BAB II KAJIAN TEORI. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil anak sudah mempunyai struktur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. yaitu interaksi dengan lingkungan atau objek tertentu. fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Belajar Menurut Pendekatan Konstruktivisme. gambaran serta inisiatif peserta didik. 6 Pendekatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

BAB I PENDAHULUAN. berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 dikemukakan :

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

Cooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika

di susun dari berbagai sumber oleh

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN TEKNIK THIK- TALK-WRITE (TTW) Oleh: Usep Kuswari. Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II. Pada umumnya belajar adalah suatu kegiatan mengumpulkan sejumlah. pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Rizky Ridlo Rahmanda Putri. Kata kunci: model GI, aktivitas siswa, prestasi belajar fisika

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Merencanakan Usaha kecil atau mikro. Menganalisis peluang usaha. a. Menjelaskan pengertian kewirausahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Corey, ( 1998 : 91 ) adalah suatu proses dimana. dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons

II. KAJIAN PUSTAKA. Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

Leo Ferdinandus Manalu*, Asmadi M. Noer**, dan Rasmiwetti*** Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan dalam penelitian ini mengikuti tahap-tahap yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Teori Belajar Konstruktivisme Proses belajar pada hakikatnya adalah kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada seseorang dalam hal perilaku yang tidak tampak. Belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktifitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menhasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor. 4 Belajar menurut teori konstruktivistik bukanlah sekedar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukan hanya sekedar pemberian pengalaman dari guru melainkan konstruksi dari masing-masing individu. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil anak sudah mempunyai struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema yang terbentuk dari pengalaman. Proses penyempempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Belajar menurut pandangan konstruktivistik merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. 5 Pada intinya belajar bergantung pada minat peserta didik itu sendiri dalam menciptakan peluang terjadinya belajar. 4 Wina Sanjaya. Op.cit. hal. 229. 5 Asri Budiningsih, 2005, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, hal. 58.

8 Menurut Piaget manusia mempunyai struktur pengetahuan yang ada di dalam otaknya seperti bagian-bagian yang masing-masing komponennya memiliki makna yang berbeda. Pengalaman yang sama bagi seseorang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. 6 Pada saat belajar ada dua proses yang terjadi dalam dirinya yakni, proses organisasi informasi dan proses adaptasi. 7 Menurut Vygotsky belajar merupakan sebuah proses yang mengaitkan dua hal penting yaitu proses biologi dan psikososial. Vygotsky menekankan bahwa lingkungan sosial akan memberikan pengaruh bagi seseorang dalam perkembangan belajarnya. Vygotsky mempunyai ide lain dari teori belajarnya yakni scaffolding. Scaffolding adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada seorang anak yang sedang pada awal belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya. 8 Perkembangan belajar siswa yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada keberhasilan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Belajar dapat dilakukan dengan cara memberi kesempatan mengemukakan gagasan dengan bahasa siswa sendiri. 9 Bukan kepatuhan siswa terhadap refleksi yang diperintahkan oleh guru. 6 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, 2008, Teori Belajar & Pembelajaran, Jogjakarta, Ar- Ruzz Media Group, hal. 117. 7 Ibid. hal. 118. 8 Ibid. hal. 127. 9 Bambang Ismanto, 2011, Metodologi Penelitian Tindakan Kelas, Disajikan dalam seminar pendidikan dan lokakarya PTK Pedidikan Ekonomi-FKIP UKSW, 13 Desember 2011(Tidak dipublikasikan)

9 2.2. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran Kooperatif merupakan model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerja sama dan membentuk untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas. Kerja bersama menyelesaikan tugastugas akademik, siswa kelompok atas akan membantu teman kelompok bawah. Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi. Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pembelajaran secara tim 2. Didasarkan pada manajemen kooperatif 3. Kemauan untuk bekerja sama 4. Keterampilan bekerja sama. 10 Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pebelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang lemah di sekolah. Baik yang disebabkan oleh guru maupun yang disebabkan oleh siswa. Sehingga dapat menumbuhkan motivasi individu untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan kelompok. yaitu : Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, 1. Penjelasan Materi Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. 2. Belajar dalam Kelompok 10 Rusman, Op.cit, hal, 223

