PENGARUH ASBUTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PERKERASAN DAUR ULANG DENGAN PEREMAJA OLI BEKAS DAN SOLAR

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH ASBUTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PERKERASAN DAUR ULANG DENGAN PEREMAJA OLI BEKAS DAN SOLAR

PENGARUH PEREMAJA OLI BEKAS DAN SOLAR TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PERKERASAN DAUR ULANG DENGAN ASBUTON

Kata Kunci : Oli Bekas, Perkerasan daur ulang, Stabilitas

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

STUDI PENENTUAN JOB MIX DESAIN PERKERASAN LENTUR DENGAN MEMANFAATKAN ASPAL DAUR ULANG / RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ABSTRAK

PENGARUH SUHU PEMADATAN TERHADAP KINERJA MARSHALL PADA CAMPURAN CPHMA MENGGUNAKAN LGA DAN ASPAL MINYAK PENETRASI 60/70 NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA)

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON)

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

2.4 Daur Ulang Lapis Keras Aspal (Asphalt Pavement Recycling) 6

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

PEMANFAATAN HASIL PENGUPASAN ASPAL UNTUK DAUR ULANG CAMPURAN BETON ASPAL

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA

KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE MENGGUNAKAN PENGIKAT SEMARBUT TIPE II

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN MATERIAL MADURA TERHADAP KINERJA CAMPURAN CPHMA (COLD PAVING HOT MIX ASBUTON) NASKAH TERPUBLIKASI TEKNIK SIPIL KONSENTRASI TRANSPORTASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari, selain itu jalan juga memegang peranan penting

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE ABSTRAK

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT MIX ASPAL UNTUK LAPISAN PERMUKAAN AC-WC DENGAN STANDAR KEPADATAN MUTLAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

KAJIAN KADAR ASPAL HASIL EKSTRAKSI PENGHAMPARAN DAN MIX DESIGN PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (ACWC) GRADASI HALUS

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

(Studi Kasus Jalan Nasional Pandaan - Malang dan Jalan Nasional Pilang - Probolinggo) Dipresentasikan Oleh: : Syarifuddin Harahab NRP :

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH SERBUK BESI TERHADAP CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS AC-WC

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE- BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR MATERIAL RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) DENGAN PROSES PENCAMPURAN HANGAT ( WARMMIX ) Tugas Akhir

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

PENGARUH ASBUTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PERKERASAN DAUR ULANG DENGAN PEREMAJA OLI BEKAS DAN SOLAR Ludfi Djakfar 1, Hendi Bowoputro 1, Achmad Wicaksono 1, Gagoek Soenar P. 1 1 Dosen / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono No. 167 Malang, 65145, Jawa Timur Korespondensi : ldjakfar@brawijaya.ac.id ABSTRAK Teknologi perkerasan daur ulang dapat mengembalikan kekuatan perkerasan, mengurangi ketergantungan terhadap material baru, serta mengurangi limbah perkerasan yang dewasa ini kurang optimal pemanfaatannya. Pada metode pencampuran aspal dingin (coldmix), digunakan peremaja untuk melunakkan aspal yang terkandung dalam perkerasan daur ulang. Peremaja yang digunakan yaitu oli bekas dan solar dengan proporsi oli bekas : solar yaitu 0 : 100, 25 : 75, 50 : 50, 75 : 25, dan 100 : 0, dengan kadar peremaja yang dicampurkan 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% terhadap berat benda uji. Selain itu digunakan asbuton sebagai filler untuk mengisi rongga kosong dalam agregat perkerasan daur ulang. Kadar asbuton yang dicampurkan yaitu 3%, 6%, 9% dan 12% terhadap berat benda uji. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode regresi dan metode analisis ragam dengan menggunakan rancangan acak lengkap. Berdasarkan hasil dari metode tersebut, semakin banyak asbuton yang dicampurkan maka nilai stabilitas semakin meningkat. Proporsi paling optimum yaitu 75 : 25 dengan kadar asbuton 12% dan peremaja 2,9%. Dari nilai stabilitas benda uji yang diperoleh, nilai stabilitas benda uji tidak memenuhi standar Laston, namun dapat dijadikan alternatif pengganti Latasir. Kata kunci: Asbuton, Oli Bekas, Perkerasan Daur Ulang, Solar, Stabilitas 1. PENDAHULUAN Seiring dengan kepadatan lalu lintas yang terus meningkat, diperlukan infrastruktur jalan dan perencanaan lapis perkerasan yang baik. Jalan raya merupakan salah satu infrastruktur utama yang sangat penting dalam menunjang pergerakan manusia. Oleh karena itu diperlukan pemeliharaan, rehabilitasi dan rekonstruksi jalan. Rehabilitasi jalan dengan menambah lapis perkerasan (overlay) dapat digunakan sebagai alternatif pembangunan. Namun, menambah lapis perkerasan secara terusmenerus akan berdampak pada tingginya elevasi jalan dan ketersediaan material yang dibutuhkan semakin menipis. Perlu adanya inovasi baru dalam mencari pembangunan alternatif. Salah satu alternatif yang bisa dipilih yaitu metode daur ulang (recycling). Penanganan dengan metode daur ulang ini dapat menghemat bahan perkerasan jalan, energi, dan ekonomi. Pemerintah Indonesia melalui PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) telah menyerukan tentang bahaya limbah bahan berbahaya dan beracun terhadap lingkungan. Salah satu limbah B3 yaitu oli bekas yang hingga saat ini masih minim pemanfaatannya Solar merupakan bahan bakar kendaraan bermotor yang menghasilkan gas CO 2 yang menghasilkan emisi gas berbahaya bagi lingkungan. Akan tetapi, bukan berarti dengan permasalahan tersebut pemanfaatan solar ditiadakan karena solar merupakan bahan olahan minyak bumi yang mempunyai kegunaan lain selain sebagai bahan bakar kendaraan. 146

