PEMBUATAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI ZEOLIT UNTUK ANALISIS LOGAM

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS LOGAM Fe(II) DALAM SAMPEL AIR SUNGAI X DENGAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI ZEOLIT SECARA CYCLIC STRIPPING VOLTAMMETRY STANDAR ADISI

ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI KITOSAN UNTUK ANALISIS LOGAM Fe(II) SECARA SIKLIK STRIPPING VOLTAMETRI DENGAN ION PENGGANGGU Zn(II) DAN Cd(II)

PENENTUAN KADAR Cd(II) PADA LIMBAH PABRIK MENGGUNAKAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI ZEOLIT SECARA CYCLIC STRIPPING VOLTAMETRY

PENENTUAN KADAR FENOL PADA AIR SUNGAI SECARA CYCLIC STRIPPING VOLTAMMETRY DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI ZEOLIT

PENGGUNAAN ZEOLIT SEBAGAI MODIFIER ELEKTRODA PASTA KARBON UNTUK ANALISIS Cd (II) SECARA CYCLIC STRIPPING VOLTAMETRY

Kata Kunci: Elektroda pasta karbon termodifikasi kitosan, Cr(VI), Fe(II), Zn(II), Voltametri

PEMBUATAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI KITOSAN UNTUK ANALISIS Cr(VI) SECARA CYCLIC STRIPPING VOLTAMMETRY

CYCLIC STRIPPING VOLTAMMETRY MODIFIED CARBON PASTE ELECTRODE USING CHITOSAN FOR ANALYSIS

SECARA CYCLIC STRIPPING VOLTAMMETRY MODIFIED CARBON PASTE ELECTRODE USING CHITOSAN FOR ANALYSIS

PENENTUAN LOGAM Zn PADA TANAMAN KANGKUNG SECARA VOLTAMETRI SIKLIK MENGGUNAKAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI BENTONIT

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Metodologi Penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI BENTONIT UNTUK ANALISIS ION LOGAM TEMBAGA(II) SECARA CYCLIC VOLTAMMETRY STRIPPING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEKNIK VOLTAMETRI PELUCUTAN ANODIK UNTUK PENENTUAN KADAR LOGAM Pb, Cd, DAN Cu PADA AIR LAUT PELABUHAN BENOA

4 Hasil dan Pembahasan

UNESA Journal of Chemistry Vol.3, No.3, September 2014

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI BENTONIT UNTUK ANALISIS Ni(II) PADA KERANG DARAH (Anadara granosa) SECARA VOLTAMETRI SIKLIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV METODE PENELITIAN. karakterisasi elektroda pembanding Ag/AgCl. 2) Pembuatan EPK tanpa

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Elektroda Pembanding Ag/AgCl

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri

Studi Awal Pemanfaatan Puncak Oksidasi dari Produk Reduksi p-nitrofenol untuk Analisis p-nitrofenol secara Voltametri. Skripsi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan kerja untuk masing-masing

PEMBUATAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI BENTONIT UNTUK ANALISIS LOGAM TEMBAGA (II)) SECARA CYCLIC VOLTAMMETRY STRIPPING

Irdhawati et al., ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, Vol. 13 (2017), No. 1, Hal. 1-16

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan mengukur potensial campuran elektrolit K 3 Fe(CN) 6 dan K 4 Fe(CN) 6

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang sangat pesat.

VOLTAMETRI. Disampaikan pada Kuliah Metode Pemisahan dan Analisis Kimia Pertemuan Ke 7.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci: Elektroda pasta karbon termodifikasi bentonit, Kadmium (II), Ion pengganggu, Voltametri

DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR...

PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI MODIFIER ELEKTRODA PASTA KARBON UNTUK ANALISIS

Penggunaan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Kurkumin untuk Analisis Timbal (Ii) Secara Stripping Voltammetry

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Program Studi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

Senin, 26 Maret Anita Muji Rahayu Pembimbing : Dr. rer. nat. Fredy Kurniawan, M.Si

3 Metodologi Penelitian

ANALISIS LOGAM Cd (II) DENGAN METODE VOLTAMETRI PELUCUTAN ANODIK MENGGUNAKAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI ZEOLIT ALAM

3 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi tubuh (Campbell et al, 2000). Pada saat ini. kosmetik (Motlagh dan Noroozifar, 2003). Oleh karena itu metode analisis

Pengaruh Jenis Zeolit Terhadap Sensitivitas Sensor Non-Enzimatik untuk Mendeteksi Glukosa

ChOx. Cholesterol + O 2 3one. 4-cholesten- + H 2 O 2. H 2 O 2 O 2 + 2H + + 2e - Gambar 14 Mekanisme reaksi katalisis enzimtik pada kolesterol [37]

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : Surabaya, 25 Pebruari PEMBUATAN ELEKTRODA PEMBANDING Ag/AgCl

Kata Kunci : logam berat, voltametri pelucutan anodik gelombang persegi, kangkung air

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

Recovery logam dengan elektrolisis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. uap yang rendah bersifat racun dengan rumus (C 6 H 5 ) 3 SnCl. Senyawa ini mudah

Bab I Pendahuluan I.1 Deskripsi Topik Penelitian dan Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB III DASAR TEORI. mengalami pengkristalan dan dapat menimbulkan gout. Asam urat mempunyai peran

Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis

SKRIPSI. Oleh : Vivi Andriani NIM Dosen Pembimbing Utama : Drs. SISWOYO, M.Sc., PhD. Dosen Pembimbing Anggota : Drs. ZULFIKAR, PhD.