10 Pengelompokan dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya. 3. Penilaian Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. 4. Pengakuan Tim Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap saling menonjol atau tim yang paling berprestasi untuk kemudian diberikan pengahargaan atau hadiah. 11 Ada beberapa jenis model yang ada dalam pembelajaran kooperatif, tetapi prinsip dasar yang digunakan pada proses pembelajarannya sama, antara lain : 1. Model Student Teams Achievement Division (GROUP INVESTIGATION) 2. Model Jigsaw 3. Model Investigasi Kelompok (Group Investigation) 4. Model Make a Mactch (Membuat Pasangan) 5. Model TGT (Teams Games Tournaments) 6. Model Struktural 2.3. Tinjauan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Pembelajaran Model Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan. Teknik Group Investigation adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih sub topik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat laporan kelompok. 12 11 Wina Sanjaya. Op.cit. hal.312-313. 12 Rusman. Op.cit. hal. 220.

11 Pembelajaran Kooperatif model Group Investigation dapat digunakan untuk mengembangkan kreatifitas siswa, baik secara individu maupun dengan kelompoknya. Dalam model Group Investigation dianggap sebagai proses belajar yang aktif. Siswa dalam model Group Investigation akan belajar lebih banyak melalui pembentukan dan penciptaan, bekerjasama dengan kelompok dan saling bertukar pengetahuan serta tanggung jawab individu tidak berubah akan menjadi kunci keberhasilan pembelajaran. Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan Model Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, yaitu : 1. Untuk meningkatkan kemampuan kreatifitas siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreatifitas 2. Komponen emosional lebih penting daripada intelektual, yang tak rasional lebih penting daripada yang rasional, dan 3. Untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan masalah harus lebih dahulu memahamikomponen emosional dan irrasional. 13 Model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation langkah-langkah pembelajarannya adalah : a. Membagi siswa dalamkelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa b. Memberikan pertanyaan terbuka bersifat analitis c. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalm krun waktu yang disepakati. 13 Rusman,Ibid. hal. 223.

12 Tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran Group Investigation adalah sebagai berikut : 1. Tahap pertama, sebagai tahap penyajian materi menggunakan strategi atau pendekatan pembentukan konsep dari Taba. 2. Tahap kedua, merupakan gabungan dari tahap analogi langsung, perbandingan analogi, dan penjelasan berbagai perbedaan. Tahap ini diawali dengan meminta siswa membuat analogi langsung atas materi yang sedang dibahas. Setelah itu diikuti dengan melakukan pembandingan terhadap analogi-analogi dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan kesamaan dan kaitan antara aspek aspek objek yang dibahas. Kegiatan penjelasan perbedaan bertujuan mengembangkan kemampuan siswa dalam memperoleh kejelasan tentang perbedaan-perbedaan yang ada dalam objek yang sedang dibahas. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru perlu memberi dorongan dan memfasilitasi siswa untuk kegiatan tersebut. 3. Tahap ketiga, sebagai tahap pengajuan analogi personal siswa diminta mengajukan pengandaian diri seumpama ia (siswa) sebagai sesuatu objek sesuai materi yang sedang dibahas. Karena itu dalam tahap ini, siswa tidak boleh dibatasi kesempatannya untuk berekspresi dan mengemukakan gagasannya. Peran serta aktif guru sebagai fasilitator sangat dibutuhkan. 4. Tahap keempat, disebut sebagai tahap eksplorasi siswa diminta menguraikan atau menjelaskan kembali materi yang sedang dibahas dengan menggunakan bahasanya sendiri. Untuk itu, agar siswa mampu melakukan tugas tersebut maka guru perlu memfasilitasi siswanya dengan teknik curah pendapat dan hasil pekerjaan siswa didiskusikan dengan teman-temannya. 5. Tahap kelima, disebut sebagai tahap pengajuan analogi langsung (yang lainnya) terhadap materi yang sedang dibahas. Siswa diharapkan bisa mengajukan analogi langsung yang telah dikuasainya dan mampu menjelaskan persamaan atau perbedaannya. Di sini, yang dipentingkan adalah argumentasi, mengapa suatu objek tertentu dianalogikan dengan materi yang sedang dibahas. 14 14 http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-kooperatiftipe_01.html