Saat ini penggunaan asbuton di Indonesia belum optimal karena masih kalah bersaing dengan aspal minyak. Sehingga ketersediaan asbuton di Indonesia masih melimpah. Juga melimpahnya bahan perkerasan jalan yang dapat didaur ulang akan lebih bermanfaat dengan penambahan oli bekas dan solar sebagai bahan peremaja. Hal ini dikarenakan aspal yang mempunyai viskositas tinggi memerlukan bahan pelarut yang viskositasnya lebih rendah sehingga bahan peremaja dapat menyebar dengan merata pada agregat aspal daur ulang. Selain itu, untuk mengisi rongga yang kosong dalam aspal daur ulang dibutuhkan asbuton sebagai bahan pengganti agregat. (Iqbal & Rizaldy, 2013) melakukan penelitian mengenai bahan peremaja oli bekas mobil sebagai bahan peremaja aspal. Dari hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan penggunaan oli bekas pada aspal daur ulang sebaiknya ditambahkan dengan bahan lain yang lebih mampu melunakkan aspal agar agregat dapat terikat dengan baik. Hal ini yang menjadi dasar penelitian ini untuk mengamati pengaruh variasi bahan peremaja berupa campuran oli bekas dengan solar dan asbuton sebagai pengganti agregat untuk memperbaiki kualitas aspal daur ulang. 2. METODE PENELITIAN Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Iqbal & Rizaldy, 2013) diperoleh beberapa data sebagai berikut : 1. Stabilitas rata-rata 10 sampel 938 kg. 2. Kadar aspal rara-rata pengujian ekstraksi dari 2 sampel diperoleh 6,61%. 3. Analisis saringan yang diperoleh yaitu : a. Tertahan saringan no. 3/4 : 0 gr (0% terhadap jumlah) b. Tertahan saringan no. ½ :23,7gr (4,31% terhadap jumlah) c. Tertahan saringan no. 3/8 : 65,4 gr (11,89% terhadap jumlah) d. Tertahan saringan no. 4 : 107,4 gr (19,53% terhadap jumlah) e. Lolos no. 4 : 353,4 gr (64,27% terhadap jumlah) 4. Berat jenis aspal rata-rata sebesar dari 2 sampel diperoleh 1,155. 5. Void In Mix (VIM) rata-rata dari 10 sampel diperoleh 2,11%. 6. Void In Mineral Agregate (VMA) rata-rata dari 10 sampel yaitu 13,79%. 7. Void Filled Bitument (VFB) rata-rata dari 10 sampel yaitu 84,84%. Banyaknya benda uji yang dibuat dapat ditentukan dengan rumus pendekatan sebagai berikut (Suharto, 2004) (r - 1). (t - 1) 15 Dimana r merupakan replikasi atau perulangan dan t merupakan treatment atau perlakuan. Dalam penelitian ini digunakan empat variasi kadar asbuton, tiga variasi kadar bahan peremaja, dan lima variasi proporsi kadar bahan peremaja. Sehingga jumlah treatment adalah 60, maka : (r 1). (t 1) 15 (r 1). (60 1 ) = 15 60 r r 60 + 1 = 15 59 r 59 = 15 r = 15+59 59 r = 1,25 3 buah Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan benda uji minimal 3 buah. Proporsi oli bekas : solar yaitu 0 : 100, 25 :75, 50 : 50, 75 : 25, dan 0 : 100. Kadar asbuton yang dicampuran pada penelitian ini yaitu 3%, 6%, 9%, dan 12% dari berat benda uji. Kadar peremaja yang dicampurkan pada penelitian ini yaitu 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% dari berat benda uji. Setelah memperoleh data-data yang diperlukan, maka dilanjutkan dengan analisa secara statistik yang bertujuan 147