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH MODIFIKASI ELEKTRODA SPCE DENGAN Bi (III) PADA PENENTUAN Cd 2+ DAN Pb 2+ SECARA STRIPPING VOLTAMMETRY ABSTRAK ABSTRACT

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

Elektrokimia. Sel Volta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNIK VOLTAMETRI PELUCUTAN ANODIK UNTUK PENENTUAN KADAR LOGAM Cu(II) PADA AIR LAUT PELABUHAN BENOA. Irdhawati*, Emmy Sahara, dan I Wayan Hermawan*

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

PENENTUAN MASSA DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI KARBON GRANULAR SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) DENGAN PESAING ION Na +

BAB 1 PENDAHULUAN. supaya dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini. (Ferri) dan ion Fe 2+ (Ferro) dengan jumlah yang tinggi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

PENYUSUN : 1. Eka Yuli Astuti ( ) 2. Lia Ariesta Ifron ( ) PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memainkan peranan sebagai neurotransmiter yang dapat mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

TEKNIK VOLTAMETRI PELUCUTAN ANODIK GELOMBANG PERSEGI UNTUK PENENTUAN KADAR LOGAM Cu DALAM KANGKUNG AIR. Abstrak

Mekanisme Pembentukan Lapisan ZnO

OPTIMASI PENENTUAN Cd(II) DAN Cu(II) SECARA SERENTAK DENGAN VOLTAMMETRI STRIPPING ADSORPTIF (AdSV) Gita Indriani

Tembaga 12/3/2013. Tiga fasa materi : padat, cair dan gas. Fase padat. Fase cair. Fase gas. KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar

PEMBUKTIAN PERSAMAAN NERNST

Tinjauan Pustaka. Gambar II. 1 Lapis Rangkap Listrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PEMBUATAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI ZEOLIT UNTUK ANALISIS LOGAM Fe(II) DENGAN ION PENGGANGGU Zn(II) DAN Cd(II) SECARA CYCLIC STRIPPING VOLTAMMETRY MANUFACTURE OF ZEOLITE MODIFIED CARBON PASTE ELECTRODE FOR THE ANALYSIS OF Fe(II) WITH INTERFERENCE ION Zn(II) AND Cd(II) IN CYCLIC STRIPPING VOLTAMMETRY Ainun Najih* dan Pirim Setiarso Departement of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences State University of Surabaya Jl. Ketintang Surabaya (60231), telp 031-8298761 *Corresponding author, email:ainunnajih95@yahoo.com Abstrak. Elektroda pasta karbon termodifikasi zeolit (EPKZ) terbuat dari campuran karbon, parafin, zeolit dengan berbagai komposisi tertentu hingga menjadi pasta, perbandingan komposisi yang digunakan yaitu 3:2:5, 3:3:4, 3:4:3, 3:5:2. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi terbaik EPKZ, kondisi terbaik (ph, waktu deposisi, laju pindai), serta meneliti keberadaan ion pengganggu Zn(II) dan Cd(II) dalam analisis Fe(II). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh EPKZ terbaik pada komposisi 3:4:3 (karbon:parafin:zeolit) dengan nilai Ipc -0,00049158 A dan Epc - 0,5863 V dengan kondisi pengukuran terbaik pada ph 6, waktu deposisi optimum 10 s dan laju pindai optimum 0,02 V/s. Keberadaan ion pengganggu Zn(II) dan Cd(II) dapat mempengaruhi analisis ion Fe(II) karena adanya ion pengganggu dapat meningkatkan arus puncak reduksi. Kata kunci: EPKZ, zeolit, voltametri Abstract. Zeolite modified carbon paste electrode (EPKZ) is made from a mixture of carbon, paraffin, zeolite with different specific composition until the paste, a composition ratio used is 3: 2: 5, 3: 3: 4, 3: 4: 3, 3: 5 : 2. This study aims to get the best composition EPKZ, the best conditions (ph, deposition time, scan rate), as well as examining the existence of a bully ion Zn (II) and Cd (II) in the analysis of Fe (II). Based on the results obtained by the best EPKZ on the composition of 3: 4: 3 (carbon: paraffin: zeolite) with a value Ipc -0049158 A and Epc -0.5863 V with the best measurement conditions at ph 6, optimum deposition time 10 s and the optimum scan rate of 2 V / s. The existence of a bully ion Zn (II) and Cd (II) ions can affect the analysis of Fe (II) ions for their bullies can increase the amount of current peak reduction. Keywords: EPKZ, zeolite, voltammetry PENDAHULUAN Berkembangnya berbagai aktifitas industri telah menghasilkan berbagai macam limbah cair yang mengandung bahan beracun bagi manusia dan lingkungan. Diantara bahan beracun tersebut, logam berat merupakan bahan yang sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi kesehatan manusia bila konsentrasinya melebihi ambang batas yang diijinkan dan dapat meracuni air pada konsentrasi yang sangat rendah. Hal ini disebabkan sifat logam berat yang sulit didegradasi dan bersifat kumulatif, artinya sifat racunnya akan timbul jika telah terakumulasi dalam jumlah yang besar. Salah satu logam berat yang bersifat toksik adalah logam besi. Logam besi merupakan logam yang bersifat toksik yang dapat meracuni tubuh manusia dan merusak lingkungan. Menurut KEPMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, kadar Fe 76