13 Tahapan dalam memberikan penghargaan atas keberhasilan tim dalam Group Investigation a. Menghitung skor individu Pemberian skor perkembangan individu dihitung seperti tabel di bawah ini: Tabel 2.3 Skor Kemajuan Individu Skor kuis Lebih dari 10 poin dibawah skor awal Poin perkembangan 0 poin 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin diatas skor awal Nilai sempurna tanpa memperhatikan skor awal 20 poin 30 poin 30 poin Sumber : Devi Yuliana, FKIP- Pendidikan Ekonomi, UKSW, 2011 Poin perkembangan ini didapat dari selisih skor awal dengan skor individu setelah perlakuan siklus. b. Menghitung skor kelompok Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok sebagai berikut: Kelompok dengan rata-rata skor 6-15 sebagai kelompok baik (good team).

14 Kelompok dengan rata-rata skor 16-25 sebagai kelompok hebat (great team). Kelompok dengan rata-rata skor diatas 25 sebagai kelompok super (super team). c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah perhitungan skor masing-masing kelompok, guru memberikan hadiah / penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan kategorinya. 2.4. Pembelajaran Model Group Investigation Group Investigation menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi atau informasi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang

15 telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas. Tabel 2.4 Tahapan Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Metode Group Investigation Tahap I Guru memberikan kesempatan bagi Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok. siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas Tahap II Merencanakan tugas. Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai. Tahap III Membuat penyelidikan. Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok. Tahap IV Mempersiapkan tugas akhir. Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas. Tahap V Siswa mempresentasikan hasil

16 Mempresentasikan tugas akhir. kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti. Tahap VI Soal ulangan mencakup seluruh Evaluasi. topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan. Pengelolaan tata ruang kelas akan menambah semangat belajar siswa. Didalam kelas ini hanya menggunakan posisi duduk yang umum digunakan yaitu posisi lurus searah, artinya semua siswa duduk ke arah yang sama. 2.5. Mata Pelajaran Kewirausahaan di SMK Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang baru dengan menggunakan waktu dan kegiatan yang disertai dengan modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan atau kebebasan pribadi. Pembelajaran kewirausahaan disusun dengan maksud memberikan acuan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan untuk proses pembelajaran. Mata pelajaran kelas XI mempersiapkan siswa agar kompeten dalam materi : a. Menganalisis peluang usaha. b. Menganalisis aspek-aspek perencanaan usaha. c. Menganalisis alur persediaan proses produksi dan penyimpanan hasil produksi d. Menganalisis perencanaan usaha dengan aspek administrasi usaha.

17 2.5.1 Menganalisis Peluang Usaha 2.5.1.1. Pengertian peluang Usaha Usaha yang memberi peluang untuk maju dan menguntungkan adalah usaha yang mampu meraih keuntungan dengan cara menciptakan produk-produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen. Enam dimensi dalam peta peluang usaha menurut Howard H Stevhenson, yaitu : 1. Orientasi strategi terhadap usaha 2. Komitmen terhadap peluang usaha yang ada 3. Komitmen terhadap sumber daya yang ada 4. Pengawasan terhadap sumber daya yang ada 5. Melaksanakan konsep manajemen yang ada 6. Adanya kebijakan balas jasa. 2.5.1.2. informasi sebagai Alat membuka Peluang Usaha Macam-macam sumber informasi : a. Sumber Informasi Primer - Langsung berasal dari konsumen atau pelanggan sendiri. - Langsung berasal dari pedagang perantara - Langsung dari penjual sendiri b. Sumber Informasi Sekunder, dapat diperoleh melalui : catatan intern wirausaha sendiri, pemerintah, biro statistik, perkumpulan dagang, KADIN, media massa.