untuk mengetahui bagaimana pengaruh proporsi oli bekas : solar, kadar peremaja dan kadar asbuton terhadap stabilitas campuran aspal daur ulang. Dalam analisis statistik ini, ada dua tahap analisis, yaitu tahap cek validitas data hasil penelitian kemudian dilanjutkan ke tahap metode analisis ragam digunakan rancangan acak lengkap dengan analisis faktorial 3 faktor. Selanjutnya dilakukan analisis dengan metode regresi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hubungan Antar Variabel Analisa hubungan antar variabel ini menggunakan grafik tiga dimensi yang nantinya akan diperoleh hubungan antara nilai stabilitas, kadar asbuton, dan peremaja tiap proporsinya. Dalam grafik ini terdapat tiga sumbu X, Y, dan Z. Dimana X adalah kadar peremaja, Y adalah kadar asbuton, dan Z adalah nilai stabilitas tiap proporsinya. Berikut adalah gambar grafik tiga dimensi hubungan antara tiga variabel pada tiap proporsinya : Gambar 2. Hubungan stabilitas dengan kadar asbuton dan peremaja (25:75) Gambar 3. Hubungan stabilitas dengan kadar asbuton dan peremaja (50:50) Gambar 1. Hubungan stabilitas dengan kadar asbuton dan peremaja (0:100) Gambar 4. Hubungan stabilitas dengan kadar asbuton dan peremaja (75:25) 148

Dengan melihat grafik pada Gambar 6 diperoleh proporsi bahan peremaja yang optimum yaitu pada 75 : 25 dengan kadar asbuton 12 % dan nilai stabilitas 236,168 kg. Gambar 5. Hubungan stabilitas dengan kadar asbuton dan peremaja (100:0) 3.2 Kadar Asbuton Optimum Dari grafik tiga dimensi hubungan stabilitas kadar asbuton dan peremaja diperoleh persamaan-persamaan tiap proporsinya. Berdasarkan hasil iterasi dari persamaan tersebut diperoleh kadar asbuton dan peremaja optimum tiap proporsinya. Berikut nilai stabilitas optimum pada masing-masing proporsi seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Stabilitas optimum pada masingmasing proporsi Proporsi Oli Bekas : Solar Stabilitas (kg) 0 : 100 177.261 25 : 75 169.677 50 : 50 175.257 75 : 25 236.168 100 : 0 206.625 Gambar 6. Hubungan stabilitas optimum dengan proporsi 3.3 Perbandingan Nilai Karakteristik Marshall dengan Penambahan Asbuton Dari hasil penelitian stabilitas terkoreksi yang telah diperoleh, dapat dihitung rata-rata nilai stabilitas tiap proporsinya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan atau penurunan yang terjadi akibat penambahan asbuton dan peremaja. Dari data hasil penelitian nilai rata-rata stabilitas padap proporsi 75 : 25 yaitu 169, 505 kg dan nilai stabilitas rata-rata dari 10 sampe hasil core drill yaitu sebesar 938 kg. Berdasarkan kedua nilai stabilitas rata-rata tersebut penurunan yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan rumus : penurunan penurunan stabilitas awal stabilitas akhir x100% stabilitas awal 938 169,505 x100% 938 = 81,93 % Dari perhitungan di atas nilai stabilitas mengalami penurunan sebesar 81,93%. Hal ini dikarenakan resin yang terkandung dalam perkerasan tersebut telah hilang. Resin ini memberikan sifat adhesi dari aspal, dan merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama masa pelayanan jalan. 3.4 Nilai Stabilitas Benda Uji Menurut revisi SNI 03-1737-1989 standar minimal untuk stabilitas pada lalu lintas berat adalah sebesar 800 kg. Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian stabilitas, untuk semua benda uji berada di bawah standar lalu lintas berat 800 kg. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7. 149