dalam air yang diperbolehkan hanya 0,3 mg/l. Pada air minum yang telah tercemar oleh limbah cair tentu kadar logam yang terkandung melebihi ambang batas dari yang telah ditentukan [1]. Voltametri berasal dari kata Volt-Amperro- Metry. Kata Volt merujuk pada potensial, Amperro merujuk pada arus, dan Metry merujuk pada pengukuran, jadi bisa diartikan bahwa pemberian potensial pada elektroda kerja dan arus yang timbul dari hasil reaksi yang diukur. Timbulnya arus disebabkan karena terjadinya reaksi oksidasi-reduksi pada permukaan elektroda. Arus yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasi analit dalam larutan. Oleh karena itu digunakan metode voltametri pada penelitian ini. Penggunaan zeolit dalam pembuatan elektroda pasta karbon dikarenakan zeolit mempunyai kerangka tiga dimensi yang terdiri dari tetrahedral [SiO 4 ] 4- dan [AlO 4 ] 5- yang saling berikatan dengan atom-atom oksigen, sehingga membentuk kerangka tiga dimensi terbuka yang mengandung pori dan kanal, yang didalamnya terisi oleh ion-ion logam, biasanya adalah logam-logam alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas [2]. Adanya ikatan Al-O-Si dalam zeolit dapat membentuk struktur kristal sedangkan logam alkali atau alkali tanah merupakan sumber kation yang dapat dipertukarkan [3]. Sehingga zeolit dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini. Berdasarkan kenaikan potensial elektrodanya Fe terletak diantara Zn dan Cd [4]. Oleh karena itu digunakan Zn(II) dan Cd(II) sebagai ion pengganggu dalam analisis Fe(II) dengan menggunakan elektroda pasta karbon termodifikasi zeolit (EPKZ). METODE PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari voltametri, elektroda Pt, elektroda Ag/AgCl (KCl jenuh), ph meter, neraca ohaus, peralatan gelas, spatula, penjepit, kabel tembaga. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kawat tembaga, serbuk karbon aktif, minyak parafin, serbuk zeolit, H 2 SO 4 97%, Fe 2 SO 4.7H 2 O, ZnSO 4.7H 2 O, 3CdSO 4.8H 2 O, larutan natrium sitrat, larutan asam sitrat, dan larutan KCl. PROSEDUR PENELITIAN Tahap Pembuatan EPKZ EPKZ dibuat dari campuran karbon, parafin dan zeolit yang divariasi berdasarkan presentase berat ketiga komponen tersebut, adapun perbandingan komposisi yang dibuat yaitu 3:2:5, 3:3:4, 3:4:3 dan 3:5:2 serta elektroda yang tidak dimodifikasi zeolit dengan perbandingan karbon dan parafin 5:5 masing-masing dicampurkan hingga homogen dan menjadi pasta kemudian dimasukkan ke dalam badan elektroda hingga terisi penuh. Tahap Penentuan Komposisi Elektroda Terbaik Berbagai variasi komposisi EPKZ dimasukkan ke dalam sel voltametri yang berisi 25 ml larutan Fe(II) 5 ppm dan larutan KCl konsentrasi 500 ppm dalam buffer sitrat ph 3, 4, 5, 6, selanjutnya diukur pada rentang potensial -1,5 V sampai 1,5 V waktu deposisi 10 s dan laju pindai 0,01 V/s dengan metode cyclic stripping voltammetry. Tahap Pengujian ph Optimum EPKZ terbaik dimasukkan ke dalam sel voltametri yang didalamnya terisi 25 ml larutan Fe(II) 5, 10, 20, 40, 80 ppm dan larutan KCl 500, 1000, 2000, 4000, 8000 ppm dalam buffer sitrat ph 3, 4, 5, 6, selanjutnya diukur pada rentang potensial -1,5 V sampai 1,5 V waktu deposisi 10 s dan laju pindai 0,01 V/s dengan metode cyclic stripping voltammetry. Tahap Penentuan Waktu Deposisi Optimum EPKZ terbaik diuji ke dalam sel voltametri yang didalamnya terisi 25 ml larutan Fe(II) 5 ppm dan larutan KCl 500 ppm dalam buffer sitrat ph optimum, selanjutnya diukur pada rentang potensial -1,5 V sampai 1,5 V waktu deposisi 0, 10, 20, 40, 80 s dan laju pindai 0,01 V/s. Tahap Penentuan Laju Pindai Optimum EPKZ terbaik dimasukkan ke dalam sel voltametri yang didalamnya terisi 25 ml larutan Fe(II) 5 ppm dan larutan KCl 500 ppm dalam buffer sitrat ph optimum, selanjutnya diukur pada rentang potensial -1,5 V sampai 77