18 2.5.1.3. Menggali peluang Usaha Persyaratan utama untuk menggali peluang usaha adalah : 1. Adanya kerjasama 2. Optimisme 3. Keterbukaan 4. Bekerja prestatif dan kreatif 5. Mau mendengarkan orang lain 6. Percaya diri 2.5.1.4. Mengidentifikasi Peluang Usaha Mengidentifikasi peluang usaha dapat dilakukan dengan cara : 1. Belajar Ilmu Manajemen Usaha. 2. Meminta jasa konsultan manajemen. 3. Meminta jasa keluarga dan kenalan yang pintar dalam usaha. 2.5.1.5. Menganalisis peluang Usaha 1. Analisis peluang usaha berdasarkan jenis produk atau jasa - produk yang dapat mempermudah pekerjaan rumah - produk yang dapat mempermudah pekerjaan di luar rumah - produk yang dibutuhkan tanpa mengenal tempat 2. Analisis peluang usaha berdasarkan minat dan daya beli - Memilih dan membuat produk bermanfaat dan berkualitas dan laku dengan harga bersaing. - Membuat desain baru dan harga terjangkau.

19 - Membuat produk lebih cepat dan harga murah. - Memilih dan menentukan wilayah pemasaran yang menguntungkan 2.5.1.6. Menciptakan Peluang Usaha Baru Berdasarkan Informasi dari Lingkungan 1. Sumber-sumber potensial peluang 2. peluang bidang usaha dan jenisnya yang dapat dimasuki : pertanian, pertambangan, pabriaksi, konstruksi, perdagangan, jasa keuangan, jasa perorangan, jasa umum, jasa wisata, dll. 2.5.1.7 Contoh jenis bidang usaha sebagai salah satu peluang Usaha 1. Bidang usaha perawatan komputer 2. Bidang usaha pembekalan 3. Bidang usaha promosi pembekalan 4. Bidang usaha angkutan 5. Bidang usaha pelayanan SDM 2.6. Argumentasi Model Pembelajaran Group Investigation pada Mata Pelajaran Kewirausahaan di SMK Kewirausahaan merupakan usaha memberi peluang untuk maju dan meraih keuntungan dengan cara menciptakan produk-produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan para pengguna. Pada sub pokok bahasan analisis peluang usaha bertujuan untuk mengembangkan ide dan gagasan dlam

20 rangka membaca peluang usaha sesuai dengan bidang peserta didik, serta dapat menganalisis kemungkinan yang akan dihadapi dalam menjalankan usahanya. Kesesuaian model pembelajaran yang terapkan dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Model Group Investigation dipandang tepat diterapkan pada mata pelajaran kewirausahaan. Hal ini dapat dilihat bahwa pada mata pelajaran kewirausahan menuntut para siswa siswa untuk selalu aktif dan kreatif menciptakan ide dan gagasan baru yang inovatif. Sedangkan Group Investigation merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa aktif dalam kelompok untuk mencari permasalahan dan mencari penyelasaian permasalahan tersebut secara aktif dan sistematis. Dalam rangka memecahkan masalah secara lebih optimal, penerapan model group investigation dipadukan dengan evaluasi model CIPP. Perpaduan antara model group investigation dan evaluasi model context input process-- product (CIPP) memberi peluang kepada siswa untuk menggunakan keterampilanketerampilan berpikirnya secara optimal. Oleh sebab itu, penerapan model group investigation diyakini dapat keterampilan berpikir siswa. Model ini merupakan suatu model yang sangat terstruktur dengan enam tahapan pelaksanaan khusus. Keterlibatan siswa terdapat di dalam setiap tahapan mulai dari pemilihan topik hingga evaluasi belajar siswa. Strategi di dalam implementasi model pembelajaran Group Investigation, setiap kelompok presentasi atas hasil investigasi mereka di depan kelas. Tugas

21 kelompok lain, ketika satu kelompok presentasi di depan kelas adalah melakukan evaluasi sajian kelompok. 2.7. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kooperatif tipe Group Investigation dalam Mata Pelajaran Kewirausahaan, pokok bahasan Menganalisis Peluang Usaha Kelas XI.6 Program Keahlian Multi Media, semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012 SMK Kristen 2 Salatiga dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa.