BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mereka sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari

BAB III: TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selain

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi

TINJAUAN PERATURAN / KEBIJAKAN TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PRAMBANAN DAN SEKITAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. Konsep desentralisasi dan otonomi daerah di Republik Indonesia sudah

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

CATATAN RISALAH AANWIJZING SAYEMBARA KONSEP DESAIN ARSITEKTUR PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

BAB I PENDAHULUAN. moyang yang sangat dibanggakan oleh bangsa Indonesia. Kawasan ini merupakan

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kebijakan Pengendalian Pertumbuhan Ruang dan Perizinan

PELESTARIAN CANDI BOROBUDUR SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BERBASIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek

PERUBAHAN NILAI RUANG KAWASAN WISATA BOROBUDUR

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek.

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu diatas pertumbuhan ekonomi nasional

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG BADAN OTORITA PENGELOLA KAWASAN PARIWISATA BOROBUDUR

2017, No Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (L

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

Sri Sularsih Balai Konservasi Borobudur

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah meneliti, mengkaji, memahami dan menganalisis hasil

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Cermin Retak Pengelolaan Benda Cagar Budaya

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Konservasi. Borobudur. Organisasi. Tata Kerja.

Nomor 66 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 66 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah 506,85 km 2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

PERAN BALAI KONSERVASI BOROBUDUR DALAM KONSEP DAN APLIKASI EKOWISATA DI CANDI BOROBUDUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Pelestarian Cagar Budaya. Organisasi. Tata Kerja.

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Upaya Memahami Sejarah Perkembangan Kota dalam Peradaban Masa Lampau untuk Penerapan Masa Kini di Kota Pusaka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

Pelestarian Cagar Budaya

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO HOTEL KONVENSI DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN TUGAS AKHIR MARGARETHA MICHELLE FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

STANDAR OPERASIONAL PERIZINAN DAN PEMANFAATAN CANDI BOROBUDUR, CANDI MENDUT, DAN CANDI PAWON

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

Oleh : Ir Iman Soedrajat MPM,

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.70/UM.001/MP/2016 TENTANG PENETAPAN OBYEK VITAL NASIONAL DI SEKTOR PARIWISATA

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT KANTOR PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

[LAPORAN SIDANG PLENO KESATU TKPSDA WS BELAWAN ULAR PADANG] 2016 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2011 TENTANG KEBUN RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. 16 November 1972 adalah warisan dari masa lampau, yang dinikmati saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

& REVITALISASI CAGAR BUDAYA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014

KEWENANGAN DIY (UU 13/2012)

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

situ berperan dalam rangka mengurangi laju degradasi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG KOORDINASI STRATEGIS LINTAS SEKTOR PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kompleks Candi Prambanan merupakan salah satu cagar budaya Indonesia yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah UNESCO sejak tahun 1991 dengan nomor C 642. Kewajiban sebagai salah satu warisan dunia dibawah UNESCO adalah menyusun penataan ruang pengelolaan Kawasan Candi Prambanan. Sebagai warisan budaya dunia yang berharga bagi dunia dan nasional, Candi Prambanan dalam perencanaan dan pemanfaatan ruangnya harus dilaksanakan sesuai aturan zonasi sebagai kawasan khusus. Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) telah membuat kajian Zonasi Kawasan Kompleks Candi Prambanan untuk menyusun rencana pengelolaan pada tahun 1979. Berbagai kebijakan telah disusun dalam mengelola Kawasan Prambanan mulai tahun 1981 hingga tahun 2008. Pada tahun 2012 Ditjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum melakukan kegiatan penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres KSN Candi Prambanan. Melalui evaluasi yang panjang berkenaan dengan banyaknya lembaga yang terkait, maka Rancangan Perpres KSN Candi Prambanan baru diajukan awal tahun 2014. Berkenaan dengan tahun politis, hingga saat ini Perpres KSN Candi Prambanan masih belum ditetapkan oleh Presiden. Dalam perkembangannya hingga terbentuknya Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Perpres KSN Candi Prambanan belum dikeluarkan. 1