Gambar 7. Perbandingan nilai stabilitas penelitian dengan SNI Berdasarkan hasil perhitungan nilai stabilitas benda uji, stabilitas benda uji tidak ada yang memenuhi syarat untuk lalu lintas berat. Namun, beberapa nilai stabilitas benda uji ada yang memenuhi standar minimal untuk Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) yaitu 200 kg. Hal ini dapat dikatakan bahwa hasi penelitian dapat dijadikan alternatif sebagai pengganti LATASIR. 4. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan analisis data pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kadar asbuton optimum untuk mendapatkan nilai stabilitas optimum perkerasan daur ulang adalah 12%, dengan kadar bahan peremaja 2,9%, pada proporsi 75 : 25 diperoleh nilai stabilitas optimum 236,168 kg. 2. Nilai stabilitas hasil penelitian dibandingkan dengan nilai stabilitas hasil core drill, mengalami penurunan drastis hingga 81,93%. Persentase tersebut diperoleh dari rata-rata nilai stabilitas proporsi 75 : 25 sebesar 169,505 kg dibandingkan dengan nilai rata-rata nilai stabilitas core drill sebesar 938 kg. 3. Berikut pengaruh kadar asbuton terhadap nilai stabilitas benda uji : a. Hubungan antara nilai stabilitas dengan kadar asbuton yaitu berbanding lurus, dimana nilai stabilitas mengalami peningkatan dengan semakin banyaknya kadar asbuton yang ditambahkan. Namun pada proporsi 0 : 100 dan 100 : 0 mengalami perbedaan karena pada proporsi tersebut nilai stabilitas mengalami penurunan. b. Semakin banyak asbuton dan semakin sedikit bahan peremaja yang dicampurkan maka nilai stabilitas yang dihasilkan semakin tinggi. Dari hasil penelitian ini, didapatkan hipotesa bahwa asbuton tidak sepenuhnya menjadi aspal, melainkan lebih bekerja sebagai bahan pengganti agregat (filler), sehingga asbuton mampu memperbaiki gradasi agregat. c. Semakin sedikit persentase minyak solar yang dicampurkan maka nilai stabilitas semakin meningkat. Dari hasil penelitian ini, didapatkan hipotesa bahwa minyak solar cenderung mengaktifkan asbuton dibandingkan dengan oli bekas. Karena benda uji dengan minyak solar terlihat lebih banyak mengandung aspal (bleeding) dibandingkan dengan oli bekas. 4. Kadar bahan peremaja 8% dan 10% tidak bisa digunakan karena semakin banyak peremaja mengakibatkan nilai stabilitas turun. Terlalu banyak peremaja dapat mengakibatkan bleeding pada benda uji. 5. Pada proporsi 25 : 75, 50 : 50, dan 75 : 25 belum didapatkan kadar asbuton optimum, karena pada grafik menunjukkan nilai stabilitas yang terus meningkat dan belum menunjukkan penurunan pada kadar asbuton 12%. 6. Stabilitas yang diperoleh dari hasil penelitian perkerasan daur ulang tidak memenuhi syarat perkerasan Lapis Aspal Beton (LASTON) yaitu minimal 800 kg. Namun hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti perkerasan Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) dengan syarat nilai stabilitas minimal 200 kg. 150

7. Peremaja yang digunakan kurang sesuai untuk perkerasan daur ulang ini. Hal ini dapat dilihat dari nilai stabilitas yang masih dibawah standar perkerasan untuk lalu lintas berat. 5. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E. (2010). Kajian Kuat Tekan terhadap Karakteristik Aspal Beton pada Campuran Hangat dengan Modifikasi Agregat Baru-RAP dan Aspal Residu Oli. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Departemen PU Direktorat Jendral Bina Marga. (2006). Pemanfaatan Asbuton. No : 001 01 / BM / 200. Iqbal, M., & Rizaldy, T. (2013). Pengaruh Variasi Pencampuran Oli Bekas dan Waktu Pemeraman terhadap Stabilitas Campuran Aspal Daur Ulang. Malang: Universitas Brawijaya. Kasan, M. (2009). Karakterisitk Stabilitas dan Stabilitas Sisa Campuran Beton Aspal Daur Ulang. Palu: Universitas Tadulako. Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Pradipta, W. (2010). Karakteristik Permeabilitas pada Aspal Beton Campuran Hangat untuk Campuran antara Agregat Baru - Reclaimed Asphalt Pavement dan Aspal- Residu Oli. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Pusat Litbang Pekerjaan Umum. (n.d.). Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (LASTON) untuk Jalan Raya. SNI 03-1737-1989. Riyadi, S. (2007). Pengaruh Campuran Bahan Bakar Minyak Kerosin dengan Minyak Pelumas dan Variasi Putaran Mesin terhadap Unjuk Kerja Mesin Diesel Kama. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Setiawan, A. (2011). Studi Penggunaan Asbuton Butir terhadap Karakteristik Marshall Asphaltic Concrete Wearing Course Asbuton Campuran Hangat. (AC-WC- ASB-H). Suharto, I. (2004). Perekayasaan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. Sukirman, S. (2003). Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Wikanta, M. (2010). Karakteristik Marshall pada Aspal Beton Campuran Hangat dengan Modifikasi Agregat-RAP dan Aspal-Residu Oli. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 151