman, manusia dituntut membuat berbagai keputusan yang tepat dalam menghadapi permasalahan yang semakin kompleks.

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com REKAYASA PERANGKAT LUNAK 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com Referensi Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi, Roger S. Pressman, Ph.D, Andi Jogyakarta, 2012 Buku 1 Rekayasa

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh pula pada pembuatan alat-alat canggih, yaitu alat yang

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh pula pada pembuatan alat-alat canggih, yaitu alat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi dibidang elektronika dewasa ini berkembang sangat cepat dan memberikan pengaruh besar di setiap aspek kehidupan.hal ini berpengaruh pula pada pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1 Uraian Hasil Metode Gabungan AHP dan TOPSIS Dalam penyelesaian permasalahan dengan metode AHP dan TOPSIS ada beberapa langkah-langkah pemecahannya, yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jasa Jasa (service) merupakan suatu atau serangkaian aktivitas yang tidak berwujud dan yang biasanya, tidak selalu, berhubungan dengan interaksi antara customer (pelanggan) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri 1 Kota Sukabumi merupakan salah satu sekolah unggulan

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri 1 Kota Sukabumi merupakan salah satu sekolah unggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah SMK Negeri 1 Kota Sukabumi merupakan salah satu sekolah unggulan yang terdapat di daerah Sukabumi yang memiliki hubungan kerja sama dengan beberapa perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat cepat, tepat dan akurat sangat penting. Berbagai macam instansi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat cepat, tepat dan akurat sangat penting. Berbagai macam instansi atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era teknologi informasi yang semakin maju saat ini, kebutuhan akan informasi yang sangat cepat, tepat dan akurat sangat penting. Berbagai macam instansi atau organisasi

Lebih terperinci

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir maka perlu dibuat suatu pedoman kerja yang matang, sehingga waktu untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir dapat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULASI KECEPATAN MOBIL BEBASIS SMS GATEWAY

RANCANG BANGUN SIMULASI KECEPATAN MOBIL BEBASIS SMS GATEWAY RANCANG BANGUN SIMULASI KECEPATAN MOBIL BEBASIS SMS GATEWAY SKRIPSI Disusun Oleh : DIMAS RANGGA W.P NPM : 0534010185 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas tentang konsep dasar dan teori-teori yang mendukung pembahasan yang berhubungan dengan sistem yang akan dibuat. 2.1 Basis Data (Database) Database

Lebih terperinci

LOGO Manajemen Proyek Teknologi Informasi

LOGO Manajemen Proyek Teknologi Informasi LOGO Manajemen Proyek Teknologi Informasi BAB II Proyek TI PLC vs SDLC Aktifitas dalam SDLC Tahapan siklus hidup SDLC 1. Analisa kebutuhan 2. Spesifikasi 3. Disain 4. Coding 5. Verifikasi dan validasi

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Teknik Informatika S1 Software Requirement Engineering Impact Analysis Disusun Oleh: Egia Rosi Subhiyakto, M.Kom, M.CS Teknik Informatika UDINUS egia@dsn.dinus.ac.id +6285740278021 SILABUS MATA KULIAH

Lebih terperinci

Tujuan pembelajaran Mendefinisikan batasan manajemen proyek perangkat lunak (MPPL) Membedakan pengembangan proyek perangkat lunak dengan lainnya Memah

Tujuan pembelajaran Mendefinisikan batasan manajemen proyek perangkat lunak (MPPL) Membedakan pengembangan proyek perangkat lunak dengan lainnya Memah Manajemen Proyek TI /Perangkat Lunak (MPPL) Materi 1 Pengenalan MPPL The McGraw-Hill Companies/Software Project Management (second edition) / Bob Hughes and Mike Cotterell Tujuan pembelajaran Mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 Desain Penelitian Desain penelitian disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut: Gambar 31 Desain Penelitian Penjelasan gambar: 1 Studi Literatur dilakukan dengan mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain untuk penelitian disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain untuk penelitian disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut: 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain untuk penelitian disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut: Pra-penelitian 1. Menentukan lokasi peneltian 2. Membuat surat ijin penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Sistem adalah rangkaian dari suatu komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan mempunyai tujuan tertentu yang sesuai dengan pengembangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya layanan yang diberikan dan semakin bertambahnya pelanggan yang menggunakan layanan TI, menuntut PT. BSI untuk meningkatkan layanan purna jualnya

Lebih terperinci

Dibuat Oleh : 1. Andrey ( )

Dibuat Oleh : 1. Andrey ( ) Dibuat Oleh : 1. Andrey (41813120186) FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2015 Pemodelan Data dalam rekayasa perangkat lunak adalah proses menciptakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Gambar desain penelitian adalah sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Gambar desain penelitian adalah sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Gambar desain penelitian adalah sebagai berikut: Penentuan lokasi dan variable penelitian Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan Membuat surat

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,

Lebih terperinci

Modul Praktikum Analisis dan Perancangan Sistem Halaman 1 dari 58

Modul Praktikum Analisis dan Perancangan Sistem Halaman 1 dari 58 Modul Praktikum Analisis dan Perancangan Sistem Halaman 1 dari 58 Praktikum Analisis dan Perancangan REKAYASA KEBUTUHAN 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM : a) Mahasiswa mampu memahami konsep rekayasa kebutuhan b)

Lebih terperinci

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era golobalisasi saat ini modernisasi terjadi pada segala aspek kehidupan, demikian pula juga halnya dengan teknologi yang berkembang begitu pesat. dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suara merupakan salah satu media komunikasi yang paling sering dan

BAB I PENDAHULUAN. Suara merupakan salah satu media komunikasi yang paling sering dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suara merupakan salah satu media komunikasi yang paling sering dan umum digunakan oleh manusia. Manusia dapat memproduksi suaranya dengan mudah tanpa memerlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Kereta Api Indonesia (PERSERO) adalah perusahaan pengelola kereta api di Indonesia yang telah banyak mengoperasikan kereta api penumpangnya, baik kereta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem rekomendasi merupakan sebuah (web) alat personalisasi yang menyediakan pengguna sebuah informasi daftar item-item yang sesuai dengan keinginan masing-masing

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ambar Widayanti (ambarwidayanti@gmail.com) Muhammad Hasbi (hasbb63@yahoo.com) Teguh Susyanto (teguh@sinus.ac.id)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Terdapat dua kelompok pendekatan didalam mendefinisikan sistem yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan menekankan pada komponen dan elemenya. Pendekatan sistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iv vi vii ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman maka tingkat pendidikan pada masyarakat mengalami peningkatan. Oleh karena itu masyarakat memandang bahwa pendidikan pada tingkat

Lebih terperinci