1,5 V waktu deposisi optimum dan laju pindai 0,01; 0,02; 0,04; 0,08; 0,16 V/s. Tahap Penentuan Interferensi Logam Pengganggu Dalam tahap ini dilakukan pengujian dengan cara mengukur arus pada 10 ml larutan Fe(II) 5 ppm + 10 ml Zn(II) 3, 4, 5, 6, 7 ppm, 10 ml larutan Fe(II) 10 ppm + 10 ml Zn(II) 8, 9, 10, 11, 12 ppm dan 10 ml larutan Fe(II) 20 ppm + 10 ml Zn(II) 18, 19, 20, 21, 22 ppm ditambah KCl 10 ml 500, 1000, 2000 ppm pada kondisi pengukuran optimum. Ulangi prosedur tersebut untuk menentukan pengaruh logam pengganggu Cd(II) dengan cara mengganti logam Zn(II) dengan Cd(II) pada konsentrasi yang sama. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Zeolit (EPKZ) EPKZ ini terbuat dari campuran karbon, parafin, dan zeolit dengan berbagai variasi komposisi. Perbandingan presentase berat ketiga komponen tersebut yang digunakan untuk membuat EPKZ adalah 3:2:5, 3:3:4, 3:4:3, 3:5:2, dan dibuat juga elektroda yang tidak dimodifikasi zeolit dengan perbandingan karbon : parafin adalah 5:5 sebagai elektroda pembanding. Komposisi ketiga bahan tersebut divariasi untuk memperoleh elektroda dengan kinerja optimum. Dalam EPKZ karbon berperan sebagai konduktor listrik pada komposit, minyak parafin berperan sebagai bahan perekat komposit, dan zeolit berperan sebagai bahan aktif yang dapat mengikat ion logam Fe(II). Gambar 1 merupakan diagram kesetimbangan 3 fasa yang dipakai untuk membuat variasi komposisi dari komponen pengisi EPKZ. 0.9 0.8 Zeolit 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 1.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 Karbon Gambar 1. Diagram kesetimbangan 3 fasa komposisi EPKZ Keterangan: = komposisi EPKZ 3:2:5 = komposisi EPKZ 3:3:4 = komposisi EPKZ 3:4:3 = komposisi EPKZ 3:5:2 = komposisi EPK 5:5 Penentuan Komposisi EPKZ Terbaik Komposisi EPKZ terbaik diukur dengan metode cyclic stripping voltammetry, adapun langkah yang digunakan yakni berbagai variasi komposisi EPKZ dimasukkan ke dalam sel voltametri yang berisi 25 ml larutan Fe(II) 5 ppm dan larutan KCl konsentrasi 500 ppm dalam buffer sitrat ph 3, 4, 5, 6, selanjutnya diukur pada rentang potensial -1,5 V sampai 1,5 V waktu deposisi 10 s dan laju pindai 0,01 V/s. Penambahan larutan KCl digunakan sebagai elektrolit pendukung. EPKZ digunakan sebagai elektroda kerja dengan variasi komposisi presentase berat antara karbon:parafin:zeolit adalah 3:2:5, 3:3:4, 3:4:3, 3:5:2 dan elektroda yang tidak dimodifikasi zeolit untuk pembanding. Elektroda Ag/AgCl berperan sebagai elektroda pembanding dan elektroda Pt berperan sebagai elektroda pendukung. Dari pengukuran EPKZ yang dilakukan didapatkan voltamogram yang ditunjukkan pada gambar 2. 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 Parafin 0.4 0.3 0.2 0.1 78

1.6x10-3 1.4x10-3 1.2x10-3 8.0x10-4 6.0x10-4 4.0x10-4 2.0x10-4 -2.0x10-4 -8.0x10-4 -1.2x10-3 -1.4x10-3 -1.6x10-3 -1.8x10-3 -2.2x10-3 a b -1 0 1-1.5-1.0-0.5 0.5 1.0 1.5 c Fe(II) 5 ppm ph 3 Fe(II) 5 ppm ph 4 Fe(II) 5 ppm ph 5 Fe(II) 5 ppm ph 6 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 3 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 4 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 5 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 6 1.6x10-3 1.4x10-3 1.2x10-3 8.0x10-4 6.0x10-4 4.0x10-4 2.0x10-4 -2.0x10-4 -8.0x10-4 -1.2x10-3 -1.4x10-3 -1.6x10-3 -1.8x10-3 1.2x10-3 8.0x10-4 6.0x10-4 4.0x10-4 2.0x10-4 -2.0x10-4 -8.0x10-4 -1.2x10-3 d -1.5-1.0-0.5 0.5 1.0 1.5 e Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 3 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 4 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 5 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 6-1.5-1.0-0.5 0.5 1.0 1.5 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 3 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 4 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 5 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 6 Gambar 2. Voltamogram (a). EPK, (b) EPKZ 3:2:5, (c). EPKZ 3:3:4, (d). EPKZ 3:4:3, (e). EPKZ 3:5:2 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 3 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 4 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 5 Larutan Fe 2+ 5 ppm ph 6-1.5-1.0-0.5 0.5 1.0 1.5 3-3,6616-0,5307 EPKZ 4-3,4178-0,6336 3:2:5 5-4,7643-0,6254 Berdasarkan voltamogram pada gambar 2 maka dapat dibuat tabel yang menjelaskan arus puncak terhadap berbagai komposisi perbandingan EPKZ yang disajikan tabel 1. Tabel 1. Tabel arus puncak terhadap berbagai komposisi perbandingan EPKZ Elektroda ph Ipc (10-4 A) Epc (V) EPK 3 - - 4 - - 5 - - 6 - - 79