Materi Teknis dan Rancangan Perpres KSN Candi Prambanan diharapkan menjadi pedoman dasar dalam melakukan koordinasi dan sinkronisasi dalam pengambilan kebijakan pengembangan dan pelestarian KSN Candi Prambanan. Banyaknya lembaga yang terlibat merupakan suatu permasalahan tersendiri untuk menciptakan kerjasama yang baik guna mendukung keberhasilan pengelolaan Kawasan Strategis Nasional Prambanan. Lembaga yang terlibat dalam pengelolaan KSN Prambanan meliputi tiga kementerian, yaitu Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. Lembaga yang berada dibawah Kementerian Dalam Negeri meliputi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dibawah Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah Balai Pengelola Cagar Budaya Prambanan Yogyakarta dan Balai Pengelola Cagar Budaya Jawa Tengah. Sedangkan yang berada dibawah Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara adalah PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Perbedaan kepentingan dan tujuan pengelolaan antar lembaga menjadi permasalahan dalam menciptakan kerjasama pengelolaan terpadu dalam menyelaraskan penataan ruang secara bersama dalam satu visi. Balai Pengelolaan Cagar Budaya (BPCB) Prambanan memiliki tugas menjaga kelestarian obyek candi dari sisi kepurbakalaannya. Pemerintah daerah memiliki tugas memaksimalkan pertumbuhan ekonomi kawasan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang 2

ada di wilayahnya. Pemerintah Propinsi memiliki tugas penciptaan hubungan pembangunan dan kebijakan pembangunan antar pemerintah daerah Kabupaten atau Kota yang ada di wilayahnya. Kementerian merupakan lembaga negara yang bertugas menjalankan pemerintahan dan pembangunan sesuai bidangnya. PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko adalah pengelola pariwisata dengan harapan mendapatkan pemasukan keuntungan sebesar besarnya. I.2. Identifikasi Masalah Zona KSN Prambanan terbagi dalam lima zona, yaitu zona 1 (zona inti), Zona 2 (zona penyangga), Zona 3 (zona landskap budaya yang dilindungi), Zona 4 (arkeologi, antropologi atau zona minat bersejarah), Zona 5 (zona pengembangan sosial-ekonomi dan budaya). Permasalahan muncul pada Zona I hingga Zona III, karena terkait hubungan fungsi lindung arkeologis hingga landskap sebagai benda purbakala dan fungsi pemanfaatan arkeologis hingga lanskap sebagai obyek wisata. Permasalahan Zona I adalah terjadi tarik menarik antara pengelola zona I yaitu BPCP dengan PT. Taman Wisata Candi Prambanan yaitu terkait Pemanfaatan candi sebagai tempat wisata atau daya tarik utama candi dalam menjaga keausan candi atau kerusakan candi oleh wisatawan untuk mempertahankan situs kepurbakalaannya. Terbaginya wilayah Candi Prambanan menjadi dua BPCB Daerah Istimewa Yogyakarta dan BPCP Jawa Tengah memerlukan bentuk kerjasama pengelolaan yang terpadu karena sebenarnya satu wilayah pengelolaan Zona I dengan fungsi yang sama. 3

Permasalahan Zona II adalah perlunya pengendalian perubahan guna lahan. Letak zona penyangga yang strategis menjadikan wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Godaan untuk merubah guna lahan menjadi fungsi lain yang bernilai ekonomi lebih tinggi menjadi kendala serius pengendalian guna lahan ditambah sektor ini pengelolaan oleh perusahaan yang memiliki arahan untuk mencari keuntungan. Konflik paling terkenal adalah adanya rencana pembangunan hotel oleh PT. Taman Wisata Candi Prambanan di sebelah Kantor PT. Taman yang mendapatkan protes oleh berbagai kalangan dan ahli, hal ini disebabkan lokasi rencana pembangunan yang berada di Zona II yang seharusnya tidak membolehkan adanya bangunan untuk kegiatan ekonomi yang merubah lanskap sekitar candi. Permasalahan Zona III adalah berada pada kewenangan pemerintah daerah dan pemerintah provinsi. Pada Zona ini perlu kerjasama dalam pengelolaan, kesepakatan standard, pelayanan publik, perubahan guna lahan, dan pemberian insentif kepada masyarakat yang berada pada zona ini. Terdapat standard yang harus disepakati bersama guna meminimalisir dampak terhadap Candi. Adanya hotel di wilayah Kabupaten Klaten merupakan respon perkembangan wisata, sedangkan pembagian hasil hanya mendapatkan parkir saja. Pembangunan Pasar Prambanan bertingkat di seberang jalan Kompleks Candi karena kurangnya koordinasi struktur bangunan di Zona III. Sesuai peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tidak diperkenankan adanya lembaga baru dalam pengelolan kawasan menyulitkan memberikan solusi untuk membentuk lembaga baru mengelola KSN Prambanan dengan melibatkan berbagai lembaga yang terkait. Tidak terlembaganya 4

pengelolaan bersama, memberi dampak terhadap penganggaran untuk kegiatan bersama. Lembaga ini dibutuhkan karena mampu sebagai titik temu perselisihan dan mencari solusi dalam perubahan kebijakan dan dinamika Kasawan Prambanan. I.3. Batasan Masalah Penelitian adalah wilayah RKSN Prambanan dan lembaga-lembaga pemerintah yang terkait dengan pengelolaan Zonasi KSN Prambanan sesuai tujuan pengelolaan untuk cagar budaya serta arkeologi dan pariwisata. Wilayah yang menjadi kajian adalah wilayah yang memiliki kekhususan fungsi guna lahan yaitu Zona I hingga Zona III dalam naungan Subkawasan Pelestarian (SP) I, karena terkait kebijakan UNESCO terhadap pemanfaatan ruangnya. I.4. Rumusan Masalah Perubahan Penggunaan Lahan RKSN Prambanan belum memiliki keselarasan dakarenakan terjadinya perubahan kebijakan dan perubahan aturan dalam penyusunan dan pemberian kewenangan dalam menyusun kebijakan terhadap kawasan. Belum terwujud konsep tata ruang yang mendukung kebijakan UNESCO dikarenakan masih sulitnya untuk menciptakan kesepahaman antar lembaga. Berbagai permasalahan pemanfaatan sesuai fungsi Zonasi sudah sering dilanggar, karena landasan hukum belum kuat atau belum ditetapkan Sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN). Arahan kebijakan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara untuk tidak membentuk lembaga baru harus disikapi dengan menciptakan bentuk kerjasama 5

antar lembaga dan antar wilayah. Diharapkan bentuk tersebut mampu menaungi seluruh lembaga dan pemerintah daerah maupun propinsi yang terlibat, agar konflik dalam memanfaatkan kawasan untuk kepentingan bersama dapat dihindarkan. Sesuai kewenangan Perencanaan Penataan Ruang dan pembuat usulan penetapan fungsi ruang yang berada pada Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktur Jenderal Penataan Ruang, maka diharapkan Kementerian PU ikut pula terlibat ambil bagian dalam lembaga pengelola terpadu KSN Prambanan. I.5. Pertanyaan Penelitian 1. Siapa saja stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan Subkawasan Pelestarian I RKSN Prambanan? 2. Bagaimana konflik dalam pemanfaatan ruang Subkawasan Pelestarian I RKSN Prambanan? 3. Bagaimana penanganan konflik dalam pemanfaatan ruang Subkawasan Pelestarian I RKSN Prambanan? 4. Bagaimana konsensus dalam pemanfaatan ruang Subkawasan Pelestarian I RKSN Prambanan? I.6. Tujuan Penelitian Memahami stakeholder yang terlibat dalam menata Kawasan Candi Prambanan yang berlangsung paska kajian zonasi oleh JICA 1979. Melakukan eksplorasi konflik pemanfaatan ruang dan penanganan konflik. Menemukan 6

bentuk-bentuk konsensus dalam menyelesaikan permasalahan pemanfaatan ruang pada Kawasan Candi Prambanan. I.7. Manfaat Penelitian Memberikan gambaran konflik dan konsensus yang terjadi dalam Kawasan Candi Prambanan pasca kajian Zonasi JICA tahun 1979 hingga saat ini. Memberikan informasi dampak konflik dan konsensus terhadap pemanfaatan ruang kawasan, sehingga mampu menjadi masukan dalam merumuskan kebijakan ke depan agar mampu menyeimbangkan antara dampak dan penyesuaian arahan UNESCO. I.8. Keaslian Penelitian Penelitian Kawasan Candi Prambanan sudah banyak yang dilakukan. Namun rung lingkup kajian yang dilakukan dalam penelitian tersebut lebih pada unsur arkheologi, pariwisata, sejarah dan kebijakan pengelolaan. Namun untuk menyentuh bidang proses, dinamika, konflik masih belum ada. Dalam penelitian lain terdapat bentuk penelitiannya tentang kerjasama antar daerah dalam pengelolaan infrastruktur, Pariwisata, dan kerjasama antar daerah lintas propinsi. Hal ini juga dijadikan gambaran bentuk kebijakan kawasan yang berada dalam lintas propinsi. Berikut tabel bentuk penelitian yang sudah dilakukan: 7

Tabel.I.1. Daftar Penelitian Terkait No. Judul Thesis Penulis Metode dan Pokok Bahasan 1 Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Candi-Candi Di Kawasan Prambanan (Analisis Berdasarkan Pendekatan Pengembangan Pariwisata yang Berkelanjutan) 2. Konflik Antar Stakeholders Dalam Pemanfaatan Lahan Di Wilayah Pesisir Kabupaten Kulon Progo. 3. Kerjasama Pembangunan Daerah Studi Kasus Kabupaten Ketapang dengan Kabupaten Sukamara Ari Setyastuti, Metode evaluasi formal, 2005. evaluasi keputusan teoritis dan metode benchmarking. Pokok Bahasan model pengelolaan menyangkut bentuk dan struktur organisasi maupun mekanisme pengelolaan. Bambang Metode deskriptif kualitatif Susilo bersifat eksploratif. Pokok Bahasan keragaman konflik, penyebab konflik, resolusi yang telah dilakukan antar stakeholder dalam pemanfaatan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Kulon Progo. Chandra Fuji Metode deskriptif kualitatif Asmara, dengan pendekatan deduktif rasionalistik. Pokok bahasan mendiskripsikan kerjasama pembangunan daerah untuk mensinergikan pelaksanaan program pembangunan. Bersambung 8

Lanjutan Tabel I.1. 4. Pelestarian Lanskap Budaya Kawasan Prambanan 5. Kerjasama Antar Daerah Melalui Skema Kartamantul Dalam Penanganan dan Pengelolaan Air Limbah Study Kasus IPAL Sewon, Yogyakarta. Sumber: Thesis Paskasarjana. Manggar Sari Ayuati, 2011. R. Budhi Harso Suwarno Metode Penelitian Kualitatif yang Bersifat Analitis. Pokok Bahasan Kajian Terhadap Kebijakan-Kebijakan Yang Diterapkan Terhadap Kawasan Prambanan Untuk Mendapatkan Suatu Manajemen Yang Ideal Untuk Melestarikan Lanskap Budaya Metode Deskriptif Kualitatif Dengan Pendekatan Induktif. Pokok Bahasan Deskripsi Bentuk Kerjasama Pengelolaan Limbah Secara Komunal Secara Terpadu Pengelolaan Kawasan Strategis Prambanan tergolong unik, karena yang terlibat antara lain pemerintah daerah, Balai Pelestarian Cagar Budaya, swasta, BUMN dan Masyarakat. Sedangkan BPCB terdapat dua lembaga BPCP DIY dan BPCP Jawa Tengah yang berbagi ruang pengelolaan. Kawasan Candi Prambanan juga memiliki letak strategis yaitu di tepi jalur arteri yang menghubungkan dua kota besar yaitu Kota Yogyakarta dan Kota Surakarta. Penelitian ini dilakukan kepada pemegang kebijakan lembaga-lembaga dan pemerintah daerah yang terlibat dalam pengelolaan terpadu Kawasan Strategis Nasional Prambanan serta melihat dampak pada pembentukan ruangnya. Dalam penelitian kali ini masih juga melihat keterlibatan pengelolaan oleh kelompok 9

maupun organisasi masyarakat. Hal ini dilakukan karena terkait keterbatasan lembaga-lembaga, pemerintah daerah dan swasta oleh aturan yang berlaku dan strategi menghadapinya. Penelitian juga dilakukan dalam memahami penanganan konflik untuk menyelesaikan bentuk-bentuk konflik yang terjadi. 10