EPKZ 3:3:4 EPKZ 3:4:3 EPKZ 3:5:2 6-3,5339-0,6336 3-1,3479-0,7208 4-3,1115-0,6968 5-2,8562-0,5622 6-3,8697-0,6096 3-1,6410-0,5938 4-2,0919-0,5938 5-4,1320-0,6096 6-4,9158-0,5863 3-2,6691-0,6494 4-2,9738-0,6021 5-2,8215-0,5066 6-3,5107-0,4510 Berdasarkan data pada tabel 1 diperoleh hasil pengukuran penentuan elektroda terbaik pada berbagai komposisi karbon : minyak parafin : zeolit dengan variasi ph. Pada komposisi 3:2:5 dihasilkan puncak tertinggi pada ph 5 yaitu diperoleh puncak arus sebesar -4,7643 x 10-4 A pada daerah potensial -0,6254 V. Kemudian pada komposisi 3:3:4 dihasilkan puncak tertinggi pada ph 6 yaitu diperoleh puncak arus sebesar -3,8697 x 10-4 A pada daerah potensial -0,6096 V. Sedangkan pada komposisi 3:4:3 dihasilkan puncak tertinggi pada ph 6 yaitu diperoleh puncak arus sebesar -4,9158 x 10-4 A pada daerah potensial -0,5863 V. Pada pengukuran komposisi 3:5:2 diperoleh puncak arus tertinggi pada ph 6 yaitu -3,5107 x 10-4 A pada daerah potensial -0,4510 V. Komposisi elektroda terbaik dipilih berdasarkan arus puncak tertinggi yang dihasilkan [5]. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh elektroda terbaik dengan EPKZ komposisi 3:4:3 karena dapat menghasilkan arus puncak tertinggi dengan nilai Ipc -4,9158 x 10-4 A dan Epc -0,5863 V. Pengujian ph Optimum Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan EPKZ 3:4:3 ke dalam sel voltametri yang didalamnya terisi 25 ml larutan Fe(II) 5, 10, 20, 40, 80 ppm dan larutan KCl 500, 1000, 2000, 4000, 8000 ppm dalam buffer sitrat dengan variasi ph 3, 4, 5, 6, selanjutnya diukur pada rentang potensial -1,5 V sampai 1,5 V waktu deposisi 10 s dan laju pindai 0,01 V/s dengan metode cyclic stripping voltammetry. Voltamogram dari pengujian ph optimum ditunjukkan pada gambar 3. 2.0x10-3 -4.0x10-3 2.0x10-3 1.5x10-3 -2.5x10-3 2.5x10-3 2.0x10-3 1.5x10-3 -2.5x10-3 -3.0x10-3 -3.5x10-3 -4.0x10-3 a b -1 0 1 Fe(II) 5 ppm Fe(II) 10 ppm Fe(II) 20 ppm Fe(II) 40 ppm Fe(II) 80 ppm -1.5-1.0-0.5 0.5 1.0 1.5 c -1.5-1.0-0.5 0.5 1.0 1.5 Fe(II) 5 ppm Fe(II) 10 ppm Fe(II) 20 ppm Fe(II) 40 ppm Fe(II) 80 ppm Fe(II) 5 ppm Fe(II) 10 ppm Fe(II) 20 ppm Fe(II) 40 ppm Fe(II) 80 ppm 80

3.0x10-3 2.5x10-3 2.0x10-3 1.5x10-3 -2.5x10-3 -3.0x10-3 -3.5x10-3 -4.0x10-3 -4.5x10-3 -1.5-1.0-0.5 0.5 1.0 1.5 Fe(II) 5 ppm Fe(II) 10 ppm Fe(II) 20 ppm Fe(II) 40 ppm Fe(II) 80 ppm Gambar 3. Voltamogram EPKZ 3:4:3 dengan berbagai variasi ph : (a). ph 3, (b). ph 4, (c). ph 5, (d). ph 6 Berdasarkan voltamogram pada gambar 3 dapat dibuat tabel 2 yang menjelaskan respon arus puncak EPKZ 3:4:3 dalam pengujian ph 3, 4, 5, 6 dengan larutan Fe(II) 5, 10, 20, 40, 80 ppm. Tabel 2. Hasil arus puncak katodik (Ipc) EPKZ 3:4:3 dalam pengujian ph 3, 4, 5, 6 dengan larutan Fe(II) 5, 10, 20, 40, 80 ppm [Fe(II)] Ipc (A) ppm ph 3 ph 4 ph 5 ph 6 5-4,1688-4,1305-4,2896-4,9178 x 10-4 x 10-4 x 10-4 x 10-4 10-5,3489-6,0661-5,8945-8,3027 x 10-4 x 10-4 x 10-4 x 10-4 20-7,7264-7,9063-9,9054-1,2675 x 10-4 x 10-4 x 10-4 x 10-3 40-9,8505-1,0349-1,4692-1,6209 x 10-4 x 10-3 x 10-3 x 10-3 80-1,3013-1,5395-2,0015-2,1547 x 10-3 x 10-3 x 10-3 x 10-3 [Fe(II)] ppm d Epc (V) ph 3 ph 4 ph 5 ph 6 5-0,8620-0,8223-0,6273-0,4950 10-0,8477-0,8976-0,7980-0,9311 20-0,8893-0,9096-1,0654-0,9935 40-0,8279-0,8169-1,0297-1,0765 80-0,6791-0,8697-0,9519-1,0302 Berdasarkan tabel 2 dapat dibuat kurva konsentrasi Fe(II) terhadap arus puncak yang ditunjukkan pada gambar 4. -8.0x10-4 -1.2x10-3 -1.4x10-3 -1.6x10-3 -1.8x10-3 -2.2x10-3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 [Fe(II)] ppm ph3 ph4 ph5 ph6 Gambar 4. Kurva [Fe(II)] terhadap arus puncak katodik (Ipc) Berdasarkan kurva pada gambar 4 dihasilkan nilai persamaan regresi linier dari berbagai variasi ph yang disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Persamaan regresi linier EPKZ 3:4:3 pada berbagai variasi ph ph Persamaan Regresi Linier R 2 3 4 5 6 y = -1,13061.10-5 x - 0,0004516642 y = -1,41329.10-5 x - 0,0004388167 y = -2,06637.10-5 x - 0,0004553554 y = -2,04312.10-5 x - 0,0006396638 0,9447315990 0,9781147234 0,9500743892 0,9108829059 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa pada kondisi ph 6 EPKZ memiliki intersep yang besar yang menunjukkan tingginya 81

respon arus puncak yang dihasilkan dibandingkan dengan ph yang lain. Berdasarkan hasil tersebut pada kondisi ph 6 merupakan ph optimum dalam pengukuran logam Fe(II) karena pada kondisi tersebut spesi Fe(II) stabil dan dapat mengion secara optimal dibandingkan dengan ph yang lain. Penentuan Waktu Deposisi Terbaik Waktu deposisi dapat mempengaruhi pengukuran Fe(II) dengan EPKZ, karena pada waktu deposisi tertentu analit dapat terkumpul secara optimal pada permukaan elektroda. Pengukuran waktu deposisi optimum dilakukan dengan cara memasukkan EPKZ 3:4:3 ke dalam sel voltametri yang didalamnya terisi 25 ml larutan Fe(II) 5 ppm dan larutan KCl 500 ppm dalam buffer sitrat ph 6, selanjutnya diukur pada rentang potensial -1,5 V sampai 1,5 V dengan variasi waktu deposisi 0, 10, 20, 40, 80 s dan laju pindai 0,01 V/s secara cyclic stripping voltammetry. Voltamogram hasil pengukuran pada berbagai waktu deposisi ditunjukkan pada gambar 5. Tabel 4. Arus puncak yang dihasilkan dari berbagai waktu deposisi 0, 10, 20, 40, 80 s Waktu Epc [Fe(II)] Deposisi Ipc (A) (V) (s) 5 ppm 0-4,0944 x 10-4 -0,5975 10-4,5727 x 10-4 -0,6380 20-4,6151 x 10-4 -0,7273 40-4,7111 x 10-4 -0,7056 80-4,8215 x 10-4 -0,6913 Berdasarkan tabel 4 dapat dibuat grafik hubungan arus puncak terhadap waktu deposisi yang ditunjukkan pada gambar 6. -4.1x10-4 -4.2x10-4 5ppm 0s 10s 20s 40s 80s -4.3x10-4 -4.4x10-4 -4.5x10-4 -4.6x10-4 -4.7x10-4 -4.8x10-4 -4.9x10-4 0 20 40 60 80 waktu deposisi (s) Gambar 6. Grafik hubungan arus puncak terhadap waktu deposisi -1 0 1 Gambar 5. Voltamogram EPKZ 3:4:3 ph 6 pada berbagai variasi waktu deposisi 0,10, 20, 40, 80 s dengan larutan Fe(II) 5 ppm Berdasarkan gambar 5 dapat dibuat tabel 4 yang menjelaskan arus puncak pengukuran Fe(II) 5 ppm pada berbagai waktu deposisi yaitu 0, 10, 20, 40, 80 s. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa arus puncak yang dihasilkan mengalami kenaikan dengan bertambahnya waktu deposisi yang berarti ion Fe(II) yang akan terkompleks oleh zeolit semakin bertambah. Dari waktu deposisi 0 sampai 10 s mengalami kenaikan arus puncak yang signifikan dibandingkan dari waktu deposisi lebih dari 10 s, hal tersebut dikarenakan pada kondisi pengukuran tersebut penyerapan ion logam sudah tidak optimal. Sehingga waktu deposisi 10 s dipilih sebagai waktu deposisi optimum dan digunakan dalam pengukuran selanjutnya. 82

Penentuan Laju Pindai Terbaik Pengukuran laju pindai dilakukan dengan EPKZ 3:4:3 dimasukkan ke dalam sel voltametri yang didalamnya terisi 25 ml larutan Fe(II) 5 ppm dan larutan KCl 500 ppm dalam buffer sitrat ph 6, selanjutnya diukur pada rentang potensial -1,5 V sampai 1,5 V waktu deposisi 10 s dan laju pindai 0,01; 0,02; 0,04; 0,08; 0,16 V/s dengan metode cyclic stripping voltammetry. Hasil pengukuran laju pindai dapat dilihat dari voltamogram yang ditunjukkan pada gambar 7. 1.5x10-3 -1.5-1.0-0.5 0.5 1.0 1.5 Larutan Fe 2+ 5 ppm Laju Pindai 0,01 V/s Larutan Fe 2+ 5 ppm Laju Pindai 0,02 V/s Larutan Fe 2+ 5 ppm Laju Pindai 0,04 V/s Larutan Fe 2+ 5 ppm Laju Pindai 0,08 V/s Larutan Fe 2+ 5 ppm Laju Pindai 0,16 V/s Gambar 7. Voltamogram pengukuran laju pindai 0,01; 0,02; 0,04; 0,08; 0,16 V/s Berdasarkan voltamogram pada gambar 7 dapat dibuat tabel 5 yang menjelaskan arus puncak katodik dari pengukuran berbagai laju pindai. Tabel 5. Arus puncak katodik (Ipc) pada laju pindai 0,01; 0,02; 0,04; 0,08; 0,16 V/s Laju Pindai Ipc (A) Epc (V) (V/s) 0,01-3,5748 x 10-4 -0,4201 0,02-4,2979 x 10-4 -0,4788 0,04-4,9035 x 10-4 -0,5343 0,08-5,7925 x 10-4 -0,6617 0,16-6,7929 x 10-4 -0,7069 Berdasarkan data yang dihasilkan menunjukkan bahwa laju pindai semakin meningkat maka arus puncaknya juga semakin besar. Adanya laju pindai dapat mengakibatkan tebal tipisnya lapisan difusi, semakin tipis lapisan difusi maka dapat mengakibatkan terjadinya transfer elektron secara mudah pada permukaan elektroda dan dapat menghasilkan respon arus puncak yang tinggi, dan akan terjadi sebaliknya jika lapisan difusi semakin tebal [6]. Berdasarkan data pada tabel 5 dihasilkan arus puncak yang semakin meningkat dari laju pindai 0,01-0,16 V/s. Pada voltamogram dengan laju pindai 0,04-0,16 V/s menghasilkan arus puncak yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pindai 0,02 V/s tetapi grafik voltamogram pada laju pindai 0,04-0,16 semakin melebar, hal tersebut mengakibatkan kesulitan dalam menentukan arus puncak yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut maka laju pindai 0,02 V/s dipilih sebagai laju pindai optimum karena arus puncak yang dihasilkan tinggi dan dapat terlihat jelas serta tidak melebar sehingga tidak menghambat dalam pengukuran. Sehingga laju pindai 0,02 V/s digunakan dalam pengukuran selanjutnya. Pengujian Ion Fe(II) Pada pengujian Fe(II) dilakukan dengan EPKZ 3:4:3 dimasukkan dalam sel voltametri yang terisi 10 ml larutan Fe(II) 5, 10, 15, 20, 25 ppm dan larutan KCl 500, 1000, 1500, 2000, 2500 ppm yang ditambahkan buffer sitrat ph 6 pada rentang potensial -1,5 V sampai 1,5 V waktu deposisi 10 s dan laju pindai 0,02 V/s dengan metode cyclic stripping voltammetry. Hasil pengujian ditunjukkan pada gambar 8. 83

1.5x10-3 -3.0x10-4 y = -1,97382.10-4 - 2,23136.10-5 x R 2 = -0,998291-1.5-1.0-0.5 0.5 1.0 1.5 Larutan Fe(II) 5 ppm Larutan Fe(II) 10 ppm Larutan Fe(II) 15 ppm Larutan Fe(II) 20 ppm Larutan Fe(II) 25 ppm Gambar 8. Voltamogram pengukuran Fe(II) 5, 10, 15, 20, 25 ppm Berdasarkan voltamogram pada gambar 8 dapat dibuat tabel 6 yang menunjukkan arus puncak yang dihasilkan dari berbagai konsentrasi Fe(II). Tabel 6. Ipc dan Epc hasil pengukuran Fe(II) dengan berbagai konsentrasi [Fe(II)] Ipc (A) Epc (V) (ppm) 5-3,0568 x 10-4 -0,5731 10-4,3393 x 10-4 -0,6073 15-5,2328 x 10-4 -0,7005 20-6,3411 x 10-4 -0,7342 25-7,6343 x 10-4 -0,7788 Dari tabel 6 arus puncak yang dihasilkan semakin bertambah dari konsentrasi terendah sampai konsentrasi tertinggi yaitu 5 ppm sampai 25 ppm. Dari data tersebut dapat dibuat grafik linieritas hubungan antara arus puncak terhadap kenaikan konsentrasi. -7.0x10-4 -8.0x10-4 5 10 15 20 25 [Fe(II)] ppm Gambar 9. Kurva linieritas hubungan antara arus puncak terhadap kenaikan konsentrasi Berdasarkan gambar 9 didapatkan nilai persamaan regresi linier y = -1,97382.10-4 - 2,23136.10-5 x dan R 2 sebesar -0,998291 sehingga dengan konsentrasi semakin bertambah akan terbentuk arus puncak yang lebih tinggi. Berdasarkan persamaan y = -1,97382.10-4 - 2,23136.10-5 x dapat dilakukan perhitungan berapa nilai recovery yang dihasilkan dengan cara memasukkan nilai Ipc dari beberapa larutan standar Fe(II) yang sudah diketahui konsentrasinya yaitu 5, 15, 20 ppm kedalam persamaan tersebut. Hasil perhitungan nilai recovery disajikan pada tabel 7. Tabel 7. Perhitungan nilai recovery dari Fe(II) 5, 15, 20 ppm [Fe(II)] sebenarnya Ipc (10-4 A) [Fe(II)] terukur % recovery 5 ppm -3,0568 4,8534 97,0690 15 ppm -5,2328 14,6053 97,3690 20 ppm -6,3411 19,5722 97,8613 Berdasarkan data perhitungan yang disajikan pada tabel 7 maka diperoleh nilai recovery pengujian Fe(II) dengan EPKZ 3:4:3 sebesar 97,4331 %. Interferensi Logam Pengganggu Interferensi logam pengganggu diteliti dengan cara mengukur arus pada 10 ml larutan Fe(II) 5 ppm + 10 ml Zn(II) 3, 4, 5, 6, 7 ppm, 10 ml larutan Fe(II) 10 ppm + 10 ml Zn(II) 8, 9, 10, 11, 12 ppm dan 10 ml larutan Fe(II) 20 ppm + 10 ml Zn(II) 18, 19, 20, 21, 84

22 ppm ditambah KCl 10 ml 500, 1000, 2000 ppm pada kondisi pengukuran optimum. Ulangi prosedur tersebut untuk menentukan pengaruh logam pengganggu Cd(II) dengan cara mengganti logam Zn(II) dengan Cd(II) pada konsentrasi yang sama. Setelah dilakukan pengukuran maka dapat dibuat grafik yang ditunjukkan pada gambar 10. -3.0x10-4 -3.5x10-4 -4.5x10-4 -5.5x10-4 -6.5x10-4 -7.0x10-4 -7.5x10-4 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 [ ] ppm Fe(II) 5, 10, 20 ppm Penambahan Zn(II) 3-7 ppm Penambahan Zn(II) 8-12 ppm Penambahan Zn(II) 18-22 ppm Penambahan Cd(II) 3-7 ppm Penambahan Cd(II) 8-12 ppm Penambahan Cd(II) 18-22 ppm Gambar 10. Grafik antara arus puncak dan potensial dari larutan standar Fe(II) dan setelah penambahan logam pengganggu Zn(II) dan Cd(II) Berdasarkan grafik yang ditunjukkan pada gambar 10 dapat dikatakan bahwa adanya logam pengganggu Zn(II) dan Cd(II) dapat mempengaruhi puncak arus yang dihasilkan pada pengukuran Fe(II). Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan arus puncak yang didapatkan dari pengukuran Fe(II) dengan keberadaan ion logam lain Zn(II) dan Cd(II). Saran Penelitian tentang EPKZ dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengaplikasikannya dalam analisis sampel alam. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta: Menkes. 2. Cheetam, D. A. 1992. Solid State Compound. London: Oxford University Press. 234-237. 3. Sutarti, M., Rahmawati, M. 1994. Zeolit: Tinjauan Literatur. Jakarta: Pusat Dokumentasi Dan Informasi LIPI. 4. Putra, C. A. 2015. Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Kitosan Untuk Analisis Logam Fe(II) Secara Siklik Stripping Voltametri Dengan Ion Pengganggu Zn(II) Dan Cd(II). Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 5. Sulfani, A. 2014. Pembuatan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Kitosan Untuk Analisis Logam Cr(IV) Dengan Ion Pengganggu Fe(II) Dan Zn(II) Secara Cyclic Stripping Voltammetry. Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 6. Pramasasti, Sisma. 2007. Modifikasi Elektroda Emas Dengan EDTA Untuk Mengidentifikasi Ion Hg 2+. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. EPKZ 3:4:3 (karbon:parafin:zeolit) merupakan elektroda komposisi terbaik karena dapat memberikan puncak arus yang tertinggi. 2. EPKZ memiliki kondisi optimum dalam analisis Fe(II) pada kondisi ph 6, waktu deposisi 10 s, dan laju pindai 0,02 V/s. 3. Adanya gangguan dari logam lain yaitu Zn(II) dan Cd(II) dapat mempengaruhi pengukuran logam Fe(II) dengan EPKZ, ditandai dengan adanya peningkatan arus puncak dihasilkan. 85